Pembingkaian Berita Penggenangan Waduk Jati Gede Sumedang (Analisis Framing Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki Mengenai Berita Penggenangan Waduk Jati Gede Sumedang Pada Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015)

(1)

1

Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang Pada Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh : NURFITRIANA

NIM. 41811104

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG 2016


(2)

2

Jabar daily morning) By :

NURFITRIANA NIM. 41811104

This research under the guidance of : Sangra Juliano Prakasa, M.I.Kom

This research aims to find out how journalists and editors of newspaper perspective when selecting issue and writing the news, determine the facts are taken, and which part will be highlighted on the Jatigede Reservoir indemnity Sumedang news on the Tribun Jabar daily morning and Pikiran Rakyat Daily News. To find out, researcher used four big structures. Syntax, script, thematic, and rhetoric.

This research used the qualitative methodology approach with Zhongdang Pan and Gerald M Kosicki framing analysis model. This model used to figure out how the journalist constructing event into the news, the way that used to narrate the event, used sentence, so it looks how the journalist emphasize the significance of the event that occurred. The data collecting technique for this research was used documentation, interviews, literature studies and internet searching.

The result of this research shows that Pikiran Rakyat Daily News and Tribun Jabar Daily Morning framing the Jatigede Reservoir indemnity news as:

From the syntax structure, Pikiran Rakyat Daily News reveal that the indemnity up to 220 days or about ten months. Whereas the Tribun Jabar Daily Morning mention to prioritize the indemnity. From the script structure, Pikiran Rakyat Daily News and Tribun Jabar Daily Morning accentuate 5W+1H element with their inverted pyramid scheme, but they

didn’t explained too much detail on their lead. For the thematic structure, Pikiran Rakyat Daily News was more exposing from the government’s views, whereas the Tribun Jabar Daily Morning was more exposing from the public views. For rhetoric structure, Pikiran Rakyat Daily News more exposing government activity, whereas the Tribun Jabar Daily Morning was describe the public complain.

Suggestions of researcher, the Pikiran Rakyat Daily News and Tribun Jabar daily Morning can maintain the balance of the news from the events that occured.


(3)

3

Program Penggenangan Waduk Jatigede Sumedang menimbulkan polemik baru, program yang direncanakan sejak zaman Bung Karno ini akhirnya terealisasikan pada Juli 2015. Presiden Jokowi mengatakan berfungsinya Waduk Jatigede ini akan memberikan manfaat besar bagi warga Sumedang dan sekitarnya, selain akan berfungsi sebagai infrastruktur irigasi, waduk ini bisa berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air.

Tuntasnya pembangunan Jatigede akan menjadi bagian dari program irigasi satu juta hektare pada 2015, yang akan menunjang program pencapaian Kedaulatan Pangan Nasional. Tetapi implementasinya masih banyak persoalan yang terjadi, diantaranya kendala relokasi (pemukiman kembali) yang tidak jelas, Kepala Keluarga (KK) yang belum menerima uang ganti rugi lahan dan rumah yang belum tuntas, ketidak jelasan penanganan pendidikan serta pemberkasan yang masih bermasalah. Adanya kendala tersebut membuat tersendatnya penggenangan.

Dalam menyajikan sebuah realitas atau peristiwa, media selalu membungkusnya dengan frame tertentu. Meneliti teks media dengan menggunakan analisis framing dapat diketahui bagaimana suatu media menekankan dan menonjolkan sebuah peristiwa dengan aspek tertentu,


(4)

4

lebih ditonjolkan dan lebih mudah dikenal, agar khalayak dengan mudah mengingat aspek –aspek tertentu yang disajikan oleh media.

Pemilihan mengenai berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang, menarik untuk peneliti teliti karena banyak melibatkan masyarakat yang tentu saja kurang diketahui oleh khalayak banyak,seperti adanya pro kontra, adanya hak yang belum terpenuhi serta warga yang merasa dirugikan dengan adanya program Waduk Jatigede, dan proyek pembangunan Jatigede ini merupakan proyek terlama.

Dari berbagai pemberitaan tentang Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang, peneliti memilih media cetak Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar untuk diteliti, didasari oleh media tersebut adalah media yang dianggap memiliki peranan yang kuat di Jawa Barat. Selain itu, wartawan dan redaksi di setiap media memiliki perspektif dan cara pandang yang berbeda ketika menseleksi isu dan menulis berita yang disajikan. Maka peneliti memilih kedua media cetak tersebut untuk diteliti pembingkaian beritanya pada berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang.

Analisis framing merupakan salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini


(5)

5

sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca.

Peneliti memakai analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki karena disini peneliti ingin mengetahui bagaimana media dan wartawan memakai suatu strategi atau cara untuk mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak. Selain itu, model ini juga dirasa cocok karena berita yang peneliti pilih merupakan termasuk masalah sosial politik, hal ini senada dengan model yang di perkenalkan oleh Pan dan Kosicki yang tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial politik.

Pendekatan model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang memiliki konsepsi bagaimana suatu berita diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh media dan wartawannya. Pan dan Kosicki melihat bahwa pembingkaian berita yang dilakukan oleh media dan wartawannya hingga dikonsumsi oleh khalayak dapat digambarkan ke dalam empat struktur besar. Pertama, Struktur Sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa – peristiwa, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan berita. Kedua, Struktur Skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa kedalam bentuk berita. Struktur ini melihat


(6)

6

peristiwa kedalam proporsisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Keempat, Struktur Retoris. Bagaimana wartawan menekankan arti tertentu di dalam berita.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1. RUMUSAN MASALAH MAKRO

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. “Bagaimana Pembingkaian Berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang dalam Harian Umum Pikiran

Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September

2015?”

1.2.2. RUMUSAN MASALAH MIKRO

Berdasarkan uraian dari latar belakang dan rumusan masalah makro, maka peneliti merumuskan masalah mikro sebagai berikut :

1. Bagaimana Sintaksis Pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015?


(7)

7

3. Bagaimana Tematik Pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015?

4. Bagaimana Retoris Pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015?

2. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas, menyajikannya dan menyampaikannya kepada khalayak.

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi, disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu, hasilnya pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. (Eriyanto, 2002)

Dalam mengemas dan membingkai sebuah berita, media mengkonstruksikan fakta atau peristiwa berdasarkan realitas. Konsep framing menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki digunakan untuk mengklasifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman


(8)

8

Menurut Pan dan Gerald M. Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing disini diliat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen – elemen yang diseleksi dari suatu isu/ peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

Kedua, konsepsi sosiologi. Bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologi lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.

Disini tampak ada dua konsepsi yang berlainan mengenai framing. Disatu sisi framing dipahami sebagai struktur internal dalam alam pikiran seseorang,


(9)

9

secara bersama–sama konsepsi psikologi yang melihat frame semata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang. Bagi Pan dan Gerald M. Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan kedua konsepsi tersebut. Dalam media, framing karenanya dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan dan menyimpannya untuk dikomunikasi dengan khalayak yang kesemuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas dan praktik kerja professional wartawan. Framing lalu dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.

Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan peristiwa, sebab paling tidak ada tiga pihak yang saling berhubungan : wartawan, sumber dan khalayak. Setiap pihak menafsirkan dan mengkonstruksi realitas dengan penafsiran sendiri dan berusaha agar penafsirannya yang paling dominan dan menonjol. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam pikirannya semata. Pertama, proses konstruksi itu juga melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Nilai-nilai sosial yang tertanam mempengaruhi bagaimana realitas dipahami. Kedua, ketika menulis dan mengkonstruksi berita wartawan bukanlah


(10)

10

dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari wartawan.

3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.1. STUDI KEPUSTAKAAN

Peneliti coba mencari beberapa literatur yang dapat membantu dalam penelitian ini dengan mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan penelitian yang ada dalam beberapa karangan buku

3.2. STUDI LAPANGAN

3.2.1. Wawancara Mendalam 3.2.2. Dokumentasi

3.2.3. Internet Searching

4. TEKNIK ANALISIS DATA

4.1. Pengumpulan data (Data Collection) 4.2. Reduksi data (Data Reduction) 4.3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

5. UJI KEABSAHAN DATA

5.1. Triangulasi Data 5.2. Member Check


(11)

11

dihasilkan akan sama. Namun dari isi berita dan perspektif atau cara pandang setiap media menonjolkan dan memaknai peristiwa pasti berbeda penyampaiannya. Setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai gagasan dalam pengolahan informasi peristiwa, yang dihubungkan dalam teks berita.

Pemberitaan ganti rugi waduk Jatigede merupakan permasalahan yang sangat krusial, terbengkalainya waduk Jatigede itu gara – gara ganti rugi yang memang bermasalah dari 30 tahun sampai sekarang belum selesai, masih ada yang komplain bahkan masih banyak yang dalam proses penyelesaian, tetapi belum tuntas semuanya. Permasalahan tentang ganti rugi tersebut yang diberitakan di berbagai media massa akan menjadi penilaian tersendiri bagi masyarakat tergantung bagaimana media massa tersebut mengambil sudut pandang peristiwa itu. Bahkan beberapa pemberitaan media ada yang berpihak kepada salah satunya entah itu pihak pemerintah ataupun warganya.

Dari berita hasil penelitian dari dua media tersebut terlihat perbedaan yang menonjol dalam menjelaskan tentang permasalahan ganti rugi waduk Jatigede tersebut, mulai dari struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Pemberitaan di HU Pikiran Rakyat lebih memaparkan potret kinerja pemerintah dalam menanggulangi permasalahan ganti rugi waduk Jatigede ini.


(12)

12

headline itu untuk menegaskan kepada publik, bahwa pemerintah sudah berjanji, tinggal masyarakat yang menagih dan dari pihak pers akan mengawasi dalam 10 bulan dari waktu yang disebutkan apakah beres atau tidak, sedangkan pada pemberitaan di Harian Pagi Tribun Jabar lebih memaparkan kepada warga, bagaimana kondisi dan perkembangan ganti rugi tersebut, mengenai pencairan terhadap warga terdampak, karena posisi warga sumedang itu korban pembangunan waduk Jatigede. Pemanfaatan Jatigede itu bukan untuk warga sumedang, karena wilayahnya berada di bagian hulu, sehingga tidak mendapatkan manfaatnya, yang bisa menikmati hanya wilayah hilir, yaitu Indramayu, Majalengka, Cirebon. Dengan menuliskan headline

yang menyebutkan “Minta Ganti Rugi SegerA Dicairkan” itu menggambarkan masih ada biaya santunan ganti rugi yang belum mereka dapatkan sampai saat ini.

Penyampaian berita pada kedua surat kabar antara Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar jelas memiliki pandangan yang berbeda meskipun objek berita yang dimuatnya sama. Kedua media massa tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan dalam memberitakan ganti rugi waduk Jatigede.


(13)

13

Kosicki berikut simpulan yang dapat penulis peroleh :

1. Dari unsur Sintaksis, Harian Umum Pikiran Rakyat menyatakan ganti rugi sampai dengan 220 hari atau sekitar 10 bulan, sedangkan dalam Harian Pagi Tribun Jabar menyatakan prioritaskan ganti rugi karena tempat tinggal sudah dibongkar petugas, dengan masing-masing media, mewawancarai pihak-pihak yang dianggap penting sesuai dengan pemberitaan yang dibuat.

2. Dari unsur Skrip, Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar menonjolkan 5W+1H dengan pola piramida terbaliknya, namun pada lead di kedua media tidak terlalu detail menjelaskan unsur 5W+1H.

3. Dari unsur Tematik, Harian Umum Pikiran Rakyat lebih menonjolkan kepada pemerintah, sedangkan Harian Pagi Tribun Jabar mengedepankan terlebih dahulu kepada pandangan masyarakat atas dasar keadaan lapangan.

4. Dari unsur Retoris, di Harian Umum Pikiran Rakyat lebih memaparkan apa saja kegiatan pemerintah yang akan diberikan kepada warga terdampak pembangunan waduk Jatigede, sedangkan Harian Pagi


(14)

14

masalah Ganti Rugi Waduk Jatigede dibingkai dengan frame yang berbeda, terlihat perbedaan yang menonjol dalam menjelaskan tentang permasalahan ganti rugi waduk Jatigede dalam pemberitaan di Harian Pagi Tribun Jabar lebih berpihak kepada warga, bagaimana kondisi dan perkembangan ganti rugi tersebut, mengenai pencairan terhadap warga terdampak, sedangkan pemberitaan di Harian Umum Pikiran Rakyat lebih memaparkan potret kinerja pemerintah dalam menanggulangi permasalahan ganti rugi waduk Jatigede ini. Artinya, PR lebih cenderung berpihak kepada pemerintah.

8. DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. Lukiati Komalada Siti Karlinah. 2004.Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ardianto & Erdinaya, Lukiati Komala. 2005. Komunikasi massa: suatu pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media.

Eriyanto, 2011. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKiS.

Eriyanto, 2001. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta : LKiS.

Lexy J. Moleong, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.


(15)

15 Rosdakarya.

Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta. Rajawali Pers.

Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Cetakan Keenam, Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Website :

http://www.tribunnews.com/search?q=penggenangan+waduk+jati+gede&cx=part ner-pub

7486139053367666%3A4965051114&cof=FORID%3A10&ie=UTF-8&siteurl=www.tribunnews.com

http://www.tribunnews.com/search?q=ganti+rugi+waduk+jati+gede&cx=partner- pub-7486139053367666%3A4965051114&cof=FORID%3A10&ie=UTF-8&siteurl=www.tribunnews.com

Sumber lain :

Arsip Pikiran Rakyat Arsip Tribun Jabar


(16)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagai berikut:

2.1.1.1. Skripsi Riska Khaerunnisya, Universitas Hasanuddin Makasar

2012

“Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia. (Analisis Framing Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki di Media Online Goal.com Indonesia)”

2.1.1.2. Skripsi Feri Setiawan, UNIKOM 2014

“Analisis Framing Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki pada

Pemberitaan “Bandung, The City Of Pig” Di Harian Umum Pikiran Rakyat Dan Bandung Ekspres Edisi 5 Februari 2014”

2.1.1.3. Skripsi Desi Yoanita, Universitas Kristen Petra 2006

“Analisis Framing Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki pada Pemberitaan Tsunami di Harian Kompas Dan Jawa Pos”.


(17)

Tabel 2.1

Matrik Perbedaan Tinjauan Terdahulu

No. Nama dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Riska Khaerunnisya,

Universitas Hasanuddin Makasar 2012

“Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia. (Analisis Framing Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki di Media Online Goal.com Indonesia”.

- Pendekatan kualitatif dengan metode

analisis framing. - Pada desain penelitian

menggunakan konsep dari Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki.

- Pada berita yang dianalisis oleh Riska tentang Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia dalam media online, sedangkan peneliti menganalisis Pemberitaan Waduk Jati Gede Sumedang di media cetak (Koran). 2. Feri Setiawan,

UNIKOM 2014 “Analisis Framing

Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki Pada

Pemberitaan “Bandung, The City Of Pig” Di

Harian Umum Pikiran Rakyat Dan Bandung Ekspres Edisi 5 Februari

2014”.

- Pendekatan kualitatif dengan metode

analisis framing. - Objek Penelitian yang diteliti adalah pemberitaan di media cetak (Koran). - Pada desain penelitian

menggunakan konsep dari Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki.

Pada berita yang dianalisis oleh Feri tentang pemberitaan

“BANDUNG, THE CITY OF PIG”,

sedangkan peneliti menganalisis

pemberitaan Waduk Jati Gede Sumedang.


(18)

3. Desi Yoanita, Universitas Kristen Petra 2006

“Berita Tentang Tsunami di Harian Kompas dan Jawa Pos (Analisis

Framing Model Zhondang Pan Dan Gerald M.

Kosicki tentang Pemberitaan Tsunami pada Harian Kompas dan Jawa Pos).

- Pendekatan kualitatif dengan metode

analisis framing. - Pada desain penelitian

menggunakan konsep dari Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki.

- Pada berita yang dianalisis oleh Desi tentang pemberitaan Tsunami, sedangkan peneliti menganalisis pemberitaan Waduk Jati Gede Sumedang.

Sumber: Peneliti, 2016 2.1.2. Tinjauan Komunikasi

Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan di berbagai kalngan, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti yang berlainan. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau pesan dianut secara sama. (Deddy Mulyana, 2007: 45-46).

Terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan para ahli. Seringkali definisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan definisi lainnya. Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adlah tingkat


(19)

observasi (level of observation) atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller , yakni komunikasi sebagai

“situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi

perilaku penerima.” Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni “suatu proses

yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.” Dimensi ketiga adalah penilaian normatif.

Littlejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan yang dapat dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua, komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, baik disengaja atau tidak. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan yang dikirimkan secara sengaja, namun ini sulit ditentukan. Semua pakar komunikasi sepakat bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka tidak sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komunikasi.

Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau perspektif yang digunakan ahli komunikasi tersebut dakam mendekati fenomena komunikasi. Paradigma ilmiah (objektif, mekanistik, positivistik) yang penelaahannya berorientasi pada efek komunikasi tampak dominan,


(20)

mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab-akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut komunikator/pengirim yang aktif untuk mengubah pengetahuan, sikap atau perilaku komunikate/penerima yang pasif.

2.1.3. Tinjauan Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah sebuah proses komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik) untuk membatasi tentang komunikasi massa dan setiap bentuk komunikasi massa memilki ciri tersendiri. Banyak pakar komunikasi yang mengartikan komunikais dari benrbagai sudut pandang, seperti halnya Effendy (1993) mengartikan komunikasi massa yaitu komunikasi melalui media massa modern, seperti surat kabar, radio, film dan televisi. Melalui media massa sebuah informasi atau pesan dapat disampaikan kepada komunikan yang beragam dan jumlah yang banyak secara serentak. Akibatnya terciptalah global village dimana setiap kejadian yang terjadi di suatu negara dalam beberapa saat bisa diketahui oleh masyarakat di dunia.

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bitnner dalam Rakhmat yang mengatakan Mass communication is messages communicated though a mass medium to a large of people (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah salah satu bentuk penyampian pesan dengan menggunakan media. Komunikator hanya menyampaikan pesan tanpa melalui siap dan golongan mana pesan


(21)

tersebut diterima dan ada kalanya proses komunikasi terjadi dengan menggunakan media.

2.1.4. Tinjauan Media Massa

Elvinaro mengatakan, media massa pada dasarnya dapat menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media massa elektronik meliputi televisi, radio siaranm film dan media on-line.

Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik Media massa menurut Cangara (2006) antara lain:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.


(22)

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa

2.1.4.1. Media Cetak

Secara harfiah pengertian media cetak bisa diartikan sebagai sebuah media penyampai informasi yang memiliki dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Dari pengertian ini, kita bisa melihat bahwa media cetak adalah sebuah media yang didalamnya berisi informasi yang terkait dengan kepentingan masyarakat umum dan bukan terbatas pada kelompok tertentu saja.

Media cetak ini merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat disamping media elektronik dan juga media digital. Dan ditengah dinamika masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen yang menantikan informasi yang dibawanya.1

Dan pengertian media cetak tersebut, maka ada keunggulan media ini dibandingkan dua pesaingnya tersebut. Media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik dan digital, mereka lebih mengutamakan kecepatan informasi. Sehingga tak jarang informasi yang disampaikan lebih bersifat sepotong dan berulang-ulang.

1


(23)

2.1.4.2. Surat Kabar

Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikan dengan pers. Namun, karena pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas pers meliputi seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya melipui media massa tercetak saja, salah satunya adalah surat kabar. Menurut Kurniawan Junaidi yang dimaksud dengan surat kabar adalah :

“Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa

tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaanya harus bersangkut-paut dengan

manusia dari berbagai golongan dan kalangan”(Junaidi, 1991 :

105).

Definisi surat kabar menurut George Fox Mott yaitu :

1. Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target masing-masing.

2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk kepentingan-kepentingan informasi.

3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan informasi-informasi.


(24)

5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan pengetahuan lalu menyebarkannya kepada masyarakat (Junaidi, 1991 : 105).

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Sementara pengertian surat kabar menurut Onong Uchjana Effendy adalah :

“Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di

masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa/actual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak

pembaca”(Effendy, 1993 : 241).

Dari beberapa pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa surat kabar adalah sebuah lembaga penerbitan pers berupa lembaran cetak, memuat laporan yang terjadi di masyarakat secara periodik, bersifat umum dan mengandung nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

2.1.4.3. Karakteristik Surat Kabar

Berdasarkan ruang lingkupnya, terdapat surat kabar lokal, regional, dan nasional. Ditinjau dari bentuknya, terdapat surat kabar biasa dan tabloid. Sedangkan dilihat dari bahasanya, terdapat surat kabar berbahasa Indonesia, Inggris, dan daerah. Sebagai media massa, surat kabar mencakup publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan.

1. Publisitas : adalah penyebaran pada publik atau khalayak

2. Periodesitas : menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan atau dwi mingguan


(25)

3. Universalitas : menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia

4. Aktualitas : menunjuk pada keadaan yang “kini” dan

“sebenarnya”.

5. Terdokumentasikan : dari berbagai fakta yang disajikan surat kaar dalam bentuk berita atau artikel, dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan dan dibuat kliping.

2.1.5. Tinjauan Pers

Pers berasal dari perkataan Belanda pers yang artinya menekan atau mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa Inggris yang juga berarti menekan atau mengepres. Secara harfiah kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Sekarang kata pers atau press digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai jiwa dan raga. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret dan nyata, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan, dan menghidupi aspek pers.

Sumadiria dalam bukunya yang berjudul “Jurnalistik Indonesia”


(26)

“Pers dalam arti sempit hanya merujuk kepada media cetak berkala

: surat kabar, tabloid, dan majalah. Sedangkan dalam arti luas, pers bukan hanya menunjuk pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik audiovisual barkala yakni radio, televisi, film dan media on line internet. Pers dalam arti luas disebut media massa.” (Sumadiria, 2005:31)

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Pokok Pers No. 40/1999, yang

terdapat di buku Sumadiria yang berjudul “Jurnalistik Indonesia” menyatakan

bahwa pers adalah :

“Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis

saluran yang tersedia.” (Sumadiria, 2005:31)

Definisi di atas, bahwa Pers merupakan lembaga sosial sekaligus wahana komunikasi massa yang out put-nya berupa kegiatan jurnalistik yakni mencari, memperoleh, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi, memberikan gambaran yang sangat jelas dimana ada keterkaitan antara jurnalistik dan pers. Sebenarnya kaitan antara pers dan jurnalistik adalah pers sebagai lembaga atau organisasi yang menyebarkan berita sedangkan jurnalistik lebih kepada praktek atau kegiatan menyebarkan berita.

2.1.6. Fungsi Pers

Mahi M. Hikmat di dalam bukunya yang berjudul “Etika dan Hukum Pers” menjelaskan empat fungsi pers, yaitu :

1. Informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Rekreasi/Penghibur (to entertaint) 4. Kontrol Social (to influence)


(27)

Penjelasan ke empat fungsi dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Informatif

Fungsi informatif yaitu memberikan informasi, atau berita kepada khalayak dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak, kemudian menuliskanya dalam kata-kata, dan menyebarkanya ke publik. Setiap informasi yang disampaikan tentu harus memenuhi kriteria dasar suatu berita, yakni aktual, akurat, faktual, menarik atau penting, benar, lengkap-utuh, jelas, jernih, jujur, adil, berimbang, relevan, bermanfaat, etis, dan syarat berita lainnya. Dalam prinsip jurnalistik, syarat utama berita tersebut serring dirumuskan dalam 5W+1H (what, who, where, when, why, dan how). Sebuah berita atau informasi dianggap lengkap jika keenam pertanyaan tersebut sudah terjawab dengan komplit.

2. Mendidik

Dalam konsep yang ideal, penyampaian informasi yang disebarluaskan pers dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat, khususnya pembaca, pendengar, atau penonton. Dalam konteks ini, fungsi pers mendidik bermakna bahwa pers harus menyampaikan informasi yang berperan positif dalam mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan. Informasi yang disebarkan pers sejatinya memberikan dampak positif, baik


(28)

pada ranah kognitif, afektif, maupun psiomotorik pembaca, pendengar, dan penonton. Dengan fungsi ini pula, pers harus dapat berperan sebagai guru yang memberikan pencerahan terhadap muridnya (pembaca, pendengar, penonton). Pers setiap hari melaporkan berita, memberikan tinjauan atau analisis atas berbagai peristiwa dan kecendrungan yang terjadi, serta ikut berperan dalam mewariskan nilai – nilai luhur universal, nilai – nilai dasar nasional, dan kandungan budaya local dari satu generasi ke generasi berikutnya secara estafet.

3. Rekreasi/Penghibur

Fungsi pers yang ketiga lebih melekat pada media elektronik: radio dan televisi. Bahkan sebelum hadirnya televisi dan radio yang bervisi news, fungsi menghibur merupakan fungsi utama. Walaupun begitu bagi sebagian media besar elektronik, ampai saat ini fungsi menghibur tetap merupakan fungsi yang dominan. Bahkan kalau di persentasekan sebagian besar televisi dan radio menjalankan fungsi hiburannya di atas 80% dari 100% acara yang mereka tayangkan. Fungsi ini memang mengamanatkan pers harus mampu memerakan dirinya sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat, khususnya bagi pembaca, pendengar atau penontonya. Dalam media cetak, fungsi menghibur ini pun dilakukan dengan memuat kisah-kisah dunia,


(29)

baik yang nyata dalam bentuk feature atau fiksi berupa cerpen atau cerita beersambung, puisi, berita acara hiburan, berita seputar selebritis, humor, komik, dan lain sebagainya.

4. Kontrol Social

Pers menjadi bagian yang memberikan kontribusi sesuai visinya membenarkan yang benar dan meluruskan yang salah. Pers berfungsi sebagai kontrol dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini di beberapa Negara, seperti Indonesia, melahirkan pers sebagai lembaga kekuatan keempat dalam konsep pemisahan kekuasaan dari Montisque atau dalam sistem pembagian kekuasaan seperti di Indonesia. Oleh karena itu, pers mendapat julukan four estate ; pers adalah pilar demokrasi ke empat setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dalam kerangka ini, kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi atau mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolute. Di Negara-negara yang menganut paham demokrasi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat (watchdoug function). Pers juga harus bersikap independent atau menjaga jarak yang sama terhadap semua kelompok dan organisasi yang ada. (Hikmat, 2011 : 54-57)


(30)

Selain keempat fungsi utama pers tersebut, di jelaskan dalam buku Etika Hukum dan Pers oleh Mahi M. Hikmat (2011 : 57-59), masih terdapat fungsi-fungsi lain yang menjadi tambahan dalam konteks realitas yang dijalankan dengan baik oleh pers baik media cetak maupun elektronik. Fungsi-fungsi pers tambahan tersebut diantaranya :

1. Fungsi Ekonomi

Kehadiran pers di banyak Negara ikut mendukung berjalannya roda perekonomian. Pers ikut mengambil bagian dari upaya ikut membangun ekonomi Negara dengan tampil sebagai perusahaan perusahaan yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi suatu Negara. Misalnya dengan ikut menciptakan lapangan pekerjaan, pembayaran pajak dan kegiatan ekonomi lainya.

2. Fungsi Sosial

Undang-undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers, menyuratkan fungsi pers yang ada di Indonesia sebagai lembaga sosial. Hal itu dimainkan dengan melihat realitas yang selalu hadir di Indonesia akan bencana yang selalu hadir dan mengakibatkan rasa empati untuk kepada masyarakat lain. Sehingga banyak media cetak dan elektronik berlomba-lomba menyediakan, menampung dan menyalurkan setiap korban bencana dan kemiskinan yang didera masayarakat yang terjadi,


(31)

ternyata disikapi oleh insan pers Indonesia dengan kematangan fungsi sosial yang mereka perankan.

3. Fungsi Mediator

Pers adalah lembaga media sehingga fungsi utama pers adalah sebagai mediator, dimana berfungsi sebagai penghubung atau fasilitator, dengan memediasi berbagai kepentingan dan berbagai elemen dalam masyarakat.

4. Fungsi Mempengaruhi

Pers memiliki fungsi dapat mempengaruhi karena mempunyai peranan penting didalam kehidupan. Hal itu disadari lama dengan dibuktikannya banyak teori yang mengungkapkan kehebatan pers dalam mempengaruhi individu maupun kelompok. Pers memiliki mata pisau yang tajam untuk mengubah kognisi, afeksi dan psikomotorik individu atau kelompok, apalagi dengan era teknologi informasi yang makin canggih. Daya rangsang televisi dan internet dapat memberikan pengaruh besar terutama kepada anak-anak dan remaja yang belum memiliki daya filter yang kuat.

5. Fungsi Sejarah

Dengan kekuatan tulisan atau siarannya. Pers berfungsi juga sebagai juru tulis terhadap fakta-fakta yang terjadi di masyarakat. Fakta adalah sebuah sejarah bagi kehidupan massa depan, sehingga catatan pers-pers masa lalu bermakna historis


(32)

bagi masa kini dan catatan masa kini historis bagi masa depan. Bahkan, salah satu sumber otentik bagi catatan sejarah bagi para sejarawan adalah pers.

2.1.7. Jenis Berita

Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut Sumadiria antara lain :

1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.

2. Depth news report, reporter menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.

3. Comprehensive merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.

4. Interpretative report, biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial.

5. Feature story, penulis mencari fakta yang menarik perhatian pembacanya.

6. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistk yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwafenomenal atau aktual.

7. Investigative reporting, para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi suatu tujuan. Biasanya pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis.


(33)

8. Editorial writing adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum.

2.1.7.1. Nilai Berita

Menurut Sumadiria, nilai berita terbagi menjadi 11 nilai, yaitu: 1. Keluarbiasaan, berita adalah sesuatu yang luar biasa. Semakin

besar suatu peristiwa semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkan.

2. Kebaruan, berita adalah sesuatu yang baru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti.

3. Akibat, dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal yaitu seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak. 4. Aktual, berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa saja yang

belum diketahui, tentang apa saja yang akan terjadi hari ini atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti.

5. Kedekatan, berita adalah kedekatan, baik secara geografis maupun psikologis.

6. Informasi, informasi yang diberikan harus bermanfat bagi khalayak.


(34)

7. Konflik, berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. 8. Orang penting.

9. Ketertarikan manusiawi.

10. Kejutan, berita bisa membawa sebuah kejutan yang tidak pernah terduga.

11. Seks. 2.1.7.2. Unsur Berita

Dalam proses pembelajaran memahami sebuah berita tentunya kita harus memahami unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah berita. Adapun unsur-unsur berita terdiri atas what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana). Berikut penjelasan yang lebih lengkap dari unsur-unsur berita, yaitu :

1. What

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what, yaitu berisi pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan apa.

2. Who

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur who, yaitu disertai keterangan tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa.

3. When

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur when, yaitu menyebutkan waktu kejadian peristiwa.

4. Where

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur where, yaitu berisi deskripsi lengkap tentang tempat kejadian.


(35)

5. Why

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur why, yaitu disertai alasan atau latar belakang terjadinya peristiwa.

6. How

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu dapat dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat yang ditimbulkan.

2.1.7.3. Struktur Berita

Susunan atau struktur berita, khususnya dalam berita langsung, pada umumnya mengacu pada struktur piramida terbalik, yaitu memulai penulisan berita dengan mengemukakan bagian berita yang dianggap paling penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting, dan seterusnya. Susunan berita bentuk piramida terbalik ini menguntungkan pembaca dalam hal efisiensi waktu karena langsung mengetahui berita paling penting. Karenanya, bentuk ini bisa lebih menarik perhatian pembaca.

2.1.8. Konsep Framing

Menurut Sudibyo dalam Sobur. Pada awalnya framing dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh lagi oleh Ervin Goffman pada tahun 1974. Goffman mengandaikan framing sebagai kepentingan-kepentingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas.

Dalam ilmu komunikasi, konsep framing sering digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas


(36)

oleh media massa. Framing dapat dipandangan sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu-isu tertentu mendapat alokasi lebih besar dari isu yang lain. Dengan kata lain analisis framing dapat dipakai untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandangan yang digunakan oleh wartawan atau media massa saat mengkonstruksi fakta, yaitu dengan mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti agar lebih diingat, untuk mengiringi interpretasi khalayak sesuai pespektifnya (Sobur, 2004 : 162).

Ada beberapa definisi mengenai framing yang disampaikan oleh berbagai ahli. Definisi ahli dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.2

Definisi Framing para Ahli

Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapat alokasi lebih besar dari sisi lain.

William A. Gamsom Cara bercerita atau gugusan ide ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan kontruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan idndividu untuk mengkontruksi makna pesan-pesan yang ia terima. Todd Gitiin Strategi bagaimana realitas/ dunia dibentuk dan


(37)

disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Benford

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, sumber informasi dan kalimat tertentu

Amy Binder Skema interpretasi yang digunkan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan membeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan hubungan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita

Sumber : Eriyanto. Analisis Framing: Kontruksi, ideologi dan politik media. Yogyakarta. LKIS. 2002

Framing memberikan tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diinget khalayak. Informasi yang menonjol lebih diterima oleh khalayak.


(38)

Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam. Menempatkan aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dibungkam dengan aspek budaya yang akrab di benak khalayak. Dengan bentuk seperti itu, sebuah ide atau informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Karena kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikonstruksi dalam pikiran khalayak. (Eriyanto, 2002:186)

Tahap awal framing tidak dilakukan oleh media. Manusia memiliki kemampuan untuk menafsirkan realitas yang terjadi di sekitarnya berdasarkan frame of reference dan field of experience yang dimilikinya. Eriyanto menyatakan, ada empat hal yang dilakukan manusia ketika menyusun bingkai konstruksi realitasnya sendiri, yaitu:

1. Simplifikasi, manusia cenderung memandang segala peristiwa melalui kerangka berpikir yang sederhana, sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya. Seiring dengan bertambahnya usia, pengetahuan, dan pengalaman, manusia akan memandang dunia secara lebih beragam. Namun tetap saja proses pemahaman realitas akan dilakukan secara sederhana.


(39)

2. Klasifikasi, manusia menyadari bahwa dunia terdiri dari berbagai hal, sehingga secara psikologis manusia akan memisahkan hal-hal tersebut ke dalam beberapa kategori untuk memudahkan proses pemahaman. Manusia melekatkan ciri-ciri tertentu pada sebuah kategori tertentu, sehingga segala peristiwa yang terjadi dapat terlihat perbedaan-perbedaannya.

3. Generalisasi, klasifikasi membantu manusia melihat ciri-ciri peristiwa atau individu. Generalisasi merupakan kelanjutan dari proses tersebut, yang pada akhirnya membatasi ciri-ciri yang berdekatan atau mirip pada ciri-ciri yang didapat pada klasifikasi. Hal ini dapat menghasilkan prasangka.

4. Asosiasi, suatu peristiwa tidak hanya diidentifikasi atau dipahami, tetapi selanjutnya dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lain. Keragaman dunia dianggap memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Menurut Eriyanto, dalam buku Analisis Framing :

“Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.” (Eriyanto, 2002:188).

Eriyanto juga menyebutkan framing sebagai berikut :

“Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas peristiwa. Di sini media menyeleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga


(40)

makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak, framing membuat dunia lebih diketahui dan dimengerti. Realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu, bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian, membuat realitas lebih bermakna dan dimengerti. Selain menonjolkan bagian dan aspek tertentu untuk mempermudah khalayak mengenal sebuah realitas. Framing juga merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dan redaksi. Yang pada akhirnya menentukan fakta mana yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan atau dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Framing seperti yang dikatakan Todd Gitlin, adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca (Eriyanto, 2002:67-68).

Frame berita timbul dalam dua level. Menurut Eriyanto dalam buku analisis framing, Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karena, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra dan gambar tertentu yang memberikan makna dari teks berita. Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol dibanding bagian lain dalam teks. Itu dilakukan lewat pengulangan, penempatan yang lebih menonjol atau menghubungkan dengan bagian lain dalam teks berita. Sehingga bagian itu lebih menonjol, dilihat, dan lebih mempengaruhi khalayak. Secara luas pendefinisian masalah ini menyertakan, di dalamnya, konsepsi dan skema interpretasi wartawan. Pesan, secara simbolik menyertakan sikap dan nilai hidup membentuk, dan menginterpresentasikan makna di dalamnya.


(41)

2.1.9. Model Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Model framing yang dperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki memiliki perangkat framing untuk membatu dalam menganalisis teks media. Perangkat framing tersebut dapat di gambar dalam bentuk skema sebagai berikut :

Tabel 2.3

Skema Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS Cara Wartawan Menyusun Fakta

1. Skema Berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup. SKRIP Cara Wartawan Mengisahkan Fakta 2. Kelengkapan Berita

5W + 1H

TEMATIK Cara Wartawan Menulis Fakta

3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti

Paragraf, proposisi kalimat, hubungan antar kalimat

RETORIS Cara Wartawan Menekankan Fakta 7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora

Kata, idiom, gambar/foto, grafik


(42)

Teori ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah salah satu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Keempat perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Struktur Sintaksis

Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita (lead yang dipakai, latar informasi, headline, sumber, penutup) dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bagian ini tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur piramid terbalik yang dimulai dengan judul headline, lead, episode, latar, dan penutup. Dalam bentuk piramida terbalik ini, bagian atas ditampilkan lebih penting dibandingkan dengan bagian bawahnya. Elemen sintaksis member petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak kemana berita tersebut akan dibawa.


(43)

2. Struktur Skrip

Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak lapran berita yang berusaha menunjukan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+IH : who, what, where, why, dan how. Meskipun pola ini ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting.

3. Struktur Tematik

Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.

4. Struktur Retoris

Berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.


(44)

2.2. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah memberikan arah bagi proses penelitian dan terbentuknya persepsi yang sama antara peneliti dan orang lain (dalam hal ini pembaca, atau orang yang membaca hasil penelitian ini) terhadap alur-alur berpikir peneliti dalam rangka membentuk hipotesis riset secara logis. Analisis framing adalah metode untuk melihat cara media bercerita atas sebuah peristiwa, cara bercerita tersebut melihat terhadap realitas yang dijadikan berita. Dalam analisis framing dijelaskan bagaimana cara media mengkonstruksikan sebuah realitas. Seperti yang dikutip Eriyanto dari Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian analisis framing. Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruktionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukan realitas yang natural, akan tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma kontruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikontruksi, dengan cara apa kontruksi itu dibentuk. (Eriyanto,2005:27).

Analisis framing merupakan salah satu model analisis alternatif yang bisa mengungkapkan rahasia di balik perbedaan. Bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai oleh media, akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, mana lawan mana kawan, siapa si penindas dan siapa si tertindas, tindakan politik mana


(45)

yang konstitusional dan yang inkonstitutional, kebijakan publik mana yang harus didukung dan tidak boleh didukung, dan sebagainya (Eriyanto, 2005:XV).

Dalam pembingkaian isi berita dilakukan menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ada dua konsepsi dari framing yang berkaitan yaitu, pertama konsepsi psikologi menekankan bagaimana sesorang memproses informasi dari dalam dirinya. Kedua konsepsi sosiologi dengan melihat kontruksi sosial atas realitas. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menggambarkan proses penyusunan dan pengemasan sebuah peristiwa serta realitas dengan cara 4 cara yaitu : Sintaksis, Skrip, Tematik, Retoris.

Berdasarkan konsep pembingkaian (framing) model Zhondang Pan dan Gerlad M. Konsicki inilah, yang menjadi kerangka pemikiran peneliti dalam melakukan penelitian mengenai pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang pada edisi 3 September 2015 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar dari masing – masing media memiliki perbedaan dalam mengemas berita tersebut. Hal ini tergantung dari mana media tersebut mengkonstruksikan peristiwa menjadi aspek-aspek realitas, menjadi sebuah berita sehingga dapat dimaknai dan dimengerti oleh khalayak.

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Realitas dimaknai melalui proses konstruksi. Seperti pada pemberitaan mengenai Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang.

Berdasarkan kerangka pemikiran inilah, peneliti ingin bisa jauh memahami dan menemukan seperti apa Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian


(46)

Pagi Tribun Jabar dalam menyampaikan informasi dan membingkai berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang tersebut. Apakah kedua media tersebut memiliki ciri khas dalam bahasa yang digunakan. Pemilihan judul berita yang mampu menarik perhatian pembaca. Penggunaan foto yang dapat menjadikan sebuah ilustrasi dari berita yang disampaikan dan beberapa aspek lainnya. Melalui analisis framing model Zhondang Pan dan Gerald M. Konsicki inilah peneliti berusaha mengkontruksi berita mengenai Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang edisi 3 September 2015.

2.3 Alur Model Penelitian

Pada penelitian ini peneliti mencoba menyajikan bagaimana cara media massa surat kabar membingkai sebuah berita, meneliti isi dan pesan yang sengaja ditonjolkan dengan ciri khas masing – masing dari kedua media yang berbeda dengan menggunakan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dalam berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang.

Menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, media melakukan pembingkaian berita dengan cara menkonstruksi dan memproses peristiwa. Untuk menunjukan sebuah pembingkaian berita oleh media dapat dilakukan dengan melihat Struktur Sintaksis, Struktur Skrip, Struktur Tematik dan Struktur Retoris. Dalam penelitian ini penulis mengambarkan kerangka pemikiran yang akan peneliti teliti dapat dilihat pada gambar berikut ini :


(47)

Gambar 2.1

Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2015 Struktur

Sintaksis

Struktur Skrip

Harian Umum Pikiran Rakyat

Struktur Tematik

Harian Pagi Tribun Jabar

Struktur Retoris

Pembingkaian Berita di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015

HASIL ANALISIS

PEMBERITAAN GANTI RUGI WADUK JATI GEDE SUMEDANG


(48)

Dari gambar skema kerangka pemikiran diatas, dapat digambarkan kerangka pemikiran penelitian yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan mengenai gambar diatas adalah sebagai berikut :

1. Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang, merupakan bahan informasi dalam sebuah pemberitaan yang akan ditulis oleh wartawan.

2. Wartawan dari setiap masing–masing media memiliki perbedaan dalam sudut pandang penulisan beritanya.

3. Wartawan/Redaktur, yang berperan dalam pembuatan dan penyeleksian semua keputusan berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang melalui proses framing dari penonjolan berita, dimana pada proses ini penelitian untuk mengetahui kebijakan media massa di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar terhadap berita kasus Ganti Rugi melalui analisis teknik framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, dengan membagi empat struktur besar, sebagai berikut :

a. Struktur Sintaksis. b. Struktur Skrip. c. Struktur Tematik. d. Struktur Retoris.


(49)

4. Pada proses ini, berita merupakan hasil olahan dan bagaimana realitas di konstruksi oleh media, sehingga menjadi isu yang menarik dibandingkan dengan isu yang lainnya.

5. Pembaca sebagai proses akhir dari penyampaian informasi tentang berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang.

Berita Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar mempunyai sudut pandang yang berbeda dari setiap pemberitaan yang dipublikasikan kepada khalayak serta kecenderungan isi teks berita yang diberitakan. Dalam penelitian ini berita yang dianggap penting oleh Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar dianalisis dalam pembingkaian berita menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dalam konsepnya dijelaskan dan dianalisis dari 4 struktur, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.


(50)

45 3.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan secara kualitatif, untuk mengetahui dan mengamati suatu hal yang menjadi ciri khasnya.

“Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban”. (Mulyana, 2001)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas, mengolah, menyajikannya dan menyampaikannya kepada khalayak.

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi, disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu, hasilnya pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. (Eriyanto, 2002).

Dalam mengemas dan membingkai sebuah berita, media mengkonstruksikan fakta atau peristiwa berdasarkan realitas. Konsep framing menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki digunakan untuk mengklasifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.


(51)

3.1.1. Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Menurut Pan dan Gerald M. Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing disini diliat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen – elemen yang diseleksi dari suatu isu/ peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

Kedua, konsepsi sosiologi. Bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologi lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.

Disini tampak ada dua konsepsi yang berlainan mengenai framing. Disatu sisi framing dipahami sebagai struktur internal dalam alam pikiran


(52)

seseorang, disisi lain dipahami sebagai perangkat yang melekat dalam wacana sosial/ politik.

Pan dan Gerald M. Kosicki membuat suatu model yang mengintegrasikan secara bersama–sama konsepsi psikologi yang melihat frame semata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial dikonstruksi seseorang. Bagi Pan dan Gerald M. Kosicki, framing pada dasarnya melibatkan kedua konsepsi tersebut. Dalam media, framing karenanya dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan dan menyimpannya untuk dikomunikasi dengan khalayak yang kesemuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas dan praktik kerja professional wartawan. Framing lalu dimaknai sebagai suatu strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak.

Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan peristiwa, sebab paling tidak ada tiga pihak yang saling berhubungan : wartawan, sumber dan khalayak. Setiap pihak menafsirkan dan mengkonstruksi realitas dengan penafsiran sendiri dan berusaha agar penafsirannya yang paling dominan dan menonjol. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam pikirannya semata. Pertama, proses konstruksi itu juga melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Nilai-nilai sosial yang tertanam mempengaruhi bagaimana realitas dipahami. Kedua, ketika menulis dan mengkonstruksi berita wartawan bukanlah


(53)

berhadapan dengan publik yang kosong. Bahkan ketika peristiwa ditulis, dan kata mulai disusun, khalayak menjadi pertimbangan dari wartawan. Hal ini karena wartawan bukan menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari wartawan. (Eriyanto,2002:254)

Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berada dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) kedalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.

Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi ke dalam empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Kedua, struktur skrip. Ketiga, struktur tematik. Keempat, struktur retoris.

Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa kedalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai dan pilihan kata atau idiom


(54)

yang dipilih ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa tersebut.

Pendekatan penelitian ini menggunakan analisis framing Pan dan Gerald M. Kosicki, karena konsep ini dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media dan digunakan pula pada praktik jurnalistik, melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja wartawan dan bagaimana wartawan membuat satu informasi menjadi lebih penting dan menonjol dibanding dengan cara yang lain. Analisis terhadap teks berita bukan merupakan langkah akhir dari penelitian yang akan dilakukan tetapi juga bagaimana kecenderungan atau perbedaan bagaimana realitas itu dibentuk oleh media dalam memproduksi informasi.

3.1.2. Skema Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Analisis penelitian ini menggunakan model Pan dan Gerald M. Kosicki yang mengopersionalkan empat perangkat struktur besar, yaitu Pertama, struktur sintaksis. Kedua, struktur skrip. Ketiga, struktur tematik. Keempat, struktur retoris.


(55)

Tabel 3.1

Skema Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Struktur Sintaksis Bagaimana skema berita itu dibuat dengan unit yang diamati, yaitu Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup

Struktur Skrip Melihat kelengkapan berita yang di amati melalui 5W+1H Struktur Tematik Bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas

peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur Retoris Bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam

berita.

Sumber: Eriyanto. Konstruksi, ideologi, dan politik media, 2004 : 188 1. Struktur Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah

susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita (lead yang dipakai, latar informasi, headline, sumber, penutup) dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bagian ini tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur piramida terbalik yang dimulai dengan judul headline, lead, episode, latar, dan penutup. Dalam bentuk piramida terbalik ini, bagian atas ditampilkan lebih penting dibandingkan dengan bagian bawahnya. Elemen sintaksis memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak kemana berita tersebut akan dibawa.


(56)

2. Struktur Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak lapran berita yang berusaha menunjukan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+IH : who, what, where, why, dan how. Meskipun pola ini ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting.

3. Struktur Tematik. Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil. 4. Struktur Retoris. Berhubungan dengan bagaimana wartawan

menekankan arti tertentu kedalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca. (Eriyanto, 2002:257)


(57)

Framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatkan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, generalisasi, dan lain-lain. Semua aspek itu diakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. (Eriyanto,2002:187)

Pendekatan penelitian ini menggunakan analisis framing Pan dan Gerald M. Kosicki karena konsep Pan framing didefinisikan sebagai sebagai proses membuat pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain, sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Dengan cara apa wartawan atau media menonjolkan pemaknaan atau penafsiran mereka atau suatu peristiwa, wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Perangkat itu dapat juga menjadi alat bagi peneliti untuk memahami bagaimana media mengemas peristiwa.

3.2. Informan Penelitian

Adapun yang menjadi informan dari penelitian ini adalah mereka yang membuat berita tentang kasus ini, yakni wartawan.


(58)

Nantinya, data dari hasil analisis akan diklarifikasi dan diperiksa kembali bersama-sama informan. Langkah ini memungkinkan seluruh hasil analisis didiskusikan dan di cek derajat kebenarannya.

Tabel 3.2 Informan Penelitian

No Nama Pekerjaan / jabatan

1. Adang Jukardi Wartawan Pikiran Rakyat 2. Dedi Rustandi Wartawan Tribun Jabar

Sumber : Peneliti, 2015

Informan diatas peneliti ambil dikarenakan mereka adalah wartawan yang mencari, mewawancarai sejumlah narasumber di lapangan dan menuliskan pemberitaan mengenai isu ganti rugi waduk Jatigede pada edisi 3 September 2015, bagaimana mereka mengemas berita yang sama dalam versi yang berbeda sesuai dengan ideologi dari masing-masing media

.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diyakini sebagai cara serta langkah-langkah mendapatkan data yang ditempuh peneliti untuk keperluan penelitian dari berbagai sumber data terkait dengan pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang pada masing – masing media.

3.3.1. Studi Pustaka

Studi pustaka digunakan penulis dengan menghimpun data tertulis dan pengamatan secara langsung terhadap pemberitaan pemberitaan Ganti Rugi


(59)

Waduk Jatigede Sumedang yang dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar.

3.3.2. Studi Lapangan

3.3.2.1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah bentuk interaksi langsung antara dua orang, wawancara dilakukan antara orang yang memberi informasi dan orang yang diberi informasi. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu. (Moleong:135)

Wawancara dalam penelitian ini di tujukan kepada wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar mengenai pemberitaan tentang pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang edisi 3 September 2015.

3.3.2.2. Dokumentasi

Dokumentasi ialah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, bahkan untuk meramalkan.

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi penting dilakukan oleh peneliti, karena peneliti mencoba menganalisa sebuah berita


(60)

mengenai pemberitaan pemberitaan Ganti Rugi Waduk Jatigede Sumedang edisi 3 September 2015.

3.3.2.3. Internet Searching

Internet searching dilakukan untuk memperoleh data tambahan bagi peneliti selain dari buku, tulisan, artikel, maupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai analisis framing. Dalam internet terdapat berbagain pembahasan dan sumber data yang melengkapi dalam penelitian ini. Internet searching merupakan salah satu teknik pengambilan data yang digunakan peneliti. Terdapat website dan artikel-artikel yang digunakan oleh peneliti.

3.4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam metode kualitatif adalah mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber untuk menguji keabsahan data tersebut. Menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2010:88).

Teknik analisa data juga merupakan suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian secara sistematik tentang suatu hal sebagai upaya untuk mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan.


(1)

v

KATA PENGANTAR

Bissmillah hirokhmannirohim.

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya peneliti diberikan ketekunan, kesehatan, kekuatan serta kesabaran dalam menyelesaikan Skripsi ini, sebagai kewajiban dan bukti syarat kelulusan untuk menempuh jenjang strata satu di Universitas Komputer Indonesia pada program studi Ilmu Komunikasi kosentrasi Jurnalistik.

Peneliti sangat menyadari peran-peran berharga dari orang-orang paling dekat dengan peneliti yang bersedia membagikan sebagian waktu dan hidupnya bersama-sama menghadapi kesenangan, dan kesedihan dari berbagai moment indah selama ini. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada orang tua tercinta Dana Sutisna dan Entin Sumiani serta kakak tercinta Alan Taufik Akbar atas segala kasih sayang yang selalu menemani dalam kehidupan peneliti dan atas kesetiaan kesabaran dan

do’anya dalam mendukung peneliti, memberikan kekuatan moril dan dukungan

materi agar terselesaikannya Skripsi ini.

Dalam melaksanakan Skripsi ini tidak sedikit peneliti menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non-teknis. Namun berkat bantuan, do’a, semangat, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti tidak putus asa dan terus bersemangat untuk menyelesaikan Skripsi ini.


(2)

vi

Peneliti tidaklah mampu untuk menyelesaikan Skripsi ini dengan baik tanpa adanya dukungan dorongan dan bimbingan serta bantuan dalam proses penyusunan Skripsi ini. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati peneliti, tanpa ragu ingin menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

2. Yth. Ibu Melly Maulin P., S.Sos.,M.Si, selaku Ketua Program Studi yang

memperlancar kegiatan Penulis dalam mengesahkan Skripsi ini.

3. Yth. Bapak Sangra Juliano Prakasa, M.I.Kom, selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan kesabarannya yang telah banyak membimbing, mengajarkan, dan memberikan motivasi kepada peneliti.

4. Yth. Bapak Inggar Prayoga, M.I.Kom, selaku Dosen Program Studi

Ilmu Komunikasi UNIKOM, dan juga Dosen Wali yang telah memberikan nasihat, saran, motivasi serta izin untuk melakukan Skripsi ini.

5. Yth. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIKOM, yang telah

memberikan dukungan, pikiran, tenaga, saran, dan waktu serta pengajaran yang baik selama peneliti mengikuti perkuliahan.


(3)

vii

6. Yth. Mbak Asri Ikawati, A.Md.Kom, Sebagai Sekretariat Prodi Ilmu Komunikasi & Public Relations, yang telah membantu peneliti dalam hal adminstrasi.

7. Untuk Kekasih tercinta, Fahri Faisal, yangtelah mendukung,

memberikan semangat kepada peneliti agar tetap berusaha, menemani peneliti disaat melakukan penelitian dan tak hentinya mendoakan kelancaran pengerjaan peneliti ini.

8. Sahabat tersayang, Saraswati Ayu Prasetya, Panji Banidia, Edward Daniel Bogia. Terima kasih sudah mewarnai kehidupan peneliti dikala senang maupun masa sulit,selalu memberikan support dan waktunya. Suka duka kalian tetap ada. Tak akan peneliti lupakan semua kenangan indah bersama kalian.

9. Teman-teman seperjuangan, Idam Mahmud, Ayubi Ray Tiara, Risma

Safitri, Setya Agung, Galih Gentra, Anggi Arizona, Fajar Wira, Davi Ahman, Fahman Zaelani, Arief Muchsinin, Ruli Amalia, Risma Kusnindiarti, Melayuki, Kannya Rie dan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih untuk motivasi dan kebersamaan kalian. Semoga kita dapat merasakan kebahagian yang selalu dicita-citakan oleh mahasiswa bersama.

10.Motivator, Reni Wardini. Terima kasih sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan peneliti selama ini. Selalu memberikan kata – kata emas dalam menyemangati peneliti, selalu ada disaat peneliti butuhkan, Terima Kasih untuk do’anya selama ini.


(4)

viii

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan memberikan balasan yang berlimpah bagi orang-orang yang sudah membantu dengan segala ketulusan dan keikhlasannya. Untuk kesempurnaan Skripsi ini, peneliti berharap para pembaca senantiasa memberikan koreksi, kritik dan saran dengan pikiran dan hati terbuka. Semoga kelak Skripsi ini senantiasa memberikan manfaat yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan para pembacanya.

Bandung, Maret 2016 Peneliti

Nurfitriana NIM. 41811104


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis framing pemberitaan konflik internal partai persatuan pembangunan dalam menentukan koalisi pada pemilu 2014 oleh harian online republika.com

1 4 132

Pembingkaian berita keterlibatan artis Raffi Ahmad dalam kasus narkoba : (analisis Framing Robert N.Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar edisi Januari-Februari 2013)

0 12 1

Pembingkaian berita Tim Nasional U-19 : (studi analisis framing model Zhondang Pan dan Gerald M.Konsicki pada Harian Bola dan Top Skor Edisi 19-30 November 2013)

0 27 125

Pembingkaian Berita Pilkada Serentak Di Jawa Barat 2015 ( Analisis Framing Robert N. Entman Pada Pembingkaian Berita Pilkada Serentak 9 Desember 2015 pada Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015)

3 13 100

Pembingkaian Berita Wakil Ketua Non Aktif Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto (Analisis Framing Robert N. Entman Pada Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 4 Februari 2015)

0 2 1

Pembingkaian berita keterlibatan artis Raffi Ahmad dalam kasus narkoba : (analisis Framing Robert N.Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar edisi Januari-Februari 2013)

0 11 1

Perencanaan Tata Ruang Konservasi Tanah dan Air Pada Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) Waduk Jati Gede - Sumedang Jawa Barat

0 7 158

PEMBINGKAIAN BERITA PEMUKULAN TERHADAP PRAMUGARI SRIWIJAYA AIR DI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terhadap Berita Pemukulan Pramugari Sriwijaya Air di metrotvnews.com dan inilah.com Edisi 6 Juni – 10 Juni 2013).

0 0 108

KONSTRUKSI PEMIKIRAN MEDIA BULETIN AL ISLAM : ANALISIS FRAMING ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI EDISI 708-710.

0 2 122

PEMBINGKAIAN BERITA PEMUKULAN TERHADAP PRAMUGARI SRIWIJAYA AIR DI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terhadap Berita Pemukulan Pramugari Sriwijaya Air di metrotvnews.com dan inilah.com Edisi 6 Juni – 10 Juni 2013)

0 0 19