PENGARUH INDEKS CORPORATE GOVERNANCE, KECAKAPAN MANAJERIAL, RASIO LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN EARNINGS POWER TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN JASA YANG BERPARTISIPASI DALAM CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI) TAH

(1)

PENGARUH INDEKS CORPORATE GOVERNANCE, KECAKAPAN MANAJERIAL, RASIO LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN

EARNINGS POWER TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Berpartisipasi dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI) Tahun 2010-2013) EFFECT OF INDEX CORPORATE GOVERNANCE, MANAGERIAL ABILITY, RATIO LEVERAGE, COMPANY SIZE, AND EARNINGS POWER

TO THE EARNINGS MANAGEMENT

(Study on Manufacturing and Service Company Participating in Corporate Governance Perception Index (CGPI) Year 2010-2013)

Disusun Oleh : DONNY KURNIAWAN

20120420281

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

(Studi pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Berpartisipasi dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI) Tahun 2010-2013) EFFECT OF INDEX CORPORATE GOVERNANCE, MANAGERIAL ABILITY, RATIO LEVERAGE, COMPANY SIZE, AND EARNINGS POWER

TO THE EARNINGS MANAGEMENT

(Study on Manufacturing and Service Company Participating in Corporate Governance Perception Index (CGPI) Year 2010-2013)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : DONNY KURNIAWAN

20120420281

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Donny Kurniawan

Nomor Mahasiswa : 20120420281

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “PENGARUH INDEKS CORPORATE GOVERNANCE, KECAKAPAN MANAJERIAL, RASIO

LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN EARNINGS POWER

TERHADAP MANAJEMEN LABA(Studi pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Berpartisipasi dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI) Tahun 2010-2013)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016


(4)

Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa

ilmu pengetahuan buta.

(Albert Einstein)

Untuk meraih sukses, kita harus tahu apa yang

dikerjakan, sukai apa yang dikerjakan, dan yakini

dengan apa yang dikerjakan.

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu

dan

orang-orang

yang

diberi

ilmu

pengetahuan.

(QS. Al-Mujadalah :11)

Jika anda lembek terhadap dunia, maka dunia akan

keras dengan anda. Tetapi jika anda keras terhadap

dunia, maka dunia akan lunak dengan anda.


(5)

Halaman Persembahan

 Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya kepadaku sehingga aku bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

 Terimakasih kepada junjugan-Nya, Nabi besar

Muhammad SAW sebagai suri Tauladan bagi kita semua.

 Untuk kedua orang tuaku tercinta Ayahku Yasmin dan Alm. Ibuku Sri Rahayu Ningsih, tarimakasih yang sejak dahulu sudah memberikan dukungan, semangat, perhatian, dan nasihat terbaik yang selalu mengiringi perjalananku. Untuk Alm. Mama disana maaf sudah

menunggu lama karena baru bisa sekarang

mempersembahkan skripsi ini. Semoga mama disana

bisa melihat skripsiku ini, Maaf baru bisa

mempersembahkannya sekarang ma. Untuk ayah terimakasih atas segala motivasi, nasihat, pencerahan dan masukan selama ini dan juga dukungan financial sehingga skripsi ini bisa terwujud.

 Kepada kedua adik-adikku Devvy Permata Sari dan Derry Rahmat Saputra, terima kasih karena senantiasa menghiburku dan memberikan segala dukungan dan semangat.

 Untuk Ibu Barbara Gunawan, S.E, M.Si., Ak., CA, terimakasih banyak atas segala bimbingan dan motivasi yang sudah diberukan dalam penyusunan skripsi ini.

 Teman dekat selama merantau di Yogyakarta, Adhe Kurniawan, Naufal Afra Azhar, Zhefrin Van Vernandi, Andri Permana dan teman-teman akuntansi 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih karena sudah mau meluangkan waktunya buat membantu skripsi ini. Dan juga kadang tingkah-tingkah kalian


(6)

Bhakti Pratama yang selalu bisa membuatku tertawa dengan canda tawa khas kalian yang ultra greget. Terima kasih karena kalian pengerjaan skripsi ini menjadi lebih berwarna.

 Teman anak kos Rustami Ahmad terima kasih telah menjadi kawan sehidup dikos selalu bisa diajak susah maupun senang dan anak mantan kosan Puguh Saputra karena telah menjadi kawan perjuangan dari pertama kali masuk kosan. Terimakasih kalian telah menjadi teman yang baik walau kadang tingkah kalian kadang-kadang greget.

 Terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu saya dan memberikan support, serta Almamater dan Kampusku Muhammadiah Yogyakarta.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Masalah ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Teori Keagenan ... 11

2. Corporate Governance Perception Index (CGPI) ... 12


(8)

7. Manajemen Laba ... 18

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ... 19

1. Pengaruh Indeks Corporate Governance terhadap Manajemen Laba ... 19

2. Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Manajemen Laba... 20

3. Pengaruh Rasio Leverage terhadap Manajemen Laba ... 22

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba ... 23

5. Pengaruh Earnings Power terhadap Manajemen Laba ... 24

C. Model Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Objek/Subjek Penelitian ... 27

B. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

C. Teknik Pengumpulan Data ... 28

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

1. Variabel Dependen ... 28

2. Variabel Independen ... 29

E. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 33

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 33

2. Uji Asumsi Klasik ... 34

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 36

1. Uji Regresi Linier Berganda ... 36

2. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted �2) ... 37


(9)

4. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 39

B. Analisis Deskriptif ... 40

1. Indeks Corporate Governance ... 40

2. Kecakapan Manajerial ... 41

3. Rasio Leverage ... 41

4. Ukuran Perusahaan ... 41

5. Earnings Power ... 41

C. Uji Asumsi Klasik ... 42

1. Uji Multikolinieritas ... 42

2. Uji Autokorelasi ... 43

3. Uji Heteroskedastisitas... 44

4. Uji Normalitas ... 45

D. Uji Hipotesis ... 46

1. Uji Simultan (F hitung) ... 46

2. Uji Koefisien Determinan (Adjusted�2) ... 46

3. Uji Signifikan Nilai T ... 47

E. Pembahasan (Interprestasi)... 50

1. Pengaruh Indeks Corporate Governance (CGPI) terhadap Manajemen Laba . 50 2. Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Manajemen Laba ... 51

3. Pengaruh Rasio Leverage terhadap Manajemen Laba ... 52

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba ... 53

5. Pengaruh Earnings Power berpengaruh terhadap Manajemen Laba ... 54


(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 57 Lampiran ... ... 61


(11)

DAFTAR TABEL

3.1 Pemeringkatan CGPI ... 30

4.1 Perincian Pemilihan Sampel Tahun ... 39

4.2 Statistik Deskriptif ... 40

4.3 Uji Multikolinieritas ... 42

4.4 Uji Autokorelasi ... 43

4.5 Uji Heteroskedastisitas... 44

4.6 Uji Normalitas ... 45

4.7 Hasil Uji Nilai F ... 46

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinan ... 47

4.9 Hasil Uji Statistik T ... 48


(12)

(13)

(14)

ix

management. The earning management is the dependent variable in this study. Index corporate governance, managerial ability, ratio leverage, company size, and earnings power independent variables in the study. Samples were 52 manufacturing and service companies participating in Corporate Governance Perception Index (CGPI) for the years 2010-2013. This study used purposive sampling criteria and double linear regression analysis test. The results showed that the index corporate governance, company size, and earnings power has a positive on the earnings management. Managerial ability and ratio leverage does not affect the earnings management.

Keyword : earnings management, index corporate governance, managerial ability, ratio leverage, company size, earnings power.


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen laba merupakan masalah agensi yang sering terjadi di lingkungan bisnis. Perilaku manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen berawal dari konflik keagenan yaitu konflik kepentingan antara pemilik sebagai principal dan manajer sebagai agen. Manajemen laba terjadi karena tindakan manajer untuk mendapatkan keuntungan baik secara pribadi maupun untuk kepentingan perusahaan itu sendiri. Manajemen laba dilakukan dengan memilih metode akuntansi yang bisa mendukung tujuan dari manajer tersebut, baik untuk menurunkan laba ataupun meningkatkan laba, tergantung dari tujuan manajer tersebut. Hail ini tentu saja bertentangan dengan etika Islam terhadap pelaksanaan manajemen laba karena melandasakan konsepsinya pada ultitarinisme. Dengan spirit utilitarianisme, manajemen laba hanya memfokuskan tujuan bisnisnya kepada utilitas yang bersifat materi dan mengacuhkan utilitas yang bersifat nonmateri (Triyuwono, 2002), begitu juga orientasi laba tersebut hanya ditujukan kepada pihak manajemen dan pemilik modal (stockholders) saja, sedangkan pihak stakeholders lainnya diacuhkan, atau bahkan dirugikan. Spirit utilitarianisme ini sejalan dengan kapitalisme yang mengarahkan konsep income (laba) hanya untu stockholders


(16)

Penelitian ini menggunakan teori akuntansi yaitu teori keagenan. Teori tersebut dipandang dapat menjelaskan mengenai hubungan antara pihak agen dan prinsipal yang secara bersama-sama memiliki kepentingan yang berbeda dalam perusahaan. Adanya kepentingan yang berbeda ini sehingga dapat memicu terjadinya praktik manajemen laba. Terdapat dua alasan kenapa manajemen laba sangat penting. Pertama, investor tidak dapat mendeteksi kecurangan atas laporan keuangan. Sehingga terjadinya kesalahan alokasi dana dari perusahaan yang berprospek tinggi ke prospek rendah. Kedua, terjadinya kesenjangan informasi antara perusahaan dan investor yang berakibat mempertinggi profitabilitas bagi perusahaan untuk menaikan laba.

Menurut Peni dan Vahama (2010), telah diketahui sejak lama bahwa eksekutif perusahaan atau manajer perusahaan telah memiliki insentif untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan, ataupun untuk memaksimalkan kesejahteraan pribadi. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer). Salah satu cara untuk mengukur manajemen laba adalah dengan menggunakan proksi Discretionary Accrual (DA). Discretionary Accrual

adalah komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajer, artinya manajer memberi intervensinya dalam proses pelaporan akuntansi.

Agar manajemen laba dapat dihindari, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan menerapkan corporate governance


(17)

3

menerapkan corporate governance secara baik maka secara tidak langsung perusahaan akan mampu untuk mengelola bisnis yang lebih beretika, memiliki keadilan dan mempunyai tanggung jawab dengan berlandaskan pada asas-asas corporate governance yang baik, yang terdiri dari asas transparansi, asas akuntabilitas, asas responsibilitas, asas independensi serta asas kewajaran dan kesetaraan. Corporate governance yang baik juga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang mampu menerapkannya. Perkembangan corporate governance secara global mengakibatkan beberapa organisasi di dunia melakukan penilaian dan pemeringkatan terhadap perusahaan yang telah menerapkan praktik corporate governance. Penilaian terhadap praktik corporate governance kemudian diterbitkan dalam bentuk laporan tahunan yang dapat dilihat oleh masyarakat pada umumnya dan para pemangku kepentingan (stakeholders) perusahaan pada khususnya.

Governance Metrics International (2004), Institutional Shareholders Services

(2003), dan S&P Ratings merupakan contoh agensi yang melakukan penilaian dan pemeringkatan terhadap praktik corporate governance dalam lingkup internasional. Laporan hasil penilaian dan pemeringkatan good corporate governance menjadi sesuatu hal yang menarik bagi investor dan kreditor karena dianggap sebagai hasil refleksi dari penerapan corporate governance

yang telah dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi skor dan peringkat yang diperoleh oleh perusahaan, maka semakin besar pula kepercayaan

stakeholders terhadap perusahaan tersebut. Oleh karena itu, beberapa tahun belakangan ini terdapat cukup banyak penelitian yang menggunakan


(18)

penilaian, skor, dan peringkat good corporate governance sebagai tolak ukur kesuksesan perusahaan. Di Indonesia, satu-satunya organisasi yang melakukan kegiatan pemeringkatan terhadap praktik CG terhadap perusahaan-perusahaan di indonesia dan mempublikasikan hasil pemeringkatan yang dilakukannya adalah The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Organisasi yang berdiri sejak 2 Juni 2000 atas inisiatif Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) dan tokoh masyarakat indonesia ini adalah sebuah lembaga independen yang melakukan kegiatan diseminasi dan pengembangan good corporate governance di Indonesia.

Seorang manajer yang dianggap cakap dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnyalah adalah manajer yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut Isnugrahadi dan Kusuma (2009), Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan adalah memiliki manajer yang cakap. Manajer yang cakap tidak membutuhkan manajemen laba untuk memperbagus laba. Seorang manajer yang cakap tentu saja memiliki kemampuan yang memadai dari segi tingkat intelegensia yang tinggi, tingkat pendidikan yang cukup tinggi, serta pengalaman yang cukup di bidang keuangan. Manajer yang cakap dan mampu membuat keputusan-keputusan yang member nilai tambah bagi perusahaan

adalah salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan. Stakeholder tentu

menginginkan perusahaannya dikelola oleh manajer yang memiliki kemampuan dalam mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu membuat keputusan-keputusan andal dan tepat yang memberi nilai tambah bagi perusahaan sehingga membutuhkan manajemen laba untuk memperbagus laba.


(19)

5

Tujuan manajer melakukan manajemen laba yaitu untuk menghindari penurunan laba dan juga menghindari kerugian. Upaya untuk menghindari penurunan laba dan juga menghindari kerugian ini dapat dikategorikan kedalam manajemen laba yang dimotivasi berdasarkan motivasi perjanjian utang, dalam hal ini motivasi perjanjian utang memiliki syarat yang harus dipenuhi yang mencakup kesediaan debitur untuk mempertahankan rasio-rasio akuntansi, seperti debt to equity ratio, rasio kodal kerja minimum, serta batasan-batasan lain yang umumnya dikaitkan dengan data akuntansi perusahaan. Laba yang tinggi diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat perjanjian utang sehingga manajer diprediksi akan cenderung untuk memilih kebijakan akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Dengan demikian, penelitian ini memilih untuk melakukan manajemen laba dengan motivasi perjanjian utang berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rasio leverage.

Ukuran perusahaan juga berpengaruh terhadap manajemen laba. Pada perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar dianggap memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan manajemen laba karena perusahaan yang berukuran besar dianggap lebih kritis oleh pihak luar dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba. Hal ini dikarenakan aktivitas operasi pada perusahaan besar lebih kompleks, sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan perekayasaan laba perusahaan dan


(20)

dalam melakukan pelaporan keuangannya mereka akan melaporkannya dengan lebih akurat.

Earnings power adalah alat yang digunakan oleh calon investor ataupun para pemegang saham untuk menilai efesiensi perusahaan dalam pengunaan aset perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan melakukan analisis profitabilitas perusahaan, maka stokholder dapat menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power). Investor beranggapan bahwa earnings power yang tinggi akan menjamin pengembalian investasi serta akan memberikan keuntungan yang layak, oleh karena itu perusahaan harus menampilkan kinerja menejemen yang baik sehingga earnings power

perusahaan dapat dilihat maksimal. Karena sikap investor yang cenderung hanya memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power) sehingga memungkinkan perusahaan melakukan praktik manajemn laba untuk menarik investor.

Penelitian ini mereplikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Lande, dkk (2014). Penelitian tersebut menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 sampai 2012. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah peneliti menambahkan variabel indeks corporate governance, ukuran perusahaan, dan

earnings power serta sampel yang diambil peneliti mengambil perusahaan Go Public yang berpartisipasi dalam Corporate Goverment Perception Index


(21)

7

Dari pemaparan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH INDEKS CORPORATE

GOVERNANCE, KECAKAPAN MANAJERIAL, RASIO LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN EARNINGS POWER TERHADAP MANAJEMEN LABA”.


(22)

A. BATASAN MASALAH

Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ini yaitu indeks corporate governance, kecakapan manajerial, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan

earnings power. Periode penelitian yang digunakan adalah tahun 2010-2013

yang bergerak di bidang manufaktur dan jasa yang berpartisipasi dalam

Corporate Governance Perception Index (CGPI) Tahun 2010-2013.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang penelitian diatas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Indeks Corporate Governance berpengaruh terhadap manajemen laba?

2. Apakah Kecakapan Manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba? 3. Apakah Rasio Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba? 4. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? 5. Apakah Earnings Power berpengaruh terhadap manajemen laba?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji apakah Indeks Corporate Governance berpengaruh terhadap manajemen laba?


(23)

9

2. Untuk menguji apakah Kecakapan Manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba?

3. Untuk menguji apakah Rasio Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba?

4. Untuk menguji apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba?

5. Untuk menguji apakah Earnings Power berpengaruh terhadap manajemen laba

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta berguna bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan pengetahuan empiris mengenai penyebab terjadinya manajemen laba yang dilihat dari segi indeks corporate governance, kecakapan manajerial, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan

earnings power sebagai variabel yang mempengaruhi manejemen laba.

b. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan mengulas kajian yang lebih luas dalam bahasan ini.


(24)

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran kepada suatu perusahaan mengenai penyebab terjadinya manajemen laba sehingga pihak perusahaan bisa mengurangi risiko manajemen laba tersebut dalam perusahaan.

b. Diharapkan dengan mengetahui penyebab terjadinya manajemen laba perusahaan akan lebih mudah dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dengan berkurangnya manajemen laba.


(25)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan

Salah satu dasar teori yang dapat digunakan untuk memahami konsep tentang corporate governance adalah teori keagenan, karena pada dasarnya teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara anggota-anggota di perusahaan. Teori keagenen lahir sebagai akibat adanya pemisahan fungsi dalam organisasi sebagaimana terlihat pada konsep entity theory, yang menjelaskan mengenai suatu teori yang menganggap entitas merupakan sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menanamkan modal dalam perusahaan.

Dengan demikian teori keagenan dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai hubungan kontraktual antara agen dan prinsipal, yang dalam hal ini agen bertindak sebagai seorang manajer, dan prinsipal adalah para pemilik modal dalam perusahaan. Agen mempunyai tanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik. Namun, tanpa dipungkiri bahwa terkadang hak pengendalian yang dimiliki oleh agen selaku manajer sangat dimungkinkan untuk diselewengkan dan dapat menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan dengan sulitnya investor untuk memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka investasikan dikelola


(26)

dengan semestinya oleh manajer. Manajer memiliki kewenangan untuk mengelola perusahaan dan demikian manajerpun memiliki hak dalam mengelola dana investor (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Peran teori keagenan dalam penelitian ini adalah untuk memahami konsep dari tata kelola perusahaan dan kecakapan manajerial.

2. Corporate Governance Perception Index (CGPI)

Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah program riset dan penilaian atas penerapan GCG pada perusahaan publik dan BUMN di

Indonesia yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute of Corporate

Governance (IICG). Penilaian ini dilakukan melalui sebuah riset yang dibuat untuk menilai penerapan konsep CG yang ada disebuah perusahaan dengan melalui perbaikan yang berkesinambungan dan evaluasi melalui

benchmarking.

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, dalam rangka mengurangi terjadinya masalah keagenan diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan (Raharjo, 2014).

Penilaian Corporate Governance dalam penelitian ini mengunakan

CGPI yaitu suatu riset dan pemeringkatan penerapan konsep corporate

governance pada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan good corporate governance yang telah diakui di Indonesia. Pelaksanaan CGPI dilandasi oleh pemikiran tentang pentingnya mengetahui sejauh mana


(27)

13

perusahaan-perusahaan publik telah menerapkan GCG. CGPI

diselenggarakan setiap tahunnya, pertama kali yaitu tahun 2001. Pada CGPI ini, selain menjalin kerja sama dengan majalah SWA, yang dikenal sebagai salah satu majalah bisnis yang unggul di Indonesia. CGPI diselenggarakan

oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). CGPI

melalui penerapan prinsip dasar Transparency, Accountability,

Responsibility, Independency, and Fairness, pada riset ini dicerminkan dan diukur dengan enam cakupan penilaian riset dan pemeringkatan, yaitu:

a. Komitmen terhadap Tata Kelola Perusahaan adalah sistem CG yang

mendorong anggota perusahaan untuk menyelenggarakan GCG dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.

b. Hak Pemegang Saham dan Fungsi Kepemilikan Kunci adalah sistem

CG yang dapat melindungi dan memfasilitasi pemenuhan hak-hak pemegang saham.

c. Perlakuan yang Setara terhadap Seluruh Pemegang Saham adalah

sistem CG yang dapat menjamin adanya perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Semua pemegang saham harus diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan tanggapan yang efektif terhadap pelanggaran hak-hak pemegang saham.

d. Peran Stakeholders dalam Tata Kelola Perusahaan adalah sistem CG

yang dapat mengakui hak-hak para stakeholder yang telah ditetapkan oleh hukum atau melalui perjanjian kerjasama, dan mendorong kerja


(28)

penciptaan kesejahteraan, lapangan kerja, kondisi keuangan perusahaan yang sehat serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan.

e. Pengungkapan dan Transparansi adalah sistem CG yang dapat

menjamin terlaksananya kelengkapan pengungkapan dengan tepat waktu dan akurat atas semua informasi material yang berkaitan dengan perusahaan melalui berbagai media.

f. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi adalah sistem

CG yang dapat menjamin pelaksanaan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi terhadap pengelolaan perusahaan.

3. Kecakapan Manajerial

Kecakapan manajerial dapat diartikan sebagai suatu keterampilan atau karakteristik personal yang dimiliki oleh seorang manajer yang dapat membantu tercapainya kinerja yang tinggi dalam tugas manajemen (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009; Purwanti, 2010; Djuitaningsih dan Rahman, 2011; serta Utami dan Syafrudin, 2013). Menurut Isnugrahadi dan Kusuma (2009), Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan adalah memiliki manajer yang cakap. Manajer yang cakap tidak membutuhkan manajemen laba untuk memperbagus laba. Seorang manajer yang cakap tentu saja memiliki kemampuan yang memadai dari segi tingkat intelegensia yang tinggi, tingkat pendidikan yang cukup tinggi, serta pengalaman yang cukup di bidang keuangan. Manajer yang cakap dan mampu membuat keputusan-keputusan yang member nilai


(29)

15

tambah bagi perusahaan adalah salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan. Stakeholder tentu menginginkan perusahaannya dikelola oleh manajer yang memiliki kemampuan dalam mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu membuat keputusan-keputusan andal dan tepat yang memberi nilai tambah bagi perusahaan.

Dengan mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, perusahaan akan meraih laba yang optimal. Manajer yang cakap akan lebih mempertimbangkan untuk terus meningkatkan kualitas kinerjanya dengan menggunakan sumber daya secara tepat sehingga akan memberi nilai tambah bagi perusahaan, daripada harus melakukan manajemen laba yang berisiko gagal mempertahankan kepercayaan publik dan

stakeholder.

4. Rasio Leverage

Menurut Purwandari (2011), leverage merupakan biaya tetap yang

digunakan untuk mendanai perusahaan, biaya ini dapat menguntungkan perusahaan apabila dapat dikelola dengan baik sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya tetap yang dikeluarkan, namun, leverage juga dapat merugikan apabila hasil yang diperoleh perusahaan tidak lebih besar dari biaya tetapnya. Rasio leverage terdiri dari beberapa macam rasio, antara lain debt ratio (debt to total asset), debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time interested earned. Dalam penelitian ini, rasio leverage yang digunakan adalah berdasarkan debt


(30)

ratio (debt to total asset) dikarenakan debt ratio dapat menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aset yang digunakan untuk menjamin utang.

Apabila leverage digunakan dengan baik, leverage dapat digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan, namun apabila digunakan untuk

menarik minat kreditur, maka leverage akan memunculkan tindakan

manajemen laba. Perusahaan yang memiliki laibilitas tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Pernyataan ini juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan (2007) yang memberikan bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang lebih besar pada perusahaan yang terikat perjanjian laibilitas daripada perusahaan yang tidak terikat perjanjian laibilitas.

5. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar atau kecilnya suatu perusahaan yang ditentukan dengan batas-batas tertentu yang sudah ditentukan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain total aset, nilai pasar, dan penjualan perusahaan. Pengukuran dengan menggunakan total aset digunakan sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai pasar dan penjualan. Menurut Nuryaman (2009) perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan


(31)

17

perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum.

Selain itu, perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan, dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil (Daniati dan Suhairi, 2006).

6. Earnings Power

Pada umumnya salah satu aspek yang digunakan oleh pelaku pasar dalam menilai prospek suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan tersebut dalam memperoleh laba (earnings power). Menurut Riyanto (2008) “earnings power adalah kemampuan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya dalam menghasilkan laba”. Investor beranggapan bahwa earnings power yang tinggi akan menjamin pengembalian investasi serta akan memberikan keuntungan yang layak, oleh karena itu perusahaan harus menampilkan kinerja menejemen yang baik sehingga earnings power perusahaan dapat dilihat maksimal.


(32)

Menurut Ulupui (2007) mengemukakan bahwa “earnings power

untuk menyatakan nilai perusahaan dari rasio keuangan dimana variabel ROA mewakili efektifitas perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersamaan dengan aset yang ada, Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien laba usaha yang dilihat dari aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini berdampak pada peningkatan

nilai perusahaan”.

7. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Sulistyanto (2008) mendefenisikan manajemen laba adalah perilaku manajer untuk bermain-main dengan komponen akrual yang discretionary untuk menentukan besar kecilnya laba, sebab standar akuntansi menyediakan berbagai alternatif metode dan prosedur yang bisa dimanfaatkan.

Dalam penelitian ini manajemen laba diukur dengan menggunakan Discretionary Accruals (DA). Discretionary accruals

merupakan komponen akrual yang memungkinkan manajer untuk melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan, sehingga laba yang dihasilkan tidak mencerminkan nilai atau kondisi


(33)

19

keuangan yang sesungguhnya. Konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu komponen non-discretionary dan discretionary, komponen discretionary accruals merupakan bagian yang memungkinkan manajer melakukan intervensinya dalam memanipulasi laba. Hal ini disebabkan manajer memiliki kontrol jangka pendek terhadap komponen ini, komponen yang termasuk dalam discretionary accruals diantaranya penilaian pilaibilitas, pengakuan biaya garansi dan aset modal (Guna dan Herawati, 2010).

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Indeks Corporate Governance terhadap Manajemen Laba

Corporate governance dapat diartikan sebagai seperangkat peraturan yang dapat mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal yang berkaitan dengan hal-hak dan kewajiban mereka, dan atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Jika suatu perusahaan mampu untuk menerapkan sistem tata kelola perusahaan secara baik, maka perusahaan tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaannya tersebut.

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, dalam rangka mengurangi terjadinya masalah keagenan diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan


(34)

kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan (Raharjo, 2012). Diterapkannya

corporate governance akan meningkatkan kontrol perusahaan.

Corporate Governance Perception Index merupakan program penilaian

corporate governance di Indonesia yang didasarkan dengan prinsip-prinsip corporate governance. Hal ini menunjukkan Indeks corporate governance mempunyai hubungan negatif dengan manajemen laba karena corporate governance merupakan upaya untuk melindungi investor dari adanya praktik manajemen laba pada suatu perusahaan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dara (2013), Agustin (2012), dan Amertha (2013) yang menyatakan bahwa

corporate governance berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Berdasarkan hasil kajian diatas tentang indeks corporate governance

terhadap manajemen laba, maka dapat dirumuskan hiposis sebagai berikut:

H₁ : Indeks Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

2. Kecakapan Manajerial terhadap Manajemen Laba

Penelitian Demerjian et al. (2012) menemukan hubungan positif

antara kecakapan manajerial dan kualitas laba, yang artinya semakin cakap manajer maka semakin tinggi kualitas laba. Penemuan ini sesuai dengan premis bahwa semakin cakap manajer, maka semakin baik kemampuannya dalam mengestimasi akrual. Hasil penemuan ini dapat diartikan pula bahwa


(35)

21

semakin cakap manajer, maka laba yang dihasilkan semakin berkualitas karena tidak mengandung manajemen laba.

Manajer yang cakap merupakan faktor kesuksesan bagi perusahaan. Manajer yang cakap tidak membutuhkan manajemen laba untuk memperbagus laba. Manajer yang cakap mampu mengambil keputusan-keputusan ekonomi yang tepat dan mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam mengelola sumber daya perusahaan karena mereka memiliki pengalaman, tingkat intelegensia dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Dengan mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, perusahaan akan meraih laba yang optimal. Manajer yang cakap akan lebih mempertimbangkan untuk terus meningkatkan kualitas kinerjanya dengan menggunakan sumber daya secara tepat sehingga akan memberi nilai tambah bagi perusahaan, daripada harus melakukan manajemen laba yang berisiko gagal mempertahankan kepercayaan publik dan stakeholder.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina (2012) dan Purwanti (2008) yang menemukan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil kajian diatas tentang kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, maka dapat dirumuskan hiposis sebagai berikut:

H2 : Kecakapan Manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen


(36)

3. Rasio Leverage terhadap Manajemen Laba

Leverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba pada perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan. Menurut Purwandari (2011), leverage merupakan biaya tetap

yang digunakan untuk mendanai perusahaan, biaya ini dapat

menguntungkan perusahaan apabila dapat dikelola dengan baik sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya tetap yang dikeluarkan, namun, leverage juga dapat merugikan apabila hasil yang diperoleh perusahaan tidak lebih besar dari biaya tetapnya. Leverage dapat menguntungkan maupun merugikan perusahaan, jika leverage hanya digunakan untuk menarik kreditor agar berinvestasi maka leverage dapat merugikan perusahaan. Namun, jika leverage dikelola dengan baik dan dapat memberikan pemasukan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka leverage dapat menguntungkan perusahaan. Shanti dan Yudhanti dalam Purwanti (2012) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi karena besarnya liabilitas dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar liabilitas pada waktunya.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu

(2011), Shanti dan Yudhanti (2007) yang menemukan bahwa rasio leverage


(37)

23

diatas tentang rasio leverage terhadap manajemen laba, maka dapat dirumuskan hiposis sebagai berikut:

H3 : Rasio Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

4. Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

Ukuran perusahaan pada penelitian ini merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aset perusahaan.

Menurut Saffudin (2010), menyatakan bahwa besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam kapitalisasi pasar. Semakin besar kapitalisasi pasar,

maka semakin dikenal dalam masyarakat. Perusahaan yang berukuran

besar adalah perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang lebih besar, tingkat kestabilan perusahaan lebih tinggi dan melibatkan lebih banyak pihak. Karena pengambilan keputusan yang dilakukan perusahaan besar berpengaruh terhadap publik, sehingga masyarakat lebih mengenal perusahaan besar dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar akan menyampaikan laporan keuangannya dengan lebih berhati–hati dan akurat. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak pada perusahaan yang melaporkan perusahaanya dengan akurat. Semakin besar ukuran perusahaan, maka manajemen laba akan semakin menurun. Siregar dan Utama (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan logaritma natural nilai pasar ekuitas


(38)

perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil besaran pengelolaan labanya.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronica, Siddharta (2005) dan Damayanti (2008) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil kajian diatas, maka dapat dirumuskan hiposis sebagai berikut:

H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

5. Earnings Power Terhadap Manajemen Laba

Menurut Riyanto (2008) “earnings power adalah kemampuan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya

dalam menghasilkan laba”. Investor beranggapan bahwa earnings power

yang tinggi akan menjamin pengembalian investasi serta akan memberikan keuntungan yang layak, oleh karena itu perusahaan harus menampilkan kinerja manejemen yang baik sehingga earnings power

perusahaan dapat dilihat maksimal. Karena sikap investor yang cenderung hanya memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power) sehingga memungkinkan perusahaan melakukan praktik manajemen laba untuk menarik investor.

Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Shanti

(2012), Tiono et, al. (2004) dan Susanto (2010) yang menyatakan earnings


(39)

25

Berdasarkan hasil kajian diatas tentang kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, maka dapat dirumuskan hiposis sebagai berikut:


(40)

C. Model Penelitian

Untuk model penelitian disajikan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Model Penelitian Corporate Governance

Perception Index Kecakapan Manajerial

Rasio Leverage Ukuran Perusahaan

Earnings Power

Manajemen Laba

H1 -

H2 -

H3 +

H4 -


(41)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek/Subjek Penelitian

Peneltian ini merupakan penelitan yang lebih bersifat kausatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa varibel terhadap variabel lainnya. Dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.

Didalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur dan jasa yang berpartisipasi dalam penilaian (Corporate Governance Perception Index) CGPI pada periode 2010-2013.

B. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang akan menjadi obyek dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan manufaktur dan jasa yang berpartisipasi dalam penilaian

(Corporate Governance Perception Index) CGPI periode 2010-2013.

Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki dan kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah:


(42)

a. Perusahaan manufaktur dan jasa yang secara konsisten menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember tahun 2010-2013.

b. Perusahaan manufaktur dan jasa yang berpartisipasi dalam penilaian

(Corporate Governance Perception Index) CGPI periode 2010-2013.

C. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan dokumentasi dari sumber yang digunakan yaitu data laporan keuangan laporan tahunan perusahaan yang telah diaudit dan dipublikasikan. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan yang tersedia di Pojok BEI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan situs resmi BEI di www.idx.co.id, Laporan Hasil Riset dan Pemeringkatan CGPI dan situs lain yang diperlukan.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Depeden

Manajemen Laba

Variable dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba adalah suatu intervensi yang dilakukan oleh manajemen dengan maksud tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dalam menghitung discretionary


(43)

29

accrual digunakan Model De Angelo (1986). Menurut De Angelo (1986) manajemen laba dapat diukur melalui discrectionary accrual

yang dihitung dengan cara menselisihkan total accrual pada periode t dengan non discretionary accrual pada periode t-1. Jadi, selisih total akrual antara periode t dan t-1 merupakan tingkat accrualdiscretionary. Dalam model ini, De Angelo (1986) menggunakan total akrual t-1 sebagai nondiscretionary accrual. Model perhitungannya sebagai berikut:

Model De Angelo (1986): DA = (TAit– TAit-1)/Ait-1

Keterangan:

DA : Discretionary Accrual perusahaan i pada periode ke t. TAit : TotalAccrual perusahaan i pada periode ke t.

TAit-1 : TotalAccrual perusahaan i pada periode ke t-1.

Ait-1 : Total Aktiva perusahaan i pada periode ke t.

2. Variabel Independen

a) CGPI (Corporate Governance Perception Index)

Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah

pemeringkatan perusahaan, dalam penggunaan corporate governance

di Indonesia, yang diselenggarakan oleh IICG (The Indonesian

Institute of Corporate Governance) yang merupakan sebuah lembaga


(44)

governance di Indonesia. Peneliti menggunakan pemeringkatan indeks ini untuk mengukur tingkat corporate governance suatu perusahaan. Hasil penelitian CGPI tersebut akan dijadikan acuan untuk menentukan peringkat perusahaan yang memiliki skor tertinggi sampai terendah. Indeks yang digunakan untuk memberikan skor berupa angka mulai dari 0 sampai 100 maka jika perusahaan memiliki skor mendekati atau mencapai nilai 100 maka perusahaan tersebut

semakin baik dalam menerapkan Good Corporate Governance.

Pemeringkatan CGPI di golongkan menjadi 3 kategori berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah seperti dalam Tabel:

Tabel 3.1 Pemeringkatan GCPI

Skor Level Terpercaya

85,00-100 Sangat Terpercaya

70,00-84,99 Terpercaya

55,00-69,99 Cukup Terpercaya

Sumber : Corporate Governance Perception Index

b) Kecakapan Manajerial

Dalam penelitian ini, kecakapan manajerial dihitung dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang dikembangkan oleh Demerjian et al, (2012). Metode mengukur kemampuan manajerial menghasilkan perkiraan seberapa efisien manajer menggunakan sumber daya perusahaan.


(45)

31

Demerjian et al, (2012) menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk memperkirakan efisiensi perusahaan yang membandingkan penjualan yang dihasilkan oleh setiap perusahaan tergantung pada input yang digunakan oleh perusahaan (Harga Pokok Penjualan, Beban Penjualan dan Administrasi Umum, Total Aset Tetap, Biaya Eksplorasi dan Pengembangan, Goodwill, dan Aset Tidak Berwujud Lainnya). Dengan demikian, sumber daya diukur dengan menggunakan aset (berwujud dan tidak berwujud), Biaya Eksplorasi dan Pengembangan, dan input lain yang tidak dilaporkan secara terpisah dalam laporan keuangan (tenaga kerja) dimasukkan dalam Beban Penjualan dan Administrasi Umum. Adapun rumus yang digunakan oleh Demerjian et al, (2012) adalah sebagai berikut:

MAXθ = �

+ & + +�&�+ � ��+ ℎ � �

Keterangan:

Penjualan : Total Penjualan

HPP : Harga Pokok Penjualan

SG&A : Beban Penjualan dan Administrasi Umum Aset Tetap : Total Aset Tetap

R&D : Biaya Eksplorasi dan Pengembangan

Goodwill : Total Goodwill


(46)

c) Rasio Leverage

Proksi yang digunakan dalam penelitian ini untuk menghitung rasio leverage adalah pernah dilakukan Walter (2012), yaitu:

DEBT = � �

d) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat berpengaruh untuk melakukan manajemen laba. Ukuran perusahaan merupakan variabel yang diukur dari jumlah total asset perusahaan sampel yang ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural. Variabel ini diukur dengan menggunakan logaritma dari jumlah total aset yang pernah dilakuakan oleh Yamaditya (2014). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Size = LN Total Asset

e) Earnings power

Earnings power adalah kemampuan untuk mengetahui efesiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya dalam menghasilkan laba. ROA dijadikan sebagai indikator proksi perhitungan earnings power dimana ROA adalah salah satu rasio keuangan yang seringkali dipergunakan oleh calon pemodal. Hal ini disebabkan alasan sebagian pemodal berinvestasi adalah mencari kentungan, dan juga ROA dianggap mewakili efektifitas


(47)

33

perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba, maka dari itu para pengguna laporan keuangan dalam melihat earnings power perusahaan menggunakan variable

Return On Assets (ROA). Rasio Profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset maupun laba bagi modal sendiri. Sujana Ismaya (2006) mengemukakan pengukuran rasio profitabilitas ini menggunakan laba bersih dan total aset.

� = � ℎ

E. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi empiris atas data yang dikumpulkan dalam penelitian. deskripsi atau gambaran empiris tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, maximum, dan minimum. Metode yang digunakan dalam penelitian

deskriptif ini adalah metode numerik. Metode numerik untuk mengenali pola sejumlah data, merangkum informasi yang terdapat dalam data tersebut, dan menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang diinginkan.


(48)

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi berganda dapat dilakukan jika telah memenuhi syarat dan lolos dalam pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan dengan melakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas untuk validasi

data. Penjelasan untuk pengujian asumsi klasik sebagai berikut:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Model regresi dikatakan baik jika memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah variabel dependen dan independen dalam regresi berdistribusi normal. Data berdistribusi normal jika Asymp.Sig

(2-Tailed) > 0.05 (Ghozali, 2012). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah One sample Kolmogotov-Smirnov Test.

b) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan yang lain pada model regresi.


(49)

35

Metode pengujian yang sering digunakan dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapay autokorelasi.

2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung pada banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang berjenis homoskedastisitas dimana variance residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji gletser. Jika nilai signifikansi lebih besar dari alfa 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa regresi tidak menunjukkan adanya heteroskedastisitas.


(50)

d) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Multikolonearitas adalah situasi adanya variabel-variabel bebas diantara satu sama lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflation Factors (VIF). Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF<10 maka tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen dan sebaliknya.

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Uji Regresi Linier Berganda

Alat yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi berganda. Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh manajemen laba dengan variabel independen yang akan diuji adalah Corporate Governance Perception Index

(CGPI), Kecakapan Manajerial, Rasio Leverage, Ukuran Perusahaan, dan Earnings Power. Pengujian hipotesis diterima jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5%.

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah disajikan model hipotesis sebagai berikut :


(51)

37

Y = α + β1CGPI + β2KM + β3LEV + β4SIZE + β5ROA + e Keterangan :

Y : Manajemen Laba

α : Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien Regresi Kelima variabel CGPI : Corporate Governance Perception Index

KM : Kecakapan Manajerial

LEV : Rasio Leverage

SIZE : Ukuran Perusahaan

ROA : Earnings Power

e :error

2. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted��)

Koefisien determinasi (�2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai �2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted �2

, dimana untuk menginterpretasikan besarnya nilai koefisien determinasi harus diubah dalam bentuk persentase (Ghozali, 2012). Selanjutnya sisanya


(52)

(100%-persentase koefisien determinasi) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model.

3. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel dependen secara serentak dipengaruhi oleh variabel independen. Apabila tingkat probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

4. Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji Statistik T)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Untuk menentukan pengaruh antar variabel terdapat batasan-batasan significant level 0,05 (α=5%).


(53)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian

Hasil pemilihan sampel pada perusahaan manufaktur dan jasa yang

berpartisipasi dalam penilaian CGPI periode 2010-2013 diperoleh jumlah

sampel sebanyak 52 perusahaan. Proses pemilihan sampel disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Perincian Pemilihan Sampel Tahun 2010-2013

B. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Index Corporate Covernance

(CGPI), Kecakapan Manajerial (KM), Rasio Leverage (LEV), Ukuran Perusahaan (SIZE), dan Earnings Power (ROA). Nilai - nilai statistik data

Kriteria Tahun

2010 2011 2012 2013 Perusahaan manufaktur dan jasa yang

berpartisipasi dalam penilaian CGPI periode 2010-2013.

25 23 24 23

Perusahaan manufaktur dan jasa yang tidak konsisten membagikan laporan keuangan secara berturut-turut.

(12) (10) (11) (10)

Jumlah perusahaan manufaktur dan jasa yang memenuhi kriteria.

13 13 13 13


(54)

awal dalam proses pengolahan belum menghasilkan data yang berdistribusi normal, sehingga beberapa data outlier dikeluarkan dari analisis.

Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi - observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal atau kombinasi .Outlier perlu dibuang jika data outlier tidak menggambarkan observasi dalam populasi. Berikut merupakan statistik deskriptif untuk data yang sudah normal. Deskripsi dari variabel-variabel penelitian ditunjukan oleh Tabel 4.2:

Tabel 4.2

Uji Statistik Deskriptif

Sumber : Hasil Olah Data, 2016

1. Indeks Corporate Governance

Indeks corporate governance ditunjukkan oleh proksi CGPI. Berdasarkan Tabel 4.2. Hasil uji statistik deskriptif, besarnya CGPI dari 52 sampel perusahaan manufaktur dan jasa mempunyai nilai minimum

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ML 52 -0,72531 0,27201 -0,0130876 0,14272655

CGPI 52 0,67390 0,88710 0,7801942 0,06158054

KM 52 0,03000 1,00000 0,7471154 0,20941877

LEVERA

GE 52 0,00074 1,17057 0,5168917 0,24613696

SIZE 52 26,16300 34,09474 30,3272132 1,58278924

ROA 52 -1,07219 0,34598 0,0514965 0,18763317

Valid N (listwise)


(55)

41

sebesar -0, 72531, nilai maksimum sebesar 0,27201, rata-rata (mean) sebesar 0,8642, dan standar deviasi sebesar 0,06158054.

2. Kecakapan Manajerial

Kecakapan Manajerial ditunjukkan oleh proksi KM. Berdasarkan Tabel 4.2, Hasil uji statistik deskriptif, besarnya KM dari 52 sampel perusahaan manufaktur dan jasa mempunyai nilai minimum sebesar 0,03000, nilai maksimum sebesar 1,00000, rata-rata (mean) sebesar 0,7471154, dan standar deviasi sebesar 0,20941877.

3. Rasio Leverage

Rasio Leverage ditunjukkan oleh proksi LEVERAGE. Berdasarkan Tabel 4.2, Hasil uji statistik deskriptif, besarnya LEVERAGE dari 52 sampel perusahaan manufaktur dan jasa mempunyai nilai minimum sebesar 0,00074, nilai maksimum sebesar 1,17057, rata-rata (mean) sebesar 0,5168917, dan standar deviasi sebesar 0,24613696.

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan ditunjukkan oleh proksi SIZE. Berdasarkan Tabel 4.2, Hasil uji statistik deskriptif, besarnya SIZE dari 52 sampel perusahaan manufaktur dan jasa mempunyai nilai minimum sebesar 26,16300, nilai maksimum sebesar 34,09474, rata-rata (mean) sebesar 30,3272132, dan standar deviasi sebesar 1,58278924.

5. Earnings Power

Earnings Power ditunjukkan oleh proksi ROA. Berdasarkan Tabel 4.2, Hasil uji statistik deskriptif, besarnya ROA dari 52 sampel


(56)

perusahaan manufaktur dan jasa mempunyai nilai minimum sebesar -1,07219, nilai maksimum sebesar 0,34598, rata-rata (mean) sebesar

0,0514965, dan standar deviasi sebesar 0,18763317.

C. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda. Berikut hasil uji asumsi klasik adalah sebagai berikut :

1. Uji Multikolinieritas

Apabila nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, berarti tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam model regresi. Hasil uji multikolinieritas adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.167 .335 -.498 .621

CGPI .089 .317 .039 .282 .779 .645 1.551

KM -.191 .083 -.280 -2.297 .026 .813 1.230

LEVERAGE .026 .082 .045 .317 .753 .599 1.669

SIZE .006 .010 .068 .590 .558 .901 1.110

ROA .509 .109 .670 4.664 .000 .586 1.708


(57)

43

Variabel Dependen: ML = Manajemen Laba

Variabel Independen : CGPI = Indeks Corporate Governance, KM = Kecakapan Manajerial, LEVERAGE = Rasio Leverage, Ukuran Perusahaan = SIZE , ROA = Earnings Power.

Dari tabel 4.3 menunjukan nilai tolerance masing-masing variabel CGPI = 0,645, KM = 0,813, LEVERAGE = 0,599, SIZE = 0,901, dan ROA = 0,586, dimana semuannya > 0,1. Nilai VIF pada kolom terakhir masing-masing variabel CGPI = 1,551, KM = 1,230, LEVERAGE = 1,669, SIZE = 1,110, ROA = 1,708 dimana semuanya < 10 dengan demikian, model pengujian ini bebas dari gejala multikolinearitas.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Hasil uji autokorelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 0,667a 0,445 0,384 0,11197898 1,946

a. Predictors: (Constant), ROA, SIZE, KM, CGPI, LEVERAGE b. Dependent Variable: ML


(58)

Dari tabel 4.4 menunjukkan nilai DW-test yang diperoleh sebesar 1,946 berada pada daerah dU< DW < dU yaitu : 1,7694 < 1,946 < 4-2,2306 atau 1,7694 < 1,946 < 4-2,2306 artinya tidak ada autokorelasi dalam model regresi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Uji Heteroskedastisitas

a. Dependent Variable: ABS_RES Sumber: Hasil Olah Data, 2016

Dari tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai sig pada kolom terakhir masing-masing variabel adalah CGPI = 0,340, KM = 0,797, LEVERAGE = 0,844, SIZE = 0,316, dan ROA = 0,051dimana dimana semuanya > α Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.219 .193 -1.135 .262

CGPI .176 .183 .165 .965 .340

KM -.012 .048 -.040 -.259 .797

LEVERAGE -.009 .047 -.035 -.198 .844

SIZE .006 .006 .147 1.013 .316


(59)

45

0,05. Dengan demikian, model penujian ini bebas dari gejala heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov yang digunakan untuk menguji normalitas nilai residual, maka variabel residual kedua

persamaan berdistribusi normal dengan nilai signifikansi > α 0.05

(Ghozali, 2011).

Tabel 4.6 Uji Normalitas

Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov(Test Statistic) Z yaitu 0,506dan Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,960nilai ini >

α 0,05 hal ini mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi

normalitas atau data berdistribusi secara normal.

Unstandardized Residual

N 52

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation .10634824

Most Extreme Differences

Absolute .070

Positive .070

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .506

Asymp. Sig. (2-tailed) .960

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(60)

D. Uji Hipotesis

1. Uji Simultan (F hitung)

Pengujian hipotesis uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah secara keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Hasil uji nilai F dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Uji Nilai F

Sumber : Hasil Olah Data, 2016

Hasil tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa model persamaan ini memiliki nilai F hitung sebesar 7.371 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (sig < 0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa kelima variabel independen yang terdiri dari indeks corporate governance, kecakapan manajerial, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan earnings power dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

2. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2)

Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Hasil uji koefisien determinan (adjusted R2) dapat dilihat dari tabel berikut:

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .462 5 .092 7.371 .000b

Residual .577 46 .013

Total 1.039 51

a. Dependent Variable: ML


(61)

47

Tabel 4.8

Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2)

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .667a .445 .384 .11197898

a. Predictors: (Constant), ROA, SIZE, KM, CGPI, LEVERAGE b. Dependent Variable: ML

Sumber: Hasil Olah Data, 2016

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa besar koefisien determinasi (adjusted R2) atau kemampuan faktor - faktor variabel independen indeks corporate governance, kecakapan manajerial, rasio

leverage, ukuran perusahaan, dan earnings power berpengaruh terhadap variabel dependen (manajemen laba) sebesar 0,384 atau 38,4% dan sisanya (100 % - 38,4% = 61,6 %) dijelaskan atau diprediksi oleh faktor lain di luar keenam faktor dan model lain di luar model tersebut.

3. Uji Signifikan Nilai T

Uji statistik t bertujuan untuk menguji masing- masing variabel independen (CGPI, KM, LEVERAGE, SIZE, dan ROA) secara individu apakah berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (ML) atau tidak, Hasil uji satistik t adalah sebagai berikut:


(62)

Tabel 4.9 Uji Statistik t

a Dependent Variable: ML Sumber : Hasil Olah Data, 2016.

a. Pengujian Hipotesis Satu (H1)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Indeks Corporate Governance (CGPI) memiliki koefisien regresi sebesar 0,089 (tanda positif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,779 (> dari 0,05). Dengan demikian Indeks Corporate Governance (CGPI) tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba (ML). Dengan demikian hipotesis pertama ditolak.

b. Pengujian Hipotesis Dua (H2)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Kecakapan Manajerial (KM) memiliki koefisien regresi sebesar 0,191 (tanda negatif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,026 (< dari 0,05). Dengan demikian Kecakapan Manajerial (KM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen Laba (ML). Dengan demikian hipotesis kedua diterima.

Model

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.167 .335 -.498 .621

CGPI .089 .317 .039 .282 .779

KM -.191 .083 -.280 -2.297 .026

LEVERAGE .026 .082 .045 .317 .753

SIZE .006 .010 .068 .590 .558


(63)

49

c. Pengujian Hipotesis Tiga (H3)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Rasio Leverage (LEVERAGE) memiliki koefisien regresi sebesar 0,026 (tanda positif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,753 (> dari 0,05). Dengan demikian Rasio Leverage (LEVERAGE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen Laba (ML). Dengan demikian hipotesis ketiga ditolak.

d. Pengujian Hipotesis Empat (H4)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Ukuran Perusahaan (SIZE) memiliki koefisien regresi sebesar 0,006 (tanda positif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,558 (> dari 0,05). Dengan demikian Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen Laba (ML). Dengan demikian hipotesis keempat ditolak.

e. Pengujian Hipotesis Lima (H5)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Earnings Power (ROA) memiliki koefisien regresi sebesar 0,509 (tanda positif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< dari 0,05). Dengan demikian Earnings Power (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba (ML). Dengan demikian hipotesis kelima diterima.

Secara keseluruhan, hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut:


(64)

Tabel 4.10

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

KODE HIPOTESIS HASIL

H1

Indeks Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.

Ditolak

H2

Kecakapan Manajerial berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.

Diterima

H3

Rasio Leverage berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba.

Ditolak

H4

Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.

Ditolak

H5

Earnings Power berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba.

Diterima

E. Pembahasan (Interprestasi)

1. Pengaruh Indeks Corporate Governance (CGPI) terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yakni menunjukkan bahwa indeks corporate governance (CGPI) berpengaruh positif terhadap manajemen laba (ML) pada perusahaan manufaktur dan jasa yang berpartisipasi dalam penilaian CGPI tahun 2010-2013. Hal ini dikarenakan hasil skor penilaian Corporate Governance Perception Index (CGPI) sebagai hasil survei dari The Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) kurang mampu mencerminkan tata kelola perusahaan yang sesungguhnya pada tahun terkait. Hal tersebut karena IICG dan majalah SWA mengumumkan hasil survei tahun sebelumnya pada tahun berikutnya sehingga hasil penilaian Corporate Governance Perception Index (CGPI) menjadi kurang optimal pada tahun yang seharusnya. Hal ini mengindikasikan bahwa baik buruknya indeks


(65)

51

corporate governance tidak mempengaruhi kemungkinan manajemen untuk melakukan manajemen laba, sehingga penerapan corporate governance tidak menurunkan tingkat manajemen laba pada perusahaan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Fabiyola, dkk (2011), Lande dkk (2014) dan Rahayu (2014) yang menyebutkan bahwa GCG berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

2. Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yakni menunjukkan bahwa kecakapaan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (ML) pada perusahaan manufaktur dan jasa yang

berpartisipasi dalam penilaian CGPI tahun 2010-2013. Hal ini dikarenakan

manajer yang cakap merupakan faktor kesuksesan bagi perusahaan. Manajer yang cakap tidak membutuhkan manajemen laba untuk memperbagus laba. Manajer yang cakap mampu mengambil keputusan-keputusan ekonomi yang tepat dan mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam mengelola sumber daya perusahaan karena mereka memiliki pengalaman dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Dengan mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, perusahaan akan meraih laba yang optimal. Manajer yang cakap akan lebih mempertimbangkan untuk terus meningkatkan kualitas kinerjanya dengan menggunakan sumber daya secara tepat sehingga akan memberi nilai tambah bagi perusahaan, daripada harus


(1)

Lampiran 5

Perhitungan Rasio Leverage

No. Kode Prs Tahun Total Hutang Total Aset Hasil 1 AUTO 2010 1,482,705,000,000 5,585,852,000,000 0.265439364 2 ADHI 2010 4,059,941,000,000 4,927,696,000,000 0.823902489 3 ANTM 2010 2,730,633,874,000 12,310,732,099,000 0.221809219 4 BNBR 2010 18,120,771,132,000 31,768,029,375,000 0.57040904 5 BRMS 2010 2,943,462,225,000 20,096,121,017,000 0.146469173 6 ELTY 2010 6,582,727,429,196 17,064,195,774,257 0.385762536 7 ITMG 2010 4,792,866,000,000 14,166,178,000,000 0.338331623 8 KAI 2010 1,585,789,129,000 5,583,599,180,000 0.284008411 9 PERTAMINA 2010 161,473,694,000,000 266,514,568,000,000 0.605871924 10 PTBA 2010 2,281,451,000,000 8,722,699,000,000 0.261553333 11 UNTR 2010 13,564,576,000,000 29,700,914,000,000 0.456705676 12 WEHA 2010 155,920,415,620 230,380,012,133 0.676796629 13 WIKA 2010 4,369,537,000,000 6,286,305,000,000 0.695088291 14 AUTO 2011 2,241,333,000,000 6,964,227,000,000 0.321835144 15 ADHI 2011 5,122,586,000,000 6,112,954,000,000 0.837988639 16 ANTM 2011 4,429,191,527,000 15,201,235,077,000 0.291370504 17 BNBR 2011 13,046,034,152,000 25,212,650,666,000 0.517440008 18 BRMS 2011 80,492,334,949,000 95,785,582,737,000 0.84033873 19 ELTY 2011 6,805,787,160,103 17,707,949,598,417 0.384335133 20 ITMG 2011 6,469,710,000,000 20,520,162,000,000 0.315285523 21 KAI 2011 2,118,214,531,601 6,066,409,825,902 0.349171024 22 PERTAMINA 2011 193,659,461,000,000 311,999,104,000,000 0.620705183 23 PTBA 2011 3,342,102,000,000 11,507,104,000,000 0.29043815 24 UNTR 2011 18,936,114,000,000 46,440,062,000,000 0.407753848 25 WEHA 2011 183,819,000,000 262,754,000,000 0.699585924 26 WIKA 2011 6,103,604,000,000 8,322,980,000,000 0.733343586 27 AUTO 2012 3,396,543,000,000 8,881,642,000,000 0.382422867 28 ADHI 2012 6,691,154,665,776 7,872,073,635,468 0.84998629 29 ANTM 2012 6,876,224,890,000 19,708,540,946,000 0.348895685 30 BNBR 2012 10,198,245,026,000 15,657,586,660,000 0.651329304 31 BRMS 2012 90,508,307,552,000 95,606,253,691,000 0.946677692 32 ELTY 2012 10,198,245,026,000 15,657,586,660,000 0.651329304 33 ITMG 2012 6,354,491,000,000 19,385,912,000,000 0.327789118 34 KAI 2012 3,637,648,986,991 8,961,062,032,414 0.405939494


(2)

36 PTBA 2012 4,223,812,000,000 12,728,981,000,000 0.331826405 37 UNTR 2012 18,000,076,000,000 50,300,633,000,000 0.35784989 38 WEHA 2012 301,192,327,415 386,060,675,421 0.780168369 39 WIKA 2012 8,131,203,824 10,945,209,418,000 0.000742901 40 AUTO 2013 3,058,924,000,000 12,617,678,000,000 0.242431611 41 ADHI 2013 8,172,498,971,851 9,720,961,764,422 0.84070889 42 ANTM 2013 9,071,629,859,000 21,865,117,391,000 0.414890517 43 BNBR 2013 13,890,781,989,000 11,866,660,413,000 1.170572133 44 BRMS 2013 94,989,279,450,000 91,050,805,495,000 1.043255784 45 ELTY 2013 5,135,730,903,278 12,301,124,419,066 0.417500931 46 ITMG 2013 5,567,705,000,000 17,247,828,000,000 0.322806153 47 KAI 2013 9,136,520,053,194 15,258,770,767,387 0.598771696 48 PERTAMINA 2013 416,683,527,000,000 641,444,323,000,000 0.649602019 49 PTBA 2013 4,125,586,000,000 11,677,155,000,000 0.353304037 50 UNTR 2013 21,713,346,000,000 57,362,244,000,000 0.378530275 51 WEHA 2013 359,377,913,209 515,509,832,681 0.697131054 52 WIKA 2013 9,368,003,825,000 12,594,962,700,000 0.743789724


(3)

Lampiran 6

Perhitungan Ukuran Perusahaan

No. Kode Prs Tahun Total Aset Ln Total Aset 1 AUTO 2010 5,585,852,000,000 29.35125809 2 ADHI 2010 4,927,696,000,000 29.22589265 3 ANTM 2010 12,310,732,099,000 30.14149253 4 BNBR 2010 31,768,029,375,000 31.08948153 5 BRMS 2010 20,096,121,017,000 30.63154793 6 ELTY 2010 17,064,195,774,257 30.46800357 7 ITMG 2010 14,166,178,000,000 30.28187841 8 KAI 2010 5,583,599,180,000 29.3508547 9 PERTAMINA 2010 266,514,568,000,000 33.21645002 10 PTBA 2010 8,722,699,000,000 29.79694982 11 UNTR 2010 29,700,914,000,000 31.02219894 12 WEHA 2010 230,380,012,133 26.16299601 13 WIKA 2010 6,286,305,000,000 29.46939457 14 AUTO 2011 6,964,227,000,000 29.57180773 15 ADHI 2011 6,112,954,000,000 29.44143124 16 ANTM 2011 15,201,235,077,000 30.3523978 17 BNBR 2011 25,212,650,666,000 30.858367 18 BRMS 2011 95,785,582,737,000 32.1931333 19 ELTY 2011 17,707,949,598,417 30.50503478 20 ITMG 2011 20,520,162,000,000 30.65242903 21 KAI 2011 6,066,409,825,902 29.43378808 22 PERTAMINA 2011 311,999,104,000,000 33.37402143 23 PTBA 2011 11,507,104,000,000 30.0739857 24 UNTR 2011 46,440,062,000,000 31.46918361 25 WEHA 2011 262,754,000,000 26.29448407 26 WIKA 2011 8,322,980,000,000 29.75004148 27 AUTO 2012 8,881,642,000,000 29.81500757 28 ADHI 2012 7,872,073,635,468 29.69434263 29 ANTM 2012 19,708,540,946,000 30.61207321 30 BNBR 2012 15,657,586,660,000 30.38197669 31 BRMS 2012 95,606,253,691,000 32.19125935 32 ELTY 2012 15,657,586,660,000 30.38197669 33 ITMG 2012 19,385,912,000,000 30.59556773 34 KAI 2012 8,961,062,032,414 29.82390987


(4)

36 PTBA 2012 12,728,981,000,000 30.17490248 37 UNTR 2012 50,300,633,000,000 31.54903878 38 WEHA 2012 386,060,675,421 26.67926038 39 WIKA 2012 10,945,209,418,000 30.02392298 40 AUTO 2013 12,617,678,000,000 30.16611996 41 ADHI 2013 9,720,961,764,422 29.90530568 42 ANTM 2013 21,865,117,391,000 30.71591367 43 BNBR 2013 11,866,660,413,000 30.10475394 44 BRMS 2013 91,050,805,495,000 32.14243877 45 ELTY 2013 12,301,124,419,066 30.14071179 46 ITMG 2013 17,247,828,000,000 30.47870734 47 KAI 2013 15,258,770,767,387 30.35617559 48 PERTAMINA 2013 641,444,323,000,000 34.0947435 49 PTBA 2013 11,677,155,000,000 30.08865548 50 UNTR 2013 57,362,244,000,000 31.68040743 51 WEHA 2013 515,509,832,681 26.96842221 52 WIKA 2013 12,594,962,700,000 30.16431806


(5)

Lampiran 7

Perhitungan Earning Power

No. Kode Prs Tahun Laba Bersih Total Aset Hasil 1 AUTO 2010 1,141,179,000,000 5,585,852,000,000 0.204298109 2 ADHI 2010 550,834,000,000 4,927,000,000,000 0.111799066 3 ANTM 2010 1,683,399,992,000 12,310,732,099,000 0.136742476 4 BNBR 2010 -6,998,143,813,000 31,768,029,375,000 -0.220288886 5 BRMS 2010 764,603,892,000 20,096,121,017,000 0.038047337 6 ELTY 2010 178,704,601,860 17,064,195,774,257 0.010472489 7 ITMG 2010 2,653,963,000,000 14,166,178,000,000 0.187345027 8 KAI 2010 216,336,087,230 5,583,599,180,000 0.038744917 9 PERTAMINA 2010 16,775,554,000,000 266,514,568,000,000 0.062944229 10 PTBA 2010 2,008,891,000,000 8,722,699,000,000 0.230306124 11 UNTR 2010 3,872,931,000,000 29,700,914,000,000 0.130397704 12 WEHA 2010 286,379,079 230,380,012,133 0.001243073 13 WIKA 2010 284,922,000,000 6,286,305,000,000 0.045324241 14 AUTO 2011 1,006,716,000,000 6,964,227,000,000 0.144555311 15 ADHI 2011 182,116,000,000 6,112,954,000,000 0.029791816 16 ANTM 2011 1,927,889,549,000 15,201,235,077,000 0.126824534 17 BNBR 2011 131,875,515,000 25,212,650,666,000 0.00523053 18 BRMS 2011 2,866,798,935,000 95,785,582,737,000 0.029929336 19 ELTY 2011 -19,155,742,667 17,707,949,598,417 -0.001081759 20 ITMG 2011 7,099,638,000,000 20,520,162,000,000 0.345983526 21 KAI 2011 201,244,481,385 6,066,409,825,902 0.033173572 22 PERTAMINA 2011 20,471,552,000,000 311,999,104,000,000 0.065614137 23 PTBA 2011 3,088,067,000,000 11,507,104,000,000 0.268361788 24 UNTR 2011 5,900,908,000,000 46,440,062,000,000 0.127065033 25 WEHA 2011 4,316,000,000 262,754,000,000 0.016426011 26 WIKA 2011 390,946,000,000 8,322,980,000,000 0.046971878 27 AUTO 2012 1,053,246,000,000 8,881,642,000,000 0.118586856 28 ADHI 2012 211,590,394,070 7,872,073,635,468 0.02687861 29 ANTM 2012 2,993,114,982,000 19,708,540,946,000 0.151868928 30 BNBR 2012 354,875,216,000 15,657,586,660,000 0.022664745 31 BRMS 2012 -9,173,138,494,000 95,606,253,691,000 -0.095947055 32 ELTY 2012 -1,202,114,554,838 15,657,586,660,000 -0.076775213 33 ITMG 2012 5,616,559,000,000 19,385,912,000,000 0.289723744 34 KAI 2012 425,104,842,890 8,961,062,032,414 0.047439114


(6)

36 PTBA 2012 2,909,421,000,000 12,728,981,000,000 0.228566686 37 UNTR 2012 5,779,675,000,000 50,300,633,000,000 0.11490263 38 WEHA 2012 5,932,965,518 386,060,675,421 0.015367961 39 WIKA 2012 505,124,962,000 10,945,209,418,000 0.046150324 40 AUTO 2013 1,006,262,000,000 12,617,678,000,000 0.079750173 41 ADHI 2013 405,976,801,046 9,720,961,764,422 0.041763028 42 ANTM 2013 409,994,115,000 21,865,117,391,000 0.018751059 43 BNBR 2013 -12,723,293,795,000 11,866,660,413,000 -1.072188244 44 BRMS 2013 -8,581,345,201,000 91,050,805,495,000 -0.094247878 45 ELTY 2013 -231,077,199,200 12,301,124,419,066 -0.018785047 46 ITMG 2013 2,664,753,000,000 17,247,828,000,000 0.154497888 47 KAI 2013 560,716,836,448 15,258,770,767,387 0.036747183 48 PERTAMINA 2013 39,871,715,000,000 641,444,323,000,000 0.062159276 49 PTBA 2013 1,854,281,000,000 11,677,155,000,000 0.158795614 50 UNTR 2013 4,833,699,000,000 57,362,244,000,000 0.084266212 51 WEHA 2013 1,770,271,140 515,509,832,681 0.00343402 52 WIKA 2013 624,371,679,000 12,594,962,700,000 0.049573126


Dokumen yang terkait

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, KOMPENSASI EKSEKUTIF DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AGGRESSIVE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

3 71 27

HUBUNGAN ANTARA INDEKS PERSEPSI CORPORATE GOVERNANCE DAN RASIO PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI CORPORATEGOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI)

0 6 1

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UMUR PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TRIPLE BOTTOM LINE PERUSAHAAN

2 28 60

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA KEUANGAN,KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KETEPATWAKTUAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN

0 0 9

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN DEFERRED TAX EXPENSE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

0 0 12

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2012-2016

0 1 17

ABSTRAK PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 12

ABSTRAK PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

0 2 12

ABSTRAK PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11

PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TESIS

0 0 15