KONSTRUKSI PEMIKIRAN MEDIA BULETIN AL ISLAM : ANALISIS FRAMING ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI EDISI 708-710.

(1)

KONSTRUKSI PEMIKIRAN MEDIA BULETIN AL ISLAM

(Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Edisi 708-710)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi

Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam

Disusun Oleh :

ABDUR ROHIM BUCHORI B91211072

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Abdur Rohim Buchori, NIM. B91211072, 2015. Konstruksi Pemikiran Media Buletin Al Islam (Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Edisi 708-710). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Konstruksi Pemikiran Media Buletin Al Islam, Analisis Framing

Fokus masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah: Bagaimana Konstruksi Pemikiran Media Buletin Al Islam (edisi 708-710) ?

Untuk mengungkap permasalahan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode kualitatif non kancah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan pendekatan Analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Pendekatan model ini dibagi menjadi empat struktur besar, yakni; Struktur sintaksis (bagaimana wartawan menyusun peristiwa-peristiwa, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan umum berita), Struktur skrip (bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita), Struktur tematik (berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk kalimat secara keseluruhan), dan Struktur retoris (bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita).

Dari hasil penelitian ini, didapat bahwa secara sintaksis, buletin Al Islam mempunyai pandangan sistem Daulah Islamiyah adalah solusi yang paling tepat menyelesaikan persoalan kehidupan dari semua sistem pemerintahan yang ada. Secara skrip, buletin Al Islam memberikan penekanan pada aspek perbandingan sistem pemerintahan yang ada dengan sistem khilafah Islam. Secara tematik, buletin Al Islam menyuguhkah berita yang berani dan tegas menolak apa saja yang tidak sesuai dengan ideologi Islamnya. Secara retoris, buletin Al Islam kurang memberikan penjabaran dalam setiap ulasannya, sehingga materi tersebut sulit dipahami.

Karena keterbatasan pengetahuan dan literatur peneliti, maka diharapkan ada peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian ini dengan perspektif dan metode yang berbeda, sehingga memperoleh hasil yang sempurna.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ii

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Definisi Konseptual ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II : KAJIAN TEORETIK A. Kajian Pustaka ... 18

1. Pandangan Tentang Pemikiran (Ideologi) ... 18

2. Ideologi Dalam Islam ... 19

3. Konsep Pemikiran ... 21

4. Pandangan Tentang Kontruksi Berita ... 23

5. Framing dan Ideologi ... 24

6. Proses Framing ... 26


(7)

8. Buletin Sebagai Media Cetak dakwah ... 41

B. Kerangka Teoritik ... 44

1. Pandangan Kontruksionis Dalam Pembuatan Media Cetak... 44

2. Konstruksi Ideologi Dalam Berita ... 46

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 50

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 53

B. Unit Analisis ... 55

C. Tahapan Penelitian ... 56

D. Teknik Pengumpulan Data ... 57

E. Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 64

B. Penyajian Data ... 72

C. Analisis Data ... 104

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama Dakwah, yaitu agama yang menegaskan umatnya untuk menyebarluaskan dan menyiarkan islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam sebagai agama Allah yang mengatur kehidupan di dunia dan untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat.1

Setiap orang Muslim berkewajiban menyampaikan Islam kepada orang lain walaupun hanya satu ayat. Sebagaimana, hadist Rasulullah SAW Ballighu anni walau ayatan. Setiap muslim adalah marketing Tuhannya. Maka dari itu, berkewajiban mengembangkan dakwah bagi diri sendiri dan bagi umat manusia.2

Maka, dakwah sesungguhnya merupakan suatu gejala yang konkrit dan ada di tengah-tengah masyarakat dalam bentuk penyampaian pesan amar ma’ruf nahi munkar dari da’i (penyampai dakwah) kepada mad’u (penerima dakwah), melalui suatu saluran yang biasanya disebut media, dan menggunakan berbagai macam metode.3

1 Djamaludin Ancok dkk, Pers dan Penyebaran Pesan-Pesan Agama (Bandung: Puspidai Press,

1995), h. 28.

2 Andy Hermawan, Ibda’ Bin Nafsika. Tafsir Terbaru Keilmuan Dakwah (Yogyakarta: Tiara


(9)

2

Kegiatan dakwah juga bertujuan untuk merealisasikan segala perbuatan yang telah digariskan oleh Allah SWT yaitu dengan memperjuangkan yang baik (amar ma’ruf) dan meninggalkan yang jelek (nahi munkar) guna meneruskan perjuangan Rasulullah SAW bagi setiap muslim kepada muslim yang lain. Agar dakwah Islam dapat lebih diketahui, dihayati serta diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi.4 Dengan makna-makna inilah kita dapat memaknai bahwa dakwah tidak menekankan hasil, tetapi mementingkan tugas dan proses. Penelusuran makna dakwah juga menunjukkan bahwa masing-masing makna tersebut menunjuk pada kata yang membutuhkan objek. Dalam hal ini menunjuk pada adanya sasaran dakwah. Setidaknya ada tiga komponen dakwah di dalam event dakwah, yaitu pelaku dakwah (pendakwah), pesan dakwah, dan sasaran dakwah (mitra dakwah).5

Di sebagian benak pikiran orang, dakwah adalah aktivitas penyampaian ajaran Islam yang hanya sebatas dengan lisan, misalnya ceramah dan khutbah. Hal itu tidak bisa dipungkiri, walaupun pada dasarnya dakwah dapat disampaikan dalam bentuk maupun metode lain yaitu dakwah bil Hal (perbuatan) dan bil Qalam (tulisan).

Dakwah dengan perbuatan lebih menekankan pada kegiatan aksi, misalnya bhakti sosial dan pelaksanaan program kerja di masyarakat. Sedangkan, dakwah dengan metode tulisan di antaranya dengan

4

Alwi Shihab, Islam Inklusif (Bandung: Mizan, 1998), h. 252

5


(10)

3

menerbitkan majalah, buku, koran, buletin, dan lain sebagainya. Dakwah bil Qalam merupakan salah satu metode dakwah yang harus diketahui oleh para da’i di zaman sekarang ini, agar dakwah yang disampaikan bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat.

Pada dasarnya dakwah merupakan tugas pokok para Rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya, agar mereka beriman dan beribadah kepada-NYA, seperti yang digariskan dengan syariat yang dibawanya.

Kemudian setelah Rasulullah SAW tiada, maka berdakwah menjadi tanggung jawab setiap ummatnya, sebagaimana dalam Firman Allah Swt (QS. Al Imran [3] : 104) :

















































“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;merekalah orang-orang yang beruntung.”6

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim.7 Seorang da’i sudah tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam dakwahnya, agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam dakwahnya, da’i harus mengorganisasi komponen-komponen dakwah secara baik dan tepat.

6

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci


(11)

4

Dakwah bil Qalam merupakan metode dakwah yang tepat digunakan di era modern seperti sekarang ini, mengingat perkembangan media cetak maupun media online/elektronik yang semakin pesat. Metode Dakwah bil Qalam sangat baik digunakan, karena dengan berdakwah menggunakan metode tulisan, pesan dakwah yang disampaikan, bisa dinikmati seluruh kalangan masyarakat dalam waktu yang singkat.

Dakwah bil Qalam memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan dakwah bil Lisan, yakni dengan tulisan baik itu dari surat kabar, koran, majalah, buletin, dan media cetak lainnya. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari serta disimpan untuk dibaca kembali setiap saat.

Buletin merupakan salah satu jenis media cetak yang bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan dakwah. Buletin juga lebih efektif dan efisien untuk mengisi wacana religi keseharian, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan di mana saja objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bil Qalam.

Dalam dakwah Bil Qalam diperlukan kepandaian da’i khususnya dalam hal menulis. Penyampaian dakwah menggunakan media cetak, da’i harus menyadari bahwa dakwah menggunakan media cetak ini tidak sama dengan berdakwah di mimbar (bil Lisan), dakwah dalam menggunakan tulisan (bil Qalam) ini, maka da’i harus mampu mengemas pesan dakwah


(12)

5

sesingkat, sejelas, dan semenarik mungkin agar mudah menarik minat serta dipahami oleh pembaca (mad’u).

Ada beberapa hal yang mempengaruhi efektivitas tulisan di antaranya bahasa, jenis huruf, format, media, dan tentu saja penulis serta isinya. Tulisan yang terpublikasi bisa dalam bentuk tulisan ilmiah, tulisan lepas, sastra, cerpen, dan berita.

Ada semacam keharusan bagi media untuk melakukan perubahan orientasi, dan merekonstruksi ulang terhadap materi yang disampaikan terhadap kecenderungan masyarakat yang berubah. Jadi, pada saatnya masyarakat juga ikut menentukan arah suatu media detak yang tumbuh di tengah-tengah kehidupannya. Dalam hal ini termasuk peluang bagi para da’i Islam untuk menyesuaikan diri dan mampu mengambil peranan aktif dalam bidang pers dan jurnalistik. Dengan berusaha terjun langsung di dalam dunia pers, atau bekerja sama dengan pers sehingga akan dapat ikut mengarahkan lembaga pers ke dalam perspektif Islam agar tidak bertentangan dengan etika moral dan agama. Selain itu para da’i dapat menyampaikan pesan-pesan dakwahnya ke dalam media massa baik dalam bentuk koran, majalah, tabloid, buletin dan lain sebagainya.

Adapun salah satu kekuatan media yakni dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap sesuatu sehingga prosesnya akan berpengaruh pada masyarakat. Dalam perkembangannya selain memiliki karakteristik tertentu media juga mempunyai pencapaian tujuan yang


(13)

6

berbeda. Misalnya; media cetak harus memiliki azas kedekatan dengan pembacanya, demikian ini juga harus ada dalam media-media komunikasi lainnya.8

Bersamaan dengan itu, berkembang pemikiran di sekitar “Pers Islam”. Pemikiran itu dikaji lagi dalam beberapa bentuk media cetak yang pada beberapa waktu terakhir ini mulai bermunculan, yang diharapkan menjadi salah satu alternatif usaha ke arah pengembangan dakwah9. Sebagai contoh : Majalah Al Falah dengan ideologi Muhammadiyahnya, Majalah Aula dengan Nadhlatul Ulamanya , Buletin Al Islam dengan Hizbut Tahrirnya, dan lain sebagainya..

Munculnya Buletin Al Islam sebagai buletin berideologi Islam, merupakan salah satu indikator sedang berlangsungnya upaya menanggapi kecenderungan masyarakat dalam kehidupan beragama. Dan ini merupakan salah satu contoh dakwah bil Qalam yang dilakukan melalui pers.

Buletin Al Islam adalah buletin yang terbit setiap jum’at sebagai produk jurnalistik dakwah Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mengupas segala hal tentang isu kejadian aktual baik dari dalam maupun luar negeri, yang menjadi isu di tengah-tengah kehidupan masyarakat

8 Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Rosda Karya, 1996), h. 6. 9 Asep S Muhtadi, Pers dan Penyebaran Pesan-Pesan Agama (Bandung: Puspidai Press, 2000), h.


(14)

7

sehari-hari. Buletin tersebut tersebar di masjid-masjid setiap hari jum’at, sebelum orang-orang melaksanakan ibadah sholat jum’at.

Berdasarkan ilustrasi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Buletin Al Islam sebagai media dakwah pers yang diterbitkan oleh Organisasi Islam yakni Hizbut Tahrir Indonesia dalam bentuk karya skripsi dengan mengambil judul “Konstruksi Pemikiran Media Buletin Al Islam (Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki edisi 708-710)”

Dengan menganalisis buletin Al Islam ini peneliti akan meneliti frame apa yang melingkupi buletin tersebut, khususnya pada edisi 708-710 tahun 2014. Dalam hal ini pertama kali wartawan menjelaskan tentang fakta yang terjadi yang melingkupi fenomena-fenomena yang baru pada masa itu dan menjelaskan tentang fakta- fakta yang terjadi terkait fenomena tersebut. Kemudian dikaitkan dengan analisa dan solusi yang memang tepat untuk diterapkan dari problem-problem yang terjadi kala itu. Dan Model framing yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ini adalah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Peneliti menggunakan model ini bukan hanya merupakan model yang paling terkenal, akan tetapi kesesuaian dengan apa yang diteliti yaitu buletin Al Islam. Dengan alasan ini peneliti akan melakukan analisis framing dengan menggunakan model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.


(15)

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena sosial dakwah diatas, maka memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan diangkat dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris konstruksi pemikiran media buletin Al Islam (edisi 708-710 ) ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang diangkat dalam tema ini, maka peneliti memfokuskan untuk :

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konstruksi pemikiran media buletin Al Islam (edisi 708-710) melalui penelitian kualitatif dengan jenis penelitian analisis framing.

D. Manfaat Penelitian

Bila tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka diharapkan dapat memiliki dua manfaat, yaitu :

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat dijadikan sumber referensi bagi Fakultas Dakwah, terutama untuk jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk mengembangkan ilmu dakwah yang menjadi pembelajaran utama bagi jurusan tersebut.


(16)

9

b. Diharapkan dapat mengembangkan ilmu dalam berdakwah, terutama dalam komponen pengalaman kerja redaksi jurnalis dakwah.

c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pengetahuan dalam pengembangan kajian ilmu dakwah lebih lanjut.

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti tentang buletin Al Islam maupun buletin-buletin lainnya.

b. Diharapkan dapat dijadikan informasi dan acuan bagi peminat atau peneliti dakwah bahwa buletin merupakan salah media dakwah bil Qalam yang efektif.

c. Hasil rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan keilmuan dakwah dan keredaksian media cetak.


(17)

10

E. Definisi Konseptual

Pada dasarnya konsep merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasi hal-hal yang khusus. 10 Menurut Koentjaraningrat konsep merupakan unsur pokok dari suatu konsep sebenarnya. Definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala yang ada.11 Definisi konsep ini memberikan gambaran-gambaran konsep yang khusus dan menjelaskan bagian-bagian yang terkandung dalam judul yang diambil.

Konsep – konsep yang diangkat dalam penelitian ini tidak terlepas dari judul penelitian, supaya menghindarkan dari kesalahpahaman dalam memahami judul atau fokus penelitian, selain itu juga bermaksud agar masalah yang diajukan dapat dijelaskan atau digambarkan dengan baik. Penelitian ini berjudul “Konstruksi Pemikiran Media Buletin Al Islam (Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki edisi 708-710).”

Dari judul ini, maka yang menjadi bahan kajian dan perlu mendapatkan penjelasan yakni:

1. Konstruksi Pemikiran (Ideologi)

Dalam kamus ilmiah populer konstruk merupakan konsepsi, bentuk susunan (bangunan), rancang, menyusun, membangun, melukis, dan memasang. Dan yang dimaksud konstruksi sendiri merupakan pembuatan,

10 Jalalludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 12. 11 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


(18)

11

rancang bangunan, penyusunan, pembangunan (bangunan), susunan bangunan.12 Aktifitas untuk membangun suatu sistem.13

Menurut Taqiyudin An-Nabani ideologi merupakan segala sesuatu yang memancarkan peraturan dan dilakukan melalui pemikiran (aqidah aqliyah). Dan akidah aqliyah ini merupakan pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan sebelum dan sesudah alam kehidupan. Sedangkan peraturan yang lahir dari akidah tidak lain berfungsi untuk memecahkan dan mengatasi berbagai problematika hidup manusia, menjelaskan bagaimana cara pelaksanaan pemecahannya, memelihara akidah serta untuk mengemban ideologi.14

Dalam literatur lain ideologi merupakan sebuah aqidah aqliyah yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.15 Dan aqidah itu sendiri merupakan pemikiran menyeluruh mengenai kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan tiada, sedangkan aqliyah adalah proses berfikir yang memang bisa diterima oleh akal (kembali kepada aqidah). Ideologi terdiri dari dua hal yakni aqidah aqliyah serta peraturan-peraturan yang terpancar dari aqidah tadi. Dalam reideologi Islam juga dijelaskan makna dari ideologi itu sendiri merupakan akidah rasional yang memancarkan aturan untuk semua aspek kehidupan.16

12 Pius A. Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), h. 365. 13 http://www.wikipedia.com (diakses pada tanggal 04/06/2015, pukul 21.00)

14 Taqiyuddin An-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia,

2007), h. 42-43.


(19)

12

Jadi dapat ditarik sebuah kesimpulan konstruksi pemikiran atau ideologi merupakan bangunan yang di dalamnya terpancar peraturan, dan ini dapat dilihat bagaimana konstruksi yang ada pada buletin Al Islam itu sendiri.

2. Pemikiran Dalam Konteks Islam

Sebelum mendefinisikan Islam, peneliti akan membahas mengenai pemikiran. Pemikiran ini merupakan hasil dari proses berfikir, sedangkan berfikir sendiri merupakan proses untuk menganalisa fakta yang dipanca indera, kemudian diteruskan ke otak yang didukung oleh pengetahuan sebelumnya. Dengan kata lain faktor-faktor dari proses berfikir adalah adanya fakta, panca indera, otak, dan adanya pengetahuan sebelumnya yang mendukung untuk proses berfikir tersebut.

Dari definisi berfikir, tersebut dapat diambil titik kesimpulan, bahwa pemikiran itu adalah suatu hasil dari proses berfikir yang telah dijelaskan sebelumnya melalui faktor-faktor yang mendukung proses berfikir tersebut. Definisi lain mengenai pemikiran adalah pengungkapan fakta tertentu yang dapat diindera atau fakta yang tergambar dalam benak bahwa hal itu ada, artinya pemikiran adalah penilaian terhadap fakta tertentu yang diungkapkan dengan sebuah sarana pengungkapan. Apabila makna pemikiran itu sudah dapat dipahami, yakni fakta yang hendak dihukumi itu sudah dipahami dan ternyata sesuai dengan hukumnya, serta jika terjadi pembenaran terhadap fakta itu karena adanya kesesuaian


(20)

13

antara pemikiran itu dengan faktanya, pemikiran itu menjadi pemahaman yang akan mengarahkan tindakan terhadap fakta tersebut.17

Islam adalah suatu pola hidup yang khas yang sangat berbeda dengan pola hidup lainnya. Islam mewajibkan pemeluknya untuk hidup dalam satu warna kehidupan tertentu secara konstan, tidak berganti dan berubah karena situasi maupun kondisi. Islam mengharuskan mereka untuk selalu mengikatkan diri dengan pola kehidupan tersebut dengan membentuk suatu kepribadian, yang menjadikan jiwa dan pikiran mereka tidak akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan, kecuali berada dalam pola kehidupan itu. Islam datang dengan serangkaian pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup tertentu. Islam hadir dalam bentuk garis-garis hukum yang global, yakni makna-makna tekstual yang umum, yang mampu memecahkan seluruh problematika kehidupan manusia. Dengan demikian, akan dapat digali berbagai cara pemecahan setiap masalah yang muncul dalam kehidupan manusia. Islam menjadikan cara-cara pemecahan problema kehidupan tersebut bersandar pada suatu landasan dasar pemikiran yang dapat memancarkan seluruh pemikiran tentang kehidupan. Islam telah menjadikan hukum-hukum tentang pemecahan problema kehidupan, pemikiran dan ideologi, serta pandangan-pandangan tentang berbagai pendapat baru sebagai sesuatu


(21)

14

yang terpancar dari aqidah Islam, yang digali dari garis-garis hukum yang bersifat global itu.18

Dari pemaparan tentang pemikiran dan Islam itu sendiri, dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa pemikiran Islam merupakan semua fakta yang telah dipikirkan kemudian dianalisa dan dikaitkan dengan Islam. Jadi, apapun yang menjadi problem (fakta yang terjadi) selalu dikaitkan dengan Islam dan bertumpu kepada Islam dan tidak ada hukum yang lain yang mewakilinya, kecuali hukum Islam. Misalnya, kita mengambil fakta tentang pemberitaan di media massa yang memberitakan perekonomian Indonesia yang semakin carut-marut dan tidak terkendali dengan sistem kapitalisnya, Islam memberikan solusi yang solutif mengenai problem perekonomian Indonesia dengan hukum-hukumnya, bukan dengan hukum manusia akan tetapi dengan hukum yang sudah ditetapkan yang Maha Pembuat Hukum yakni Allah SWT.

3. Buletin

Buletin adalah media cetak berupa selebaran atau majalah berisi warta singkat atau pernyataan tertulis yang diterbitkan secara periodik oleh suatu organisasi atau lembaga.19

Salah satu media dakwah yang hingga kini dan masa yang akan datang masih perlu dikembangkan adalah media cetak atau penerbitan,

18 Muhammad Ismail, Bunga Rampai Pemikiran Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 9

-10.

19 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Remaja


(22)

15

salah satunya adalah Buletin. Melalui media ini, materi dakwah dapat disebarkan langsung atau diberikan langsung kepada pembaca melalui buletin.

4. Analisis Framing

Analisis Framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media.20

Analisis framing dalam perspektif komunikasi merupakan sebuah analisis yang dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya21. Dalam penelitian ini, model framing yang digunakan adalah model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang membagi perangkat framing menjadi empat struktur besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris untuk mengetahui bagaimana konstruksi pemikiran buletin Al Islam terhadap muslim.

20 Eriyanto, Analisis FramingKonstruksi, Ideologi dan PolitikMedia (Yogyakarta: Lkis, 2000), h.


(23)

16

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan sesuatu yang menghantarkan ke tujuan skripsi. Untuk mempermudah pemahaman, maka rencana penulisan dalam skripsi analisis framing ini akan disusun dalam lima bab yang setiap babnya mempunyai isi dan analisa tersendiri mengenai skripsi analisis framing. Agar skripsi ini tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan dan lebih terperinci lagi susunannya, maka perlu adanya sistematika pembahasan. Di antara susunan sistematika pembahasannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORETIK

Pada bab ini memuat tentang kajian pustaka, kerangka teoritik, dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian analisis framing.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini memuat tentang pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini memuat tentang penyajian dan analisis data yang meliputi deskripsi obyek penelitian, penyajian data, dan analisis data mengkonfirmasi hasil temuan dengan teori yang sudah ada guna mengetahui relevansi antara penelitian yang dilakukan dengan teori tersebut.


(24)

17

BAB V PENUTUP

Pada bab ini akan memuat kesimpulan sebagai penegasan jawaban atas permasalahan yang diangkat serta asumsi-asumsi yang pernah diutarakan sebelumnya, kemudian akan dilengkapi dengan saran-saran dan kata penutup.


(25)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kajian Pustaka

1. Pandangan Tentang Pemikiran (Ideologi)

Sesungguhnya sebuah pemikiran (ideologi) apapun namanya merupakan akidah rasional yang memancarkan aturan untuk semua aspek kehidupan. Munculnya pemikiran (ideologi) berasal dari benak manusia. Kemunculannya terdiri dari dua cara, pertama dari wahyu Allah SWT yang diberikan kepada manusia untuk disampaikan, dan kedua dari pemikiran jenius yang dimiliki manusia. Jika, pemikiran (ideologi) ini berasal dari wahyu Allah SWT yang memerintahkan untuk menyampaikannya, maka pemikiran (ideologi) ini benar karena datang dari pencipta yang mengatur kehidupan ini. Dan jika ideologi berasal dari kejeniusan manusia berarti ideologi ini batil, karena datang dari akal yang lemah dalam memahami hakekat kehidupan. Di samping itu aturan yang dibuatnya menimbulkan perbedaan dan pertentangan, serta terpengaruh oleh lingkungan. Hal ini akan mengantarkan pada kesengsaraan manusia. Ini berarti ideologi yang memang berasal dari aturan Allah SWT adalah ideologi yang benar dalam idenya dan aturannya, sedangkan ideologi buatan manusia adalah yang batil dalam ide dan aturannya.1


(26)

19

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa ideologi merupakan akidah aqliyah yang memancarkan suatu aturan, yang dari aturan-aturan tersebut kita sebagai makhluk yang diciptakan harus mematuhi aturan-aturan tersebut. Sedangkan akidah sendiri merupakan pemikiran yang menjelaskan hakekat kehidupan dunia yang terdiri dari manusia, alam semesta dan kehidupan, hakekat yang ada sebelum kehidupan dan realitas yang ada sesudahnya serta hubungan ketiganya dengan realitas yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Dengan kata lain aturan-aturan yang ada harus berasal dari pemikiran yang menyeluruh tersebut, dan ideologi merupakan akidah aqliyah yang memancarkan aturan yang memang aturan tersebut berasal dari sesuatu yang benar dan bukan berasal dari hasil pemikiran manusia semata, karena pemikiran manusia mempunyai sifat yang terbatas.

2. Ideologi Dalam Islam

Islam adalah sebuah ideologi, dan ideologi merupakan akidah aqliyah yang darinya memunculkan aturan-aturan yang harus dilaksanakan. Agar sebuah ideologi layak dan bisa diterapkan, harus memiliki tata cara tertentu yang menjelaskan metode penerapannya yaitu, bisa diimplementasikan dalam kancah kehidupan, mempunyai metode untuk menyebarkannya, yakni mengembannya kepada orang-orang yang belum menyakininya, dan metode yang menjelaskan


(27)

20

bagaimana melindungi ideologi itu agar bertahan hidup dalam arena kehidupan ini, sekaligus memeliharanya dari kepunahan dan kemusnahannya.

Islam itu sebuah ideologi, dalam artian bahwa ia merupakan sebuah akidah aqliyah, yang memberikan jawaban kepada manusia mengenai segenap pertanyaan dan persoalannya, akidah tersebut tergambar dalam kalimat “Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu adalah utusan Allah”. Dari akidah tersebut lahir sebuah sistem (aturan) untuk memecahkan seluruh persoalan manusia. Sistem tersebut adalah apa yang ada dan tertera di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta apa yang ditunjukkan oleh keduanya. Adapun tata cara untuk melaksanakan ideologi ini, menerapkannya dalam realitas kehidupan pada umat yang menyakini kebenarannya adalah melalui keberadaan (institusi) Negara. Dalam melaksanakan ideologi tersebut Negara berpegang pada dua perkara, yakni ketaqwaan dan keimanan seorang muslim atas kebenaran dan pentingnya sistem ini disatu sisi, serta tajamnya undang-undang dan seluruh sanksinya di sisi lain.2

Dengan kata lain Islam merupakan ideologi yang memang dari pemaparan tentang ideologi merupakan akidah aqliyah yang memancarkan aturan dan Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Rasul untuk disebarkan ke seluruh masyarakat agar mengimaninya Islam. Dengan kata lain


(28)

21

merupakan ideologi yang di dalamnya ada aturan-aturan yang diturunkan Allah Swt.

3. Konsep Pemikiran

Akal atau pemikiran merupakan proses daya pikir yang bisa menghukumi realita apa saja, dengan cara mengkaitkan realita tersebut dengan informasi awal mengenai sesuatu itu. Proses pemikiran hanya mengenal satu metode saja yang tegak di atas empat pilar. Proses menghukumi realita sesuatu tidak mungkin terlaksana kecuali dengan terpenuhinya semua pilar tersebut. Tidak adanya satu pilar saja mengakibatkan ketidakmungkinan terjadinya proses berfikir dan ketidakmampuannya untuk sampai pada hukum atas realita tersebut. Empat pilar tersebut adalah realita, informasi awal mengenai realita tersebut, penginderaan terhadap realita, dan otak yang layak untuk mengaitkan informasi dengan realita tadi. Dengan demikian maka definisi berpikir adalah sebuah metode tertentu dalam penelitian atau pembahasan, yang terjadi dalam rangka mengetahui hakikat sesuatu yang ditelitinya, dengan cara memindahkan penginderaan atas sebuah realita melalui alat indera ke dalam otak, dengan adanya informasi awal yang digunakan untuk menjelaskan realita tersebut, sehingga bisa diterapkan status hukum realita tadi. Otak mengeluarkan status hukum atas realita itu, dan status hukum inilah


(29)

22

yang disebut dengan pemikiran. Jadi pemikiran merupakan status hukum atas suatu realita.3

Meski begitu, di dalam pemikiran terdapat beberapa tingkatan atau taraf, di antaranya :4

a) Pemikiran yang rendah. Pemikiran yang rendah merupakan segala sesuatu dengan hanya melihat permukaan atau bentuk luarnya saja, tanpa adanya pendalaman atau upaya untuk memahami berbagai faktor dan kondisi yang mempengaruhinya.

b) Pemikiran mendalam. Pemikiran mendalam tidak cukup sebagaimana pemikiran rendah, hanya melihat pada permukaan atau bentuk luarnya saja, ia berupaya memahami sesuatu secara mendalam. Taraf pemikiran ini layak untuk meneliti zat materi maupun susunannya, tetapi tidak layak untuk menetapkan hakekat segala sesuatu, karena ia membutuhkan pemahaman tentang kondisi atau faktor segala sesuatu.

c) Pemikiran cemerlang. Pemikiran ini merupakan satu-satunya yang bisa menjamin sampainya kita pada solusi yang benar untuk memecahkan simpul besar problematika manusia. Pemikiran ini tidak cukup sebagaimana dua jenis pemikiran terdahulu dengan hanya melihat permukaan sesuatu dan mendalaminya, tetapi ia akan melampauinya sehingga sampai pada batas penelitian tentang apa saja yang meliputi sesuatu yang diteliti, dan ikatan yang

3 Ibied, h. 53-55.


(30)

23

menghubungkan sesuatu tersebut dengan sesuatu yang lain, sehingga bisa diperoleh sebuah ketetapan yang pasti.

Dari sini pemikiran dalam konteks Islam merupakan proses berfikir yang di dalamnya terdapat serangakian pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup tertentu yang dipikirkan secara cemerlang, karena Islam sendiri merupakan pola hidup yang khas yang tidak berubah mengikuti zaman dan sangat berbeda dengan pola kehidupan yang lain.

4. Pandangan Tentang Konstruksi Berita

Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Wartawan mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa, dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiwa itu, yang diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Di sini realitas bukan dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam proses internalisasi, wartawan dilanda oleh realitas. Realitas diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Dalam proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta


(31)

24

diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut.5

Jadi informasi tersebut dikonstruk oleh wartawan sehingga menjadi berita yang layak untuk dinikmati oleh khalayak. Dan bagaimana cara wartawan untuk mengkonstruk informasi agar menjadi berita melalui cara-cara yang dijelaskan di atas, dan ini merupakan pandangan tentang konstruksi untuk membentuk berita.

5. Framing dan Ideologi

Framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok dan lain-lain) yang dilakukan media. Pembingakaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang artinya realitas dimaknai dan dikonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspektertentu sesuai kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebihmengena dalam pikiran khalayak.6

Produksi berita berhubungan dengan bagaimana rutinitas yang terjadi dalam ruang pemberitaan, yang menentukan bagaimana wartawan didekte atau dikontrol untuk memberikan peristiwa dalam perspektif tertentu. Selain praktik organisasi dan ideologi profesional

5

Eriyanto, Analisis Framming Konstruksi, Ideologi dan PolitikMedia (Yogyakarta: Lkis, 2000), h. 13-18.

6 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media group,


(32)

25

tersebut, ada satu aspek lain yang sangat penting yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa ditempatkan dalam keseluruhan produksi teks, yakni bagaimana berita itu bisa bermakna dan berarti bagi khalayak. Stuart Hall menyebut aspek inisebagai konstruksi berita.7

Aspek konstruksi berhubungan dengan bagaimana wartawan atau media menampilkan peristiwa tersebut sehingga relevan bagi khalayak. Aspek ini dilakukan dengan memutuskan item yang dipandang dapat dipahami oleh khalayak. Karena realitas dan peristiwa itu begitu kompleknya dan acak, ia harus diidentifikasi (diberi nama, diidentifikasi, dan dihubungkan dengan peristiwa lain yang diketahui oleh khalayak) dan ditempatkan dalam konteks sosial tertentu di mana khalayak tersebut berada (seringkali itu dilakukan dengan menempatkan peristiwa dalam kerangka acuan yang familiar dari khalayak). Semua proses identifikasi dan kontekstualisasi adalah aspek yang penting melalui mana peristiwa yang acak dibuat beraturan, dan bermakna dan relevan bagi khalayak media.

Sebuah peristiwa, menurut Hall, hanya akan berarti jika ia ditempatkan dalam identifikasi kultural di mana berita tersebut hadir. Jika tidak, berita tersebut tidak akan berarti bagi khalayak pembacanya. Peristiwa yang tidak beraturan dibuat menjadi teratur dan berarti. Itu artinya, wartawan pada dasarnya menempatkan peristiwa ke dalam peta makna (maps of meaning). Identifikasi sosial,

7


(33)

26

kategorisasi, dan konstekstualisasi dari peristiwa adalah proses penting di mana peristiwa itu dibuat berarti dan bermakna bagi khalayak. Proses membuat peristiwa agar konstekstual bagi khalayak ini adalah proses sosial menempatkan kerja jurnalistik dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya. Ia menjadi latar asumsi (background assumption) yang dipahami bersama, yang oleh pemahaman wartawan dipandang bernilai bagi khalayak melalui mana peristiwa bukan hanya dipandang berarti tetapi juga dimengerti oleh khalayak. Ia menjadi asumsi yang kira-kira bagi wartawan dan bagi khalayak disepakati bersama bagaimana peristiwa seharusnya dijelaskan dan dipahami.8

Aspek penting dari latar asumsi tersebut adalah proses konsensus: memberikan makna bagi peristiwa apa yang diasumsikan oleh wartawan dan apa juga yang diasumsikan oleh khalayak. Konsensus tersebut mendasari kerja wartawan bagaimana peristiwa seharusnya dilihat. Media melihat peristiwa dan persoalan ke dalam pengertian umum atau bersama yang ada dalam masyarakat.

6. Proses Framing

Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan

8


(34)

27

Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu/peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

Kedua, konsep sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi terindentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.


(35)

28

Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam pikirannya semata. Pertama; konsep konstruksi itu juga melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Nilai-nilai sosial yang tertanam mempengaruhi bagaimana realitas dipahami. Ini umumnya dipahami bagaimana kebenaran diterima secara taken for granted oleh wartawan. Sebagai bagian dari lingkungan sosial, wartawan akan menerima nilai- nilai, kepercayaan yang ada dalam masyarakat. Kedua; ketika menulis dan mengkonstruksi berita wartawan bukanlah berhadapan dengan publik yang kosong. Bahkan ketika peristiwa ditulis, dan kata mulai disusun, khalayak menjadi pertimbangan dari wartawan. Hal ini karena wartawan bukan menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Melalui proses inilah nilai-nilai sosial yang dominan yang ada dalam masyarakat ikut mempengaruhi pemaknaan. Ketiga; proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari wartawan.9

7. Media Massa

a. Definisi Media Massa

Kehidupan masyarakat tidak dapat ditinggalkan lagi dari kebutuhan komunikasi dan media sebagai sarana tercapainya

9 Ibied, h. 252-254.


(36)

29

komunikasi tersebut di abad modern. Seiring dengan perkembangan jaman yang modern komunikasi mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan masyarakat. Bahkan dalam tingkat yang lebih luas, komunikasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam menetapkan peraturan ataupun instruksi lainnya.

Untuk menyampaikan ide ini maka dibutuhkan sebuah sarana. Media massa baik cetak maupun elektronik memegang peranan yang penting dalam menyampaikan ide tersebut. Dengan melalui media ini, seorang komunikator akan lebih mudah menyampaikan pesan-pesannya kepada komunikan, sehingga dalam waktu yang singkat pesan dapat dijangkau siapapun yang menjadi sasarannya. Karenanya, media massa mempunyai peran yang sangat signifikan dalam proses komunikasi.

Salah satu unsur penting yang dapat berperan dalam penyebaran informasi dan menumbuhkan kesadaran serta motivasi bagi sebuah perubahan dalam masyarakat adalah media massa. Dalam hal ini, kehadiran media sebagai sarana penyampaian informasi menjadi penting artinya. Secara umum para ahli komunikasi memberikan batasan terhadap media massa yakni sebagai saran penghubung dengan masyarakat seperti surat kabar, majalah, buletin, tabloid, radio, televisi, film, dan lain-lain.


(37)

30

Dja’far H. Assegaf mengartikan media massa sebagai sarana penghubung dengan masyarakat seperti; surat kabar, majalah, radio, televisi. Dari definisi media massa yang telah disebut, terdapat suatu kesepakatan bahwa media massa digunakan dalam proses komunikasi yang dilakukan secara massal dengan menggunakan media tekhnologi komunikasi massa. Dan dalam peranannya sebagai penjaga gawang, media massa memperlihatkan kekuatan yang luar biasa terhadap suatu masyarakat dalam mengatur arus balik informasi yang dengan cara lain mungkin tanpa media massa kita tidak akan pernah memperolehnya.10

b. Media Massa dan Karakteristiknya

Untuk suksesnya komunikasi massa perlu diketahui sedikit banyak ciri komunikasi itu, yang meliputi sifat-sifat unsur yang mencakupnya. Onong Uchjana Effendi, memberikan lima ciri-ciri, di antaranya :11

1) Sifat Komunikan

Komunikasi ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar, heterogen. Ciri khas dari komunikasi melalui media massa ini, ialah bahwa jumlah yang besar itu hanya dalam periode waktu yang singkat saja. Komunikan massa sifatnya heterogen. Selain itu, komunikator tidak tahu apa

10

Djafar Assegaf, Jurnalistik Masa Kini (Jakarta: PT. Ghalia, 1983), h. 129.

11

Prof. Drs. Onong Uchajana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 35.


(38)

31

pesan yang disampaikannya menarik perhatian audience atau tidak.

2) Sifat Media Massa

Sifat media masssa adalah serempak cepat. Yang dimaksudkan dengan keserempakan (simultanity) yakni keserempakan kontak antar komunikator dengan komunikasi yang demikian besar jumlahnya. Selain itu sifat media massa adalah cepat (rapid). Artinya memungkinkan pesan yang disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang cepat. Sifat lain media massa adalah sejenak (transient), hanya sajian seketika

3) Sifat Pesan

Sifat pesan media massa lebih umum. Media massa adalah sarana menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk sekelompk orang tertentu. Karena, pesan komunikasi massa bersifat umum, maka lingkungannya menjadi universal, mengakui segala hal dari berbagai tempat. Pesan-pesan tersebut bisa mengenai politik, budaya, militer, kemasyarakatan, dan sebagainya.

4) Sifat Komunikator

Media massa adalah lembaga atau organisasi, maka komunikator dalam media massa, seperti wartawan, penyiar radio, penyiar TV, adalah komunikator terlembagakan. Media


(39)

32

massa merupakan organisasi yang kompleks. Pesan-pesan yang disampaikan kepada khalayak adalah hasil kerja kolektif. Oleh karena itu, berhasil tidaknya komunikasi massa ditentukan berbagai faktor yang terdapat dalam organisasi media massa. Berita yang tersusun dan disusun oleh seorang wartawan tidak akan sampai kepada pembaca kalau tidak dikerjakan oleh redaktur, lay outer, juru cetak, dan karyawan lain dalam organisasi surat kabar tersebut.

5) Sifat Efek

Sifat komunikasi melalui media massa yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Apakah tujuannya agar komunikan tahu saja, atau agar komunikan berubah sikap dan pandangannya, atau agar komunikan berubah tingkah lakunya. 6) Peran dan Fungsi Media Massa

Media massa merupakan pengemban peranan penting sabagai alat perubahan sosial dan pembaharuan masyarakat. Termasuk dalam pengertian media massa adalah media elektronik (radio, televisi, film), dan media cetak (print media) seperti surat kabar, majalah, tabloid, buletin. Peranan media massa yang sesuai dalam hal ini adalah sebagai agent of change. Bahkan, media massa dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat selain melakukan


(40)

33

pemberitaan yang objektif kepada masyarakat dan pembentukan pendapat umum. Tidak bisa dipungkiri, setiap hari suguhan isi surat kabar senantiasa beraneka ragam, baik itu meliputi bidang politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, maupun keagamaan.

Sebagaimana diketahui bahwa setiap institusi mempunyai fungsinya sendiri. Demikian pula media massa sebagai institusi sosial mempunyai fungsi yang penting dalam komunikasi massa. Fungsi media massa pada hakekatnya bersifat relatif dan bertalian dengan keperluan yang beraneka ragam di dalam masyarakat pada negara-negara yang berbeda, dan dalam penerapan fungsi media massa itu tentunya berbeda di negara satu dengan negara lainnya.

Secara garis besar Onong Uchjana Effendi membagi fungsi media massa menjadi empat macam yaitu, (1) Menyiarkan informasi (to inform), (2) Mendidik (to educate), (3) Menghibur (to entertain), (4) Mempengaruhi (to Influence). Harold D. Laswell, menyebutkan fungsi media massa sebagai berikut:

a) Surveillance of the enviroinment.

Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan. Sebagai pengamat dalam komunikasi massa, media berperan dalam mengamati siklus yang terjadi dalam dinamika masyarakat.


(41)

34

Dengan adanya media ini, komunikator akan lebih berhati-hati dalam mebuat pesan yang akan di sampaikan, kaena dalam proses pebuatannya akan selalu di amati oleh media ini. Sehingga, pesan tersebut mengandung unsur yang selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan khalayak yang menjadi sasarannya.

b) Correlation of the parts of society in responding to the environment.

Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Sebagai penghubung dari lingkungan masyarakat, media massa diharapkan mampu untuk menjadi mediator dalam proses komunikasi antara pembuat kebijakan dengan masyarakat. Dengan adanya media, masyarakat yang menjadi sasaran dalam proses komunikasi massa dapat menyampaikan aspirasinya melalui media ini tanpa harus bertemu langsung dengan pihak yang membuat kebijakan.

c) Tranmission of the social heritage from one generation to the next.

Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Keberadaan media massa dapat juga berfungsi sebagai pencatat sejarah. Dengan didokumentasikan tulisan ataupun sajian yang berkaitan dengan kondisi jaman pada saat tayangan itu disampaikan, maka di masa yang akan datang


(42)

35

tulisan ataupun sajian tersebut dapat dijadikan sebagai bukti otentik bagi kehidupan masyarakat di lain waktu.12

c. Jenis Media Massa

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi massa disebut juga dengan media cetak atau media elektronik.

1. Media Cetak

Media cetak merupakan suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih. 13 Fungsi utamanya memberi informasi dan menghibur. Media cetak merupakan suatu dokumen atas segala hal yang ditangkap oleh sang jurnalis dan diubah ke dalam bentuk kata -kata, gambar, foto, dan sebagainya.

Dalam media cetak, kita kenal bermacam-macam jenis media cetak, namun secara garis besar sesungguhnya hanya terdiri dari dua jenis saja, yaitu surat kabar dan majalah. Surat kabar/koran di Indonesia terbit dalam berbagai bentuk yang jenisnya tergantung kepada antara lain; frekwensi terbit, bentuk(tabloid atau bukan), kelas ekonomi pembaca (misalnya kita membandingkan antara harian Kompas dengan Pos Kota),

12

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: PT Grasindo, 2000), h. 6. 13


(43)

36

peredarannya (skala nasional atau hanya daerah), serta penekanan isinya (ekonomi, kriminal, agama atau umum, dan sebagainya). Karena begitu beragamnya surat kabar, ditinjau dari segi-segi di atas, maka di pasar beredar banyak ragam surat kabar dengan karakteristik berbeda, terlebih lagi ketika pemerintah melonggarkan kebijakan mengenai penerbitan surat ijin usaha penerbitan dan pers, semakin memarakkan dunia penerbitan di Indonesia.14

a) Kelebihan dari media cetak :

1) Repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan menyimpannya atau mengklipingnya.

2) Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.

b) Kekurangan dari media cetak :

1) Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak sering kali

14

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/02/20/0006.html (diakses pada tanggal 04/06/2015, pukul 15.30)


(44)

37

hanya memuat berita yang telah

disebarluaskan oleh media lainnya.

2) Tidak adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat didengar.

3) Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.

Media cetak sebenarnya memiliki beberapa karakteristik yang tidak bisa ditandingi oleh media elektronik seperti televisi. Beberapa di antaranya adalah :15 a) Membaca merangsang orang untuk berinteraksi dengan aktif berpikir dan mencerna secara reflektif dan kreatif, sehingga lebih berpeluang membuka dialog dengan pembaca atau masyarakat konsumennya di samping memungkinkan untuk mengulas permasalahan secara lebih mendalam dan lebih spesifik.

b) Media cetak, baik koran atau majalah relatif lebih jelas siapa masyarakat konsumennya. Sementara media elektronik seringkali sulit mengukur dan mengetahui siapa konsumen mereka. Dengan demikian koran, majalah

15


(45)

38

maupun buletin lebih mewakili opini kelompok masyarakat tertentu. Target audience-nya lebih jelas.

c) Kritik sosial yang disampaikan melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas secara lebih mendalam dan bisa menampung sebanyak mungkin opini pengamat.

d) Media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana-mana, bisa disimpan (dikliping), bisa dibaca kapan saja.

e) Dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak dalam banyak hal kalah menarik dan atraktif dibanding media elektronik namun di segi lain bisa disampaikan secara lebih informatif, lengkap dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen.

Penulisan dalam media cetak merupakan hasil pemikiran terhadap suatu ide dan pengamatan terhadap objek tertentu yang di ungkapkan secara tertulis. Agar hasil dari pemikiran dan pengamatan itu dapat dimengerti secara tepat oleh pembacanya, maka pemilihan bahasa dan kata-katanya harus tepat pula. Berdasarkan fungsinya, ada lima jenis tulisan, yaitu:

1) Narasi atau cerita. Jenis tulisan narasi adalah tulisan yang berbentuk cerita yang berfungsi sebagai pengungkapan kisah atau peristiwa yang terjalin secara


(46)

39

runtut. Dalam hal ini, penulis bertindak sebagai pencerita yang berada di luar kejadian dan bersikap netral, tidak memihak, dan tidak boleh melibatkan emosi.

2) Deskripsi atau penggambaran eksposisi atau keterangan. Dalam penulisan ini lebih memberikan keleluasaan bagi penulisannya untuk menyampaikan ide atau gagasan yang ada di dalam dirinya, baik kejadian yang dijumpainya dan juga kesan-kesannya. Penulis bahkan dapat mengungkapkan perasaannya dengan peribahasa atau ungkapan, personifikasi, dan pengandaian agar pembaca bisa mendapatkan gambaran yang jelas tentang suatu peristiwa.

3) Eksposisi atau keterangan. Jenis tulisan ini memuat keterangan dan gagasan penulis. Eksposisi berfungsi mengungkapkan atau memaparkan pikiran penulis tentang sesuatu hal. Dalam jenis ketiga ini pendapat penulis hampir mewarnai tulisan sedangkan, fakta yang disajikan oleh penulisan sangat sedikit dan cenderung hanya merupakan contoh atau bahan yang diolah. 4) Argumentasi atau perbantahan. Jenis tulisan ini

mempunyai kaitan dengan jenis eksposisi. Dalam penulisan jenis argumentasi, penulis memaparkan


(47)

40

pendapatnya sehubungan dengan pendapat atau komentar orang lain tentang suatu hal. Masing-masing pihak terlibat dalam adu argumentasi yang bertolak dari olah pikirnya sendiri atau orang lain sehingga terjadi polemik. Dalam berpolemik, penulis hanya diperbolehkan untuk memaparkan pendapatnya tentang pokok persoalan.

5) Refleksi atau renungan adalah jenis tulisan yang mengajak pembaca untuk merenungkan sesuatu hal. Dalam hal ini, pembaca di ajak bukan hanya mengolah pikirannya saja, tetapi juga perasaanya. Oleh karena itu penulis harus mampu membawa perasaan pembaca untuk mengandaikan dirinya pada peristiwa atau kejadian tersebut. Dengan demikian, penulis harus sudah mempunyai kesimpulan tentang hal-hal yang menjadi tujuan dari penulisannya.16

2. Media Elektronik a) Media Audio

Melalui media ini komunikasi haya akan dapat mendengarkan pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media dengar, termasuk dalam media ini adalah radio. Media ini mempunyai kelebihan tersendiri, sebab

16

Patmono SK, Teknik Jurnalistik: Tuntutan Praktis Untuk Menjadi Wartawan (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), h. 12-16.


(48)

41

komunikan akan dapat menikmati proses komunikasi dengan tetap menjalankan aktifitas yang sedang dilakukan. b) Media Audio-Visual

Dibandingkan dengan media radio, media ini lebih mampu untuk menyajikan pesan dengan sempurna. Seorang komunikan tidak hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat melihat secara lengsung kondisi riil yang sedang terjadi. Media ini sekarang menjadi kebutuhan primer di lingkungan masyarakat.

8. Buletin Sebagai Media Cetak Dakwah

Dakwah Islam melalui media cetak merupakan salah satu cara dakwah dalam bentuk tulisan sejak zaman rasul, walaupun dakwah yang dilakukan sebatas pengiriman surat-surat rasul kepada penguasa. Kegiatan dakwah secara tertulis sekarang ini dapat dilakukan melalui surat kabar, majalah, buku, brosur, buletin dan lain sebagainya. Akhir-akhir ini banyak dijumpai pelaksanaan dakwah melalui media buletin. Buletin adalah salah satu media komunikasi visual yang berbentuk kumpulan lembaran-lembaran atau buku-buku diusahakan secara teratur oleh suatu organisasi atau instansi. Dalam buletin dimuat pernyataan-pernyataan resmi dan singkat yang berguna bagi publik.17


(49)

42

Dalam kamus besar bahasa indonesia, buletin diartikan sebagai media cetak berupa selebaran atau majalah berisi warta singkat atau pernyataan tertulis yang diterbitkan secara periodik oleh suatu oganisasi atau lembaga. Meski tidak untuk tujuan berdakwah, buletin di dalamnya kadang bermuatan dakwah. Apalagi jika dakwah dipahami secara lebih terbuka, yaitu sebagai upaya konstruktif seseorang untuk melakukan perubahan suatu situasi yang negatif menjadi situasi yang positif .18

Dipilihnya media ini karena buletin memiliki kelebihan, antara lain: a) Buletin mudah untuk dimiliki oleh masyarakat, karena

harganya relatif murah dibanding dengan media cetak lainnya. b) Sesuai dengan karakteristiknya media ini dapat menyampaikan

keanekaragaman informasi, seperti; artikel, konsultasi agama, serta ajaran-ajaran Islam lainnya dapat dimasukkan ke dalamnya.

c) Buletin dapat dibaca berulang kali sehingga dapat dipahami sampai mendetail.19

Sedangkan yang menjadi kelemahan dari media buletin ini adalah: a) Tidak semua pembaca buletin mampu memahami bahasa yang

digunakan oleh penulis dalam menyampaikan pesan dakwahnya.

18

Asep S. Muhtadi dan Sri Handajani, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi(Bandung: Pusda’i Press, 2000), h. 98.

19


(50)

43

b) Komunikasi yang dilakukan oleh buletin bersifat pasif, sehingga reaksi pembaca tidak dapat diketahui secara langsung.20

Berkembangnya dunia informasi dan semakin maraknya persaingan dunia penerbitan surat kabar dalam menyajikan informasi kepada masyarakat, menjadikan semakin banyak buletin-buletin yang diterbitkan setiap hari jum’at yang berkaitan dengan pelaksanaan dakwah Islamiyah di masjid-masjid tanpa dipungut biaya sama sekali. Dengan ukuran buletin yang kecil, menjadikan media ini dapat dibawa kemana saja dan dapat juga dikumpulkan untuk menjadi bahan referensi dakwah.

Dakwah melalui buletin merupakan wujud dari pelaksanaan dakwah dalam rangka menjadi sarana bagi perubahan sosial. Keberadaan media ini dapat berperan sebagai upaya memperluas cakrawala pengetahuan pembacanya. Dengan penyajian materi yang singkat dan bermuatan dakwah, buletin telah memberikan tambahan informasi kepada pembacanya. Dalam pelaksanaan tindak lanjut, materi dalam buletin tersebut dapat dijadikan bahan diskusi bagi pembacanya. Dengan berubahnya pola pikir masyarakat dan diikuti dengan berubahnya sikap masyarakat berarti buletin telah mampu membantu masyarakat untuk menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya.

20


(51)

44

Bagi redaksi buletin, media ini dapat memacu semangat para penulis untuk selalu menyajikan materi-materi yang dapat diperlukan oleh pembaca, ataupun disesuaikan dengan kondisi atau peristiwa dengan kebutuhan pada saat materi disampaikan. Penyajian materi yang singkat, dan mudah dicerna bagi pembacanya membuat buletin akan senantiasa ditunggu kehadirannya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, buletin dianggap mampu memberikan nuansa lain dalam pelaksanaan dakwah.

B. Kerangka Teoritik

1. Pandangan Kontruksionis Dalam Pembuatan Media Cetak

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.21 Melalui konstruksi tersebut informasi yang didapat dikonstruk sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah berita yang nantinya akan diterbitkan melalui media cetak.

Konstruksi merupakan bagaimana wartawan mengemas berita dan menonjolkan unsur-unsur yang dianggap menarik agar khalayak dapat menikmati dan menangkap berita yang diterbitkan melalui media

21

Eriyanto, Analisis FrammingKonstruksi, Ideologi dan PolitikMedia (Yogyakarta: Lkis, 2000), h. 37.


(52)

45

cetak. Tidak semua peristiwa yang diambil oleh wartawan dimasukkan dalam berita yang diinformasikan kepada khalayak, tetapi ada bagian-bagian tertentu yang dianggap menarik dan menonjol untuk dapat dinikmati khalayak sehingga informasi yang ditangkap oleh khalayak dapat mewakili peristiwa yang terjadi. Setelah dikonstruksi informasi tersebut dikemas dengan apa yang dinamakan berita dalam bentuk media cetak.

Tabel 1.1

Kerangka Teoritik yang digambarkan dalam penelitian ini

Realitas Naskah Penulis

Ideologi Kelembagaan

Naskah Layak Terbit Nilai Kelayakan

Berita

Latar Culture/Editor


(53)

46

2. Konstruksi ideologi dalam Berita

Konstruksi ideologi dalam berita ini berkaitan dengan beberapa faktor di antaranya :

a) Realitas Naskah penulis

b) Nilai Kelayakan Naskah secara umum Judul :

Penulis : Penerjemah :

Kategori : Fiksi/Non Fiksi/Faksi Tema :

No Kriteria Check

1. Naskah sesuai dengan visi dan misi penerbit 2. Naskah sesuai dengan tema yang digarap penerbit 3. Naskah disusun secara sistematis

4. Naskah mengandung ide yang orisinil 5. Materi runtut dan tuntas

6. Materi inovatif, unik, dan menarik 7. Pembahasan tidak bertele-tele

8. Bahasanya tidak rumit dan enak dibaca 9. Kesalahan kebahasaan relatif sedikit

10.Ketebalan cukup (tidak terlalu tipis, tidak terlalu tebal) 11.Segmentasi pembaca jelas


(54)

47

13.Naskah memiliki nilai tertentu yang layak jual 14.Pangsa pasar jelas dan luas

15.Ada sinopsis

16.Ada biodata singkat penulis

17.Penulis pernah menulis buku dan sudah diterbitkan 18.Naskah diketik dua spasi dengan microsoft word Kesimpulan :

Naskah tidak layak terbit Naskah layak terbit

Naskah layak diterbitkan dengan syarat : 1. ______________________________ 2. ______________________________ 3. ______________________________

Ini adalah gambaran kelayakan naskah untuk diterbitkan dalam media umum, sedangkan untuk kelayakan yang digunakan pada Buletin Al Islam dapat dilihat dari susunan materi berita yang dihadirkan dengan susunan pemaparan fakta yang ada analisa dan adanya solusi dari analisa fakta tersebut.

c) Latar Culture/Editor

Latar kultur dari editor adalah Islam tidak ada latar kultur yang lain seperti; NU, Muhammadiyah, dan lain-lain. Meskipun dari anggota HTI yang tergabung dalam editor ini berasal dari


(55)

48

bermacam- macam kultur tapi mereka berbaur menjadi satu dengan landasan awal yaitu ideologi Islam.

d) Ideologi Kelembagaan

Ideologi kelembagaan pada buletin Al Islam ini merupakan ideologi Islam, karena memang buletin ini adalah buletin dakwah Hizbut Tahrir Indonesia. Tidak ada ideologi kelembagaan selain ideologi Islam yang diemban oleh masing-masing pengembannya ini terlihat dari ideologi Islam yang ditonjolkan dalam setiap penulisan materi yang disajikan oleh buletin Al Islam.

e) Naskah Layak Terbit

Setelah naskah tersebut dilihat dan diedit oleh editor maka, naskah berita tersebut layak untuk diterbitkan sesuai dengan konstruksi ideologis yang ada pada buletin ini yaitu pemikiran-pemikiran Islam yang diemban buletin Al Islam.

f) Teori Konstruksi Pesan

Pola pesan konstruksi ini menggambarkan berbagai macam bentuk dan fungsi dari pesan yang melalui sistem. Pola konstruksi Pesan yang mungkin menggambarkan tindakan yang dapat dilakukan pada pesan ketika mereka melalui sistem. Sebuah Konstruksi pesan dapat digambarkan melalui:


(56)

49

Tabel 1.3

Dari struktur kerangka teori tersebut tersebut dapat digambarkan mulai dari realitas penulis yang mempunyai karakter dari penulis biasa yang dilangsungkan dengan nilai kelayakan naskah dari buletin Al Islam yang susunannya berdasarkan pemikiran Islam melalui konstruksi ideologi Islam yang ada pada buletin Al Islam, nilai kelayakan tersebut berhubungan dengan ideologi kelembagaan buletin Al Islam yaitu ideologi Islam dan latar cultur dari editor. Setelah dilihat nilai kelayakannya, maka naskah tersebut layak untuk diterbitkan sesuai dengan ideologi buletin Al Islam yaitu ideologi Islam yang menjadi sandarannya.

Correlation Message ID

Request

Replies

Correlation ID Requestor

1

1

3 2 1

3

1 2


(57)

50

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Kajian dan tulisan mengenai analisis teks media di Indonesia sudah banyak ditulis oleh para ahlinya dengan berbagai sudut kajian. Ketika, hendak melakukan penelitian, peneliti mencoba untuk memahami lebih dahulu apa sajakah penelitian yang terdapat pada analisis sebuah media. Dan penelitian menemukan jawabannya bahwa penelitian mengkaji mengenai analisis media itu adalah analisis isi, analisis semiotik, dan analisis agenda setting dalam suatu kajian analisis framing.22

Di Uin Sunan Ampel Surabaya sendiri penelitian yang menggunakan metode analisis teks Framing masih jarang. Dan tidak banyak digunakan oleh mahasiswa Uin terutama Fakultas Dakwah. Di antara penelitian tersebut yang relevan dengan penelitian yang saya lakukan adalah :

Tabel 1.4

22

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 1.

No Judul dan Nama Peneliti Persamaan Perbedaan

1. “KONFLIK

PALESTINA-ISRAEL” (Studi Analisis

Framing Pada Harian Kompas dan Republika dalam Perspektif Dakwah). Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan

Sama-sama

menggunakan Analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki

Perbedaannya terletak pada unit analisis dan obyek kajiannya, di mana penelitian ini meneliti pemberitaan-pemberitaan pada harian


(58)

51

Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009 oleh Lailatul Fitria

sebagai dasar penelitian Kompas dan Republika.

2. Analisis Framing Isu Kenaikan BBM Majalah Pillar dan Majalah Tempo. Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Ilmu Komunikasi tahun 2005 oleh Yazidul Khoir

Memiliki kemiripan atau persamaan dari segi metodenya yakni menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki

Perbedaannya terletak pada unit analisis dan obyek kajiannya, di mana penelitian ini meneliti pemberitaan-pemberitaan

kenaikan BBM pada Pillar dan majalah Tempo.

3. Analisis Framing pemberitaan banjir lumpur panas PT Lapindo Brantas di Harian Kompas dan Surya Edisi 1 Juni – 15 Juni 2006. Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Ilmu Komunikasi tahun 2006 oleh Zainul Ibad

Memiliki kemiripan atau persamaan dari segi

Metodenya yakni menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki

Perbedaannya terletak pada unit analisis dan obyek kajiannya, di mana penelitian ini meneliti pemberitaan Lumpur Lapindo pada harian Surya.


(59)

52

4. Analisis Framing Pemberitaan Konsultasi Sufistik Pada Tabloid Posmo Rubrik Kedai Sufi halaman 8-9 Edisi 495- 497 Nopember. Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2008 oleh Maksum agus

Sama-sama

menggunakan analisis framing sebagai dasar metodenya.

Perbedaannya terletak pada model analisis framing yang digunakan model William A. Gamson dan Modigliani, serta unit analisis dan obyek kajiannya.

5. “POLITISASI AGAMA

DALAM BINGKAI MEDIA” (Analisis Framing Rubrik Kajian Pemilu JP). Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2004 oleh Fatturahman Taufik

Memiliki persamaan dari segi metodenya yakni menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki

Perbedaannya terletak pada unit analisis dan obyek kajiannya

6. "KONSTRUKSI GENDER

DALAM MEDIA ISLAM”.

Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2007 oleh Rohmah Hidayati

Sama-sama

menggunakan analisis framing sebagai dasar metodenya.

Perbedaannya terletak pada model analisis framing yang digunakan model William Gamson, serta unit analisis dan obyek kajiannya.


(60)

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.1

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, berawal dari minat mengetahui proses dan fenomena tertentu yang selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, dan pemilihan metode penelitian yang sesuai. Sehingga hal yang terpenting bagi penelitian adalah minat untuk mengetahui suatu masalah penyiaran agama Islam dengan fenomena tertentu.

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep ini diperkenalkan oleh peter L. Berger bersama Thomas Luckman. Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat. Penilaian tersebut akan diuraikan sebagai berikut :2

1 Wardi Bachtiar, Methodologi Penelitian Dakwah (Jakarta: Logos, 2001), h. 1.

2

Eriyanto, Analisis Framming Konstruksi, Ideologi dan PolitikMedia (Yogyakarta: Lkis, 2000), h. 19-36.


(62)

54

1) Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda.

2) Media adalah agen konstruksi. Pandangan konstruksionis mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan positivis dalam menilai media, media dipandang sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima, media dilihat murni sebagai saluran.

3) Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanya konstruksi dari realitas. Dalam pandangan positivis, berita adalah informasi. Ia dihadirkan kepada khalayak sebagai representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan ditransformasikan lewat berita.

4) Berita bersifat subyektif/konstruksi atas realitas. Pandangan konstruksionis mempunyai penilaian yang berbeda dalam menilai objektivitas jurnalistik. Hasil kerja jurnalistik tidak bisa dinilai dengan menggunakan sebuah standar yang rigid, seperti halnya positivis. Hal ini karena berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas.

5) Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi realitas. Dalam pandangan positivis, berita dilihat sebagai pencerminan dari realitas. 6) Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang


(63)

55

menekankan agar nilai, etika, dan keberpihakan wartawan dihilangkan dalam proses pembuatan berita.

7) Nilai etika, dan pilihan moral peneliti menjadi bagian yang intergral dalam penelitian. Salah satu sifat dasar dari penelitian yang bertipe konstruksionis adalah pandangan yang menyatakan peneliti bukanlah subyek yang bebas nilai.

8) Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita. Pandangan positivis melihat berita sebagai sesuatu yang objektif. Konsekwensinya, apa yang diterima oleh khalayak pembaca seharusnya sama dengan apa yang disampaikan oleh pembuat berita.

Jenis penelitian yang dipakai peneliti adalah analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Dengan menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki diharapkan dapat mewakili penelitian analisis framing buletin Al Islam tersebut. Model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki mewakili struktur-struktur yang ingin dianalisa, di antaranya mengungkap tentang struktur Sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.

B. Unit Analisis

Unit analisis atau biasa yang dikenal unit penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian.3 Dalam penelitian

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,


(64)

56

ini, peneliti mengambil unit analisis (subyek penelitian) yaitu isi materi dari buletin Al Islam tersebut.

Peneliti mengambil isi materi buletin tersebut dalam tiga edisi, mulai dari edisi 708 sampai edisi 710 tahun 2014. Adapun tiga edisi ini mewakili dari buletin tersebut yang pada saat itu banyak membahas tentang fenomena-fenomena perpolitikan baik di dalam maupun di luar negeri, khususnya di Indonesia. Karena buletin ini sebagai sarana media pemikiran-pemikiran Islam yang mengulas berbagai permasalahan fenomena yang terjadi dan dikupas sehingga mampu memberikan pandangan, jika diterapkan dalam kehidupan. Bukan peratuan-peraturan manusia yang sekarang diagung-agungkan dan diterapkan dengan dalih manusia sebagai makhluk yang berpikir dan bebas menentukan apa yang menjadi keinginannya tanpa mengindahkan aturan-aturan yang telah diwahyukan.

Unit muncul dalam interaksi antara realitas pengamatnya (observer). Unit adalah fungsi dari kata empiris, tujuan penelitian, dan tuntutan yang dibuat oleh berbagai teknik yang ada.4

C. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian merupakan fase yang dilalui peneliti untuk mendapatkan data yang akurat dan mendukung penelitian, dengan adanya tahapan-tahapan dalam penelitian ini dimaksudkan agar penelitian yang

4


(65)

57

dilakukan lebih efektif dan sistematis dalam menyusun tahapan berikutnya. Tahapan atau fase-fase dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Tahap awal pada peneitian ini adalah mencari permasalahan yang menjadi titik tolak dalam sebuah penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini yakni bagaimana konstruksi pemikiran Islam dalam buletin Al Islam.

2. Mengenal Masalah

Selanjutnya pada tahap ini peneliti berusaha untuk mengenal permasalahan yang ada secara mendalam, dengan sering membaca buletin Al Islam dari setiap edisi, khususnya edisi 708 sampai dengan edisi 710 tahun 2014 sebagai objek penelitian, dan buku-buku, web yang terkait dengan penelitian.

3. Menyeleksi Unit Analisis

Setelah mengenal permasalahan, maka peneliti harus menyeleksi data analisis, sehingga proses penelitian lebih fokus dan mudah. Kemudian, dianalisis berdasarkan analisa perangkat framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah dalam suatu aktivitas, sebab kegiatan ini bisa menentukan keberhasilan suatu penelitian, dan


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan dan data yang telah diperoleh peneliti, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara Sintaksis, Buletin Al Islam mempunyai pandangan sistem Daulah Islamiyah adalah solusi yang paling tepat menyelesaikan persoalan kehidupan dari semua sistem pemerintahan yang ada.

2. Secara Skrip, Buletin Al Islam memberikan penekanan pada aspek perbandingan sistem pemerintahan yang ada dengan sistem khilafah Islam.

3. Secara Tematik, Buletin Al Islam menyuguhkah berita yang berani dan tegas menolak apa saja yang tidak sesuai dengan ideologi Islamnya 4. Secara Retoris, Buletin Al Islam kurang memberikan penjabaran dalam

setiap ulasannya, sehingga materi tersebut sulit dipahami.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti sekiranya perlu untuk memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk Pengelola Media, tetap memberikan karya yang baik bagi sumbangsih perkembangan Jurnalistik Islam di Indonesia.


(2)

110

2. Untuk khalayak pembaca, jangan mudah termakan isu atau tulisan dari sebuah media. Jika kurang paham, maka seyogyanya mengkroscek atau melihat lagi nilai yang terkandung dalam pesan tersebut

3. Untuk mahasiswa dakwah, agar selalu mengkaji secara kritis gagasan-gagasan yang ditawarkan oleh para peneliti dakwah, melakukan penelitian, mengkritisi kemudian dilakukan pengembangan-pengembangan terhadap teori-teori dakwah yang relevan.

4. Masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, perlu kiranya untuk bisa menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya sebagai upaya lebih baik lagi. Penelitian ini hanya menjawab mengenai bagaimana konstruksi pemikiran Islam dalam buletin Al Islam, sedangkan masih banyak hal lain yang belum diteliti mengenai buletin, khususnya buletin dakwah Al Islam.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Masduqi, Ontologi Dasar-Dasar Filosofi Dakwah Sebagai Disiplin Ilmu, Surabaya: Diantama, 2007

Ali Aziz, Moch, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009

Al Rosydah, Farihah, Sobat Temukan Hidupmu, Surabaya: Lembaga Bina Remaja, 2002

An-Nabhani, Taqiyuddin, Hakekat Berpikir, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2003

An-Nabhani, Taqiyuddin, Peraturan Hidup dalam Islam, Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2007

Ancok, Djamaludin dan Asep S Muhtadi, Pers dan PenyebaranPesan-Pesan Agama, Bandung: Puspidai Press, 1995

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

Assegaf, Djafar, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: PT. Ghalia, 1983

‘Athiyat, Ahmad, Jalan Baru Islam, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2004

Bachtiar, Wardi, Methodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 2001 Departemen Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahan. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Departemen Agama, 1983


(4)

112

Eriyanto, Analisis Framming Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS, 2000

Effendy, Prof. Drs. Onong Uchajana, Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Rosda Karya, 1996

Effendy, Prof. Drs. Onong Uchajana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000

Hawari, Muhammad, Re-Ideologi Islam, Bogor: Al-Azhar Press, 2007

Hermawan, Andy, Ibda’ Bin Nafsika.Tafsir Terbaru Keilmuan Dakwah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005

Ismail, Muhammad, Bunga Rampai Pemikiran Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2002

Khazali, Rhenald, Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1992

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994

Kriyanto, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2006

Muhtadi, Asep S, Pers dan Penyebaran Pesan-Pesan Agama, Bandung: Puspidai Press, 2000

Muhtadi, Asep S dan Handajani, Sri, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, Bandung: Pusda’i Press, 2000


(5)

113

Partanto, Pius A, dan Al Barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994

Prakoso, Junarto Imam, Menuju Paradigma Baru Penelitian Komunikasi, Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Bandung: PT. Remaja Rosdakaya, 1999

Rakhmat, Jalaludin, Drs M.SC, Metode Penelitian Komunikasi; Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995

Shahih, Hafidz, Falsafah Kebangkitan, Bogor: CV IDeA Pustaka Utama, 2003

Shihab, Alwi, Islam Inklusif, Bandung: Mizan, 1998

SK, Patmono, Teknik Jurnalistik: Tuntutan Praktis Untuk Menjadi Wartawan, Jakarta: Gunung Mulia, 1996

Sobur, Alex., Drs Msi, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al Ikhlas, 1983

Widjaya, A.W, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bina Aksara, 1986


(6)

114

http://www.hizbut-tahrir.or.id (diakses 17/06/2015, pukul 23.00)

http://shindohjurney.wordpress.com//metodologi-penelitian-komunikasi (diakses pada tanggal 06/06/2015, pukul 23.00)

http://purwanto89.blogspot.com/2008/01/jenis-tipe-media-massa cetak.html (diakses pada tanggal 04/06/2015, pukul 16.00)

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/02/20/0006.html (diakses pada tanggal 04/06/2015, pukul 15.30)

http://www.wikipedia.com (diakses pada tanggal 04/06/2015, pukul 21.00) http://tidakbeli.blogspot.com/2011/05/hizib-al-tahrir-hizbut-tahrir.html (diakses 17/06/2015, pukul 23.15)


Dokumen yang terkait

Konstruksi Perempuan Muslim dalam Pemberitaan Ajang World Muslimah 2013 di Kompas.Com

0 23 154

Analisis framing pemberitaan konflik internal partai persatuan pembangunan dalam menentukan koalisi pada pemilu 2014 oleh harian online republika.com

1 4 132

Pembingkaian Berita Penggenangan Waduk Jati Gede Sumedang (Analisis Framing Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki Mengenai Berita Penggenangan Waduk Jati Gede Sumedang Pada Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar Edisi 3 September 2015)

0 8 79

Pemberitaan Kematian Qadafi dan Revolusi Libya:Studi Analisis Framing Model Zhongdan Pan & Gerald M. Kosicki Terhadap Republika dan Kompas Edisi 21-26 Oktober 2011.

0 0 2

PEMBINGKAIAN BERITA PEMUKULAN TERHADAP PRAMUGARI SRIWIJAYA AIR DI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terhadap Berita Pemukulan Pramugari Sriwijaya Air di metrotvnews.com dan inilah.com Edisi 6 Juni – 10 Juni 2013).

0 0 108

Jessica dalam bingkai media online: analisis framing pendekatan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki pada viva.co.id dan kompas.com.

0 4 115

KONTRUKSI PESAN KEHIDUPAN DALAM SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI EPISODE 1861-1865 : ANALISIS FRAMING MODEL ZHONGDANG PAN DAN GERALD M.KOSICKI.

0 4 125

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG PEMBERITAAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH (ANALISIS FRAMING PENDEKATAN PAN DAN KOSICKI).

1 1 540

KONSTRUKSI PESAN DISIPLIN DALAM TAYANGAN PROGRAM REALITY SHOW 86 NET TV PADA TANGGAL 1-30 AGUSTUS 2015 : STUDI ANALISIS FRAMING DENGAN MODEL ZHONGDANG PAN DAN GERALD M KOSICKI.

1 11 110

PEMBINGKAIAN BERITA PEMUKULAN TERHADAP PRAMUGARI SRIWIJAYA AIR DI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki terhadap Berita Pemukulan Pramugari Sriwijaya Air di metrotvnews.com dan inilah.com Edisi 6 Juni – 10 Juni 2013)

0 0 19