Analisis Sistem Informasi Pemindahan Bukuan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang
Program Strata Satu J
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek
Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Komputer Indonesia
ALIF SISWOYO
10107255
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2011
(2)
i
Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan KKP ini mengambil judul ”Analisis Sistem Informasi Pemindahbukuan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang” dan disusun dengan berbagai metode penelitian. Jika tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari semua pihak, maka laporan kerja praktek ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Ibu Mira Kania Sabariah, S.T., M.T. selaku ketua jurusan Teknik Informatika. 2. Ibu Tati Harihayati M., S.T., M.T. selaku dosen wali IF6 dan pembimbing
kerja praktek.
3. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta doa untuk keberhasilan penulis.
4. Bapak Ade Septian selaku staf bagian umum yang salalu membantu penulis dalam administrasi kerja praktek.
5. Bapak Bangkit Bina Aji selaku kepala Bagian Pengolahan Data dan Infromasi. 6. Bapak Dody Yuliawan dan Adhy Trisna Saputra selaku pembimbing
lapangan.
7. Seluruh Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang yang telah banyak membantu penulis.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik bantuan yang berupa materil, moral maupun motivasi dalam penyusunan Laporan KKP ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan penyusunan laporan ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyusunan laporan ini sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap penulisan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan dapat menjadi bahan acuan yang bermanfaat dikemudian hari.
Bandung, 30 Desember 2010
(3)
ii Lembar Pengesahan
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi... ii
Daftar Gambar ... v
Daftar Simbol ... vi
Daftar Lampiran ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Maksud dan Tujuan... 2
1.2.1 Maksud Penelitian... 2
1.2.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3.Batasan Masalah... 2
1.4.Metodologi Penelitian ... 3
1.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 3
1.4.2 Metode Analisis ... 3
1.5.Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1. Profil Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang ... 6
2.1.1.Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang ... 6
2.1.2.Logo Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang... 7
2.1.3.Badan Hukum KPP Madya Tangerang ... 8
2.1.4.Struktur Organisasi KPP Madya Tangerang ... 8
2.2. Landasan Teori... 11
2.2.1.Definisi Sistem ... 11
2.2.2.Karakteristik Sistem ... 12
(4)
iii
2.3.4. Kualitas Informasi ... 17
2.4. Pengertian Diagram Arus Data ... 17
2.4.1.Simbol-simbol DFD ... 20
2.4.2.Aturan Membuat DFD ... 20
2.4.3.Tahap Dalam Pembuatan DFD ... 21
2.5. Pemindahbukuan Pajak ... 21
2.6. Masa Pajak ... 22
2.7. Tahun Pajak... 22
2.8. Kode MAP dan Kode Jenis Setoran... 22
2.9. Surat Setoran Pajak (SSP)... 23
2.10. Lembar Pengawasan Arus Dokumen ... 23
2.11. Bukti Penerimaan Surat (BPS)... 23
BAB III PEMBAHASAN ... 24
3.1. Analisis Masalah ... 24
3.2. Analisis Prosedur Yang Berjalan ... 24
3.3. Analisis Pengkodean ... 26
3.4. Analisis Kebutuhan Non Fungsional ... 26
3.4.1. Analisis Hardware ... 26
3.4.2. Analisis Software ... 27
3.4.3. Analisis Pengguna (Brainware) ... 28
3.4.4. Analisis Jaringan ... 28
3.5. Analisis Kebutuhan Fungsional ... 29
3.5.1.Diagram Analisa Masukan ... 29
3.5.2.Diagram Analisa Proses... 30
3.5.3.Diagram Analisa Keluaran ... 31
3.5.4.Diagram Konteks ... 33
(5)
iv
4.1. Kesimpulan... 41 4.2. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(6)
1
1.1 Latar Belakang
Direktorat Jenderal Pajak merupakan salah satu lembaga pemerintah yang telah memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan administrasinya, baik dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi secara internal maupun dalam melayani masyarakat terutama masyarakat wajib pajak.
Eksistensi pajak merupakan sumber pendapatan utama sebuah negara termasuk Indonesia, karena menjadi isu strategis yang selalu menjadi pantauan masyarakat. Sebagai upaya mempertahankan eksistensi penerimaan pajak tersebut sekaligus sebagai usaha pemanfaatan teknologi dan informasi secara optimal, secara bertahap sejak tahun 2002 Direktorat Jenderal Pajak telah melaksanakan modernisasi administrasi perpajakan secara menyeluruh yang menjadi tonggak perubahan sistem perpajakan di Indonesia. Salah satu langkah besar yang dilakukan adalah reformasi birokrasi, dimana birokrasi dipangkas menjadi ringkas disertai pula dengan transparansi prosedur, sampai dengan akhir tahun 2007 kurang lebih sudah 1.900 standart operating procedure (SOP) di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak telah berhasil diidentifikasikan, ditulis dan dijadikan acuan pelaksanaan tugas dan pekerjaan bagi para pegawai.
Salah satu prosedur yang diatur dalam SOP tersebut adalah masalah pemindahbukuan pajak. Alasan pemindabukuan pajak dilakukan adalah wajib pajak melakukan kesalahan dalam penyelesaian administrasi perpajakan, misalnya dalam proses pembayaran pajak. Ada beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada Surat Setoran Pajak (SSP), kesalahan yang paling sering terjadi adalah kesalahan ketik pada nama, NPWP, jenis dan jumlah setoran, masa dan tahun pajak, kesalahan tersebut bersifat human error yang tidak disengaja. Kesalahan berikutnya adalah kelebihan jumlah setoran yang disebabkan karena adanya kesalahan perhitungan jumlah pajak yang harus dibayar atau wajib pajak
(7)
melakukan pembayaran yang seharusnya tidak terutang. Jika SSP telah divalidasi oleh bank maka kesalahan tersebut tidak bisa dibetulkan oleh pihak bank.
Sistem informasi pemindahbukuan ini dalam perkembangannya perlu dievaluasi agar dapat terus berjalan dengan baik dan meningkatkan kwalitas pelayanan terhadap wajib pajak.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka judul yang diambil dalam laporan ini adalah Analisis Sistem Informasi Pemindahbukuan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang.
1.2 Maksud dan Tujuan
Setiap kegiatan penelitian mempunyai suatu maksud dan tujuan tertentu yang berhubungan dengan kegiatan tersebut.
1.2.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah menganalisis system pemindahbukuan yang berada di Kanor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang.
1.2.2 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem yang berjalan saat ini.
2. Sebagai bahan evaluasi pihak Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan pengembangan sistem guna peningkatan pelayanan terhadap wajib pajak.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan pada latar belakang, penulisan laporan ini dibatasi pada proses berjalan saat kegiatan pemindahbukuan pajak dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang, yaitu dimulai saat
(8)
permohonan pemindahbukuan disampaikan sampai dengan terbit keputusan disetujui atau ditolaknya permohonan tersebut oleh pejabat yang berwenang.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data dan metode analisis.
1.4.1 Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara (Interview Research)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan wawancara atau tatap muka secara langsung dengan petugas yang bersangkutan yaitu staf seksi pengawasan dan konseling (Waskon) dan juga staf seksi pengolahan data dan informasi (PDI), sehingga mendapatkan gambaran yang jelas mengenai proses pemindahbukuan pajak.
2. Studi Pustaka (Library Research)
Mencari referensi dan literatur-literatur buku yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian sekaligus mempelajari unsur-unsur penelitian dalam laporan ini antara lain membaca dan mempelajari buku mengenai pemindahbukuan pajak, peraturan dan undang-undang yang mengaturnya, serta buku manual Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak mengenai proses pemindahbukan pajak.
3. Observasi (Observation Research)
Pengamatan langsung yaitu mengadakan pengamatan dan tinjauan langsung pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang, untuk memperoleh data dan informasi mengenai sistem pemindahbukuan pajak.
1.4.2 Metode Analisis
1. Observasi sistem berjalan
Pada observasi sistem berjalan, dilakukan dengan survei langsung ke instansi yang dijadikan objek penelitian. Observasi dilakukan dengan wawancara terhadap bagian yang terkait khususnya pada bagian
(9)
pengawasan dan konsultasi (Waskon) serta mempelajari sistem pemindahbukuan pajak yang berjalan saat ini pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang.
2. Analisis hasil survei
Pada tahap ini dilakukan analisis hasil survei terhadap sistem pemindahbukuan pajak sehingga diperoleh masalah-masalah yang terjadi pada sistem yang berjalan saat ini.
3. Identifikasi kebutuhan informasi
Pada tahap ini, kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam penyusunan laporan tentang sistem informasi pemindahbukuan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memahami lebih jelas tentang penulisan laporan KKP ini, maka laporan ini dikelompokkan menjadi 4 (empat) bab yang masing-masing saling berkaitan antara bab satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I ini berisikan antara lain latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, batasan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab II ini berisi tentang profil Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang, struktur organisasi, uraian jabatan, konsep dasar sistem, pengertian sistem, karakteristik sistem, pengertian data, pengertian informasi, filosofi pajak, pengertian pemindahbukuan pajak dan hal-hal lainnya yang diambil dari berbagai literatur dan tinjauan pustaka.
BAB III ANALISIS
Pada bab II ini berisikan analisis data dan informasi, analisis prosedur, analisis pengkodean, analisis kebutuhan non fungsional, analisis basis data, analisis kebutuhan fungsioanal, dan terakhir adalah evaluasi.
(10)
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab IV ini akan dikemukanan hasil dari analisa yang telah dilakukan dan saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga tujuan dan manfaat dari laporan ini dapat tercapai.
(11)
6
2.1 Profil Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang
Sebagai gambaran mengenai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang akan dijelaskan mengenai profil Kantor Pelayanan Pajak Tangerang.
2.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan (KPP) Pajak Tangerang
Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-11/PJ./2006 tanggal 18 Januari 2006 tentang Rencana Modernisasi Kanwil dan Pembentukan KPP Madya, dimulailah proses restrukturisasi organisasi Direktorat Jenderal Pajak di wilayah Kanwil DJP JBB I yang bertujuan untuk menerapkan struktur organisasi baru guna mendukung dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem administrasi perpajakan. Implementasi dari proses ini dilakukan dengan memodernisasi Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I dan mendirikan kantor pelayanan pajak modern dengan nama Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang. Mengganti struktur lama dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pemeriksaan Pajak (KARIKPA) dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) menjadi satu Kantor Pelayanan Pajak Madya dan beberapa Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Pada tahap pertama, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan diterapkan pada KPP Madya dan Kantor Wilayah, selanjutnya pada tahap kedua, modernisasi tersebut diterapkan pada KPP-KPP lain di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I. Proses restrukturisasi organisasi diterapkan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Madya (MTO) dan Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I akan dibentuk berdasarkan struktur organisasi yang baru. Selanjutnya disusul oleh Kantor Pelayanan Pajak lainnya yang berada di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I, dengan menggabungkannya bersama Kantor Pemeriksaan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
(12)
KPP Madya Tangerang (MTO) dirancang untuk mengadministrasikan 509 wajib pajak terbesar di Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I yang memiliki kontribusi sekitar 31 % dari total penerimaan Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I di Propinsi Banten.
2.1.2 Logo Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang dibawah Direktorat Jendral Pajak Republik Indonesia menggunakan logo dari Kementrian Keuangan. Keterangan umum :
1. Motto : Nagara Dana Rakca; 2. Bentuk : Segi lima;
3. Padi sepanjang 17 butir;
4. Kapas sepanjang 8 butir, terdiri dari 4 buah berlengkung 4; 4 buah berlengkung 5;
5. Sayap; 6. Gada;
7. Seluruh unsur-unsur tersebut tergambar dalam ruang segi lima. Susunan warna :
1. Dasar segi lima berwarna biru kehitam-hitaman; 2. Padi berwarna kuning emas;
3. Kapas berwarna putih dengan kelopak berwarna hijau; 4. Sayap berwarna kuning emas;
5. Gada berwarna kuning emas; 6. Bokor berwarna kuning emas; 7. Pita berwarna putih;
8. Motto (semboyan) berwarna biru kehitam-hitaman. Makna:
Padi dan kapas melambangkan cita-cita upaya kita untuk mengisi kesejahteraan Bangsa dan sekaligus diberi arti sebagai tanggal lahirnya Negara Republik Indonesia;
(13)
Gada melambangkan daya upaya menghimpun, mengerahkan, mengamankan keuangan negara;
Ruang segi lima melambangkan dasar negara Pancasila. Arti keseluruhan:
Makna dari lambang tersebut adalah ungkapan sesuatu daya yang mempersatukan dan menyerasikan dalam gerak kerja, untuk melaksanakan tugas Kementerian Keuangan.
Gambar 2.1 Logo Departemen Keuangan
2.1.3 Badan Hukum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang
Direktorat Jenderal Pajak adalah sebuah direktorat jenderal di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tangerang berada di Kantor Wilayah DJP Jawa Bagian Barat I di Propinsi Banten sesuai Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-11/PJ./2006 tanggal 18 Januari 2006.
2.1.4 Struktur Organisasi dan Job DescriptionKPP Madya Tangerang
Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan 132/PMK.01/2006 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal Direktorat Jendral Pajak.
1. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga.
(14)
2. Bidang Pengolahan Data dan Informasi
Bidang Pengolahan data dan Informasi melaksanakan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian infomasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, serta penyiapan laporan kenerja
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak.
4. Seksi Pengawasan dan Konseling
Seksi Pengawasan dan Konseling melaksanakan pengawasan kepatuhan wajib pajak, bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan bagi wajib pajak, menyusun profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, serta melakukan evaluasi hasil banding.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi terdiri dari : a. Seksi Pengawasan dan konsultasi 1
Tugasnya :
Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 bertugas melaksanakan pengawasan kepatuhan wajib pajak, bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan bagi wajib pajak, menyusun profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, serta melakukan evaluasi hasil banding pada perusahaan yang bergerak di bidang industri.
b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 Tugasnya :
Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 bertugas melaksanakan pengawasan kepatuhan wajib pajak, bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan bagi wajib pajak, menyusun profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam
(15)
rangka melakukan intensifikasi, serta melakukan evaluasi hasil banding pada perusahaan yang bergerak di bidang industri.
c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 Tugasnya :
Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 bertugas melaksanakan pengawasan kepatuhan wajib pajak, bimbingan/ himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan bagi wajib pajak, menyusun profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, serta melakukan evaluasi hasil banding pada perusahaan yang bergerak di bidang Perdagangan.
d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 Tugasnya :
Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 bertugas melaksanakan pengawasan kepatuhan wajib pajak, bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan bagi wajib pajak, menyusun profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, serta melakukan evaluasi hasil banding pada perusahaan / instansi / yang bergerak di bidang jasa.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan bertugas menyusun rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan, serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnnya.
6. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan bertugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak serta penyimpanan dokumen – dokumen penagihan.
7. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional bertugas melakukan pemeriksaan pajak, yang meliputi :
(16)
Kepala Kantor Seksi Pengolahan Data & Informasi Seksi Pelayanan Seksi Pengawasan Dan Konsultasi Seksi Pemeriksaan Seksi Penagihan Kelompok Fungsional Pemeriksa InformasiPe meriksa Sub Bagian Umum
a. Pemeriksaan Lengkap, yaitu memeriksa seluruh jenis pajak dalam periode tertentu ditempat wajib pajak berada.
b. Pemeriksaan sederhana, yaitu memeriksa seluruh jenis pajak dalam periode tertentu di Kantor Pelayanan Pajak.
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA TANGERANG
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayan Pajak Madya Tangerang
2.2 Landasan Teori
Dalam sebuah laporan penelitian perlu dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penulisan seperti definisi sistem, karakteristik sistem dan klasifikasi sistem.
2.2.1 Definisi Sistem
Sistem merupakan istilah yang umum digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, untuk menerangkan suatu metode atau tatacara yang digunakan secara luas dan pesat dalam berbagai aspek kehidupan baik dalam tatanan hidup sederhana seperti kehidupan bermasyarakat sehari-hari maupun di dalam suatu dunia manajemen kerja modern yang mempunyai cakupan lebih luas. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian dari sistem, yaitu sebagai berikut:
(17)
”Sistem adalah sebuah tatanan yang terdiri dari atas sejumlah komponen fungsional yang saling berhubungan dan secara bersama-sama bertujuan untuk memenuhi suatu proses tertentu”.
Menurut Teguh Wahyono (2004:12) menjelaskan :
”Sistem adalah kesatuan utuh yang terdiri dari beberapa bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu”.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2.2 Karakteristik Sistem
Menurut Tata Sutabri (2005:11)
Sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Komponen Sistem (Components)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu bentuk subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
2. Batas Sistem (Boundary)
Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
3. Lingkungan Luar Sistem (Environment)
Bentuk apapun yang ada di luar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut. Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi bagi sistem tersebut. Dengan demikian, lingkungan luar tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara.
(18)
Lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan. Kalau tidak, maka akan mengganggu kelangsungan hidup sistem tersebut.
4. Penghubung Sistem (Interface)
Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lain. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui penghubung tersebut. Dengan demikian, dapat terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.
5. Masukan Sistem (Input)
Energi yang dimasukkan ke dalam sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input). Contoh, di dalam suatu unit sistem komputer. ”Program” adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan ”data” adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
6. Keluaran Sistem (Output)
Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain. Contoh, sistem informasi. Keluaran yang dihasilkan adalah informasi. Informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau hal-hal lain yang menjadi input bagi subsistem lain.
7. Pengolah Sistem (Process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran. Contoh, sistem akuntansi. Sistem ini akan mengolah data transaksi menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen. 8. Sasaran Sistem (Objective)
Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministik. Kalau suatu sistem tidak memiliki sasaran. Maka operasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.
(19)
2.2.3 Klasifikasi Sistem
Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sistem abstrak dan sistem fisik
Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik, misalnya sistem teologia, yaitu sistem yang berupa pemikiran hubungan antara manusia dengan Tuhan, sedangkan sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik, misalnya sistem komputer, sistem produksi, sistem penjualan, sistem administrasi personalia dan lain sebagainya.
2. Sistem alamiah dan sistem buatan manusia
Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat oleh manusia, misalnya sistem perputaran bumi, terjadinya siang malam, pergantian musim. Sedangkan sistem buatan manusia merupakan sistem yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin, yang disebut human machine system. Sistem informasi berbasis komputer merupakan contoh
human-machine system, karena menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan manusia.
3. Sistem deterministik dan sistem probabilistik
Sistem deterministik beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Sistem komputer adalah contoh dari sistem yang tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-program komputer yang dijalankan. Sedangkan sistem yang bersifat probabilistik adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilistik. 4. Sistem terbuka dan sistem tertutup
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa campur tangan pihak luar. Sedangkan sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan dipengaruhi oleh lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk subsistem lainnya.
(20)
2.3 Pengertian Dasar Informasi
Berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal tentang pengertian dasar data dan informasi, fungsi informasi, biaya informasi dan kualitas informasi.
2.3.1 Data dan Informasi
Data dapat didefinisikan sebagai bahan keterangan tentang kejadian-kejadian nyata atau fakta yang dirumuskan dalam sekelompok lambang tertentu yang tidak acak yang menunjukkan jumlah, tindakan atau hal (Edhy Sutanta 2003:9).
Edhy Sutanta (2003:10) mendefinisikan:
“Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang”.
Sementara Tata Sutabri (2005:23) mendefinisikan :
“Informasi adalah data yang telah diklasifikasi atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan”.
2.3.2 Fungsi Informasi
Suatu sistem informasi dapat mempunyai beberapa fungsi, antara lain: 1. Menambah pengetahuan
Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan.
2. Mengurangi ketidakpastian
Adanya informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.
(21)
Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.
4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan
Adanya informasi akan megurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan, karena keputusan yang diambil lebih terarah.
5. Memberi standar, aturan-aturan, dan keputusan
Adanya informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasar informasi yang diperoleh.
2.3.3 Biaya Informasi
Biaya informasi adalah meliputi komponen-komponen biaya yang harus dikeluarkan yang dapat berupa:
1. Biaya perangkat keras
Biaya perangkat keras dapat meliputi biaya tetap (fixed cost) dan akan meningkat untuk tingkat-tingkat mekanisasi yang lebih tinggi.
2. Biaya analisis, perancangan dan pelaksanaan sistem.
Biaya analisis, perancangan dan pelaksanaan meliputi biaya untuk perumusan suatu metodologi untuk prosedur-prosedur pengolahan data secara keseluruhan dan persiapan pembuatan program aplikasi komputer.
3. Biaya tempat dan lingkungan
Biaya tempat dan lingkungan bersifat semi variabel. 4. Biaya perubahan
Biaya perubahan dapat meliputi biaya yang diperlukan untuk setiap jenis perubahan dari satu metode pengolahan data tertentu ke metode lain.
5. Biaya operasi
Biaya operasi merupakan biaya variabel yang antara lain meliputi gaji pegawai, pemeliharaan fasilitas dan sistem perlengkapan barang-barang, dan fasilitas bantuan.
(22)
2.3.4 Kualitas Informasi
Kualitas dari suatu informasi (quality of information) tergantung dari tiga hal (Tata Sutabri 2005:35), diantarannya adalah sebagai berikut:
1. Akurat (accurate)
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berati informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.
2. Tepat Waktu (timelines)
Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan.
3. Relevan (relevance)
Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk setiap orang, satu dengan lainnya adalah berbeda.
2.4 Pengertian Diagram Arus Data
Diagram arus data (data flow diagram) merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan arus data didalam suatu sistem dengan terstruktur dan jelas. DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang sedang berjalan atau sistem baru yang akan dikembangankan atau dirancang.
a). Bentuk Diagram Arus Data
Terdapat dua bentuk diagram arus data yaitu diagram arus data fisik (physical data flow diagram) dan digram arus data logika (logical data flow diagram).
1. Diagram Arus Data Fisik
Diagram arus data fisik lebih tepat digunakan pada sistem yang sedang berjalan dan lebih menekankan pada bagaimana proses-proses dari sistem diterapkan (dengan cara apa, oleh siapa dan dimana), termasuk didalamnya proses-proses yang dikerjakan secara manual.
(23)
2. Diagram Arus Data Logika
Diagram arus data logika lebih tepat digunakan untuk menggambarkan sistem yang akan diusulkan (sistem yang baru). Diagram arus data ini tidak menekankan pada bagaimana sistem diterapkan, tetapi penekanannya hanya pada logika dari kebutuhan-kebutuhan sistem, yaitu proses-proses apa saja yang dibutuhkan oleh sistem.
b). Simbol yang digunakan dalam DFD untuk maksud mewakili adalah : 1. Kesatuan Luar (external entity) atau Batas Sistem (boundary)
Batas sistem berfungsi memisahkan sistem dengan lingkungan luarnya. External entity merupakan kesatuan diluar lingkungan sistem yang dapat berupa manusia, organisasi ataupun yang lainnya yang berada berada dilingkungan luar yang memberikan input atau menerima output dari sistem dengan simbol notasi dari suatu kesatuan luar berupa kotak. 2. Arus Data (Data Flow)
Arus Data diberi simbol suatu panah. Arus data ini mengalir diantara proses, simpanan data dan kesatuan luar. Arus data menunjukkan aliran data yang dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem yang dapat berbentuk sebagai berikut :
a. Formulir atau dokumen yang digunakan perusahaan.
b. Laporan tercetak dan tampilan layar komputer yang dihasilkan oleh sistem.
c. Masukan untuk komputer, komunikasi ucapan, surat dan memo, data yang direkam dan dibaca ke suatu file.
d. Suatu isian yang dicatat dalam buku legenda transmisi data dari suatu komputer ke komputer lain. Arus data sebaiknya diberi nama yang jelas dan mempunyai arti, namun dari arus data dituliskan disamping garis panahnya.
3. Proses (process)
Proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh manusia, mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang msuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data yang keluar dari proses. Suatu proses
(24)
dapat ditunjukkan dengan simbol lingkaran atau dengan simbol empat persegi panjang tegak dengan sudut-sudutnya tumpul. Suatu proses terjadi karena adanya arus data yang masuk dan hasil dari proses adalah merupakan arus data yang mengalir. Suatu proses harus menerima dan menghasilkan arus data. Setiap proses harus diberi penjelasan yang lengkap meliputi :
a. Identifikasi proses, umumnya berupa suatu angka yang menunjukkan nomor acuan dari proses dan ditulis pada bagian atas di simbol proses.
b. Nama proses menunjukkan apa yang dikerjakan oleh proses tersebut.
c. Pemroses, menunjukkan siapa atau dimana suatu proses dilakukan.
4. Simpanan Data (Data Store)
Simpanan data merupakan simpanan dari data yang dapat berupa suatu file atau database di sistem komputer, suatu arsip atau catatan manual, suatu kontak tempat data di meja seseorang atau suatu tabel acuan dan suatu agenda. Data Store dapat digambarkan dengan sepasang garis horizontal yang tertutup disalah satu ujungnya.
2.4.1 Simbol DFD
1. External Entity Terminator (kesatuan luar)
a. Benda diluar sistem yang entitas yang memberi data pada sistem (source) atau yang menerima informasi dari data (sink)
b. Tidak termasuk bagian dari sistem.
c. Bila sistem informasi dirancang untuk satu bagian (departemen) maka bagian yang lain yang terikat menjadi external entity.
2. Data store(simpanan data) a. Tempat penyimpanan data.
(25)
3. Data Flow(arus data)
a. Menggambarkan aliran data, dari suatu entityke entitylain. b. Arah panah menggambarkan aliran data.
c. Aliran data yang terdiri atas:
1) Aliran dua proses yang berurutan. 2) Dari data storeke proses dan sebaliknya. 3) Dari sourceke proses.
4) Dari proses ke sink. 4. Aturan Membuat DFD
a. Tidak boleh menghubungkan external entity/ kesatuan luar / terminator dengan external entitylainnya sacara langsung.
b. Tidak boleh menghubungkan data store dengan data store lainnya secara langsung.
c. Tidak boleh menghubungkan data flow arus data yang masuk dan yang keluar.
d. Tidak ada proses dan arus data yang tidak memiliki nama. e. Tidak boleh ada proses yang tidak memilki nomor. 5. Tahap Dalam Pembuatan DFD
a. Diagram Konteks
Diagram Konteks yang digunakan untuk menggambarkan sistem secara menyeluruh. Pada tahap ini menggambarkan lingkaran tunggal mewakili setiap kesatuan sistem.
b. Diagram Nol ( Level nol )
Diagram yang digunakan untuk menggambarkan tahapan proses yang ada pada diagram konteks.
c. Daigram Detail ( Level - 1 )
Diagram yang digunakan untuk menggambarkan arus data secara detail tahapan proses data pada diagram nol. Dalam menggambarkan perlu diperhatikan konsistensi jumlah input dan output yang ada pada diagram nol dan detail. Bila pada level ini sudah tidak lagi terdapat anak proses maka pada proses dimana proses primitive, pada proses diberikan P.
(26)
2.5 Pemindahbukan Pajak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pemindahbukuan berarti proses atau cara, perbuatan memindahkan pencatatan dari buku yang satu ke buku yang lain. Pemindahbukuan pajak merupakan salah satu cara dalam melakukan pembayaran pajak yang dapat dilakukan antar jenis pajak yang sama atau berlainan, dari masa dan tahun pajak yang sama atau berlainan, untuk wajib pajak yang sama atau berlainan dan dalam KPP yang sama atau berlainan.
Berdasarkan pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 88/KMK.04/1991 tentang tata cara pembayaran pajak melalui pemindahbukuan, dasar pemindahbukuan pajak meliputi :
1. Kelebihan karena adanya pembayaran pajak atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang berdasarkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak atau surat keputusan lainnya yang menyebabkan timbulnya kelebihan pembayaran pajak.
2. Pemindahbukuan karena adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak akibat keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
3. Pemindahbukuan karena diperolehnya kejelasan Surat Setoran Pajak (SSP) yang semula diadministrasikan dalam bermacam-macam Penerimaan Pajak (BPP)
4. Pemindahbukuan karena salah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain.
5. Pemindahbukuan karena adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari Surat Setoran Pajak (SSP).
Atas pelaksanaan pemindahbukuan pajak tersebut, Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan bukti pemindahbukuan pajak (bukti PBK).
(27)
2.6 Masa Pajak
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwim.
2.7 Tahun Pajak
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
2.8 Kode MAP dan Kode Jenis Setoran
Kode MAP dan Kode Jenis Setoran digunakan untuk mengisi SSP. Kode MAP merupakan kode anggaran penerimaan yang mewakili jenis-jenis pajak yang ada dalam penerimaan pajak. Untuk kode jenis-jenis setoran, yang biasa digunakan adalah 100 (setoran masa), 300 (STP) dan 310 (SKPKB).
2.9 Surat Setoran Pajak
SSP berfungsi sebagai sarana pembayaran dan sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak. Surat Setor Pajak (SSP) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Negara atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Surat Setor Pajak terdiri dari 5 lembar yang masing-masing lembar ditujukan ke berbagai tempat, diantaranya : 1. WP ( Wajib Pajak)
2. KPPN ( Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) 3. KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
4. Bank
(28)
2.10 LPAD (Lembar Pengawasan Arus Dokumen)
LPAD merupakan Lembaran yang dikeluarkan dan di isi oleh petugas pelayanan sebagai bukti adanya pelaporan atas Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) atau atas pembayaran WP melalui bank atau kantor pos yang selanjutnya lembar tersebut diteruskan kepada seksi-seksi lain yang terkait di KPP untuk pengadministrasian. LPAD berfungsi sebagai dokumen bagi KPP serta untuk memudahkan pencarian berkas.
2.11 BPS (Bukti Penerimaan Surat)
BPS merupakan tanda bukti untuk WP yang dikeluarkan oleh petugas pelayanan bersamaan dengan LPAD.
(29)
24
3.1 Analisis Masalah
Proses pemindahbukuakan dalam sistem informasi Direktorat Jendral Pajak yang tersentralisasi di Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak menimbulkan beberapa masalah, diantaranya adalah jika beban kerja sistem tinggi yaitu dengan banyaknya pegawai dari berbagai kantor pajak mengakases Sistem Informasi Pemindahbukuan ini maka akan menyebabkan akses ke dalam sistem informasi menjadi lambat dikarenakan terhubung dengan jaringan intranet yang mempunyai bandwidth kecil.
Jika Sistem Informasi Pemaindahbukuan ini tidak dapat diakses oleh pegawai maka proses pekerjaan pemindahbukuan menjadi terlambat sedangkan proses proses pemindahbukuan dibatasis hanya selama 30 hari.
3.2 Analisis Prosedur Yang Berjalan
Prosedur yang berjalan pada proses pemindahbukuan di Kantor Pelayan Pajak Madya Tangerang saat ini adalah :
1. Wajib Pajak (WP) mengajukan surat permohonan pemindahbukuan ke bagaian pelayanan.
2. Seksi Pelayanan memeriksa surat permohonan pemindahbukuan dan memeberikan bukti penerimaan surat (BPS) permohonan pemindahbukuan pada WP.
3. Seksi Pelayanan menginputkan data permohonan pemindahbukuan dari WP ke sistem untuk diteruskan kepada seksi pengawasan dan konseling (Waskon) terkait bersama berkas surat permohonan pemindahbukuan dan lembar pengawas arus data (LPAD).
4. Seksi Pengawasan dan Konseling (Waskon) kemudian menganalisis surat permohonan pemindahbukuan dan membuat konsep bukti pemindahbukuan untuk disetujui oleh Kepala Kantor Pajak.
(30)
5. Seksi Waskon membuat uraian hasil penelitian pemindahbukuan untuk disetujui oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
6. Seksi Waskon meneruskan berkas konsep bukti pemindahbukuan dan uraian penelitian pemindahbukuan kepada Kepala Kantor Pelayan Pajak untuk disetujui atau ditolak.
7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan atau penolakan terhadap permohonan pemindahbukuan yang diajukan oleh wajib pajak dan meneruskan kepada seksi Waskon kembali.
8. Seksi Waskon menginputkan hasil persetujuan dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak kedalam sistem dan mencetak bukti pemindahbukuan untuk diteruskan kepada wajib pajak.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada flowmap 3.1
(31)
Keterangan :
LPAD : Lembar Pengawasan Arus Dokumen
DP : Data Pemohon
BP : Berkas Permohonan HP : Hasil Permohonan
Waskon : Pengawasan dan konseling
3.3 Analisis Pengkodean
Dalam sitem informasi pemindahbukuan ini menggunakan beberapa kode. Tabel. 3.1 Kode Sistem informasi pemindahbukuan
No Kode Keterangan
1 Surat_Permohonan_Pbk Surat permhonan pemindahbukuan dari wajib pajak
2 Surat_Permonhonan_PBK_Ver Kode berkas hasil verifikasi
3 LPAD_Ver Kode pengantar berkas berkas hasil verifikasi 4 Hasil_Persetujuan_Pbk Kode bukti persetujuan pemindahbukuan
5 D_LPAD Kode bukti lembar pengawasan arus data
6 D_Permohonan Kode data bukti permohonan
7 D_Pbk Kode data pemindahbukuan
3.4 Analisis Kebutuhan Non Fungsional
Dalam sub bab analisis kebutuhan non fungsional ini akan dijelaskan mengenai spesifikasi hardware, software dan brainwarepada sistem yang sedang berjalan, kebutuhan sistem, dan evaluasi untuk menjalankan sistem informasi ini.
3.4.1 AnalisisHardware
a. Spesifikasi hardware pada sistem yang berjalan
1) Processor : Intel ® Pentium ® D CPU 3.40GHz – 3.39Ghz 2) Monitor : IBM Lenovo ThinkVision
3) Mouse : Usb Mouse IBM
4) Ram : 504 MB
5) HardDisk : 80 GB
6) Keyboard : Usb Keyboard IBM 7) Printer : Hp Laser Jet 2420
(32)
b. Kebutuhan spesifikasi hardware
1) Processor : Intel®Pentium®D CPU 3.40GHz–3.39Ghz 2) Monitor : IBM Lenovo ThinkVision
3) Mouse : Usb Mouse IBM
4) Ram : 1024 MB
5) Space HardDisk : 20 GB
6) Keyboard : Usb Keyboard IBM 7) Printer : Hp Laser Jet 2420 c. Evaluasi
Hardware yang digunakan pada saat ini sudah cukup baik, namun perlu perawatan dan perbaikan pada beberapa komputer yang rusak agar tidak mengganggu kinerja proses sistem informasi pemindahbukuan. Selain itu RAM perlu untuk ditambah kapasitasnya untuk mempercepat kinerja komputer.
3.4.2 Analisis Software
a. Spesifikasi software yang digunakan pada sistem yang berjalan saat ini. 1) Microsoft Windows Xp Proffesional Version 2002 SP 2
2) SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak) 3) Microsoft Office 2003
b. Spesifikasi Software yang dibutuhkan untuk menjalankan Sistem Informasi Pemindahbukuan.
1) Microsoft Windows Xp Proffesional Version 2002 SP 2 2) SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak) 3) Microsoft Office 2007
c. Evaluasi
Software yang digunakan saat ini masih cukup baik untuk menjalankan Sistem Informasi Pemindahbukuan ini tetapi Microsoft Office 2003 perlu diganti dengan Microsoft Office 2007 hal ini dikarenakan beberapa file dari wajib pajak yang berekstensi .docx, .xlsx maupun .pptx tidak dapat dijalankan pada microsoft office 2007.
(33)
3.4.3 Analisis Pengguna (Brainware)
a. Brainware pada sistem yang berjalan
Untuk mengoperasikan atau proses pengolahan data, setiap pegawai memiliki user dan password sesuai dengan nomor induk pegawai (NIP) masing-masing dan memperoleh menu pada Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak yang berbeda sesuai seksi dimana pegawai tersebut di tempatkan.
Status : PNS Departemen Keuangan
Pendidikan Minimal : D1
b. Brainware yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem
Sistem yang berjalan membutuhkan pegawai yang telah memperoleh pelatihan penggunaan sistem informasi pemindahbukuan.
Status : PNS Departemen Keuangan Pendidikan Minimal : D1
Telah mengikuti pelatihan Sistem Sistem Informasi Pemindahbukuan. c. Evaluasi Brainware
Sistem informasi pemindahbukuan ini adalah sistem yang baru berjalan dibeberapa Kantor Pelayanan Pajak saja, sehingga para pegawai belum begitu familiar. Untuk itu sosialisasi dan pelatihan sangat diperlukan untuk menunjang proses pemindahbukuan.
3.4.4 Analisis Jaringan
a. Jaringan pada sistem berjalan
Jaringan yang digunakan untuk Sistem Informasi Pemindahbukuan ini menggunakan jaringan intranet SIDJP dengan kecepatan akses 256 Kbps. Jaringan intranet menggunakan router yang terhubung dengan jaringan Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak Pusat.
b. Kebutuhan Jaringan
Jaringan intranet yang dibutuhkan untuk menjalankan untuk menjalankan sistem Informasi Pemindahbukuan ini agar berjalan dengan baik adalah 512 Kbps.
(34)
c. Evaluasi
Peningkatan kecepatan akses intranet ini untuk mempercepat proses pemindahbukuan disaat beban kerja meningkat di seluruh kantor Pelayanan Pajak Madya.
3.5 Analisis Kebutuhan Fungsional
Kebutuhan fungsional seperti analisis masukan, analisis proses, analisis keluaran, diagram kontek, diagram level nol, diagram level satu pada sistem informasi ini akan dijelasakan pada sub bab berikut.
3.5.1 Analisis Masukan
Data yang masuk adalah sebagai berikut :
1. Nama Masukan : Surat_Permohonan_Pbk
Fungsi : Permohonan Pemindahbukuan
Sumber : Wajib Pajak.
Media : Kertas.
Rangkap : 1 (satu) lembar
Frekwensi : Setiap Permohonan Pemindahbukuan Keterangan : Data Permohonan Pemindahbukuan 2. Nama Masukan : Surat_Permohonan_Pbk_Ver
Fungsi : Sebagai berkas hasil verifikasi Pbk untuk untuk diproses dan disetujui.
Sumber : Waskon
Media : Kertas.
Rangkap : 1 (dua) lembar Frekwensi : Setiap Penelitian
Keterangan : Dokumen hasil verifikasi berkas permoho nan Pbk untuk diproses dan disetujui.
3. Nama Masukan : LPAD_Ver
Fungsi : Sebagai pengantar berkas hasil verifikasi Pbk untuk diproses dan disetujui.
(35)
Sumber : Waskon Media : Kertas.
Rangkap : 1 (dua) lembar Frekwensi : Setiap Penelitian
Keterangan : Dokumen pengantar hasil verifikasi berkas permohonan Pbk untuk diproses & disetujui. 4. Nama Masukan : Persetujuan/Penolakan_Pbk
Fungsi : Sebagai bukti persetujuan/penolakan Pbk oleh Kepala KPP
Sumber : Kepala KPP.
Media : Komputer. Rangkap :
Frekwensi : Setiap persetujuan.
Keterangan : Input hasil persetujuan hasil penelitian Pbk. 5. Nama Masukan : Hasil_Persetujuan
Fungsi : Hasil Persetujuan atau penolakan Pbk.
Sumber : Kepala Kantor.
Media : Komputer. Rangkap :
Frekwensi : Setiap persetujuan atas permohonan Pbk. Keterangan : Hasil Persetujuan yang siap dicetak bukti
Pbk nya.
3.5.2 Analisis Proses
1. Nama Proses : SIDJP Pelayanan.
Masukan : Surat_Permohonan_Pbk, Hasil_Persetujuan D_LPAD, D_Permohonan.
Keluaran : Surat_Permohonan_Pbk, LPAD, BPS D_LPAD, D_Permohonan.
Ringkasan Proses : Proses input data permohonan Pbk dan diteruskan kepada seksi Waskon untuk
(36)
proses Pbk sampai disetujui Kepala KPP dan dicetak.
2. Nama Proses : SIDJP Pengawasan.
Masukan : Surat_Permohonan_Pbk_Ver, LPAD_Ver D_LPAD, D_Pbk.
Keluaran : Konsep_Bukti_Pbk, Uraian_Penelitian_ Pbk, D_LPAD, D_Pbk
Ringkasan Proses : Proses input hasil penelitan Pbk berupa Uraian penelitian Pbk dan Konsep Bukti Pbk untuk disetujui oleh Kepala Kantor. 3. Nama Proses : SIDJP Kepala KPP.
Masukan : Persetujuan/Penolakan_Pbk. Keluaran : Hasil_Persetujuan.
Ringkasan Proses : Proses input persetujuan hasil penelitan Pbk.
3.5.3 Analisis Keluaran
Output dari sistem ini adalah 1 Nama Keluaran : BPS
Fungsi : Sebagai tanda bukti penerimaan surat surat permohonan Pbk.
Media : Kertas.
Rangkap : 1 (satu) lembar.
Frekwensi : Setiap penyampain surat permohonan Pbk yang dilakukan Wajib Pajak.
Deskripsi : Surat yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang digunakan sebagai tanda bukti penerimaan surat permohonan
pemindahbukuan pajak. 2 Nama Keluaran : Surat_Permohonan_Pbk & LPAD.
Fungsi : Lembar untuk pengawasan surat permoho nan Pbk yang masuk untuk diproses lebih
(37)
lanjut di seksi terkait, sekaligus sebagai pengatar surat permohonan Pbk.
Media : Kertas.
Rangkap : 1 (satu) lembar.
Frekwensi : Setiap penyampain surat permohonan Pbk
yang dilakukan Wajib Pajak.
Deskripsi : Surat yang dikeluarakan oleh Kantor
Pelayanan Pajak untuk diteruskan kepada seksi terkait sebagai pengantar untuk
dilakukan proses selanjutnya. 3 Nama Keluaran : Konsep_Bukti_
Fungsi : Konsep bukti Pbk yang siap disetujui.
Media : Kertas.
Rangkap : 1 (satu) lembar.
Frekwensi : Setiap selesai proses penelitian Pbk. Deskripsi : Surat yang dipakai sebagai konsep Pbk
untuk disetujui Kepala KPP. 4 Nama Keluaran : Uraian_Penelitian_ Pbk
Fungsi : Sebagai hasil uraian dari penelitian Pbk untuk disetujui.
Media : Kertas.
Rangkap : 1 (satu) lembar.
Frekwensi : Setiap selesai proses penelitian Pbk. Deskripsi : Surat yang dipakai sebagai hasil penelitian
Pbk untuk disetujui Kepala KPP. 5 Nama Keluaran : Bukti Pbk/Penolakan (Tembusan)
Fungsi : Sebagai tanda bukti persetujuan/penolakan Pemindahbukuan dan tembusannya.
Media : Kertas.
Rangkap : 1 (satu) lembar.
(38)
Deskripsi : Surat yang dipakai untuk melakukan Proses pemindabukuan pajak.
6 Nama Keluaran : Hasil_Persetujuan
Fungsi : Sebagai persetujuan/penolakan Pbk untuk dilakukan pencetakan Bukti Pbk.
Media : Komputer
Rangkap :
Frekwensi : Setiap selesai proses persetujuan Pbk. Deskripsi : Hasil persetujuan yang dipakai untuk mela
kukan pencetakan Bukti Pbk.
3.5.4 Diagram Kontek
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Diagram kontek akan memberi gambaran tentang keseluruhan sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses. Tidak boleh ada store dalam diagram konteks.
Diagram konteks berisi gambaran umum (secara garis besar) sistem yang akan dibuat. Secara kalimat, dapat dikatakan bahwa diagram konteks ini berisi “siapa saja yang memberi data (dan data apa saja) ke sistem, serta kepada siapa saja informasi (dan informasi apa saja) yang harus dihasilkan sistem.” Pada gambar 3.2 adalah diagram kontek sistem informasi pemindahbukuan di KPP Madya Tangerang.
(39)
Gambar 3.2 Diagram kontek Sistem Informasi Pemindahbukuan KPP Pada gambar 3.3 adalah gambar diagram kontek yang diperbaiki
Gambar 3.3 Diagram Kontek Perbaikan Keterangan :
SIDJP : Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak WP : Wajib Pajak
Waskon : Pengawasan dan Konsultasi Pbk : Pemindahbukuan
LPAD : Lembar Pengawasan Arus Dokumen KPP : Kantor Pelayanan Pajak
(40)
3.5.5 Diagram Level Nol
Diagram nol adalah diagram yang menggambarkan proses dari data flow diagram. Diagram nol memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai sistem yang ditangani, menunjukkan tentang fungsi-fungsi utama atau proses yang ada, aliran data, dan eksternal entity.
Pada level ini sudah dimungkinkan adanya/digambarkannya data store yang digunakan. Untuk proses yang tidak dirinci lagi pada level selanjutnya, symbol "*" atau "P (functional primitive) dapat ditambahkan pada akhir nomor proses. Keseimbangan input dan output (balancing) antara diagram 0 dengan diagram konteks harus terpelihara. Tujuan dari diagram nol adalah untuk “memerinci” sebuah sistem menjadi “proses-proses” yang harus dilakukan ‘orang dalam.’ Atau jika dibuat dalam kalimat adalah : “Apa saja proses yang harus dilakukan agar mencapai sistem tersebut ?.” Pada gambar 3.3 diagram level 0 sistem informasi pemindahbukuan KPP Madya Tangerang.
Gambar 3.4 Diagram Level 0 KPP Madya Tangerang
Pada diagram level nol yang digunakan pada KPP Madya Tangerang masih ada yang salah, oleh karena itu diagram level nol diperbaiki seperti pada gambar 3.5
(41)
Gambar 3.5 Diagram Level Nol Perbaikan Keterangan :
D_LPAD : Data LPAD
D_Permohonan : Data Permohonan D_Pbk : Data Pemindahbukuan
(42)
3.5.6 Diagram Rinci (Diagram Level 1)
Diagram rinci adalah diagram yang menguraikan proses apa yang ada dalam diagram zero atau diagram level diatasnya. Diagram rinci adalah diagram yang memungkinkan proses yang ada di diagram nol lebih diperinci lagi. Gambar 3.6 menggambarkan diagram rinci sistem informasi pemindahbukuan KPP Madya Tangerang.
Gambar 3.6 Diagram Level 1 Proses 1 KPP Madya Tangerang
Pada diagram level 1 yang digunakan pada KPP Madya Tangerang masih ada yang salah, oleh karena itu diagram level nol diperbaiki seperti pada gambar 3.7
(43)
Gambar 3.7 Diagram Level 1 Perbaikan
3.5.7 Diagram Level 2
Diagram level 2 adalah diagram yang menguraikan proses apa yang ada dalam diagram level diatasnya. Diagram level 2 adalah diagram yang memungkinkan proses yang ada di diagram level satu lebih diperinci lagi. Gambar 3.8 menggambarkan diagram rinci sistem informasi pemindahbukuan KPP Madya Tangerang proses 1.4
(44)
Gambar 3.8 Diagram Level 2 Proses 1.4 KPP Madya Tangerang
Pada diagram level 2 yang digunakan pada KPP Madya Tangerang masih ada yang salah, oleh karena itu diagram level nol diperbaiki seperti pada gambar 3.9
(45)
3.6 Analisis Basis Data (ERD)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di KPP Madya Tangerang, basis data Sistem Informasi Pemindahbukuan terintegrasi dengan Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP) yang berada di kantor pusat Direktorat Jendral Pajak.
Gambar 3.10 ERD Sistem Informasi Pemindahbukuan KPP Madya Tangerang a. Jaringan Semantik
Waji_Pajak (NPWP, Nama, Alamat)
Surat_Permohonan_Pemindahbukuan (No_Surat, Nama_WP, J_Pajak, Jumlah, Alamat, NPWP, Alamat)
Seksi_Pelayanan (NIP, Nama, Passwaord, Jabatan) Seksi_Waskon (NIP, Nama, Passwaord, Jabatan) Kepala_KPP (NIP, Nama, Password)
b. Permasalahan yang dihadapi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di KPP Madya Tangerang, sampai saat ini belum terjadi permasalahan dengan sistem basis data sistem informasi pemindahbukuan dikarenakan :
(46)
1) Struktur data yang ada pada sistem informasi pemindahbukuan telah terintegrasi dengan Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP).
2) Direktorat Jendral Pajak memiliki basis data content preparation
3.7 Evaluasi
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap Sistem Informasi Pemindahbukuan di KPP Madya Tangerang maka ada beberapa hal yang perlu dievaluasi, diantaranya adalah :
1. Alur proses pemindahbukuan di KPP Madya Tangerang sudah sesuai dengan SOP Direktorat Jendral Pajak.
2. Spsesifikasi hardware yang ada untuk menjalankan Sistem Informasi Pemindahbukuan perlu di upgrade untuk meningkatkan kinerja.
3. Spesifikasi software yang digunakan saat ini perlu diperbaharui untuk membuka file-file yang tidak bisa dibuka pada software
lama.
4. Spesifikasi brainware saat ini perlu diberikan pelatihan menggunakan sistem informasi untuk meningkatkan kinerja dan mengurangi kesalahan (human error) dalam proses pemindahbukuan.
5. Jaringan yang digunakan saat ini perlu ditingkatkan kecepatan aksesnya untuk mempercepat proses pemindahbukuan pada Sistem Informasi Pemindahbukuan disaat beban kerja tinggi.
6. Diagram kontek, diagram level 0, diagram level 1 dan dua perlu diperbaiki agar sesuai dengan Sistem Pemindahbukuan.
7. Basis data yang digunakan pada pada Sistem Informasi Pemindahbukuan telah baik karena terintegrasi dengan SIDJP pusat sehingga jika terjadi kesalahan dapat segera diperbaiki.
(47)
42
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab I, bab II dan bab III, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Setelah melakukan peninjauan terhadap sistem yang berjalan pada proses pemindahbukuan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang, dapat disimpulkan bahwa kantor ini sepenuhnya didukung oleh sistem administrasi berbasis komputer yang penerapannya didasarkan atas standart operating prosedur (SOP) yang berlaku di Direktorat Jenderal Pajak. Sistem yang berjalan di kantor ini menerapkan Case Management (Manajemen Kasus) dan work flow system (alur kerja), sehingga memungkinkan setiap proses kegiatan menjadi terukur dan terkontrol sesuai dengan standart operating procedur (SOP) yang telah ditetapkan. Termasuk proses pemindahbukuan pajak yang memiliki jangka waktu penyelesaian paling lama 30 (tiga puluh) hari dimana sistem akan memberikan peringatan dini (early warning) jika penyelesaian proses tertunda di salah satu petugas dan sekaligus proses dapat di terkontrol dengan baik oleh pimpinan.
2. Dengan sistem yang telah berjalan ini, proses penyelesaian pemindahbukuan pajak secara keseluruhan dapat dikatakan menjadi lebih efektif dan lebih efisien. Efektif dalam hal prosesnya yang tidak berbelit-belit karena sistem berjalan sesuai dengan standart operating prosedur (SOP) yang berlaku sehingga proses menjadi terukur dan terkontrol dengan baik. Menjadi efisien karena dalam penyelesaiannya membutuhkan waktu yang relatif singkat sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Tetapi selain memiliki keunggulan, sistem yang berjalan ini (SIDJP) yaitu adanya work flow dan case management,
(48)
SIDJP juga memiliki kelemahan yaitu ketika beban kerja tinggi maka kinerja SIDJP menjadi lamban, termasuk didalamnya proses penyelesaian pemidahbukuan pajak. Padahal SIDJP baru diterapkan dibeberapa KPP termasuk KPP Madya Tangerang, apalagi jika seluruh KPP dan unit vertikal lainnya menerapkan, salah satu penyebabnya adalah SIDJP tersentralisasi di Kantor Pusat DJP.
4.2 SARAN
Adapun saran yang dikemukakan adalah sebagi berikut:
1. Mengenai masalah kinerja SIDJP yang menjadi lamban karena beban kerja yang tinggi, selain terus memperbaiki infrastruktur yang sudah ada, di sarankan di SIDJP disediakan menu atau aplikasi untuk mengambil log nomor surat yang akan dibuat secara manual ketika sistem tidak bekerja dengan baik (lamban) sehingga untuk penyelesaian permohonan-permohonan yang akan jatuh tempo tidak menggangu pelayanan terhadap wajib pajak.
2. Untuk memaksimalkan penggunaan aplikasi tersebut, para pegawai perlu disosialisasikan dan dilatih tentang cara penggunaannya, sehingga para pegawai menjadi familiar dengan aplikasi tersebut.
(49)
22)
__. (17-12-2010 17:15) Struktur Organisasi KPP,
http://www.pajak.go.id/strukturorg/kpp%20wp%20besar%20madya.png
__. Paradigma Metodologi Penelitian Teknik Iformatika,
http://scele.pps.dinus.ac.id/.../Paradigma_Metodologi_
Penelitian
_Teknik_
Informatika
.
pdf (3-11-2010 13:11)
__.(17-12-2010 17:30) Alamat KPP se Indonesia,
(http://www.pajakonline.com/engine/learning/att/Alamat%20KPP%20se%20Indonesia.
htm(3-11-2010
13 : 22)
Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi 1, Ed.ke-1, Andi Yogyakarta
Al-Bahra bin Ladjamuddin B,
Konsep Sistem Basis Data, Cet.1, Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika Komputer Buddhi.
Direktorat Jenderal Pajak,
End User Manual Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
Prosedur Manajemen Kasus Pemindahbukuan Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak,
Standart Operating Procedures Pemindahbukuan Pajak,
Subdirektorat Transformasi Organisasi Direktorat KITSDA 2008.
Edhy Sutanta,ST,Sistem Informasi Manajemen,Graha Ilmu,Yogyakarta, 2001.
Jogianto H.M,
Analisa dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek
Aplikasi Bisnis, Cet. Ke-2, Andi Offset, Yogyakarta, 2001.
Jogianto H.M, Pengenalan Komputer, Dasar Ilmu Komputer, Pemrograman, Sistem Informasi &
Intelegensi Buatan, Ed.4, Cet.1, Andi Offset, Yogyakarta, 2004.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Baru, Team Pustaka Phoeni.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 88/KMK.04/1991 tentang,
Tata Cara
Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan, 24 Januari 1991 Menteri Keuangan J.B.
Sumarlin.
Kos. (02-12-2010 17:40), Diagram Level Nol,
http://nyobayoo.blogspot.com/2008/09/diagram-nolzero-overview-diagram.html
http://nyobayoo.blogspot.com/2008/09/diagram-rinci-level-diagram.html
Kos. (02-12-2010 16:52) Diagram Konteks,
http://nyobayoo.blogspot.com/2008/09/diagram-konteks.html
(50)
Tanggal Lahir : 2 September 1988 Jenis Kelamin : Laki-Laki
NIM : 10107255
Jurusan : Tenik Informatika
Fakultas : Teknik dan Ilmu Komputer
Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia, Bandung Alamat : Ds. Cilibur RT 03/03 No 17 Kec. Paguyangan
Alamat Bandung : Jl. Sekeloa Tengah No 37/152C RT 01/03 Kel. Lebak Gede, Bandung.
No HP : 087822020445 / 085720371309 Email : [email protected]
Pendidikan : SDN Cilibur 02 1995-2001
SMP Maarif 03 Paguyangan 2001-2004 SMA Islam T.Huda Bumiayu 2004-2007 Universitas Komputer Indonesia 2007-Sekarang
Peerjaan : Mahasiswa 2007-sekarang
(1)
3.6 Analisis Basis Data (ERD)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di KPP Madya Tangerang, basis data Sistem Informasi Pemindahbukuan terintegrasi dengan Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP) yang berada di kantor pusat Direktorat Jendral Pajak.
Gambar 3.10 ERD Sistem Informasi Pemindahbukuan KPP Madya Tangerang a. Jaringan Semantik
Waji_Pajak (NPWP, Nama, Alamat)
Surat_Permohonan_Pemindahbukuan (No_Surat, Nama_WP, J_Pajak, Jumlah, Alamat, NPWP, Alamat)
Seksi_Pelayanan (NIP, Nama, Passwaord, Jabatan) Seksi_Waskon (NIP, Nama, Passwaord, Jabatan) Kepala_KPP (NIP, Nama, Password)
b. Permasalahan yang dihadapi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di KPP Madya Tangerang, sampai saat ini belum terjadi permasalahan dengan sistem basis data sistem informasi pemindahbukuan dikarenakan :
(2)
41
1) Struktur data yang ada pada sistem informasi pemindahbukuan telah terintegrasi dengan Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP).
2) Direktorat Jendral Pajak memiliki basis data content preparation
3.7 Evaluasi
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap Sistem Informasi Pemindahbukuan di KPP Madya Tangerang maka ada beberapa hal yang perlu dievaluasi, diantaranya adalah :
1. Alur proses pemindahbukuan di KPP Madya Tangerang sudah sesuai dengan SOP Direktorat Jendral Pajak.
2. Spsesifikasi hardware yang ada untuk menjalankan Sistem Informasi Pemindahbukuan perlu di upgrade untuk meningkatkan kinerja.
3. Spesifikasi software yang digunakan saat ini perlu diperbaharui untuk membuka file-file yang tidak bisa dibuka pada software lama.
4. Spesifikasi brainware saat ini perlu diberikan pelatihan menggunakan sistem informasi untuk meningkatkan kinerja dan mengurangi kesalahan (human error) dalam proses pemindahbukuan.
5. Jaringan yang digunakan saat ini perlu ditingkatkan kecepatan aksesnya untuk mempercepat proses pemindahbukuan pada Sistem Informasi Pemindahbukuan disaat beban kerja tinggi.
6. Diagram kontek, diagram level 0, diagram level 1 dan dua perlu diperbaiki agar sesuai dengan Sistem Pemindahbukuan.
7. Basis data yang digunakan pada pada Sistem Informasi Pemindahbukuan telah baik karena terintegrasi dengan SIDJP pusat sehingga jika terjadi kesalahan dapat segera diperbaiki.
(3)
42 4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab I, bab II dan bab III, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Setelah melakukan peninjauan terhadap sistem yang berjalan pada proses pemindahbukuan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang, dapat disimpulkan bahwa kantor ini sepenuhnya didukung oleh sistem administrasi berbasis komputer yang penerapannya didasarkan atas standart operating prosedur (SOP) yang berlaku di Direktorat Jenderal Pajak. Sistem yang berjalan di kantor ini menerapkan Case Management (Manajemen Kasus) dan work flow system (alur kerja), sehingga memungkinkan setiap proses kegiatan menjadi terukur dan terkontrol sesuai dengan standart operating procedur (SOP) yang telah ditetapkan. Termasuk proses pemindahbukuan pajak yang memiliki jangka waktu penyelesaian paling lama 30 (tiga puluh) hari dimana sistem akan memberikan peringatan dini (early warning) jika penyelesaian proses tertunda di salah satu petugas dan sekaligus proses dapat di terkontrol dengan baik oleh pimpinan.
2. Dengan sistem yang telah berjalan ini, proses penyelesaian pemindahbukuan pajak secara keseluruhan dapat dikatakan menjadi lebih efektif dan lebih efisien. Efektif dalam hal prosesnya yang tidak berbelit-belit karena sistem berjalan sesuai dengan standart operating prosedur (SOP) yang berlaku sehingga proses menjadi terukur dan terkontrol dengan baik. Menjadi efisien karena dalam penyelesaiannya membutuhkan waktu yang relatif singkat sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Tetapi selain memiliki keunggulan, sistem yang berjalan ini (SIDJP) yaitu adanya work flow dan case management,
(4)
43
SIDJP juga memiliki kelemahan yaitu ketika beban kerja tinggi maka kinerja SIDJP menjadi lamban, termasuk didalamnya proses penyelesaian pemidahbukuan pajak. Padahal SIDJP baru diterapkan dibeberapa KPP termasuk KPP Madya Tangerang, apalagi jika seluruh KPP dan unit vertikal lainnya menerapkan, salah satu penyebabnya adalah SIDJP tersentralisasi di Kantor Pusat DJP.
4.2 SARAN
Adapun saran yang dikemukakan adalah sebagi berikut:
1. Mengenai masalah kinerja SIDJP yang menjadi lamban karena beban kerja yang tinggi, selain terus memperbaiki infrastruktur yang sudah ada, di sarankan di SIDJP disediakan menu atau aplikasi untuk mengambil log nomor surat yang akan dibuat secara manual ketika sistem tidak bekerja dengan baik (lamban) sehingga untuk penyelesaian permohonan-permohonan yang akan jatuh tempo tidak menggangu pelayanan terhadap wajib pajak.
2. Untuk memaksimalkan penggunaan aplikasi tersebut, para pegawai perlu disosialisasikan dan dilatih tentang cara penggunaannya, sehingga para pegawai menjadi familiar dengan aplikasi tersebut.
(5)
22)
__. (17-12-2010 17:15) Struktur Organisasi KPP,
http://www.pajak.go.id/strukturorg/kpp%20wp%20besar%20madya.png
__. Paradigma Metodologi Penelitian Teknik Iformatika,
http://
scele.pps.dinus.ac.id/.../Paradigma_Metodologi_
Penelitian
_Teknik_
Informatika
.
pdf (3-11-2010 13:11)
__.(17-12-2010 17:30) Alamat KPP se Indonesia,
(http://www.pajakonline.com/engine/learning/att/Alamat%20KPP%20se%20Indonesia.
htm(3-11-2010
13 : 22)
Abdul Kadir,
Pengenalan Sistem Informasi 1
, Ed.ke-1, Andi Yogyakarta
Al-Bahra bin Ladjamuddin B,
Konsep Sistem Basis Data
, Cet.1, Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika Komputer Buddhi.
Direktorat Jenderal Pajak,
End User Manual Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
Prosedur Manajemen Kasus Pemindahbukuan Pajak
.
Direktorat Jenderal Pajak,
Standart Operating Procedures Pemindahbukuan Pajak
,
Subdirektorat Transformasi Organisasi Direktorat KITSDA 2008.
Edhy Sutanta,ST,
Sistem Informasi Manajemen
,Graha Ilmu,Yogyakarta, 2001.
Jogianto H.M,
Analisa dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek
Aplikasi Bisnis
, Cet. Ke-2, Andi Offset, Yogyakarta, 2001.
Jogianto H.M,
Pengenalan Komputer, Dasar Ilmu Komputer, Pemrograman, Sistem Informasi &
Intelegensi Buatan
, Ed.4, Cet.1, Andi Offset, Yogyakarta, 2004.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Baru, Team Pustaka Phoeni.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 88/KMK.04/1991 tentang,
Tata Cara
Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan
, 24 Januari 1991 Menteri Keuangan J.B.
Sumarlin.
Kos. (02-12-2010 17:40), Diagram Level Nol,
http://nyobayoo.blogspot.com/2008/09/diagram-nolzero-overview-diagram.html
http://nyobayoo.blogspot.com/2008/09/diagram-rinci-level-diagram.html
Kos. (02-12-2010 16:52) Diagram Konteks,
http://nyobayoo.blogspot.com/2008/09/diagram-konteks.html
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Alif Siswoyo
Tempat Lahir : Brebes
Tanggal Lahir : 2 September 1988 Jenis Kelamin : Laki-Laki
NIM : 10107255
Jurusan : Tenik Informatika
Fakultas : Teknik dan Ilmu Komputer
Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia, Bandung Alamat : Ds. Cilibur RT 03/03 No 17 Kec. Paguyangan
Alamat Bandung : Jl. Sekeloa Tengah No 37/152C RT 01/03 Kel. Lebak Gede, Bandung.
No HP : 087822020445 / 085720371309
Email : [email protected]
Pendidikan : SDN Cilibur 02 1995-2001
SMP Maarif 03 Paguyangan 2001-2004 SMA Islam T.Huda Bumiayu 2004-2007 Universitas Komputer Indonesia 2007-Sekarang
Peerjaan : Mahasiswa 2007-sekarang