Buku Pedoman Pencacahan Perusahaan Kehutanan
6 b.
Direktori yang tidak ada di Direktori BPS, tetapi di Direktori Kementerian Kehutanan ada, maka di tambahkan ke dalam direktori BPS.
c. Direktori yang ada di direktori BPS, tetapi tidak ada di Direktori Kementerian
Kehutanan maka perlu pengecekan dilapangan apakah aktif dan mempunyai SK perizinan dari Kementerian Kehutanan, apabila kondisi perusahaan aktif dan
mumpunyai SK perizinan maka perusahaan tersebut dimasukan sebagai target pencacahan.
2. BPS Provinsi
a. BPS Propinsi menerima daftar Direktori Perusahaan kehutanan dari BPS Pusat yang
menjadi target pencacahan dan melakukan matching dengan direktori yang berasal dari sumber lain di tingkat provinsi misalnya Dinas Kehutanan Provinsi, KSDA,
dll. b.
Direktori yang tidak ada di Direktori BPS, tetapi di Dinas Kehutanan ada, maka di tambahkan ke dalam direktori BPS.
c. Direktori yang ada di direktori BPS, tetapi tidak ada di Dinas Kehutanan maka
perlu pengecekan dilapangan apakah aktif dan mempunyai SK perizinan dari Kementerian Kehutanan, apabila kondisi perusahaan aktif dan mumpunyai SK
perizinan maka perusahaan tersebut dimasukan sebagai target pencacahan. d.
BPS Propinsi mendistribusikan direktori tersebut ke masing-masing BPS KabupatenKota.
3. BPS KabupatenKota
a. BPS KabKota menerima daftar Direktori Perusahaan kehutanan dari BPS Propinsi
yang menjadi target pencacahan dan melakukan matching dengan direktori yang berasal dari sumber lain di tingkat kabupaten misalnya Dinas Kehutanan
KabupatenKota. b.
Direktori yang tidak ada di Direktori BPS, tetapi di Dinas Kehutanan ada, maka di tambahkan ke dalam direktori BPS.
c. Direktori yang ada di direktori BPS, tetapi tidak ada di Dinas Kehutanan maka
perlu pengecekan dilapangan apakah aktif dan mempunyai SK perizinan dari Kementerian Kehutanan, apabila kondisi perusahaan aktif dan mumpunyai SK
perizinan maka perusahaan tersebut dimasukan sebagai target pencacahan.
Buku Pedoman Pencacahan Perusahaan Kehutanan
7 d.
BPS KabupatenKota mendistribusikan direktori ke petugas. Apabila masih ada Direktori yang alamat kantor cabangnya belum ada atau tidak lengkap, maka
petugas harus melengkapi alamat tersebut sesuai dengan keadaan lapangan. Petugas harus melapor ke BPS KabupatenKota apabila ada kesulitan dalam
pengumpulan data, seperti: a.
perusahaan tidak ditemukan b.
perusahaan tutup c.
perusahaan tutup sementara d.
perusahaan pindah e.
perusahaan tidakbelum berproduksi Selanjutnya BPS KabupatenKota harus meminta informasi tentang kondisi Perusahaan
tersebut ke Dinas Kehutanan setempat, apakah benar-benar SK IUPHHKnya sudah tidak berlaku lagi tutup dan minta informasialamat perusahaan yang tidak ditemukan.
Yang perlu diperhatikan adalah: a.
Jika SK IUPHHK masih berlaku, tetapi Surat Keputusan RKT Rencana Kerja
Tahunan perusahaan tidakbelum aktif atau sedang diperpanjang, tetap dilakukan pengecekan.
b. Jika SK IUPHHK dan Surat Keputusan RKT masih berlaku, tetapi realisasi produksi
tidakbelum ada, maka tetap dilakukan pencacahan, pertanyaan selain mengenai produksi tetap harus ditanyakan dan tidak boleh dianggap tutup;
c. Perusahaan ada di Direktori, tetapi ternyata kantor cabang sudah tutuptidak ada atau
hanya ada satpam, sehingga tidak ada orang yang dapat mengisi kuesioner, dan oleh
petugas dilaporkan tutup, maka BPS Propinsi minta ke Dinas Kehutanan setempat
tentang informasidata perusahaan tersebut. Apabila di Dinas Kehutanan setempat ternyata perusahaan tersebut tidak terdaftar karena lokasi areal yang diusahakan berada
di provinsi lain maka segera lapor ke BPS Pusat tentang keberadaan areal tersebut, supaya BPS Pusat segera menginformasikan ke BPS Propinsi pada areal yang
dimaksud; d.
Perusahaan ada di Direktori, alamat kantor cabang diketemukan, tetapi Surat Keputusan RKT tidakbelum berlaku, tetapi tidak ada realisasi produksi, maka tetap dilakukan
pengecekan dan kondisi perusahaan dianggap tutup sementara.
Buku Pedoman Pencacahan Perusahaan Kehutanan
8