Macam-macam Perlindungan Hukum Perlindungan Hukum .1 Pengertian Perlindungan Hukum

Pemegang gadai juga memiliki kewajiban disamping hak. Kewajiban penerima gadai diatur dalam pasal 1154, 1156, dan 1157 KUHPerdata.: 1. menjaga barang yang digadaikan sebaik–baiknya; 2. tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan mmenjadi miliknya, walaupun pemberi gadai wanprestasi Pasal 1154 KUHPerdata.; 3. memberitahukan kepada pemberi gadai tentang pemindahan barang-barang gadai Pasal 1156 KUHPerdata; 4. bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai, sejauh hal itu terjadi akibat kelalaiannya Pasal 1157 KUHPerdata. Kewajiban yang melekat pada pihak pemegang gadai antara lain adalah : 20 a. Merawat benda gadai yang ada dalam tangannya dan menjaga keselamatan benda gadai tersebut serta bertanggungjawab dalam hal adanya kehilangan atau kemerosotan nilai dari benda gadai, apabila hal itu terjadi karena kesalahannya. b. Memberitahu pihak pemberi gadai terlebih dahulu dalam hal hendak dilakukan penjualan benda jaminan. c. Mengembalikan kelebihan atau sisa dari hasil penjualan benda gadai setelah diambil sebagai pelunasan utangnya. d. Mengembalikan benda gadai dalam hal utang yang ternyata dalam perjanjian pokok telah dilunasi debitur pemberi gadai.

2.2.3 Berakhirnya Gadai

KUHPerdata tidak mengatur secara khusus mengenai sebab-sebab hapus atau berakhirnya gadai. Namun demikian dari bunyi ketentuan dalam pasal-pasal KUHPerdata yang mengatur mengenai lembaga hak jaminan gadai sebagaimana diatur dalam pasal 1150 sampai dengan pasal 1160 KUHPerdata. Berakhirnya gadai juga dapat terjadi karena: 21 a. Berakhirnya perikatan pokok yang dijamin dengan gadai. Hal ini sesuai dengan sifat gadai yaitu accesoir, dimana keberadaanya tergantung kepada keberadaan perjanjian pokok, sehingga apabila perjanjian pokok berakhir maka gadai juga ikut berakhir. b. Terlepasnya benda gadai dari kekuasaan pemegang gadai atau dilepasnya benda gadai secara sukarela oleh pihak pemegang gadai. c. Musnahnya benda gadai. d. Dalam hal terjadinya pencampuran, yaitu pemegang gadai menjadi pemilik benda gadai tersebut. 20 Aulia Abdi, 2008, Ibid, hlm. 32. 21 Aulia Abdi, 2008, Ibid, hlm. 33. 2.3 Saham 2.3.1 Pengertian Saham Saham adalah salah satu instrumen pasar modal yang paling umum diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham adalah tanda penyertaan modal dari seseorang atau badan usaha didalam suatu perusahaan perseroan terbatas. 22 Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang dalam sebuah perusahaan, pengertian ini terlihat dari bunyi pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya akan di sebut UU PT yaitu: “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Berdasar ketentuan tersebut dapat diambil pengertian bahwa saham merupakan bukti persekutuan modal perusahaan. Hal ini dipertegas juga oleh M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya yang mengatakan: “Saham pada dasarnya merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam sebuah perusahaan”. 23 Ketentuan tersebut sesuai dengan aturan yang terdapat dalam pasal 31 ayat 1 UU PT yang berbunyi: “Modal Dasar Perusahaan terdiri atas seluruh nominal saham”. Di dalam pasar modal sering diperdagangkan surat-surat berharga yang disebut efek atau sekuritas yaitu salah satunya saham. Hal ini dijelaskan dalam pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal yang selanjutnya akan disebut UU PM bahwa, “Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif efek ”. 22 Iswi Hariyani, R. Serfianto D.P, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta: Visimedia, 2010, hlm. 198 23 M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Prenada, 2006, hlm. 188.