KOMPARASI PAKET PEMUPUKAN DI TINGKAT PETANI DAN PUPUK ANJURAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalanicum. L) DI KECAMATAN TANJUNG-BREBES

(1)

KOMPARASI PAKET PEMUPUKAN DI TINGKAT PETANI DAN

PUPUK ANJURAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

BAWANG MERAH (

Allium ascalanicum.

L) DI KECAMATAN

TANJUNG-BREBES

SKRIPSI

Oleh:

Vidya Mar’atusholikha 20120210070

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

Oleh:

Vidya Mar’atusholikha 20120210070

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

KOMPARASI PAKET PEMUPUKAN DI TINGKAT PETANI DAN PUPUK ANJURAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

(Allium ascalanicum. L) DI KECAMATAN TANJUNG-BREBES

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh :

Vidya Mar’atusholikha 20120210070

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(4)

iv

Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh tim pembimbing.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan saya ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, Juni 2016 Yang membuat pernyataan

Vidya Mar’atusholikha 2012021007


(5)

v MOTTO

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan

boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal hal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 216)

“Disiplin adalah Kunci Keberhasilan (Andreas Untung.P)”


(6)

vi

2. Muhammad SAW pahlawan revolusi peradaban.

3. Bapak Sanawi dan Ibu Sri Hidayati. Semoga penulis selalu menjadi Birrul wallidain dan investasi di akhirat. Amin


(7)

vii

SEKAPUR SIRIH

Tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Sang Maha Penguasa alam jagat raya. Dia yang menjadikan insan sebagai raja di bumi persada, dan menyerahkan pengelolaan alam kepada seluruh umat manusia, semoga amanah sebagai khalifah terlaksana, ilmu agama menjadi pondasi utama, sehingga

baldatun toyyibatun segera terwujud dalam kehidupan yang nyata. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, seorang reformis sejati, pembawa syariat sesuai dengan hati nurani.

Pada kesempatan ini, penulis mencoba merangkai untaian kata yang manakala tiada waktu untuk bertatap pandang, hendaklah dapat terbaca. Dengan segala hormat penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Teman-teman angkatan 2012. Jangan lupa untuk saling mendoakan dan saling semangat satu sama lain. Teruntuk Agroteknologi B 2012, Glad to be part of you.

2. Rumah ke dua, tempat untuk berpulang mencurahkan segala suka, duka lara, dan cita. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Fakultas Pertanian UMY. Tak sekadar merah yang memerahkan segala warna. 3. Almamaterku, teristimewa kepada Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, gerbang membuka cakrawala peradaban. Terimakasih atas segala kesempatan yang diberikan.

4. Teh Livi Takliviyah partner dari awal hingga akhir skripsi ini selesai.

Hatur nuhun nyak.

5. Penyemangat sekaligus pembelajar, semoga menjadi penyemangat hingga akhir waktu, dan senantiasa dalam lindunganNya.


(8)

viii

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komparasi Paket Pemupukan Di Tingkat Petani dan Pupuk Anjuran Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Bawang Merah di Kecamatan Tanjung-Brebes”. Sholawat serta salam penulis senantiasa haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membebaskan kita dari zaman penuh kegelapan ke zaman yang penuh cahaya seperti saat ini. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat menyelesaikan pendidkan S-1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam mencapai semua penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M. P. selaku pembimbing utama yang telah berkenan memberikan waktu luangnya, arahan, motivasi yang sangat gigih serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Bambang Heri Isnawan, M. P. selaku pembimbing pendamping yang dengan penuh kesabaran selalu membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ir. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku dosen penguji yang telah mengarahkan, memberikan saran dan masukan.


(9)

ix

4. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang tidak pernah bosan memberikan bimbingan dan mendengar keluh kesah. 5. Ir. Sarjiyah, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Innaka Ageng Rineksane, S.P., M.P., Ph.D. selaku Kaprodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.

7. Kepala KESBANGLINMAS Yogyakarta, Kepala BPMD Semarang , Kepala KESBANGPOL Kabupaten Brebes, Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes, Kepala BP3K Kecamatan Tanjung beserta jajaran staffnya yang telah bersedia membantu perijinan dan segala informasinya selama penelitian.

8. Team International Tropical Farming Summer School (ITFSS) #1 semoga semakin melesat jauh menjelajah dunia.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Juni 2016


(10)

x

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRACT ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Studi ... 4

F. Kerangka Berfikir ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Bawang Merah ... 8

B. Pemupukan ... 11

III. TATA CARA PENELITIAN ... 14

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

B. Metode penelitian dan Analisis Data ... 14

C. Luaran Penelitian ... 16

D. Jenis Data ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes ... 18

B. Kondisi Sumberdaya Lahan Kabupaten Brebes ... 20

C. Kondisi Eksisting Wilayah, Petani dan Penyuluh di Kecamatan Tanjung 23 D. Komparasi Paket Pemupukan Bawang Merah ... 30


(11)

xi

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(12)

xii

Tabel 4. Jenis Data Penelitian ... 17

Tabel 5. Temperatur 2010 - 2014 ... 21

Tabel 6. Curah Hujan 2010-2014 ... 22

Tabel 7. Hasil Survey Lapangan ... 23


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 7

Gambar 2. Morfologi Bawang Merah ... 8

Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Brebes ... 18


(14)

xiv

Lampiran 4. Paket Pemupukan di Tingkat Petani ... 53

Lampiran 5. Paket Pemupukan di Tingkat Penyuluh ... 56

Lampiran 6. Hasil T-test Bahan Organik ... 57

Lampiran 7. Hasil T-test N... 58

Lampiran 8. Hasil T-test P ... 59

Lampiran 9. Hasil T-test K... 60

Lampiran 10. Hasil T-tes S ... 61

Lampiran 11. Hasil T-test Panjang Tanaman 1 ... 62

Lampiran 12. Hasil T-test Panjang Tanaman 2 ... 63

Lampiran 13. Hasil T-test Umbi ... 64

Lampiran 14. Hasil T-Test Produksi ... 65

Lampiran 15. Analisis Regresi ... 66


(15)

xv

INTISARI

Penelitian berjudul Komparasi Paket Pemupukan di Tingkat Petani dan Pupuk Anjuran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum) di Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2016. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan manfaat berupa informasi tentang perbandingan pemberian paket pemupukan bawang merah ditingkat petani dan penyuluh.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Teknis pelaksanaanya dengan melakukan observasi, kuisioner, dan pengumpulan data sekunder maupun primer yang dianalisis secara Deskriptif, Uji T dan Regresi. Pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemupukan di tingkat petani tidak dipengaruhi oleh anjuran. Beberapa faktor mempengaruhi petani dalam menggunakan paket pemupukan, seperti modal, pengetahuan dan sumberdaya manusia.


(16)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Vidya Mar' atusholikha

20120210070

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 18 Mei 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperJukan guna memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

PembimbingIPenguji Utama Anggota Penguji

Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. Ir. aft Ananda Utama. M .S.

NIP. 1960 1120198903 1 001 NIK. 19610831198610 133002

pLDg

Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P. N IK. 19650814199409 133021

Yogyakarta, \I JUDi 2016 Dekan

セセセL N。NL@ Pertanian

Yogyakarta


(17)

xvi

ABSTRACT

A research about Comparison Fertilizing Package of Farmer level and agriculture instructor level to Growth and Production of Shallot at Sub Distric Tanjung, Regency Brebes has been done from Januari until March 2016.

This research used survey method consist of observation, primary and secondary data collecting that analyzed using Descriptive, T-test, and Regression. The sample was taken by Stratified Random Sampling.

The result indicated that the farmers were not influenced by agriculture instructor in the other way farmers were influenced by cost, knowledge, culture and the number of the farmer.

Keyword : Fertilizing package, farmer fertilizing, agriculture instructor and shallot.


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber penghasilan petani dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :

Tabel 1. Data Proyeksi Kebutuhan Bawang Merah

Tahun Kebutuhan (Ton)

Konsumsi Benih Industri Ekspor Total 2015 952.335 102.900 40.000 100.000 1.195.235 2020 1.067.527 107.000 50.000 110.000 1.335.427 2025 1.197.837 116.000 80.000 150.000 1.541.737 Sumber data : Deptan 2013 Diakses pada September 2015

Bawang Merah adalah salah satu komoditi unggulan di beberapa daerah di Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Umbi Bawang Merah sebagian besar mengandung air. Dari 100 gram umbi, kandungan air mencapai sekitar 80-85 %, protein r 1,5%, lemak 0,3% dan karbohidrat 9,2% (Wibowo, 2006)

Menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2008), konsumsi Bawang Merah penduduk Indonesia mencapai 4,56 kg/kapita/tahun. Permintaan Bawang Merah akan terus meningkat karena adanya pertambahan jumlah penduduk, semakin berkembangnya industri makanan siap saji dan pengembangan pasar ekspor Bawang Merah. Kebutuhan Bawang Merah yang semakin meningkat merupakan peluang pasar yang potensial dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk meningkatkan produksi Bawang Merah. Salah satu sentra produksi Bawang Merah di Indonesia adalah Kabupaten Brebes.


(19)

2

Luas panen dan produksi Bawang Merah di Kabupaten Brebes selama beberapa tahun disajikan dalam tabel 2 berikut :

Tabel 2. Data Produksi Bawang Merah Tahun Luas Panen

(Hektar)

Produksi (Ton)

Produkstivitas (Ton/Hektar)

2006 18.869 179.227,8 9,498

2007 23.361 253.183,5 10,837

2008 26.326 336.644,7 12.787

2009 24.978 312.583,2 12,514

2010 32.680 400.501,8 12,255

Sumber data : Dinas Pertanian Pangan dan Hortikulutura Kabupaten Brebes, 2010

Adanya faktor alam yang serasi dengan faktor pertumbuhan tanaman, menjadikan Bawang Merah cocok dibudidayakan di Brebes. Petani Bawang Merah di Kabupaten Brebes memiliki kecenderungan untuk menggunakan pupuk seadanya. Artinya, dosis yang diberikan untuk pemupukan disesuaikan dengan modal utama yang dimiliki dari petani Bawang Merah tersebut, sehingga seringkali petani mengabaikan dosis pupuk standar yang diberikan pada tanaman Bawang Merah.

Desa Pejagan yang berada di Kecamatan Tanjung, salah satu penghasil Bawang Merah di Kabupaten Brebes menghasilkan Bawang Merah sebanyak 7 ton/hektar Bawang Merah pada tahun 2015. Paket pemupukan yang dilakukan sebanyak tiga kali tanpa pemupukan dasar. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 12 hari setelah tanam, pemupukan kedua dilakukan 21 hari setelah tanam dan pemupukan ketiga dilakukan 35 hari setelah tanam menggunakan pupuk TS dan NPK. Lain halnya di desa Lemahabang, paket pemupukan yang dilakukan sebanyak 2 kali, sebelum tanam petani tidak memberikan pupuk dasar, melainkan memberi stimulan pada tanah supaya bawangnya tidak mengalami etiolasi,


(20)

selanjutnya pemupukan dilakukan menggunakan Urea dan pemupukan kedua menggunakan ZA.

Menurut Balitsa (2005), pemberian pupuk standar yang diberikan adalah pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang sapi dengan dosis 10 – 20 ton/hektar. Selain itu, pupuk P (SP-36) dengan dosis 200 – 250kg/hektar. Macam dan jumlah pupuk N dan K yang diberikan adalah sebagai berikut : N sebanyak 150 – 200kg/hektar dan K sebanyak 50 – 100 kg K2O/hektar atau 100 – 200 kg

KCl/hektar. Kualitas Bawang Merah pada umumnya dapat dilihat dari warna umbi dan aroma yang khas. Warna umbi sangat erat kaitannya dengan kandungan air yang dimilikinya. Kandungan air pada Bawang Merah dipengaruhi oleh ketersediaan Kalium, sedangkan aroma yang khas berkaitan dengan ketersediaan kandungan Sulfur (Universitas Sumatera Utara, 2015).

B. Perumusan Masalah

Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Jawa tengah dengan area pertanaman Bawang Merah terbesar di Indonesia. Kecamatan Tanjung yang berada di Kabupaten Brebes merupakan salah satu area penghasil Bawang Merah. Paket pemupukan Bawang Merah yang dilakukan oleh petani Bawang Merah di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes masih menggunakan paket yang belum memenuhi standar. Artinya, usaha untuk memenuhi kebutuhan pupuk Bawang Merah disesuaikan dengan modal para petani itu sendiri, sehingga penerapan pupuk standar belum sepenuhnya dilakukan oleh petani.


(21)

4

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini memiliki permasalahan :

1. Bagaimana paket pemupukan di tingkat petani Bawang Merah dan hasilnya? 2. Bagaimana kecenderungan hasil di tingkat petani jika dibandingkan dengan

hasil potensial?

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan dapat memberikan informasi tentang perbandingan pemberian paket pemupukan Bawang Merah ditingkat petani dan penyuluh. 2. Mengevaluasi paket pemupukan Bawang Merah bagi petani di Kabupaten

Brebes.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik, memberikan informasi mengenai paket pemupukan untuk tanaman Bawang Merah, serta dapat melakukan komparasi pemupukan antara petani dan penyuluh di Kabupaten Brebes Jawa Tengah, sehingga produksi Bawang Merah dalam mengatasi kebutuhan masyarakat dapat tercukupi.

E. Batasan Studi

Penelitian dilakukan di lingkup Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang terdiri dari 2 Desa yaitu Lemahabang dan Pejagan sebagai salah satu daerah penyumbang produksi Bawang Merah, yaitu daerah dengan penggunaan lahan budidaya komoditi bawang merah cukup besar. Desa Lemahabang memiliki lahan sawah dengan luas 97,27 hektar dan Desa Pejagan


(22)

memiliki lahan sawah dengan luas 96,97 hektar (Kecamatan Tanjung dalam Angka 2014)

F. Kerangka Berfikir

Kabupaten Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah penghasil Bawang Merah di Indonesia. Hal ini disebabkan karena adanya faktor alam yang cocok untuk melakukan budidaya bawang merah, sehingga kabupaten Brebes sangat berpotensi dalam mengembangkan produksi bawang merah untuk mencukupi kebutuhan baik di Jawa Tengah sendiri maupun daerah lain.

Sejak dimulai dari pertumbuhannya, tanaman telah bergantung pada lingkungan dan tingkat ketergantungan ini semakin besar mengikuti umur. Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman ditentukan oleh faktor-faktor pertumbuhan. Unsur hara merupakan kebutuhan mutlak tanaman untuk dapat hidup, karena sejak awal pertumbuhan telah bergantung pada peranan sejumlah unsur hara. Ketersedian unsur hara yang cukup dan seimbang memberi peluang kelangsungan hidup tanaman. Hukum minimum Leibig, menyatakan bahwa takaran pertumbuhan tanaman diatur oleh faktor yang ada dalam takaran minimal dan naik atau turunnya sesuai dengan peningkatan atau penyusutan takarannya. Peningkatan pertumbuhan akibat penambahan takaran faktor pembatas akan terus terjadi sampai pembatas ini berhenti membatasi, kemudian pertumbuhan menjadi tidak tergantung pada faktor ini, dan jika penambahan faktor ini terus dilakukan terus hingga tercapai suatu titik yang menjadikannya bersifat meracun maka pertumbuhan tanaman akan menjadi susut (Poerwowidodo, 1992).


(23)

6

Bawang merah merupakan tanaman dataran rendah. Hasil bawang merah adalah umbi. Setiap siung bawang merah dapat membentuk umbi baru sekaligus umbi samping sehingga terbentuk rumpun yang terdiri dari 3-8 umbi baru (Hesti, 2014). Kualitas bawang merah yang disukai pasar adalah berwarna merah atau kuning mengilap, bentuknya padat,aromanya harum saat digoreng dan tahan lama (Universitas Sumatera Utara, 2015)

Budidaya Bawang Merah, tidak lepas dari pemberian pupuk sebagai asupan hara yang dibutuhkan oleh Bawang Merah. Petani akan memberikan pupuk untuk tanaman Bawang Merah dengan tujuan agar tanaman dapat berproduksi dan menghasilkan benefit atau keuntungan bagi petani itu sendiri. Akan tetapi, seringkali petani kurang memperhatikan aspek kebutuhan unsur hara tanaman, sehingga pemberian pupuk dilakukan hanya sekadarnya saja tanpa memandang kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri.

Pertumbuhan dan hasil potensial dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetika, iklim, keadaan fisika tanah dan unsur hara (Poerwowidodo, 1992). Untuk hasil potensial tanaman bawang merah, harus diketahui syarat pemupukan. Persyaratan tersebut meliputi, dosis standar, waktu pemupukan dan jumlah pupuk yang diberikan bagi tanaman Bawang Merah.

Pembandingan data yang didapatkan dari hasil survey (data primer) dengan data yang diperoleh dari instansi terkait (data sekunder) dilakukan untuk mendapat gambaran pola produksi bawang merah di tingkat petani dan produksi yang diakibatkan oleh adanya penerapan paket berupa pupuk anjuran sebagaimana diragakan dalam kerangka berpikir sebagaimana gambar 1


(24)

KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

KECAMATAN TANJUNG

PAKET PEMUPUKAN

DI TINGKAT PENYULUH

PAKET PEMUPUKAN PETANI

PRODUKSI

KOMPARASI

KESIMPULAN

DESA LEMAHABANG & PEJAGAN

PRODUKSI


(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah

Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah merupakan batang semu yang terbentuk dari kelopak-kelopak daun. Daun pada Bawang Merah hanya memiliki satu permukaan yang berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. (Bina Karya Tani, 2008)

Gambar 2. Morfologi Bawang Merah

Tanaman Bawang Merah tumbuh baik di daerah beriklim kering, peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman Bawang Merah membutuhkan penyinaran cahaya matahari hingga 70% penyinaran, suhu udara yang dibutuhkan 25°-32°C. Di Indonesia, Bawang Merah

dapat ditanam di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Tanah yang sesuai untuk Bawang Merah adalah tanah yang berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase baik, mengandung bahan


(26)

organik, pH tanah 5,6-6,5. Tanah paling cocok adalah jenis tanah Alluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol. Di pulau Jawa, Bawang Merah banyak ditanam pada tipe iklim D3 atau E3 yaitu antara (0-5) bulan basah dan (2-4) bulan kering. Waktu tanam yang cocok untuk Bawang Merah adalah pada musim kemarau dengan ketersediaan air yang cukup, yaitu pada bulan April atau Mei setelah panen padi dan pada bulan Juli atau Agustus (Nani, 2005)

Untuk bisa tumbuh berkembang dengan baik, tanaman membutuhkan unsur hara yang tercukupi, tidak terkecuali Bawang Merah. Rekomendasi pupuk untuk tanaman Bawang Merah yang dianjurkan oleh Balitsa adalah pupuk organik (kompos) sebanyak 5 ton/hektar yang diberikan bersama pupuk TSP/SP-36. Pemupukan susulan I berupa N dan K dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan ke II pada umur satu bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis. Macam dan jumlah pupuk N dan K yang diberikan adalah sebagai berikut : N sebanyak 150-200 kg/hektar dan K sebanyak 50-100 kg K2O/hektar atau

100-200 kg KCl/hektar.

Di Sumatera Utara, pemberian stimulan pada Bawang Merah diberikan tiga kali dalam masa tanam Bawang Merah, yaitu pada waktu tanaman berumur 15 hari, 30 hari dan 38 hari. Pemberian stimulan yang pertama, yaitu saat umur 15 hari menggunakan 1 ml Atonik dan 0,3 ml Metalik dicampur dengan 1 liter air bersih, kemudian ditambah 1 ml pestisida Antracol. Lima hari setelah penyemprotan yang pertama ini, kemudian diberikan pupuk Urea (9 kg/hektar) dan ZK (1,5 kg/hektar). Penyemprotan stimulan yang kedua, yaitu saat tanaman berumur 31 hari, dilakukan sama seperti penyemprotan pertama. Namun,


(27)

10

pestisidanya dinaikkan sedikit yaitu menjadi 2 ml. Seminggu kemudian, penyemprotan ketiga dapat dilakukan dengan cara dan ukuran yang sama seperti pemberian stimulan ke dua. Ukuran tersebut digunakan untuk 0,1 hektar tanaman. Dengan perlakuan tersebut, diperoleh hasil sekitar 2 ton per hektar.

Di Tegal Jawa Tengah, penggunaan stimulan tidak hanya pada tanaman saja tetapi juga dengan merendam umbi bibitnya ke dalam larutan Atonik selama sekitar 8 jam, dengan konsentrasi 1 ml Atonik dalam 2 liter air bersih. Ternyata hasil lebih meningkat lagi (Wibowo, 2006)

Pada dasarnya, Bawang Merah dapat membentuk bunga tetapi biasanya sulit menghasilkan biji. Bunga Bawang Merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai 50-200 kuntum bunga. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Sedang kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2-0,6 cm. Bunga Bawang Merah merupakan bunga sempurna dimana memiliki benang sari dan putik. Pada pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram ini tumbuh akar-akar serabut yang tidak terlalu panjang. Sedang di bagian atas cakram, di antara lapisan kelopak daun yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Di bagian tengah cakram terdapat mata tunas utama yang nantinya dari bagian ini dapat muncul bunga. Tunas yang akan menjadi tempat tumbuhnya bunga ini disebut tunas apikal, sedangkan tunas-tunas lain yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru disebut tunas lateral. Dalam tiap umbi, kadang-kadang dapat dijumpai banyak tunas lateral, dapat mencapai 2-20 tunas. Dari


(28)

tunas-tunas lateral ini dapat pula membentuk cakram baru dan dari cakram baru ini dapat tumbuh kelopak-kelopak daun sehingga dapat terbentuk umbi baru. Dengan demikian, tiap umbi lapis Bawang Merah dapat menjadi beberapa umbi (Wibowo, 2008)

B. Pemupukan

Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah, tetapi jumlah total hara yang tersedia untuk tanaman pada periode tertentu tidak dapat diduga berdasarkan jumlah yang dikandung tanah tersebut. Menurut Buckman dan Brady (1961) dalam Rismunandar (1990), tanah yang mempunyai susunan terbaik untuk pertumbuhan tanaman adalah mengandung 45% mineral dalam bentuk benda besar dan halus, 25% udara, 25% air dan 5% bahan organik. Untuk mempertahankan keadaan tersebut, dapat dilakukan pemupukan.

Pupuk adalah unsur dalam bentuk senyawa kimia organik maupun anorganik yang berfungsi untuk mengembalikan unsur hara tanah dan memberikan nutrisi pada tanaman. Pemupukan merupakan usaha memasukkan zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan atau menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil yang diharapkan (Mulyani, 2010)

Berdasarkan kandungan unsur hara, dibagi menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal atau single fertilizer merupakan pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara saja, misalnya Urea (N), ZK (K) dan TSP (P). Pupuk Majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara, misalnya DAP (N dan P) dan Rustica Yellow (N, P dan K). Berdasarkan kadar


(29)

12

kandungan unsur haranya, dibagi menjadi yang berkadar hara tinggi (concentrated), berkadar hara sedang dan berkadar hara rendah (ordinary). Berdasarkan kandungan hara yang tinggi, memiliki kandungan unsur hara lebih dari 30 % misalnya TSP mengandung 46% P2O5, ZK mengandung 50% K2O dan

Urea mengandung 46% N. Berdasarkan kandungan hara sedang, memiliki kandungan unsur hara 20 – 30% misalnya Abu dapur mengandung 10 – 30% K2O.

Sedangkan yang berkadar hara rendah, memiliki kandungan unsur haranya 20%, misalnya MFP mengadung 19% K. Berdasarkan pembuatannya, pupuk dibagi menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam yaitu pupuk yang tidak dibuat di pabrik. Pupuk ini bersifat organik, dicirikan dengan kelarutan unsur haranya yang rendah di dalam tanah. Meskipun unsur hara rendah, akan tetapi bila sifat fisik telah diperbaiki maka sifat kimianya pun bisa berubah. Contohnya : pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk kompos. Pupuk alam mengandung humus. Pupuk organik mempunyai fungsi penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik. Pupuk ini bersifat anorganik, kandungan unsur hara dan kelarutannya tinggi, berguna untuk memperbaiki sifat kimia tanah, contohnya : Urea, TSP dan DAP.

Pemupukan yang dilakukan pada satu tanaman, akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini karena setiap jenis tanah memiliki karakter dan susunann kimia tanah yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan suatu anjuran pemupukan yang berimbang berdasarkan kemampuan tanah dan kebutuhan unsur


(30)

hara tanaman. Pemberian pupuk anjuran adalah menyediakan zat hara yang cukup, sehingga tanaman mencapai hasil tinggi dan bermutu serta meningkatkan pendapatan petani, oleh karena itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Dengan demikian jenis dan dosis pupuk yang diberikan tidak dapat disamaratakan akan tetapi harus memiliki spesifik lokasi. Tujuan pemberian pupuk anjuran ini adalah petani dapat memupuk lebih efisien karena dosis dan jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah.


(31)

14

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes Jawa Tengah dengan daerah studi terdiri dari 2 Desa yakni Pejagan dan Lemahabang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Maret 2016.

B. Metode penelitian dan Analisis Data 1. Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi melalui pelaksanaan survei. Menurut Widyatama (2010) dalam Adhi Sudibyo (2011) metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk mendapatkan fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual.

2. Metode pemilihan lokasi

Observasi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi yang sebenarnya di wilayah yang menggambarkan keadaan asal tersebut. Pemilihan lokasi observasi dengan cara purposive yaitu dengan pengambilan sampel yang secara sengaja dipilih berdasarkan tujuan penelitian (Masri Singarimbun, 1989)

3. Metode penentuan sampel responden

Sampel responden dipilih pada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang merupakan masyarakat dalam desa, hal ini dilakukan supaya sampel responden yang diambil merupakan sampel yang akan mewakili responden pada pengambilan sampel.


(32)

Pemilihan sampel responden dilakukan dengan cara Cluster Sampling yaitu, untuk menentukan sampel responden yang akan dijadikan sumberdata, maka pengambilan sampelnya berdasarkan dengan daerah atau lokasi populasi yang telah ditetapkan, dan dilanjutkan dengan cara Stratified Random Sampling

yaitu teknik untuk menentukan responden secara proporsional (Sugiyono, 2012)

Dilihat dari keadaan sarana transportasi, wilayah kecamatan Tanjung berada di jalur pantura yang mana merupakan jalur transportasi yang menghubungkan jawa dan Cibitung untuk pendistribusisan Bawang Merah, sehingga lebih cepat untuk mengirim Bawang Merah.

Menurut Badan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2015) Desa Lemahabang dan Desa Pejagan masyarakatnya banyak yang membudidayakan Bawang Merah seperti yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3. Responden Petani Bawang Merah

No Desa Gapoktan Ketua Jumlah Petani

Bawang Merah

1 Pejagan Rejo Mukti Bp. Rajad 115

2 Lemahabang Barokah Bp. Umar Said 65

Berdasarkan tabel 4 di atas, maka sampel responden ditentukan dengan cara proporsional sekitar 30% dari jumlah populasi petani bawang merah, serta responden penyuluh yang ada di Kecamatan Tanjung sebanyak 5 orang.

4. Analisis data

Data-data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif, uji T dan regresi. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran, penjelasan, dan uraian hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain


(33)

16

berdasarkan fakta dan fenomena yang ditemui di lapangan. Analisis regresi digunakan untuk mencari pola hubungan antara penerapan dosis pupuk anjuran dan dosis di tingkat petani dengan tingkat produksi yang diperoleh.

C. Luaran Penelitian

Bentuk luaran penelitian berupa laporan penelitian, serta naskah akademik.

D. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi secara langsung dan hasil wawancara langsung di lapangan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan penelusuran ke berbagai instansi terkait dengan penelitian.

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui penyelidikan di lapangan, seperti kondisi lapangan saat pengambilan sampel, jawaban kuissioner responden.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pustaka dan juga data dari dinas atau instansi terkait sebagai pendukung dan pelengkap dari data-data primer. Data-data-data tersebut meliputi, hasil percobaan sebelumnya dan buku-buku literatur lainnya. Tabel jenis data-data yang akan digunakan disajikan dalam tabel berikut :


(34)

Tabel 4. Jenis Data Penelitian

No Jenis Data Lingkup Bentuk

Data Sumber

1 Temperatur Rata-rata temperatur tahunan (◦C)

Hard & Soft copy

BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika) 2 Ketersediaan air Curah

hujan/tahun

(mm) Hard & Soft copy

BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika)

3 Paket pemupukan dan produksi Bawang Merah

Di tingkat petani

Hard & Soft copy

Survey lapangan Di tingkat

penyuluh

Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura Berdasarkan

luas panen Hard copy

Dinas pertanian pangan dan hortikultura 4 Gabungan

Kelompok Tani Kecamatan Tanjung (Lemahabang dan Pejagan) Hard copy

Badan Penyuluh Pertanian Kec. Tanjung


(35)

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes

Karakteristik wilayah Kabupaten Brebes yang diperoleh dalam penelitian disajikan dalam data berikut

a. Geografi

Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108°41'37,7"-109°11'28,92" Bujur Timur dan 6°44'56'5" - 7°20'51,48” Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Di bawah ini adalah gambar letak batas-batas wilayah Kabupaten Brebes. Kecamatan Tanjung berada di ujung barat Kabupaten Brebes setelah Kecamatan Losari.

Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Brebes

Sumber gambar. Brebes news diakses pada 02 Oktober 2015

Kabupaten Brebes merupakan kawasan yang memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan, memiliki suhu maksimal 33◦ dan suhu minimum 23◦,


(36)

kelembapan udara berkisar 77-80%. Luas wilayah Kabupaten Brebes 1.662,96 km2. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya (Universitas Diponegoro, 2015)

Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah di Jawa tengah yang memiliki potensi pertanian cukup besar. Bawang Merah merupakan komoditi sayuran unggulan yang sejak lama diusahakan oleh petani Kabupaten Brebes dan sudah menjadi trademark sebagai penghasil Bawang Merah tersbesar di tingkat nasional. Dari keseluruhan total kebutuhan Bawang Merah, sebesar 23% disuplai dari Kabupaten Brebes. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (2010), sentra Bawang Merah banyak tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes, salah satunya yaitu kecamatan Tanjung (Apriyanto,2015 )

Desa Pejagan memiliki lahan sawah dengan luas 96,97 hektar sedangkan Desa Lemahabang memiliki lahan sawah dengan luas 97,27 hektar. Pada tahun 2012, desa lemahabang produksi bawang merah sebanyak 10.537,90 kuintal dengan luas panen 106,54 hektar dan di desa Pejagan produksi bawang merah sebanyak 7.648,40 kuintal dengan luas panen 79,65 hektar (Kecamatan Tanjung dalam angka 2014)

b. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Brebes berdasarkan Brebes dalam angka 2012 sebanyak 1.763.941 jiwa, kepadatan penduduk rata-rata 1.283 jiwa/km2 dengan luas 1.662,96 km2. Jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung berdasarkan


(37)

20

Kecamatan Tanjung dalam angka 2014 sebanyak 75.457 jiwa, kepadatan penduduk rata-rata 657,67 jiwa/km2 dengan luas area kecamatan 149,08 km2.

Mata pencaharian petani dan peternak Kecamatan Tanjung rata-rata adalah berjumlah 15.952 (Kecamatan Tanjung dalam angka 2014).

B. Kondisi Sumberdaya Lahan Kabupaten Brebes

Sumberdaya lahan merupakan aset penting dalam kehidupan, khususnya untuk proses budidaya tanaman. Inventarisasi sumberdaya lahan adalah kegiatan yang sangat penting, mengingat ketersediaan di alam yang langka sehingga dibutuhkan informasi yang akurat supaya sumberdaya lahan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Menurut Gunawan Budiyanto (2014), sumberdaya lahan merupakan modal dasar bagi pertanian. Sumberdaya lahan merupakan sediaan alam yang dimanfaatkan selain sebagai medium tumbuh, juga sebagai sumber hara dan air. Karakteristik terhadap kualitas lahan pertanaman Bawang Merah yang mempengaruhi produksi Bawang Merah disajikan dalam data berikut

a. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Bawang Merah. Hasil survey di lapangan menyatakan bahwa rerata suhu di kabupaten Brebes dalam kurun waktu lima tahun berturut-turut adalah 27,9° C; 27,5° C; 27,6° C; 27,9° C; dan 27,9° C. Hal ini berarti suhu udara telah sesuai dengan kebutuhan iklim bawang merah. Temperatur atau suhu udara rata-rata tahunan dalam satuan derajat celcius disajikan dalam tabel berikut:


(38)

Tabel 5. Temperatur 2010 - 2014

Bulan Suhu Udara (◦C)

2010 2011 2012 2013 2014

Januari 27 26,9 26,9 27,0 26,6

Februari 27,8 26,8 27,4 27,9 26,8

Maret 28,0 27,2 27,2 28,2 27,8

April 28,7 27,8 28,1 28,4 28,3

Mei 28,5 27,9 28,2 28,4 28,7

Juni 27,9 27,5 27,6 28,0 28,5

Juli 27,8 27,2 26,9 27,3 27,6

Agustus 27,9 26,9 26,9 27,5 27,3

September 27,8 27,5 27,8 27,8 27,7

Oktober 27,9 28,2 28,5 28,6 28,6

Nopember 28,0 27,8 28,4 28,3 28,4

Desember 27,0 27,7 27,6 27,5 27,9

Rata-rata 27,9 27,5 27,6 27,9 27,9

Minimum 27,0 26,8 26,9 27,0 26,6

Maksimum 28,7 28,19 28,54 28,6 28,7

Sumber : BMKG Wilayah Karesidenan Pekalongan (Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan) 2015

Menurut hasil survey yang dilaksanakan, diperoleh informasi bahwa keadaan umbi pada suhu rendah lebih kecil dibandingkan pada suhu tinggi. Sebagaimana didukung oleh Dinarti (2011) bahwa suhu yang tinggi (26°-36°C) dibutuhkan saat tanaman memasuki fase pembentukan umbi menyebabkan peningkatan akumulasi karbohidrat ke bagian umbi serta aktivitas enzimatik yang meningkatkan proses translokasi sukrosa ke dalam organ penyimpanan.

b. Ketersediaan air

Kualitas ketersediaan air pertanaman Bawang di Kabupaten Brebes didapatkan data sebagaimana disampaikan dalam tabel berikut :


(39)

22

Tabel 6. Curah Hujan 2010-2014

No Tahun Curah Hujan Rerata

Maksimum Minimum

1 2010 308,2 91,9 200,05

2 2011 450,2 0 225,1

3 2012 335,5 0 167,75

4 2013 425,1 0 212,55

5 2014 439,8 0 219,9

Total 1958,8 91,9 1025,35

Rata-rata 391,76 18,38 205,07

Sumber : BMKG Wilayah Karesidenan Pekalongan (Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan) 2015

Masa tanam bawang di Kecamatan Tanjung, ditentukan oleh ketersediaan air. Menurut pemaparan responden, pada musim kemarau responden mengusahakan air yang didatangkan dari waduk Malahayu dengan sistem membeli, sedangkan pada musim hujan ketersediaan air sepenunhnya ada pada hujan karena sawah yang dimiliki merupakan sawah tadah hujan. Berdasarkan tabel curah hujan, menerangkan bahwa rata-rata curah hujan maksimum dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sebesar 391,76 mm sedangkan curah hujan minimum sebesar 18,38 mm. Dari hasil survey lapangan, ketersediaan air untuk pertanaman bawang merah belum berjalan dengan baik. Bawang merah menghendaki jumlah curah hujan antara 300 – 2500 mm, sedangkan ketersediaan air maksimum hanya sebesar 391,76 artinya, kemungkinan kekurangan air untuk budidaya Bawang Merah dapat terjadi.


(40)

C. Kondisi Eksisting Wilayah, Petani, dan Penyuluh di Kecamatan Tanjung

Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Tanjung

Kecamatan Tanjung merupakan salah satu kecamatan penghasil Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Tanaman Bawang merah dapat tumbuh baik di daerah dengan suhu 25° - 32°C, iklim yang cocok untuk bawang merah adalah iklim kering atau panas, tanah yang cocok untuk bertanam bawang merah adalah Alluvial, derajat keasaman tanah (pH) 6 -7 dan ketinggian kurang dari 200 meter di atas permukaan air laut (Nani dan Sunarjono 2005). Berikut adalah kondisi wilayah sesuai lokasi penelitian dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 7. Hasil Survey Lapangan

Jenis tanah Suhu Ketinggian Derajat

Keasaman (pH) Alluvial 26°– 32°C 0 – 11 mdpl 5,5 – 6,2


(41)

24

a. Tanah

Berdasarkan tabel hasil survey, jenis tanah di kabupaten Brebes sudah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman bawang merah yaitu tanah Alluvial. Tanah alluvial merupakan tanah yang banyak tersebar di dataran rendah, cocok untuk melakukan kegiatan pertanian karena teksturnya yang lembut dan mudah digarap, sehingga tidak memerlukan banyak waktu untuk menggarapnya. Hal ini didukung oleh Maya (2015) yang menerangkan bahwa tanah Alluvial banyak mengandung pasir dan liat serta Rachman (2005) menerangkan bahwa tanah Alluvial atau tanah Luvisol merupakan tanah yang memiliki horison B argilik dengan kejenuhan basa 50% atau lebih. Horison B agrilik yaitu yaitu horison yang paling sedikit mengandung lempung 1,2 kali lipat lebih banyak daripada horizon atasnya. Didukung pula oleh Mega (2010) yang menjelaskan tentang pembentukan tanah Alluvial yaitu terbentuk dari endapan-endapan aliran sungai yang berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya tidak beraturan menurut kedalaman tanahnya.

Mengingat tanah ini sedikit akan bahan organik, maka untuk memperbaiki tanah tersebut diperlukan upaya perbaikan dengan menambahkan bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang. Bawang merah adalah tanaman yang memiliki umbi lapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Perkembangan umbi bawang merah tergantung pada keadaan tanah. Semakin tanah gembur, semakin mudah umbi bawang merah berkembang menjadi besar.


(42)

b. Suhu dan Ketinggian

Tanaman bawang merah menghendaki suhu antara 25° – 32° C. Suhu di bawah 25° C hanya cocok untuk bawang putih dan bawang bombay. Selain itu, akan menyebabkan pertumbuhan umbi tumbuh kecil atau tidak optimal dan juga menyebabkan tumbuhnya berbagai macam penyakit yang menyerang. Suhu di Kabupaten Brebes telah sesuai dengan syarat iklim tanaman bawang merah, ditambah dengan adanya ciri khas daerah pesisir yaitu angin kumbang. Hal tersebut didukung oleh Adam (2014) tentang salah satu keistimewaan daerah Brebes berupa, adanya angin fohn atau yang dikenal dengan angin kumbang. Angin kumbang merupakan angin kencang tipe fohn yang sifatnya panas dan kering. Angin fohn disebut juga angin kumbang. Angin kumbang terjadi karena daerah bayangan hujan pada daerah atas pegunungan terhadap angin yang meluncur menuruni daerah pegunungan tersebut, apabila angin turun 100 m maka suhunya akan naik 1 derajat celcius dan jika sudah mencapai dibawah pegunungan angin akan menjadi panas. Hembusan angin kencang dan panas-kering bermanfaat untuk mengusir hama seta meningkatkan kesehatan tanaman Bawang.

Ketinggian tempat adalah suatu keadaan ketinggian dari permukaan air laut. Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu udaranya. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya.


(43)

26

c. pH

Sifat kimia tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman. Sifat kimia yang berpengaruh adalah derajat keasamaan atau pH. Pengaruh pH berkaitan dengan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, terutama unsur hara Pospor (P). Unsur hara P banyak tersedia pada pH antara 6,0 – 7,5. Pada tanah masam unsur hara P difiksasi oleh alumunium dan besi, sedangkan pada tanah alkalis unsur hara P difiksasi oleh kalsium. Hasil survey menunjukkan derajat keasaman atau pH yang dimiliki kecamatan tanjung 5,5 -6,2 artinya tanah di Kecamatan Tanjung merupakan tanah masam. Kelarutan Alumunium dalam pertumbuhan tanaman dibutuhkan sangat sedikit sehingga, apabila kelarutan Alumunium terlalu banyak akan menyebabkan keracunan bagi tanaman itu sendiri. Ditinjau dari segi fisiologi, keracunan dapat diartikan sebagai suatu gangguan fisiologis pada tanaman tersebut atau disebut sebagai berkurangnya potensi tumbuh dari suatu tanaman. Menurut Clarkson (1969) dalam Dirjen Dikti (1991) menerangkan bahwa keberadaan Al menyebabkan hambatan pembentukan heksosa fosfat. Sedangkan gula 6-fosfat ini merupakan titik masuk dari substrat karbohidrat ke dalam proses respirasi. Gangguan tersebut akan mengakibatkan gangguan metabolisme dan akhirnya gangguan terhadap produksi.

Dalam melaksanakan usahatani Budidaya Bawang Merah, petani dihadapkan pada beberapa masalah-masalah untuk memenuhi kebutuhan selama bertani. Unsur-unsur yang mempengaruhi usahatani berdasarkan survey disajikan dalam data berikut.


(44)

a. Ketersediaan Lahan

Ketersediaan lahan, jumlah pengguna dan tenaga kerja disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 8. Luasan lahan, Jumlah Pengguna, Tenaga Kerja dan Status Lahan Luas lahan

(Hektar)

Jumlah pengguna

Jumlah tenaga kerja

Status lahan

0,01 – 0,50 44 15

Sewa

0,51 – 1,00 1 25

0,01 – 1,50 1 32

1,51 – 2,00 2 30

2,01 – 2,50 1 75

2,51 – 3,00 1 190

Sumber : Survey 2016

Berdasarkan hasil survey, menunjukkan bahwa rata-rata lahan yang diusahakan petani untuk melakukan budidaya pertanian sebesar 0,01 – 0,05 Hektar. Lahan tersebut merupakan lahan garapan dengan sistem membeli lahan untuk beberapa jangka waktu tertentu atau sewa. Lahan yang dimiliki responden merupakan lahan yang dimiliki oleh orang tertentu yang kemudian disewakan untuk membudidayakan bawang merah. Keadaan ini mempengaruhi masyarakat atau petani untuk tidak melakukan perawatan terhadap lahan yaitu pemberian pupuk organik. Pemberian pupuk organik akan memberikan dampak baik dalam jangka waktu yang panjang sedangkan sewa lahan petani tersebut tidak menentu batasan sewanya. Penggunaan lahan juga berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja. Berdasarkan hasil survey, luasan lahan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan bergantung pada jenis kegiatan budidaya bawang merah seperti persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, dan panen. Hasil survey di lapangan menunjukkan adanya kecenderungan tenaga kerja pada jumlah yang sedikit dan tidak efisien. Tidak efisien artinya, kebanyakan petani


(45)

28

menggunakan tenaga kerja dengan cara bergantian antara petani yang satu dengan yang lain serta dipengaruhi oleh waktu yang ditargetkan sehingga tenaga kerja tidak dapat diprediksi berapa jumlahnya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti jumlah sumberdaya manusia yang beralih profesi menjadi pedagang di luar kota dibandingkan dengan buruh tani.

b. Bahan tanam dan Varietas

Benih yang digunakan oleh responden merupakan benih yang diperoleh dari penangkar benih dan benih yang diperoleh dari hasil panen sebelumnya kemudian dirawat sendiri oleh responden. Benih yang diperoleh dari penangkar, biasanya dibeli oleh responden sesuai dengan kebutuhan lahan yang akan ditanami bawang merah. Responden menerima bawang merah sesuai dengan harga dan ukuran. Menurut responden, kekurangan dari membeli bahan tanam adalah ketidak sesuaian atau tidak standarnya bahan tanam yang akan digunakan, sehingga akan berpengaruh terhadap perawatan selama budidaya dan produsksi. Benih yang ditangkar sendiri oleh petani memiliki keunggulan antara lain umur yang sesuai (2-3 bulan), pemberian treatment yang tepat dan keseragaman ukuran. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kabupaten Brebes (2011), menyatakan bahwa benih yang disiapkan hendaknya berasal dari varietas yang unggul dan bermutu agar dapat menjamin benih yang ditanam berkualitas dalam artian memiliki keseragaman, kekuatan tumbuh dan sehat.

Varietas bawang merah yang digunakan responden adalah Varietas Bawang Merah Bima Curut. Varietas Bima Curut merupakan varietas andalan yang digunakan petani bawang merah, khususnya di daerah Brebes. Berdasarkan


(46)

survey melalui wawancara, responden memilih Varietas Bima Curut karena kultur petani di kabupaten Brebes khususnya di kecamatan Tanjung telah mengenal varietas Bima Curut terlebih dahulu dibandingkan dengan varietas lain.

Penyuluhan pertanian dilakukan dalam upaya perubahan sikap dan perilaku petani melalui peningkatan pengertahuan serta keterampilannya, sehingga petani dapat melaksanakan teknologi anjuran yang diterima. Agar upaya yang dilakukan memperoleh hasil yang optimal, maka diperlukan suatu kegiatan penyuluhan. Kegiatan agribisnis menuntut keterlibatan secara langsung antara pemerintah, swasta dan masyarakat luas. Untuk itu, pembinaan sumberdaya manusia harus digalakan untuk meningkatkan dinamika masyarakat pertanian. Disini merupakan peran dari penyuluh pertanian untuk keberhasilan pembaharuan dan pembangunan pertanian, sebagaimana dikemukakan oleh Badan Penyuluhan Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Tanjung bahwa sasaran bagi penyuluh pertanian adalah petani dan keluarganya, masyarakat tani dan pelaku agribisnis lainya sebagai pelaku utama pembangunan sistem pertanian yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Di Kecamatan Tanjung terdapat Badan Penyuluhan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan yang selanjutnya disingkat menjadi BP3K merupakan salah satu badan yang menaungi bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Menurut Badan Penyuluhan Perikanan, Pertanian dan Kehutanan (BP3K) pada tahun 2016, luas binaan BP3K Kecamatan Tanjung adalah 6.772,02 Ha yang meliputi 18 Desa yaitu, Sarireja, Kubangputat, Luwunggede, Mundu, Luwungbata, Karangraja, Sidakaton, Tnegguli, Tanjung, Lemahabang, Sengon, Kedawung, Tegongan,


(47)

30

Kemurang Wetan, Kemurang Kulon, Pejagan, Krakahan dan Pengaradan. Untuk bidang pertanian sendiri, terdapat penyuluh di BP3K yang membawahi desa-desa di Kecamatan Tanjung.

D. Komparasi Paket Pemupukan Bawang Merah

Pemupukan yang dilakukan pada suatu tanaman, akan berbeda tergantung jenis tanaman dan jenis tanah. Oleh karena itu, diperlukan suatu anjuran pemupukan yang berimbang berdasarkan kemampuan tanah dan kesuburan tanah. Untuk dapat tumbuh dan produksi secara optimal, tanaman Bawang Merah memerlukan pemberian pupuk Nitrogen (N), Phospor (P), Sulfur (S) dan Kalium (K) dalam jumlah yang cukup dan berimbang. Salah satu pemula penyusun hipotesis untuk menunjukkan hubungan takaran hara tanaman dengan pertumbuhan atau hasil tanaman adalah hukum Leibig. Hukum minimum Leibig menyatakan bahwa takaran pertumbuhan tanaman, diatur oleh faktor yang ada dalam takaran minimal dan naik atau turunnya sesuai dengan peningkatan atau penyusutan takarannya.

Berdasarkan analisis regresi pada lampiran 15 halaman 63 menunjukkan bahwa nilai R2 atau koefisien determinasi sebesar 0,721. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel Bahan Organik, Nitrogen, Phospor, Kalium dan Sulfur dalam mempengaruhi produksi Bawang Merah sebesar 72,1% dan masih terdapat 27,9% variabel lain yang mempengaruhi produksi. Berdasarkan regresi, persamaan model regresi untuk model fungsi produksi adalah sebagai berikut : Y= 0,896 + 0,00013466X1 + 0,01101X2 + 0,01509X3 + 0,02100X4 + 0,04748X5

Keterangan :


(48)

X2 = Nitrogen (Kg)

X3 = Phospor (Kg)

X4 = Kalium (Kg)

X5 = Sulfur (Kg)

Berdasarkan persamaan tersebut, dapat dilihat bahwa semua variabel X1

hingga X5 bernilai positif artinya, pola yang dihasilkan dalam persamaan regresi

tersebut adalah bernilai positif atau satu arah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian paket pemupukan, semakin tinggi juga produksi bawang merah yang diperoleh.

Pemberian paket pemupukan oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan pupuk di toko saprodi, keterbatasan pengetahuan tentang fungsi pupuk, modal budidaya bawang merah serta kebiasaan petani dalam memberikan pupuk terhadap bawang merahnya. Kebiasaan petani dalam penberian pupuk antara lain, tidak berubahnya jenis pupuk yang digunakan untuk memupuk bawang merah dari dulu hingga sekarang, jumlah yang diberikan berdasarkan keinginan petani bukan berdasarkan kebutuhan tanaman, adanya keadaan statis pada matapencaharian petani yang dilakukan petani yang sama menjadikan kegiatan budidaya bawang merah juga bersifat statis, artinya petani tidak dapat mengubah sebuah kebiasaannya dalam budidaya bawang merah meski telah diberikan arahan tentang budidaya yang baik dan benar oleh penyuluh. Menurut hemat petani, pengalaman yang telah menjadikan petani sukar untuk mengikuti prosedur dari penyuluh. Pengalaman dianggap aturan yang sesuai dengan keadaan alam untuk melakukan kegiatan budidaya bawang merah.


(49)

32

Penggunaan pupuk terhadap tanaman bawang merah haruslah seimbang sesuai dengan nutrisi tanamannya. Seimbang dalam artian tidak terlalu banyak, dan tidak terlalu seidikit. Terlalu banyak unsur hara akan menjadikan unsur hara bersifat racun bagi tanaman, sebaliknya jika kekurangan unsur hara akan menjadikan tanaman tumbuh tidak optimal. Hal ini sejalan dengan sebagaimana dijelaskan dalam Poerwowidodo bahwa ketersediaan unsur hara yang seimbang dan cukup memberi peluang bagi kelangsungan hidup tanaman.

Berikut ini adalah hasil survey paket pemupukan di tingkat petani dan pupuk anjuran yang dilaksanakan di Desa Pejagan dan Lemahabang Kecamatan Tanjung Brebes

a. Bahan Organik

Data statistik pada lampiran 5 menunjukkan rata-rata pemberian paket Bahan Organik petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 170 kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 2.525 kg/hektar. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam pemberian Bahan Organik, artinya pemberian teknologi dari petani berbeda dengan anjuran. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian bahan organik di tingkat petani antara lain adalah adanya kecenderungan petani dalam penggunaan lahan dengan sistem sewa, artinya petani yang menyadari tentang manfaat bahan organik dapat memperbaiki tanah, tidak melakukannya pada lahan yang sedang digarapnya karena status sewa yang nanti akan habis pada waktunya dan akan digunakan oleh petani yang lain, sehingga pemberian bahan organik tidak akan memberikan dampak langsung terhadap bawang merah yang sedang ditanam pada


(50)

saat itu juga, melainkan pada waktu yang akan datang dimana lahan tersebut telah habis waktu dan akan digunakan oleh petani yang lain. Disamping manfaat yang dirasakan dari bahan organik cukup lama, keterbatasan modal dalam pengadaan usaha tani bawang merah juga mempengaruhi pemberian bahan organik. Bahan organik di Kecamatan Tanjung khususnya di desa Lemahabang dan Pejagan sukar ditemukan secara langsung, artinya bahan organik diperoleh dengan membeli di daerah lain dengan jarak tempuh yang cukup lama dan memakan waktu serta biaya transportasi. Hal tersebut menjadikan petani beralih ke pupuk anorganik sebagai penyuplai unsur hara yang cepat dan efisien. Kesalah fahaman tentang fungsi bahan organik juga menjadi salah satu faktor karena, tidak semua petani menyadari bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah akan memberikan manfaat yang besar dalam jangka waktu yang panjang yaitu dapat memperbaiki struktur tanah dan kandungan hara tanah.

Semakin sering tanah digunakan berarti tanah kehilangan kekuatannya baik sebagai penyedia unsur hara maupun kesehatan. Salah satu cara memperbaiki kesehatan tanah adalah dengan cara memberikan bahan organik kedalam tanah. Bahan organik bisa berupa pupuk kandang, pupuk kompos maupun hasil limbah organik lainnya, sebagaimana didukung oleh Hieronymus (2010) bahwa bahan organik tanah sangat penting bagi tanah, sumber energi bagi organisme tanah baik hewan maupun mikroorganisme tanah. Di dalam tanah, bahan organik berfungsi sebagai perekat yang bisa menstabilkan pori-pori tanah, struktur tanah dan agregatnya


(51)

34

b. Nitrogen

Data statistik pada lampiran 6 menunjukkan rata-rata pemberian paket Nitrogen petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 29,86 kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 129,01 kg/hektar. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam pemberian paket nitrogen, artinya pemberian teknologi paket nitrogen dari petani tidak dipengaruhi oleh anjuran.

Pemberian paket Nitrogen di tingkat petani dipengaruhi oleh ketersediaan Nitrogen yang ada di toko saprodi beserta jumlah kandungannya. Nitrogen yang tersedia di toko saprodi merupakan pupuk tunggal dan majemuk dengan unsur lain. Berdasarkan survey, terdapat berbagai jenis pupuk majemuk yang dipasarkan dengan harga yang bervariasi. Penggunaan Nitrogen yang dilakukan oleh petani seringkali dilakukan dengan berbagai cara seperti Petani cenderung menggunakan pupuk yang banyak digunakan oleh petani-petani sebelumnya dan juga pupuk yang sedang menjadi pilihan sebagian petani pada saat itu. Pemberian Nitrogen juga bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan petani. Menurut hemat petani, pemberian nitrogen diberikan dengan dasar melihat kondisi tanaman sebelum di pupuk tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri.

Rerata pemberian Nitrogen menurut anjuran menunjukkan Nitrogen pada tanaman Bawang Merah sebesar 198,5 kilogram/hektar sebagaimana didukung oleh Balitsa (2015) menjelaskan bahwa nitrogen yang diberikan pada tanaman bawang merah sebesar 150 – 200 kilogram/hektar. Pemberian nitrogen oleh anjuran dipengaruhi karena faktor penting penggunaan pupuk N itu sendiri yaitu


(52)

pengaruhnya terhadap penggunaan karbohidrat di dalam tanaman. Apabila pupuk N diberikan dalam jumlah besar maka akan menurunkan level karbohidrat. Akan tetapi, apabila suplai N terbatas, maka level karbohidrat di dalam tanaman akan meningkat. Penggunaan N juga berpengaruh langsung terhadap sintesis karbohidrat di dalam tanaman dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap vigor tanaman.

Unsur N memiliki kemampuan merangsang pertumbuhann tanaman secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel tanaman itu sendiri, berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Kekurangan unsur N dapat mengakibatkan warna hijau pada daun menjadi kekuning-kuningan dan jaringan daun mati, pertumbuhan tanaman menjadi lambat, perkembangan buah tidak sempurna masak sebelum waktunya dan menimbulkan daun penuh dengan serat karena menebalnya membran sel daun sedangkan selnya berukuran kecil-kecil.

c. Phospor

Data statistik pada lampiran 7 menunjukkan rata-rata pemberian paket Phospor petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 16,80 kg/hektar sementara paket anjuran sebanyak 115,84 kg/hektar. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam pemberian paket Pospor, artinya pemberian teknologi paket pospor dari petani berbeda dengan penyuluh.

Paket phospor yang diberikan petani pada tanaman bawang merah cenderung memiliki persamaan dengan cara pemberian paket nitrogen. Pospor


(53)

36

yang tersedia di toko saprodi merupakan pupuk tunggal dan majemuk dengan unsur lain dengan kandungan yang bervariasi. Menurut hemat petani, pemberian pupuk pospor diberikan dengan dasar melihat kondisi tanaman sebelum di pupuk tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri. Pemberian paket pupuk phospor yang dilakukan oleh petani setara dengan pemberian unsur N karena, pupuk yang bersifat majemuk yang cenderung digunakan oleh petani. Adapun jenis pupuk tunggal yang digunakan petani merupakan pupuk dianggap sebagai pelengkap saja.

Paket pospor yang diberikan anjuran memilki tujuan yaitu untuk memberikan kekuatan terhadap bawang merah agar tidak mudah rebah, memberi energi pada tanaman bawang merah berupa reaksi biokimia, reaksi fotosintesis dan glikolisis pada tanaman serta memberikan produksi buah yang yang optimal. Hal ini di dukung oleh Soepardi (1983) dalam Mitalom (2015) bahwa peranan Pospor sangat penting terhadap pertumbuhan sel, pertumbuhan akar, memperkuat jerami agar tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, pembentukan buah, dan biji serta memperkuat terhadap daya tahan terhadap penyakit.

d. Kalium

Data statistik pada lampiran 8 menunjukkan rata-rata pemberian paket Kalium petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 34,12 kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 58,80 kg/hektar. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam pemberian paket Kalium, artinya pemberian teknologi paket kalium dari petani berbeda oleh penyuluh.


(54)

Pemberian paket Kalium di tingkat petani dipengaruhi oleh kebiasaan petani. Berdasarkan survey penggunaan paket Kalium yang dilakukan petani menunjukkan adanya kecenderungan pemberian diawal dan diakhir pemupukan, dengan ukuran sedikit. Menurut hemat petani, pemberian kalium diakhir budidaya tanam bawang merah dianggap sebagai pelengkap dalam proses pemupukan terakhir dan hanya menitikberatkan pada hasil akhir berupa umbi agar menjadi besar dan padat. Pemberian paket kalium yang dianggap sebagai pelengkap ini, menjadikan paket kalium hanya diberikan alakadarnya karena dianggap paket pupuk sebelumnya sudah mampu memberikan nutrisi pada tanaman bawang merah. Bawang merah sendiri membutuhkan transport air untuk pembentukan jaringan tanaman hingga mencapai bentuk umbi.

Pemberian paket kalium di tingkat anjuran bertujuan untuk memberikan kebutuhan unsur hara yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman terutama pada proses fotosintesis, memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan, memperkuat batang, sebagaimana didukung oleh Poerwowidodo (1992) tentang fungsi kalium antara lain : sebagai pengaktif beberapa enzim, berhubungan dengan pengaturan air dan energi, berperan dalam sintesis protein dan pati, serta pemindahan fotosintat. Untuk bawang merah sendiri, kalium bermanfaat memberikan hasil umbi yang optimal. Sebagaimana dijelaskan oleh Gunadi (2009) yang menerangkan bahwa umbi yang baik, mutu dan daya simpan umbi bawang merah lebih tinggi dan umbi tetap padat meskipun sudah disimpan lama (Gunadi, 2009)


(55)

38

e. Sulfur

Data statistik pada lampiran 9 menunjukkan rata-rata pemberian paket Sulfur petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 7,46 kg/hektar sementara paket anjuran sebanyak 15,12 kg/hektar. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam pemberian paket Sulfur, artinya pemberian teknologi paket Sulfur petani berbeda dengan penyuluh.

Berdasarkan survey yang dilakukan pada responden, petani telah menggunakan sulfur sebagai salah satu unsur hara yang diperlukan, akan tetapi petani tidak menyadari perihal keberadaan Sulfur tersebut. Pemberian sulfur bersamaan dengan N, P dan K diberikan berdasarkan dengan keadaan tanaman Bawang Merah sebelum di pupuk. Adanya Sulfur jarang diketahui oleh petani Bawang Merah, karena petani terbiasa menggunakan istilah merek dagang atau menyebut pupuk dengan nama yang sudah familiar.

Penggunaan Sulfur ditingkat petani dan tingkat anjuran terdapat perbedaan. Anjuran menyarankan pemberian unsur hara yang sesuai karena unsur hara mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman yang berhubungan dengan beberapa parameter penentu kualias nutrisi tanaman, salah satunya adalah ketajaman dan aroma khas Bawang Merah. Parameter ketajaman dan aroma khas bawang merah ini yang dipengaruhi oleh adanya pemberian unsur hara, salah satunya adalah sulfur yang sebagaimana didukung oleh Balitsa (2005) bahwa penggunaan sulfur yang dianjurkan bertujuan untuk meningkatkan ketajaman aroma bawang merah, kemudian daripada itu Mulyani juga menambahkan bahwa


(56)

tanaman yang biasanya membutuhkan sulfur adalah jenis legun dan lili (bawang), oleh karena itu pertumbuhannya yang baik perlu ditanaman pada tanah dengan kandungan sulfur yang mencukupi.

f. Tinggi tanaman

Data statistik pada lampiran 10 dan 11 menunjukkan rata-rata panjang tanaman umur 15 hari petani dan anjuran. Panjang tanaman petani rata-rata 19,88 cm sementara panjang tanaman anjuran sebanyak 20,00 cm. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa tidak beda nyata antara panjang tanaman petani dan anjuran pada panjang tanaman, artinya panjang tanaman umur 15 hari dari petani tidak berbeda dengan penyuluh. Panjang tanaman pada umur 30 hari di tingkat petani rata-rata 36,22 cm sementara panjang tanaman anjuran sebanyak 42,24 cm. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara panjang tanaman petani dan anjuran pada panjang tanaman, artinya panjang tanaman umur 30 hari dari petani berbeda dengan penyuluh.

Pada umur ke 15 hari, panjang tanaman bawang di tingkat petani sama dengan di tingkat anjuran dan pada umur 30 hari terdapat perbedaan antara panjang tanaman di tingkat petani dan anjuran. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti bahan tanam, faktor lingkungan dan pemberian unsur hara. Umur 15 hari merupakan fase vegetatif dimana tanaman memulai perkembangannya. Di dalam vase vegetatif, suplai unsur hara sangat diperlukan untuk tumbuh kembang tanaman tak terkecuali panjang tanaman. Unsur hara sangat diperlukan pada fase ini karena, pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif merupakan fase awal untuk tumbuh menuju vase generatif yang dicirikan dengan tumbuhnya akar, batang dan


(57)

40

daun. Unsur hara seperti Nitrogen, Pospor merupakan kebutuhan unsur hara yang sangat penting pada vase vegetatif ini karena memiliki fungsi utama sebagai sintetis klorofil, protein dan asam amino.

Memasuki umur ke 30 hari, terdapat perbedaan antara panjang tanaman petani dan anjuran. Hal dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya adalah bahan tanam. Bahan tanam yang digunakan petani rata-rata diperoleh dari membeli di penangkar benih yang cenderung tidak diketahui standarisasinya seperti umur simpan benih, ukuran, dan juga kesehatan benih yang akan digunakan. Selain itu terdapat faktor lingkungan yang mempengaruhi panjang tanaman bawang merah seperti temperatur, cahaya dan faktor lain. Perubahan cuaca yang sering terjadi di daerah Brebes khususnya di Kecamatan Tanjung menjadikan dilema bagi petani khususnya bawang merah karena petani sudah tidak dapat membuat prakiraan cuaca yang sesuai dengan musim tanam. Hal ini didukung oleh Franklin et al. (2008) bahwa temperatur dan cahaya terbukti mempengaruhi perkembangan plastrokron yaitu interval waktu antara munculnya primordia daun berikutnya dan filokron yaitu interval waktu antara munculnya ujung daun berikutnya.

g. Jumlah Umbi

Data statistik pada lampiran 12 menunjukkan rata-rata jumlah umbi petani dan anjuran. Jumlah umbi petani rata-rata 5,58 sementara umbi anjuran sebanyak 4,00. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara jumlah umbi petani dan anjuran.


(58)

Umbi yang tumbuh di tingkat petani maupun anjuran disebabkan karena beberapa faktor salah satunya jumlah bahan tanam yang digunakan pada saat menanam bawang merah. Berdasarkan survey di petani, penggunaan bahan tanam pada saat menanam bawang merah disesuaikan dengan luasan lahan sehingga, petani akan menentukan seberapa banyak bahan tanam yang harus digunakan. Selain jumlah bahan tanam, keseragaman ukuran juga menjadi salah satu faktor penentu, dengan menggunakan bahan tanam berukuran kecil petani akan menambahkan jumlah bahan tanam bawang merah menjadi dua per lubang tanam. Sebaliknya jika bahan tanam berukuran besar, maka petani akan memberikan satu umbi bahan tanam dalam satu lubang tanam.

Bahan tanam yang direkomendasikan anjuran adalah bahan tanam yang telah mendapat sertifikasi, sehingga keseragaman ukuran, tingkat kesehatan dapat terpantau dengan baik. Kualitas bahan tanam bawang merah akan mempengaruhi pertumbuhan adan perkembangan tanaman bawang merah sebagaimana dijelaskan oleh Menurut Stallen dan Hilman (1991) secara umum umbi yang kualitasnya baik adalah umbi dengan ukuran sedang. Umbi bibit berukuran sedang merupakan umbi ganda, rata-rata terdiri dari 2 siung umbi, sedangkan umbi bibit berukuran besar rata-rata terdiri dari 3 siung umbi.

h. Produksi

Data statistik pada lampiran 14 menunjukkan rata-rata produksi petani dan anjuran. Produksi petani rata-rata 2,380 ton/hektar sementara produksi anjuran sebanyak 8,864 ton/hektar. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara produksi petani dan anjuran.


(59)

42

Produksi bawang merah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain unsur hara dan lingkungan. Unsur hara berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan bawang merah begitu pula dengan lingkungan yang tidak dapat di prakirakan. Selain pada paket pemupukan, produksi di tingkat petani juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumberdaya manusia, sumberdaya finansial. Faktor paket pemupukan terhadap produksi dapat disebabkan karena sumberdaya manusia dalam artian keterbatasan pengetahuan tentang fungsi dari pupuk yang diberikan pada tanaman bawang merah. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang telampir pada halaman 65 serta telah dikemukaan di pembahasan sebelumnya tentang perbandingan penggunaan paket pupuk N,P,K dan S di tingkat petani dan anjuran. Faktor finansial juga menjadi faktor produksi bawang merah. Pengadaan input paket pemupukan tidak sama dengan anjuran.


(1)

19 d. Kalium

Data statistik menunjukkan rata-rata pemberian paket Kalium petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 34,12 kg/hektar, sementara paket anjuran sebanyak 58,80 kg/hektar. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam pemberian paket Kalium, artinya pemberian teknologi paket kalium dari petani berbeda oleh penyuluh. Pemberian paket Kalium di tingkat petani dipengaruhi oleh kebiasaan petani. Berdasarkan survey penggunaan paket Kalium yang dilakukan petani menunjukkan adanya kecenderungan pemberian diawal dan diakhir pemupukan, dengan ukuran sedikit. Menurut hemat petani, pemberian kalium diakhir budidaya tanam bawang merah dianggap sebagai pelengkap dalam proses pemupukan terakhir dan hanya menitikberatkan pada hasil akhir berupa umbi agar menjadi besar dan padat.

Pemberian paket kalium di tingkat anjuran bertujuan untuk memberikan kebutuhan unsur hara yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman terutama pada proses fotosintesis, memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan, memperkuat batang, sebagaimana didukung oleh Poerwowidodo (1992) tentang fungsi kalium antara lain : sebagai pengaktif beberapa enzim, berhubungan dengan pengaturan air dan energi, berperan dalam sintesis protein dan pati, serta pemindahan fotosintat.

e. Sulfur

Data statistik menunjukkan rata-rata pemberian paket Sulfur petani dan anjuran. Paket petani rata-rata pemberian sebanyak 7,46 kg/hektar sementara paket anjuran sebanyak 15,12 kg/hektar. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara teknologi petani dan anjuran dalam pemberian paket Sulfur, artinya pemberian teknologi paket Sulfur petani berbeda dengan penyuluh. Berdasarkan survey yang dilakukan pada responden, petani telah menggunakan sulfur sebagai salah satu unsur hara yang diperlukan, akan tetapi petani tidak menyadari perihal keberadaan Sulfur tersebut. Adanya Sulfur jarang diketahui oleh petani Bawang Merah, karena petani terbiasa menggunakan istilah merek dagang atau menyebut pupuk dengan naman yang sudah familiar.

Anjuran menyarankan pemberian unsur hara yang sesuai karena unsur hara mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman yang berhubungan dengan beberapa parameter penentu kualias nutrisi tanaman, salah satunya adalah ketajaman dan aroma khas Bawang Merah. Parameter ketajaman dan aroma khas bawang merah ini yang dipengaruhi oleh adanya pemberian unsur hara, salah satunya adalah sulfur yang sebagaimana didukung oleh Balitsa (2005) bahwa penggunaan sulfur yang dianjurkan bertujuan untuk meningkatkan ketajaman aroma bawang merah.

f. Panjang tanaman

Data statistik menunjukkan rata-rata panjang tanaman umur 15 hari petani dan anjuran. Panjang tanaman petani rata-rata 19,88 Cm sementara panjang tanaman anjuran sebanyak 20,00 Cm. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa tidak beda nyata antara panjang tanaman petani dan anjuran pada panjang tanaman, artinya panjang tanaman umur 15 hari dari petani tidak berbeda


(2)

20

dengan penyuluh. Panjang tanaman pada umur 30 hari di tingkat petani rata-rata 36,22 Cm sementara panjang tanaman anjuran sebanyak 42,24 Cm. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara panjang tanaman petani dan anjuran pada panjang tanaman, artinya panjang tanaman umur 30 hari dari petani berbeda dengan penyuluh.

Pada umur ke 15 hari, panjang tanaman bawang di tingkat petani sama dengan di tingkat anjuran. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti bahan tanam, faktor lingkungan dan pemberian unsur hara. Umur 15 hari merupakan fase vegetatif dimana tanaman memulai perkembangannya. Di dalam vase vegetatif, suplai unsur hara sangat diperlukan untuk tumbuh kembang tanaman tak terkecuali panjang tanaman. Unsur hara sangat diperlukan pada fase ini karena, pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif merupakan fase awal untuk tumbuh menuju vase generatif yang dicirikan dengan tumbuhnya akar, batang dan daun. Unsur hara seperti Nitrogen, Pospor merupakan kebutuhan unsur hara yang sangat penting pada vase vegetatif ini karena memiliki fungsi utama sebagai sintetis klorofil, protein dan asam amino. Memasuki umur ke 30 hari, terdapat perbedaan antara panjang tanaman petani dan anjuran. Hal dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya adalah bahan tanam dan faktor lingkungan yang mempengaruhi panjang tanaman bawang merah seerti temperatur, cahaya dan faktor lain. Perubahan cuaca yang sering terjadi di daerah Brebes khususnya di Kecamatan Tanjung menjadikan dilema bagi petani khususnya bawang merah karena petani sudah tidak dapat membuat prakiraan cuaca yang sesuai dengan musim tanam. Hal ini didukung oleh Franklin.et all (2008) bahwa temperatur dan cahaya terbukti mempengaruhi perkembangan plastrokron yaitu interval waktu antara munculnya primordia daun berikutnya dan filokron yaitu interval waktu antara munculnya ujung daun berikutnya.

g. Jumlah Umbi

Data statistik menunjukkan rata-rata jumlah umbi petani dan anjuran. Jumlah umbi petani rata-rata 5,58 sementara umbi anjuran sebanyak 4,00. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara jumlah umbi petani dan anjuran.Umbi yang tumbuh di tingkat petani maupun anjuran disebabkan karena beberapa faktor salah satunya jumlah bahan tanam yang digunakan pada saat menanam bawang merah.

Berdasarkan survey di petani, penggunaan bahan tanam pada saat menanam bawang merah disesuaikan dengan luasan lahan sehingga, petani akan menentukan seberapa banyak bahan tanam yang harus digunakan. Selain jumlah bahan tanam, keseragaman ukuran juga menjadi salah satu faktor penentu.

Bahan tanam yang direkomendasikan anjuran adalah bahan tanamn yang telah mendapat sertifikasi, sehingga keseragaman ukuran, tingkat kesehatan dapat terpantau dengan baik. Kualitas bahan tanam bawang merah akan mempengaruhi pertumbuhan adan perkembangan tanaman bawang merah sebagaimana dijelaskan oleh Stallen dan Hilman (1991) dalam Balitsa, secara umum umbi yang kualitasnya baik adalah umbi dengan ukuran sedang. Umbi


(3)

21

bibit berukuran sedang merupakan umbi ganda, rata-rata terdiri dari 2 siung umbi, sedangkan umbi bibit berukuran besar rata-rata terdiri dari 3 siung umbi. h. Produksi

Data statistik menunjukkan rata-rata produksi petani dan anjuran. Produksi petani rata-rata 2,380 sementara produksi anjuran sebanyak 8,864. Dari hasil T-test menunjukkan bahwa ada beda nyata antara produksi petani dan anjuran.

Produksi bawang merah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain unsur hara dan lingkungan. Unsur hara berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan bawang merah begitu pula dengan lingkungan yang tidak dapat di prakirakan. Selain pada paket pemupukan, produksi di tingkat petani juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumberdaya manusia, sumberdaya finansial. Faktor paket pemupukan terhadap produksi dapat disebabkan karena sumberdaya manusia dalam artian keterbatasan pengetahuan tentang fungsi dari pupuk yang diberikan pada tanaman bawang merah. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan serta telah dikemukaan di pembahasan sebelumnya tentang perbandingan penggunaan paket pupuk N,P,K dan S di tingkat petani dan anjuran. Faktor finansial juga menjadi faktor produksi bawang merah. Pengadaan input paket pemupukan tidak sama dengan anjuran.

E. Usahatani Bawang Merah Masyarakat

Dalam melaksanakan usahatani Budidaya Bawang Merah, petani dihadapkan pada beberapa masalah-masalah untuk memenuhi kebutuhan selama bertani. a. Ketersediaan Lahan

Ketersediaan lahan, jumlah pengguna dan tenaga kerja disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2. Luasan, Jumlah Pengguna, Tenaga Kerja dan Status Lahan Luas lahan

(Hektar)

Jumlah pengguna

Jumlah tenaga kerja

Status lahan 0,01 – 0,50 44 15

Sewa 0,51 – 1,00 1 25

0,01 – 1,50 1 32 1,51 – 2,00 2 30 2,01 – 2,50 1 75 2,51 – 3,00 1 190 Sumber : Survey 2016

Berdasarkan hasil survey, menunjukkan bahwa rata-rata lahan yang diusahakan petani untuk melakukan budidaya pertanian sebesar 0,01 – 0,05 Hektar dengan sistem sewa. Keadaan ini mempengaruhi petani untuk tidak melakukan perawatan terhadap lahan seperti pemberian bahan organik pada tanah. Penggunaan lahan juga berpengaruh pada jumlah tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan bergantung pada luasan lahan, jenis kegiatan budidaya pertanian seperti pengolahan lahan, pemupukan, penanaman, penyiraman, penyiangan dan panen. Berdasarkan survey dilapangan, menunjukkan adanya


(4)

22

kecenderungan tenaga kerja dengan jumlah yang sedikit. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti jumlah sumberdaya manusia yang beralih profesi menjadi pedagang di luar kota dibandingkan dengan menjadi petani.

b. Bahan Tanam dan Varietas

Bahan tanam yang digunakan oleh responden merupakan bahan tanam yang diperoleh dari penangkar benih dan juga mengelola benih sendiri. benih yang diperoleh dari penangkar, biasanya dibeli oleh responden sesuai dengan kebutuhan lahan yang akan ditanami bawang merah. Penerimaan bawang merah disesuaikan dengan harga dan ukuran. Menurut responden, kekurangan dari memperoleh benih dari penangkar adalah ketidaksesuaian atau tidak standarnya bahan tanam yang akan digunakan, sehingga akan berpengaruh terhadap perawatan selama budidaya dan produksi. Varietas bawang merah yang digunakan responden adalah Varietas Bima Curut. Varietas Bima Curut merupakan varietas yang menjadi andalan petani bawang merah di Kabupaten Brebes, khususnya di Kecamatan Tanjung. Berdasarkan survey melalui wawancara, responden memilih Varietas Bima Curut karena kultur petani di kabupaten Brebes khususnya di kecamatan Tanjung telah mengenal varietas Bima Curut terlebih dahulu dibandingkan dengan varietas lain.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil survey dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan pada paket pemupukan di tingkat petani dan pupuk anjuran di Kecamatan Tanjung, Brebes.

2. Dibandingkan di tingkat paket anjuran, hasil di tingkat petani baik pada paket pemupukan maupun hasil bawang merah lebih kecil dibandingkan di tingkat anjuran. Pemupukan di tingkat petani tidak dipengaruhi oleh paket anjuran. 3. Petani tidak mengaplikasikan paket anjuran, karena beberapa faktor yang

menjadi penyebab antara lain ketersediaan modal, dan sumberdaya manusia seperti tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman.

B. Saran

1. Diharapkan dinas lebih memperhatikan semua komponen input budidaya pertanian yang dipraktekan oleh petani, khususnya pada input pemupukan. 2. Petani diharapkan dapat mengetahui fungsi dari anjuran yang ditetapkan.


(5)

23

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto. 2015. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani Bawang Merah. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=72819&val=4924 Diakses pada 26 Juni.

BPS Kabupaten Brebes. 2014. Kecamatan Tanjung dalam Angka http://Brebes- kab.bps.go.id/webbeta/website/pdf_publikasi/Kecamatan-Tanjung-Dalam-Angka-2014.pdf BPS Kabupaten Brebes. Brebes .

Brebes News. 2013. Peta Kabupaten Brebes. http://Brebes-news.blogspot.co.id/-2013/02/peta-kabupaten-Brebes.html Diakses pada 02 Oktober.

Deptan. 2013. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. http://www.bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pola-pembiayaan/holtikultura-

/Documents/Pola%20Pembiayaan%20Usaha%20Kecil%20Menengah%20-%20Budidaya%20Bawang%20Merah.pdf Diakses pada 24 September.

Dinarti, D., B.S. Purwoko, A. Purwito, dan A.D. Susila. 2011. Perbanyakan tunas mikro pada beberapa umur simpan umbi dan pembentukan umbi mikro bawang merah pada dua suhu ruang kultur. Jurnal. Agron. Indonesia 39: 97 – 102.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kesuburan Tanah. Palembang

Gardner P. Franklin.et all. 2005. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. LP3M UMY. Yogyakarta.

Hieronymus Yulipriyanto. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

I Made Mega. 2010. Bahan Ajar Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Fakultas Pertanian Udayana. http://www.fp.unud.ac.id/ind/wp-content/-uploads/2012/04/Buku-Ajar-Klasifikasi-Tanah-dan-Kesesuaian-Lahan.pdf Diakses pada 7 April

Masri Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta

Muhammad Adam. 2014. Angin Kumbang. http://dokumen.tips/documents/angin-kumbang.html diakses pada 30 Maret.

Mitalom. 2015. Fungsi Unsur P (Fosfor) pada Tanaman. http://mitalom.com/fungsi-unsur-fosfor-p-pada-tanaman/ Diakses pada 03 Mei.

Nani Sumarni. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balitsa Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.

Singgih Wibowo. 2006. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya. Depok.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Universitas Diponegoro. 2015. III. Karakteristik Wilayah. http://eprints.undip-.ac.id/41234/4/BAB_III_Final_Hal_45_-_69.pdf Diakses pada 26 Juni.


(6)

24 Lampiran 1. Jenis Data Penelitian

No Jenis Data Lingkup Bentuk

Data Sumber

1 Temperatur Rata-rata temperatur tahunan (◦C)

Hard & Soft copy

BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika) 2 Ketersediaan air Curah

hujan/tahun

(mm) Hard & Soft copy

BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika)

3 Paket pemupukan dan produksi Bawang Merah

Di tingkat petani

Hard & Soft copy

Survey lapangan Di tingkat

penyuluh

Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura Berdasarkan

luas panen Hard copy

Dinas pertanian pangan dan hortikultura 4 Gabungan

Kelompok Tani

Kecamatan Tanjung (Lemahabang dan Pejagan)

Hard copy

Badan Penyuluh Pertanian Kec. Tanjung