PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UMUR PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TRIPLE BOTTOM LINE PERUSAHAAN

(1)

Abstract

THE EFFECTS OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE, FIRM’S AGE, AND FIRM’S SIZE TOWARDS TRIPLE BOTTOM LINE DISCLOSURES

By

SUSANTO ARIO

This research aims to examine the effects of good corporate governance, firm’s age, and firm’s size towards the triple bottom line disclosures contained in firm’s annual report. Triple bottom line disclosure is a disclosure that is based on three aspects; profit, people, and planet. There are four variables used as indicator of good corporate governance, board of commissioner independence, institutional ownership, foreign ownership and audit quality.

Sample of this research is manufacturing companies in food and beverages industry listed on Indonesia Stock Exchange in 2011 – 2013. Totally, 11 companies have been chosen by using purposive sampling method and moreover examined with multiple regression analysis.

The results indicate that board of commissioner independence, audit quality, and firm’s size have significant effects towards triple bottom line disclosures. Besides that, institutional ownership, foreign ownership, and firm’s age do not have significant effect to triple bottom line disclosure.

Keywords: good corporate governance, board of commissioner independence, foreign ownership, institutional ownership, audit quality, firm’s age, firm’s size, triple bottom line


(2)

Abstrak

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UMUR PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TRIPLE BOTTOM LINE PERUSAHAAN

Oleh Susanto Ario

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh good corporate governance, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan triple bottom line perusahan yang ada dalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan triple bottom line merupakan pengungkapan yang berdasarkan pada tiga aspek, yaitu profit, people, dan planet. Ada empat variabel yang digunakan sebagai indikator dalam good corporate governance, yaitu independensi dewan komisaris, kepememilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kualitas audit.

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013. Total sampel 11 perusahaan, yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan selanjutnya diuji dengan metode analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa independensi dewan komisaris, kualitas audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan triple bottom line perusahaan. Sementara itu, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan triple bottom line perusahaan.

Kata Kunci: good corporate governance, independensi dewan komisaris, kepememilikan asing, kepemilikan institusional, kualitas audit, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan triple bottom line


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, 17 Juli 1992. Penulis merupakan putra pertama pasangan Hardjono dan Suswati. Pendidikan penulis dimulai dari umur 5 tahun di TK Kartika II-6 Bandarlampung. Selanjutnya, pendidikan penulis dilanjutkan di SD Kartika II-5 dan selesai tahun 2004, SMP Negeri 2 Bandarlampung dan selesai tahun 2007, lalu SMA Negeri 2 Bandarlampung dan selesai tahun 2010.

Di tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur penerimaan SNMPTN. Pendidikan strata satu penulis selesai pada bulan November tahun 2014.


(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi sederhana ini kupersembahkan kepada 2 orang

terpenting dalam hidupku..

Ibu dan Bapak

Cita-cita Ibu dan Bapak untuk memberikan pendidikan

yang layak untuk anaknya sudah tercapai sekarang..


(9)

MOTO

“...Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan (nasib)

suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan

yang ada pada diri

mereka sendiri...”

(QS. Ar Ra’d : 11)

Don’t look back in anger.

( Noel Gallagher)

Build your own dreams, or someone else will hire

you to build theirs.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas segala berkat, rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Pengungkapan Triple Bottom LinePerusahaan”.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, dan juga selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih Pak, atas segala bimbingan, saran, ilmu, nasihat, dan waktu yang telah Bapak berikan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Komaruddin, S.E., M.Si., Akt., CPA. selaku dosen pembimbing kedua. Terima kasih Pak, atas kesediaan dan juga kesabarannya untuk membimbing dan memberikan ilmu dalam proses skripsi ini.


(11)

4. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt., selaku dosen pembahas. Terima kasihh Bu, atas segala saran, nasihat, dan waktunya yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Sudrajat, S.E. M.Acc., Akt, selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih untuk bimbingannya, Pak.

6. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas segala ilmu, pengalaman, dan nasihat selama ini.

7. Kesayangan dan kebanggaanku, Ibu dan Bapak, terima kasih dan syukurku tidak akan pernah berhenti terucap atas segala kasih sayang, pengorbanan, doa, nasihat, dan segala hal yang Ibu dan Bapak berikan yang tak akan pernah bisa Rio balas.

8. Adikku Dian Susanti, terima kasih untuk semua bantuannya. Lekas lulus ya, buat Ibu dan Bapak bangga.

9. Pakdeku Sumarwoto, terima kasih buat doa dan semua hal yang Ende kasih buat Rio. Yang tenang ya Nde di sana.

10.Mbah Uti, Pak Encus, Bude Nah, Bu Lis, Om Pur, terima kasih buat doa dan semangatnya ya.

11.Sepupuku Mbak Vitha, Mas Verdhi, Mas Anto, Veni, Andho, Reno, Yona, terima kasih buat doa dan dukungannya selama ini.

12.Saudara tak sedarahku, Nyons, Akhmad Iqbal Zhafar, Arlenti Pusparani, Devriyansyah Irwan, Dianti Wulanda, Egha Indah Pertiwi, Eka Novita Sari, Elychia Roly Putri, Frilly Sakina Ramadhani, Mei Risky Aristama, Surya Prasetya Trihatmaja, terima kasih buat segalanya. Selalu senang menghabiskan waktu bersama kalian. God bless you all, guys!


(12)

13.Gadis bergelar S.A.B., Nurul Annisa, thanks for caring me. Sukses ya di tempat barunya.

14.Teman kecilku, Mama, Coki, Bolang, Bule, Apin, Openg, Ucil, Mili, Mikan, Modo, Milo, Beldu, terima kasih untuk semua keceriaannya. 15.Teman-teman Akuntansi 2010. Ayu, Sisi, Nurul, Iing, Farah, Devy, Ipeh,

Dila, Citra, Iga, Ivonna, Mila, Deni, Tiya, Wella, Jane, Marlina, Tiwi, Andriani, Sela, Jeni, Fenny, Tiaraku, Eka Chandra, Novia, Yesi, Ira, Dwi, Mareta, Ocy, Bebeu, Hana, Firsty, Nevia, Nanda, Ika, Esti, Endang, Tina, Sharon, Elza, Yobel, Yasni, Rica, Fajar, Edwin, Yogi, Wahyu, Taufik, Anas, Mahmud, Satria, Teja, Egi, Syarif, Ari, Ferry, Rizal, Indra, Hendrik, Ben, Marwanto, Yoga, Pungki, Ferindo, Irfan, Dicky, Apri F, Apri “Ika”, Ario, Ryan, dan yang tidak tersebutkan. Terima kasih untuk 4 tahun ini. 16.Pak Sobari, Mpok, Mbak Sri, Mas Yana, Mas Leman dan seluruh

karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang selalu membantu dan direpotkan dalam proses pembuatan skripsi ini;

17.Semua pihak yang mungkin tidak dapat penulis ucapkan satu persatu di sini. Terima kasih.

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

2.1.1 Manfaat Teoritis ... 6

2.2.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Teori Legitimasi ... 7

2.2.2 Teori Agensi ... 9

2.2 Konseo Triple Bottom Line ... 10

2.3 Good Corporate Governance ... 13

2.3.1 Independensi Dewan Komisaris ... 16

2.3.2 Kepemilikan Institusional ... 16

2.3.3 Kepemilikan Asing ... 17


(14)

2.4 Umur Perusahaan ... 17

2.5 Ukuran Perusahaan ... 18

2.6 Penelitian Terdahulu ... 19

2.7 Model Penelitian ... 21

2.8 Hipotesis ... 21

2.8.1 Independensi Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line ... 21

2.8.2 Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line ... 22

2.8.3 Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line... 23

2.8.4 Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line ... 24

2.8.5 Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line... 24

2.8.6 Total Aset Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.3 Operasional Variabel Penelitian ... 28

3.3.1 Variabel Terikat ... 28

3.3.2 Variabel Bebas ... 29

3.4 Metode Analisis Data ... 30

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 30

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 31

3.4.2.1 Uji Normalitas ... 31

3.4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 31

3.4.2.3 Uji Autokorelasi... 31

3.4.2.4 Uji Heterokedastisitas ... 32


(15)

3.4.4 Pengujian Hipotesis ... 33

3.4.4.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 33

3.4.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 33

3.4.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data ... 35

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 35

4.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 38

4.3.1 Uji Normalitas ... 38

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 39

4.3.3 Uji Autokorelasi ... 40

4.3.4 Uji Heterokedastisitas ... 41

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 42

4.4.1 Koefisien Determinasi ... 42

4.4.2 Uji Hipotesis ... 43

4.5 Pembahasan ... 45

4.5.1 Hipotesis 1 ... 45

4.5.2 Hipotesis 2 ... 46

4.5.3 Hipotesis 3 ... 46

4.5.4 Hipotesis 4 ... 47

4.5.5 Hipotesis 5 ... 48

4.5.6 Hipotesis 6 ... 49

BAB V SIMPULAN 5.1 Simpulan ... 51

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 53

5.3 Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 28

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 35

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 38

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 40

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 41

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 42

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 43

Tabel 4.7 Hasil Uji F ... 44


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Penelitian ... 21 Gambar 4.1 Normal Probability Plot ... 39


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Perusahaan Sampel

Lampiran 2. Indeks Pengungkapan Triple Bottom Line Perusahaan

Lampiran 3. Data Tahun 2011

Lampiran 4. Data Tahun 2012

Lampiran 5 Data Tahun 2013


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di era globalisasi ini, informasi memegang peranan penting dalam segala aspek, termasuk bisnis. Para stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat menuntut pengungkapan informasi yang seluas-luasnya dari perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Investor misalnya, mereka lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya pada perusahaan. Mereka akan mencari tahu terlebih dahulu informasi-informasi yang berkaitan dengan

perusahaan sebelum membuat keputusan untuk menanamkan sahamnya ke dalam sebuah perusahaan.

Dahulu informasi mengenai keuangan perusahaan bagi investor dirasa sudah mencukupi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan sahamnya. Sehingga perusahaan pun berusaha menghasilkan laba semaksimal mungkin untuk menarik para investor. Namun, semenjak maraknya isu sosial dan lingkungan, kedua hal tesebut mulai turut menjadi bahan

pertimbangan para investor. Investor mulai mencari informasi sosial dan lingkungan yang terkait dengan perusahaan.


(20)

2

Pengungkapan merupakan upaya perusahaan untuk menyediakan informasi mengenai perusahaan kepada para stakeholders. Pengungkapan memegang peranan penting dalam keberlangsungan perusahaan, karena dari pengungkapan investor dan stakeholders lainnya mengetahui kondisi, hal yang telah dilakukan, dan dampak dari adanya perusahaan, sehingga mereka dapat mengambil

keputusan sesuai dengan bagiannya masing-masing.

Triple Bottom Line (TBL) merupakan konsep pengungkapan yang dicetuskan John Elkington pada tahun 1997 dalam buku Cannibals with Forks: the Triple Bottom Line of 21st Century Business, yang secara garis besar menyatakan bahwa dalam pengungkapan terdapat tiga dimensi penting yang perlu diungkapkan oleh perusahaan dalam laporannya agar perusahaan dapat bertahan, yaitu kinerja keuangan, kinerja sosial, dan kinerja lingkungan atau dapat disebut juga profit, people, and planet. Pada dasarnya, pengungkapan TBL ini sama dengan

Corporate Social Responsibility (CSR). Namun istilah TBL lebih dipilih peneliti dikarenakan lebih secara jelas menggambarkan tiga elemen yang perlu

diungkapan perusahaan..

Pengungkapan TBL ini bersifat sukarela. Berdasarkan teori signaling, dikatatakan bahwa pengungkapan sukarela adalah salah satu cara perusahaan membedakan diri mereka dari yang lainnnya, seperti kualitas dan kinerja perusahaan. Adanya pengungkapan TBL ini akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan di mata stakeholders. Investor misalnya, mereka akan menggunakan pengungkapan TBL sebagai dasar pertimbangan sebelum menanamkan modalnya. Hal ini dikarenakan para investor tidak ingin mengambil resiko berinvestasi pada perusahaan yang meskipun menghasilkan laba yang tinggi namun suatu saat mungkin akan


(21)

3

mengalami penolakan dan kecaman dari berbagai pihak berkaitan dengan aktivitasnya yang merugikan kehidupan sosial dan lingkungan di sekitar perusahaan.

Menurut penelitian Aulia dan Kartawijaya (2011) yang membandingkan

bagaimana pengungkapan TBL di Indonesia dengan Jepang, meskipun sama-sama bersifat sukarela, perusahaan di Indonesia masih jarang yang melakukan

pengungkapan lingkungan, berbeda halnya dengan perusahaan di Jepang yang mempunyai tingkat pengungkapan lingkungan yang tinggi. Hal ini dikarenakan di Jepang sudah ada pedoman yang jelas dalam membuat laporan, sedangkan di Indonesia meski sudah ada kebijakan yang mengatur tetapi belum ada pedoman yang jelas dalam melakukan pelaporan.

Penelitian mengenai TBL ini merupakan replikasi penelitian Nugroho (2013) yang meneliti pengaruh karakteristik perusahaan, struktur kepemilikan dan Good

Corporate Governance (GCG) terhadap pengungkapan TBL di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). GCG tetap diambil sebagai faktor yang memengaruhi pengungkapan TBL dan menambahkan faktor lain yang dirasa akan juga memengaruhi yaitu umur dan ukuran perusahaan.

GCG dan ukuran perusahaan jika dihubungkan dengan teori agensi akan memengaruhi pengungkapan yang dilakukan perusahaan. Teori agensi menjelaskan adanya konflik yang terjadi antara prinsipal dan agen dalam perusahaan. Seperti diungkapkan dalam Sembiring (2005), ukuran perusahaan yang makin besar akan menimbulkan biaya keagenan yang makin besar dan untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan cenderung mengungkapkan


(22)

4

informasi yang lebih luas. Untuk menguranginya maka agen dituntut untuk melakukan pengungkapan seluas-luasnya. Dengan adanya GCG, agen akan terdorong untuk melakukan pengungkapan dan hal tersebut akan mengurangi konflik keagenan antara prinsipal dan agen. Ukuran perusahaan bila dihubungkan dengan teori legitimasi juga akan memengaruhi pengungkapan TBL, karena semakin besar perusahaan aktivitas karyawan yang dipekerjakan, dana investor yang tertanam, dan sebagainya juga akan semakin banyak dan hal tersebut akan berdampak lebih luas bagi para stakeholders sehingga perlu pengungkapan yang lebih luas.

Umur perusahaan akan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan bisnisnya. Perusahaan dengan umur lebih lama menandakan perusahaan tersebut lebih mature sehingga akan mempunyai pengalaman lebih dalam melakukan pengungkapan. Sementara menurut teori legitimasi, dalam berbisnis terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat, sehingga perusahaan dengan umur lebih lama berarti telah mengungkapan informasi yang dibutuhkan masyarakat sehingga bisnisnya dapat diterima masyarakat. Ansah (2000) meneliti tentang pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, hasilnya menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Sedangkan Marwata (2001) dan Nofandrilla (2008) tidak menemukan pengaruh yang signifikan. Melihat adanya perbedaan hasil tesebut membuat umur


(23)

5

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Corporate Governance, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan memengaruhi pengungkapan Triple Bottom Line pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut:

1. Bagimanakah pengaruh good corporate governance terhadap pengungkapan triple bottom line?

2. Bagaimanakah pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan triple bottom line?

3. Bagaimanakah pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan triple bottom line?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh good corporate governance terhadap pengungkapan triple bottom line.

2. Menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan triple bottom line.

3. Menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan triple bottom line.


(24)

6

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur ilmu akuntansi dan sebagai pedoman serta konsep bagi penelitian yang berkaitan dengan

pengungkapan triple bottom line selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis

Sebagai referensi bagi perusahaan dalam menetapkan strategi perusahaan ke depan dalam hubungannya dengan peningkatan nilai perusahaan melalui pengelolaan dan pengungkapan triple bottom line.


(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Legitimasi

Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang sah (Deegan, 2002). O’Donovan (2002) mengemukakan teori

legitimasi sebagai gagasan bahwa agar suatu organisasi untuk terus beroperasi dengan sukses, organisasi harus bertindak dengan cara yang diterima masyarakat. Berdasarkan pengertian tersebut, perusahaan secara berkelanjutan harus

memastikan apakah dalam beroperasi perusahaan telah mentaati norma-norma yang dijunjung oleh masyarakat atau dengan kata lain beroperasinya perusahaan sesuai dengan izin masyarakat. Izin dari masyarakat ini tidak bersifat tetap, sehingga perusahaan harus bisa beradaptasi bilamana terjadi perubahan terhadap tuntutan dan keingan dari masyarakat (Adhipradana, 2013).

Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa hal yang melandasi teori

legitimasi adalah kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Masih dalam


(26)

8

Ghozali dan Chariri (2007) dibuktikan bahwa teori legitimasi didasari oleh kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber daya ekonomi. Kontrak sosial ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan legitmasi, karena legitimasi merupakan hal yang bermanfaat atau sumber potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup. Ketika ada perbedaan antara nilai-nilai yang dianut

perusahaan dengan nilai-nilai masyarakat, legitimasi perusahaan akan berada pada posisi terancam (Lindblom (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007))

Agar terhindar dari ancaman hilangnya legitimasi dari masyarakat, perusahaan harus dapat mendeteksi kemungkinan-kemungkinan terjadinya perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai sosial masyarakat (legitimacy gap). Legitimacy gap menurut Wartol dan Mahon (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007) dapat terjadi karena tiga alasan:

1. Ada perubahan dalam kinerja perusahaan tetapi harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan tidak berubah;

2. Kinerja perusahaan tidak berubah tetapi harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan telah berubah;

3. Kinerja perusahaan dan harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan berubah ke arah yang berbeda, atau ke arah yang sama tetapi waktunya berbeda.

Saat aktivitas perusahaan mulai berbeda dengan keinginan masyarakat,

perusahaan harus cepat menyesuaikannya kembali. Cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan pengungkapan TBL, karena dengan adanya


(27)

9

pengungkapan TBL ini, bilamana masyarakat menemukan hal yang tidak sesuai dengan nilai yang dianut, maka masyarakat akan cepat merespon dan perusahaan dapat segera menyesuaikan kembali sesuai keinginan masyarakat.

2.1.2 Teori Agensi

Teori agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara prinsipal dan agen yang terdapat dalam perusahaan. Anthony dan Govindarajan (2008)

menyatakan bahwa konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak yang terjadi antara prinsipal dan agen. Prinsipal selaku pemilik perusahan memberikan otoritas kepada agen untuk menjalankan perusahaan. Pada perusahaan go public, prinsipal merupakan para pemegang saham perusahaan dan CEO bertindak sebagai agen.

Dalam praktiknya, antara prinsipal dan agen masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda satu dan lainnya. Menurut Eisenhardt (1989) salah satu sifat dasar manusia, yaitu manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self

interest). Sehingga muncul kepentingan ganda dalam perusahaan. Prinsipal menginginkan agar perusahaan maju, berkembang, dan menghasilkan laba yang tinggi, sehingga deviden yang mereka dapatkan besar. Sedangkan agen

menginginkan penghasilan yang sebesar-besarnya bagi diri mereka sendiri.

Oleh karena agen diberikan wewenang untuk mengoperasikan perusahaan, maka agen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan bila

dibandingkan dengan prinsipal. Hal ini yang dapat menimbulkan asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Asimetri informasi ini dapat dimanfaatkan agen untuk kepentingan dirinya sendiri. Untuk menghindari adanya konflik


(28)

10

keagenan akibat dari asimetri informasi, maka agen dituntut untuk melakukan pengungkapan.

Teori agensi ini merupakan hal yang melandasi terciptanya Good Corporate Governance (GCG). Dengan didasari prinsip transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness, GCG dipercayai akan dapat membawa perusahaaan ke arah yang lebih baik.

2.2 Konsep Triple Bottom Line

Pengungkapan merupakan suatu hal yang dilakukan perusahaan dalam rangka mempermudah para pengguna laporan keuangan dalam melakukan pertimbangan dan pengambilan keputusan. Hal ini diperkuat oleh Wafa (2002) dalam

Subiyantoro dan Hatane (2007) yang menyatakan bahwa salah satu atribut penting dari pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) adalah keberadaan pengungkapan perusahaan (Corporate Disclosure). Seiring dengan terjadinya pergeseran orientasi di dalam dunia bisnis dari shareholders kepada stakeholders yang telah menjadi penyebab munculnya isu tanggung jawab sosial perusahaan (Indrawan, 2011), muncul versi baru dari pengungkapan yang

dikenalkan oleh John Elkington, yaitu pengungkapan yang berlandaskan pada tiga dasar utama atau disebut juga triple bottom line.

Tiga dasar utama dalam triple bottom line, yaitu ekonomi (profit), sosial (people), dan lingkungan (planet). Profit menjelaskan bagaimana kondisi dan kinerja keuangan dari perusahaan. People menjelaskan bagaimana perusahaan

memerlakukan orang-orang yang berkaitan dengan perusahaan, seperti karyawan, konsumen, supplier, dan masyarakat sekitar. Sedangkan planet menjelaskan


(29)

11

aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Profit, people, dan planet saling berkaitan dan menjadi dasar untuk terciptanya perusahaan yang berkelanjutan.

Adanya faktor people dan planet menjadi hal yang membedakan antara

pengungkapan TBL dengan pengungkapan yang sebelumnya hanya berfokus pada kinerja keuangan saja. Profit sebelumnya memang sudah dikenal menjadi faktor penting yang diungkapkan perusahaan bagi para shareholders melalui catatan atas laporan keuangan. Namun seiring dengan bergesernya orientasi dari shareholders ke stakeholders dikarenakan perusahaan semakin sadar mereka merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan, maka people dan planet ikut serta dituntut oleh para stakeholders untuk melengkapi pengungkapan ekonomi yang dilakukan perusahaan. Pengungkapan TBL inilah yang menjadi jawaban atas tuntutan para stakeholders tersebut.

Menurut Australian Capital Territory (ACT) (2011) TBL mempunyai prinsip dan karakteristik sebagai berikut:

1. Ruang lingkup dan fokus yang lebih luas (broader scope and focus)

Fokus TBL dalam ruang lingkup pengukuran, pelaporan, dan pengambilan keputusan lebih luas dibandingkan dengan dimensi ekonomi dan keuangan saja, serta mencari penggabungan dimensi sosial dan lingkungan ke dalam kerangka kerja.


(30)

12

2. Transparansi (transparency)

Perusahaan berkewajiban untuk transparan dalam hal keputusan dan aktivitas mereka, serta dampaknya, di luar bidang keuangan, khususnya dampak sosial dan lingkungan, harus diungkapkan kepada masyarakat. 3. Akuntabilitas (accountability)

Perusahaan harus dapat bertanggung jawab atas sumber daya, yaitu sumber daya manusia dan alam, yang mereka gunakan dalam menyediakan produk ke masyarakat. Pertanggungjawaban ini juga diperluas untuk generasi mendatang berkenaan dengan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan.

4. Perencanaan dan operasi terintegrasi (integrated planning and operations) Dalam mewujudkan ekonomi yang berhasil, lingkungan yang berkualitas, dan sosial yang sejahtera dibutuhkan cerminan dari ketiga dimensi tersebut dalam perencanaan strategis perusahaan, hal tersebut dalam pengaplikasiannya perlu dihubungkan dengan pengambilan keputusan, kebijakan operasional, sistem manajemen, dan proses pelaporan. Kesimpulannya, proses inti perlu dibuat untuk mengetahui dampak multi dimensi dari keputusan dan aktivitas perusahaan.

Pengungkapan TBL dapat menjadi cara yang inovatif bagi para eksekutif dan perusahaan untuk menemukan jalan menuju konsep berkelanjutan yang

menguntungkan masa depan di era akuntabilitas lingkungan dan sosial (Zu, 2009). Bentuk nyata kegiatan perusahaan yang berdasarkan konsep TBL dapat terlihat dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan. Selain itu pula dapat terlihat di dalam sustainability report yang dibuat oleh perusahaan. Suartana


(31)

13

(2010) mengatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan bukan merupakan alat impresi manajemen semata, tetapi jauh lebih dari itu merupakan investasi jangka panjang perusahaan yang memampukan profitabilitas dan keberlanjutan perusahaan.

2.3 Good Corporate Governance

Corporate governance adalah suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan dalam rangka meningkatkan tingkat efisiensi ekonomis perusahaan. Hal-hal yang diatur dalam corporate governance adalah hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka (Isgiyarta dan Triatiarini, 2005).

Good Corporate Governance (GCG) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2010).

Prinsip-prinsip pokok agar tercipta GCG dalam perusahaan seperti yang tercantum dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) adalah :

1. Transparasi (Transparency)


(32)

14

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh stakeholder.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Akuntabilitas merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

KNKG menjelaskan bahwa corporate governance merupakan acuan bagi perusahaan dalam rangka:

1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.


(33)

15

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaituh dewan komisaris, direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham.

3. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris, dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

Menurut Siswantaya (2007) sasaran utama good corporate governance adalah:

1. Secara internal yaitu adanya sistem dan struktur yang menjamin berjalannya fungsi dari organ-organ perusahaan (RUPS, komisaris dan direksi) secara seimbang. Hal ini berkaitan dengan masalah tersebut antara lain, adanya pemenuhan hak-hak pemegang saham secara adil,

pengendalian yang efektif oleh dewan komisaris, serta pengelolaan perusahaan yang transparan dan bertanggung jawab oleh direksi.


(34)

16

2. Secara eksternal menyangkut pemenuhan tanggung jawab perusahaan kepada para pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Hal ini terkait dengan bagaimana perusahaan mengakomodasi kepentingan pihak-pihak tersebut termasuk pemenuhan kewajiban perusahaan untuk taat kepada peraturan yang ada.

2.3.1 Independensi Dewan Komisaris

Komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2006).

Keberadaan komisaris independen diatur dalam peraturan BAPEPAM No: 315/BEJ/06-2000 yang disempurnakan dengan surat keputusan No:

KEP-339/BEJ/072001 yang menyatakan bahwa setiap perusahaan publik harus membentuk komisaris independen yang anggotanya paling sedikit 30% dari jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris. Adanya dewan komisaris independen akan membuat kinerja dewan komisaris dalam melakukan pengawasan akan lebih efektif.

2.3.2 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak- pihak yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank, perusahaan asuransi, perusahaan

investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya (Tamba, 2011). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer (Rustiarini, 2011). Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme pengawasan yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan


(35)

17

investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajer.

2.3.3 Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri (Etha, 2010 dalam Tamba, 2011). Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Untuk mengatasi masalah tersebut perusahaan akan mengungkapkan informasi lebih luas agar kebutuhan pihak asing akan informasi yang lengkap terpenuhi.

2.3.4 Kualitas Audit

Dalam menegakkan prinsip GCG keterlibatan akuntan eksternal yang

menjalankan fungsi sebagai auditor memainkan peranan yang penting karena auditor bertugas memverifikasi kewajaran berbagai informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (Arifin, 2005). Laporan perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) big four dipercayai lebih berkualitas dibandingkan dengan laporan keuangan yang diaudit oleh KAP non-big four.

2.4 Umur Perusahaan

Menurut Poerwadarminta (2003) definisi umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Nugroho (2012) dalam Kusnia (2013)

mendefinisikan umur perusahaan sebagai awal perusahaan melakukan aktivitas operasional hingga dapat mempertahankan going concern perusahaan tersebut atau mempertahankan eksistensi dalam dunia bisnis. Hal ini selaras dengan


(36)

18

penelitian Widiastuti (2002) dalam Nofandrilla (2008) yang menyatakan bahwa umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing.

Umur perusahan akan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan bisnisnya dan terus melakukan aktivitas operasi. Berkaitan dengan teori legitimasi akan adanya kontrak sosial dengan masyarakat, maka perusahaan yang berumur lebih panjang berarti telah mampu mengikuti apa yang berlaku di dalam masyarakat.

Menurut Adizes (1989) dalam Raharja (2010) ada tiga tahapan dalam siklus perusahaan, growing ages atau pertumbuhan, coming of age yang meliputi kedewasaan dan masa puncak, dan aging organizations atau masa penurunan. Semakin lama umur akan berbanding lurus dengan tingkat maturity suatu perusahaan. Dengan umur yang lebih lama perusahaan akan lebih mature dan mempunyai lebih banyak pengalaman dalam mengungkapkan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih sedikit umurnya.

2.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran suatu perusahaan dapat memengaruhi luas pengungkapan informasi perusahaan. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil (Adhipradana, 2013). Hal ini dikarenakan perusahaan besar umumnya mempunyai sumber daya yang lebih besar dan modern dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan sumber daya yang dimilikinya mempunyai biaya informasi yang rendah, kompleksitas dan dasar kepemilikan yang lebih luas dibanding perusahaan kecil sehingga


(37)

19

perusahaan besar cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas (Suryono dan Prastiwi, 2011).

Longenecker (2001) mengemukakan bahwa terdapat banyak cara untuk

mendefinisikan ukuran perusahaan, yaitu dengan menggunakan berbagai kriteria, seperti jumlah karyawan, volume penjualan, dan nilai aktiva atau aset. Aset adalah manfaat ekonomi dimasa depan yang mungkin diperoleh di masa depan, atau dikendalikan oleh perusahaan tertentu sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu (Kieso, et al.,2008). Total aset adalah kesuluruhan aset yang dimiliki

perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva (Riyanto, 2008). Sehingga total aset yang dimililki perusahaan akan mencerminkan besarnya perusahaan

2.6 Penelitian Terdahulu

Ho dan Taylor (2007) meneliti tentang pengungkapan TBL antara Amerika Serikat dan Jepang dengan 60 item pengungkapan. Dengan variabel independen yaitu size, profitabilitas, likuiditas, keanggotaan industri. Hasilnya, pengungkapan TBL lebih tinggi di Jepang dibandingkan di Amerika Serikat. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar, profitabilitas dan likuiditas yang rendah, serta yang mempunyai keanggotaan industri mempunyai pengungkapan TBL yang lebih luas.

Utami (2010) mengubah objek penelitian yaitu hanya untuk perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Dengan variabel independen antar lain ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan umur perusahaan. Dengan variabel-variabel tersebut


(38)

20

Utami (2010) menghasilkan penelitian yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan, dewan komisaris, kepemilikan instusional, umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Hanya kepemilikan asing yang tak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR terhadap perusahaan real estate dan property di Indonesia.

Aulia dan Kartawijaya (2011) mengubah paradigma penelitian dengan tidak hanya meneliti tentang pengungkapan tanggung jawab sosial tetapi menambah dengan pengungkapan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan objek penelitian

perusahaan di Jepang dan Indonesia. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, likuiditas, kepemilikan asing, corporate governance, jenis industri, ddan negara. Hasil penelitian ini adalah hanya ukuran perusahaan dan likuiditas dan jenis industri yang secara signifikan memengaruhi pengungkapan TBL.

Nugroho (2013) melakukan penelitian mengenai pengungkapan triple bottom line dengan variabel independen yang digunakan yaitu karakteristik perusahaan (leverage, profitabilitas, likuiditas, dan jenis industry), struktur kepemilikan (asing, manajemen, dan institusional), dan good corporate governance (ukuran dewan komisaris dan ukuran komite audit), serta menambahkan variabel kontrol penjualan dan total karyawan. Hasil penelitian ini adalah variabel leverage, jenis industri, ukuran dewan komisaris, dan komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan triple bottom line oleh perusahaan. Faktor-faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini seperti profitabilitas, liquiditas, kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, dan kepemilikan asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan triple bottom line oleh perusahaan.


(39)

21

2.7 Model Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka terbentuk model bagi penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian 2.8 Hipotesis

2.8.1 Independensi Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line

Seperti diungkapkan Pound (1995) dalam Suhardjanto (2010), peran utama dewan komisaris adalah terkait dengan fungsi kontrol dan pengawasan. Komisaris

independen khususnya, dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal, mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasehat kepada manajemen.

H H1 Independensi Dewan

Komisaris

H2 Luas

Pengungkapan Triple Bottom Line H3

H Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Asing

Kualitas Audit

Total Aset Umur Perusahan


(40)

22

Keberadaan komisaris independen dapat meredam pengambilan keputusan dewan komisaris yang bersifat subjektif. Sebagai pihak yang independen, mereka akan mendorong anggota dewan komisaris lain untuk melakukan tugas pengawasan lebih baik lagi. Hal tersebut dilakukan agar dapat melindungi seluruh stakeholders dari tindakan agent yang menyimpang. Jika pengawasan telah dilakukan dengan efektif, maka pengelolaan perusahaan akan dilakukan dengan baik pula, dan manajemen akan mengungkapkan semua informasi yang ada, termasuk

pengungkapan yang bersifat sukarela. Hal ini sejalan dengan Webb (2004) dalam Said, et al (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan pengungkapan lebih luas mempunyai anggota dewan komisaris lebih banyak dibandingkan yang tidak.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah: H1: Independensi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan

Triple Bottom Line.

2.8.2 Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line Kepemilikan institusional dinilai memiliki peranan yang penting dalam sebuah perusahaan. Disamping sebagai salah satu sumber dana perusahaan, investor institusional ikut aktif dalam mengawasi efektivitas dan efisiensi pengelolaan perusahaan (Sari et al., 2010). Investor institusional akan mendorong kinerja tanggung jawab sosial perusahaan dengan maksud meningkatkan kinerja financial jangka panjang, menjaga reputasi, serta mendapatkan legitimasi sosial.

Menurut Oktaviana (2009) dalam Yunita (2012), semakin tingginya jumlah investor institusional, maka akan terdapat peningkatan insentif bagi perusahaan untuk berperan aktif dalam corporate governance, termasuk dalam hal


(41)

23

pengungkapan. Hal ini selaras dengan Soliman et al., (2012) yang menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara kepemilikan institusional terhadap pengungkapan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: H2: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan Triple

Bottom Line

2.8.3 Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line Perusahaan dengan kepemilikan asing utamanya melihat keuntungan legitimasi berasal dari para stakeholder-nya dimana secara tipikal berdasarkan atas home market (pasar tempat beroperasi) yang dapat memberikan eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang (Sari et al., 2010). Pengungkapan merupakan salah satu cara untuk menunjukan kredibilitas perusahaan di mata stakeholders.

Selain itu, pengungkapan juga menjadi alat untuk mengurangi asimetri informasi antara manajer dan pihak asing terkait perbedaan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas (Xiao et al., 2004). Rustarini (2010) menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif pada pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Hal ini didukung oleh (Sari et al., 2010) dan Tamba (2012).

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah: H3: Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan Triple Bottom


(42)

24

2.8.4 Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line Laporan yang diaudit oleh KAP besar dipercayai akan lebih berkualitas dibandingkan dengan laporan yang diaudit oleh KAP kecil. Laporan yang berkualitas akan menarik minat investor dan juga memenuhi keinginan

stakeholders untuk mendapatkan laporan menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya, tanpa manipulasi dari pihak manajerial.

Penelitian Wijaya (2009) dalam Yunita (2009) menunjukkan bahwa KAP besar sudah dikenal masyarakat luas memiliki reputasi yang baik, memiliki sumber daya yang lebih berkualitas dan lebih ahli dalam mengidentifikasi kesalahan akuntansi yang terjadi oleh karena itu dalam melakukan audit mereka akan lebih berhati-hati dan akan mengungkapkan informasi secara lebih luas dan transparan. Penelitian Nuryaman (2008) menyatakan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Hal ini didukung oleh Hapsoro (2012) yang menyatakan ada hubungan positif dari kualitas audit terhadap pengungkapan sukarela

perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah: H4: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan Triple Bottom Line

2.8.5 Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line Gumanti (2000) menyatakan bahwa perusahaan yang telah lama berdiri, kemungkinan sudah banyak pengalaman yang diperolehnya. Dengan semakin banyak pengalaman yang dimiliki, perusahaan akan lebih mahir dalam

mengungkapan hal-hal yang diinginkan stakeholders.

Djoko Sutanto (1992) dalam Yularto dan Chariri (2003) menyatakan semakin panjang umur perusahaan akan memberikan pengungkapan yang lebih luas


(43)

25

dibandingkan dengan perusahaan yang lebih pendek umurnya dengan alasan perusahaan tersebut mempunyai pengalaman lebih dalam pengungkapan laporan tahunan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Ansah (2000) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah: H5: Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Triple Bottom

Line.

2.8.6 Total Aset Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line

Secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan akan semakin luas (Cowen et al., 1987 dalam Sembiring, 2005). Hal ini sejalan dengan Ulum (2009) yang mengatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak perusahaan akan mengungkapkan informasi di dalam laporan tahunannya.

Total aset menjadi salah satu indikator penentu besarnya ukuran perusahaan. Semakin besar aset yang dimilik perusahaan, maka para stakeholders akan tertarik untuk mengetahui bagaimana dan apa hasil dari pemanfaatan aset tersebut, karena dengan semakin besar aset, maka aktivitas perusahaan akan semakin banyak dan akan berdampak lebih besar pula dalam hal sosial dan lingkungan. Sehingga perusahaan akan berusaha mengungkapkan kinerja mereka seluas-luasnya memenuhi keinginan para stakeholders.


(44)

26

Selain itu dalam melakukan pengungkapan pasti membutuhkan biaya dan semakin besar aset perusahaan akan membuat perusahaan lebih leluasa melakukan

pengungkapan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah: H6: Total aset berpengaruh positif terhadap pengungkapan Triple Bottom Line.


(45)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di bidang industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan makanan dan minuman dipilih karena produk dari perusahaan tersebut digunakan sehari-hari oleh masyarakat. Jika terdapat pelanggaran akan nilai yang dianut masyarakat oleh perusahaan, maka reaksi penolakan masyarakat akan lebih terlihat dan secara cepat merugikan perusahaan.

Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria:

1. Perusahan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif diperdagangkan selama tahun 2011 - 2013.

2. Perusahaan yang menyajikan annual report atau sustainability report selama periode 2011-2013.

3. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun pengamatan.


(46)

28

Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel

Kriteria Jumlah Perusahaan

Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2013 16 Dikurangi perusahaan yang tidak lengkap laporan

tahunannya selama periode 2011 -2013 5

Dikurangi perusahaan yang tidak memiliki

kelengkapan data untuk seluruh tahun pengamatan 0 Jumlah perusahaan yang memenuhi syarat

sebagai sampel 11

Sumber: data olahan

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan tahunan perusahaan dan data kuantitatif lainnya selama periode tahun 2011 sampai dengan 2013. Data-data tersebut diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui www.idx.co.id dan website perusahaan.

3.3 Operasional Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah luas pengungkapan TBL. Untuk pengukurannya dilakukan dengan menggunakan metode content analysis, yaitu menganalisis laporan perusahaan yang menyediakan informasi mengenai pengungkapan TBL dengan berpedoman pada 60 indeks yang terdiri dari 20 pengungkapan ekonomi, 20 pengungkapan sosial, dan 20 pengungkapan

lingkungan. Indeks tersebut merupakan repliklasi dari penelitian Ho dan Taylor (2007). Sedangkan perhitungan untuk menentukan skor indeks pengungkapan triple bottom line perusahaan adalah sebagai berikut:


(47)

29

Kepemilikan Institusional = Σ % Kepemilikan Institusional Keterangan :

n = jumlah skor pengungkapan yang leh

3.3.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah: 1. Independensi Dewan Komisaris

Independensi dewan komisaris merupakan proporsi jumlah anggota dewan komisaris dari keseluruhan dewan komisaris di dalam perusahaan. Untuk mengukurnya dilakukan dengan cara berikut:

Independensi Dewan Komisaris = 2. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan perusahaan oleh pihak institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya. Untuk mengukurnya dilakukan dengan cara berikut:

3. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing merupakan proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing atau luar negeri. Untuk mengukurnya dilakukan dengan cara berikut:

INDEKS =

k

n n= jumlah skor pengungkapan yang diperoleh


(48)

30

Total Aset = Ln Jumlah Aset Bersih Perusahaan Kepemilikan Asing= Σ % Kepemilikan Asing

4. Kualitas Audit

Kualitas audit dinilai dari besar kecilnya kantor akuntan publik (KAP) yang mengaudit perusahaan sampel. Pengukurannya dengan menggunakan dummy variable, diberi nilai 1 untuk perusahaan yang menggunakan KAP Big Four (Pricewater House Coopers, Deloitte Touche Tohmatsu, Ernest & Young, dan KPMG) dan nilai 0 untuk KAP selain Big Four.

5. Umur Perusahaan

Umur perusahaan merupakan lama perusahaan berdiri yang diukur dalam satuan tahun. Untuk mengukurnya dilakukan dengan cara berikut:

Umur Perusahaan = Selisih Antara Tahun Listing di BEI denganTahun Laporan Tahunan yang Diteliti.

6. Total Aset

Total aset merupakan jumlah keseluruhan aset bersih yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk mengukurnya dilakukan dengan cara berikut:

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memeperjelas


(49)

31

deskriptif ini meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali, 2009).

3.4.2 Uji Asumsi Klasik 3.4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel dependen dan variabel independen terdistribusi dengan normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal (Ghozali, 2009).

3.4.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi (Ghozali, 2009). Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflantion Factor (VIF) dan tolerance value untuk masing-masing variabel independen. Apabila tolerance value di atas 0,10 dan VIF < 10 maka dikatakan tidak terdapat gejala

multikolinearitas.

3.4.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah di dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu (Ghozali, 2009). Autokorelasi muncul karena penelitian yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi dengan menggunakan uji Runs (Runs Test). Dalam Runs Test, dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05


(50)

32

3.4.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi tersebut terjadi heteroskedastisitas, yang bertujuan untuk mengetahui terjadinya varian tidak sama untuk variabel bebas yang berbeda. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).

Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji Spearman's rho. Bila nilai Sig. (2-tailed) tiap variabel terhadap unstandardized residual lebih dari 0,05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

3.4.3 Analisis Linier Berganda

Bentuk umum dari perumusan regresi linier berganda dalam penelitian ini:

Bentuk umum dari perumusan regresi linier berganda dalam penelitian ini:

Keterangan : TBL = Pengungkapan Triple Bottom Line

= Independensi Dewan komisaris

= Kepemilikan Institusional

= Kepemilikan Asing

= Kualitas Audit

= Umur Perusahaan


(51)

33

= Koefisien Regresi

e = Standar error

3.4.4 Pengujian Hipotesis

3.4.4.1 Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam

menerangkan variabel independen. Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam presentase. Nilai adjusted R2 berkisar antara 0 < R2 < 1.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat terbatas. Nilai mendekati 1 berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Dapat dikatakan juga bahwa R2 = 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terkait, sedangkan R2 = 1, menandakan suatu hubungan yang sempurna (Ghozali, 2009).

3.4.4.2 Uji signifikansi simultan (Uji F)

Menurut Ghozali (2009) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan kedua variabel


(52)

34

independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen.

2. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan kedua variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

3.4.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Menurut Ghozali (2009) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.


(53)

51

BAB V SIMPULAN

5.1Simpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan Good Corporate Governance (GCG), yang diukur dengan ukuran dewan komisaris dan ukuran komite audit, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Triple Bottom Line (TBL) yang terjadi di perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Dalam hal pengungkapan TBL, perusahaan makanan dan minuman rata-rata masih kurang dalam hal pengungkapan, terutama dalam hal pengungkapan lingkungan.

Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda sebagai alat analisis hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Independensi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan TBL. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan komisaris independen terbukti membuat fungsi pengawasan dalam perusahaan lebih efektif

2. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan TBL. Ini disebabkan karena kepemilikan institusional belum menganggap pengungkapan itu sebagai investasi bagi perusahaan sehingga tidak

melakukan tekanan pada manajemen untuk melakukan pengungkapan lebih luas.


(54)

52

3. Kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan TBL. Ini dikarenakan walaupun negara asing, terutama Eropa dan United of States lebih memperdulikan masalah lingkungan dan social, ada kemungkinan kepemilikan saham asing di perusahaan Indonesia tergolong masih kecil bagi mereka sehingga dikonsolidasikan dengan perusahaan induk di negara asal. Oleh karena itu, kurang memperhatikan pengungkapan atau menuntut pengungkapan secara luas pada laporan tahunan.

4. Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap pengungkapan TBL. Ini

disebabkan karena ruang lingkup auditor hanya bertindak sebagai advisor dan memberikan opini atas penyajian laporan keuangan yang bersifat

pengungkapan wajib, bukan sukarela, sedangkan pengungkapn TBL bersifat sukarela. KAP besar mungkin saja memberikan saran-saran kepada

perusahaan tentang hal-hal apa yang perlu diungkapkan dalam pengungkapan sukarela, akan tetapi semua keputusan kembali pada perusahaan, mau

diungkapkan atau tidak.

5. Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan TBL

perusahaan. Hal ini disebabkan karena keputusan mengenai apa yang akan diungkapkan oleh perusahaan ada di tangan manajer, dan manajer dalam perusahaan akan berganti dalam kurun waktu yang tidak pasti ataupun dapat berpindah dari perusahaan berumur tua ke perusahaan berumur muda atau sebaliknya.

6. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan TBL perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka pengungkapan TBL yang dilakukan akan semakin luas. Ini disebabkan


(55)

53

semakin besar ukuran, maka akan semakin banyak pula aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Akibatnya, perusahaan akan dituntut oleh stakeholders untuk melakukan pengungkapan lebih luas dibandingkan perusahaan kecil. Selain itu, perusahaan besar juga mempunyai sumber daya yang lebih mencukupi dibandingkan perusahaan kecil sehingga cenderung dapat melakukan pengungkapan yang lebih luas.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu:

1. Populasi dari penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur di bidang industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terbatas hanya tiga tahun masa pengamatan.

5.3 Saran

Peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mencoba menambahkan sektor perusahaan yang akan dijadikan sebagai sampel serta menambahkan tahun pengamatan penelitian agar mandapatkan hasil yang lebih maksimal. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan variabel yang dirasa

akan berpengaruh pada pengungkapan TBL, misalkan jenis industri dan karakteristik perusahaan.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Adhipradana, Fadhila. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Adizes, Ichack. 1989. Corporate Lifecycles: How And Why Corporations Grow And Die And What To Do About It . Prentice Hall: New Jersey.

Ansah, Stephen Owusu. 2000. Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence from The Zimbabwe Stock Exchange. Journal Accounting and Business Research. Vol.30. No.3. pp.241-254.

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2012. Sistem Pengendalian Manajemen. Salemba Empat: Jakarta.

Aulia, Sandra dan TB MH Idris Kartawijaya. 2011. Analisis Pengungkapan Triple Bottom Line Dan Faktor Yang Mempengaruhi; Lintas Negara Indonesia Dan Jepang. Simposium Nasional Akuntansi XII.

Australian Capital Territory. 2011. Triple Bottom Line Assessment For The Act Government. Discussion Paper, Canberra.

Deegan, Craig. 2002. Introduction: The legitimising effect of social and environmental disclosures – a theoretical foundation. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 15 Iss: 3, pp.282 - 311

Eisenhardt , Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1 (Jan., 1989), pp. 57-74. Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,

Edisi Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Ghozali, Iman dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit


(57)

Gumanti, Tatang Ari. 2000. Earning Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 4, no. 2, p 104-115.

Hapsoro, Djoko. 2012. Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 23. No.3, p 199-215

Ho, Jennifer Li-Chin dan Taylor, Martin E. 2007. An Empirical Analysis of Triple Bottom Line Reporting and its Determinants: Evidence from The United States and Japan. Journal of International Financing

Management and Accouting, Vol. 18, No. 2.

Indrawan, Danu Candra. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Keputusan Ketua Bapepam Kep.29/PM/2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Kerja Komite Audit. Jakarta

Kieso, Donald. E. Weygandt, Jerry. J. Warfield, Terry. D. 2008. Intermediate Accounting, Edisi ke-10, Erlangga: Jakarta.

Komite Nasional Kebijakan Governance. Good Corporate Governance. http://knkgindonesia.com Diakses pada tanggal 22 Maret 2014. Longenecker, Justin G. Carlos W Moore, And Petty J William.2001.

Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat. Machmud, Novita Dan Djakman, Chaerul. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan

Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006. Simposium Nasional Akuntansi XI.

Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV.

Midiastuty, Isgiarta dan Triatiarini. 2005. Analisa hubungan mekanisme Corporate Governance dan indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI.

Nofandrilla. 2008. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap

Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Nurgroho, Adhy Karya. 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Dan Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line Di Indonesia. Skripsi. Universitas Dipenogoro.


(58)

Nurkhin, Ahmad. 2009. Corporate Governance Dan Profitabilitas; Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia). Thesis. Universitas Diponogoro.

Nuryaman., 2008, Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela. The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop, November: 302-330.

O’Donovan, Garry. 2002. Environmental Disclosure in The Annual Report: Extending The Applicability and Predictive Power of Legitimacy Theory. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol. 15, No. 3, pp. 344-371.

Poerwadarminta, W. J. S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rakhmawati, Desie. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Perusahaan Bumn Dan Non Bumn Terhadap Luas

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Csr Disclosure) Pada Perusahaan Di Bei Tahun 2009. Jurnal. Universitas Diponegoro. Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara. Yogyakarta:

BPFE

Rustarini, Ni Wayan. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntans. Said, Roshima., Yuserrie Hj Zainuddin, dan Hasnah Haron. 2009. The

Relationship between Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies. Social Responsibility Journal. Vol.5, No.2, hal. 212-226.

Sari, Ria Nelly, Rita Anugerah dan Rhia Dwiningsih. 2010. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kualitas Audit Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Transparansi Informasi. Pekbis Jurnal, Vol.2, No.3, November 2010: 326-335

Sembiring, Rismanda Eddy. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Siswantaya, I Gede. 2007. Mekanisme Corporate Governance dan Manajemen Laba Studi Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang

Subiyantoro, Edy dan Saarce Elsye Hatane, 2007. Dampak Perubahan Kultur Masyarakat Terhadap Praktik Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal Manajemen Dan


(59)

Suhardjanto, Djoko dan Anggitarani, D. 2010. Karakteristik Dewan Komisaris Dan Komite Audit Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 2: 125-245.

Suhardjanto, Djoko. 2010. Corporate Governance, Karakteristik Perusahaan Dan Environmental Disclosure. Jurnal Akuntansi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Suryono, H., dan Prastiwi, P. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (Studi Pada Perusahaan – Perusahaan yang Listed (Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2009). Simposium Nasional Akuntansi XII.

Tamba, Erida Gabriella Handayani. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Ulum, Ihyaul.2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Utami, Indah Dewi dan Rahmawati, 2010. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Umur Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Veronica, Theodora Martina. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Wardani, Rr. Purwita. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas

Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 14, No. 1, Mei 2012: 1-15.

Waryanto. 2010. Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro.

What Is Corporate Governance.

http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/about-good-corporate-governance.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.

Yularto, A. Dan A. Chariri, 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis.. Jurnal Maksi vol. 2, Januari pp. 35-51.

Yunita, Nancy. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Voluntary Disclosure Dan Biaya Hutang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi – Vol 1, No. 1, Januari.


(60)

Zu, Liangrong. 2009. Corporate Social Responsibility, Corporate Restructuring and Firm’s Performance. Empirical Evidence from Chinese Enterprises. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.


(1)

53

semakin besar ukuran, maka akan semakin banyak pula aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Akibatnya, perusahaan akan dituntut oleh stakeholders untuk melakukan pengungkapan lebih luas dibandingkan perusahaan kecil. Selain itu, perusahaan besar juga mempunyai sumber daya yang lebih mencukupi dibandingkan perusahaan kecil sehingga cenderung dapat melakukan pengungkapan yang lebih luas.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu:

1. Populasi dari penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur di bidang industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terbatas hanya tiga tahun masa pengamatan.

5.3 Saran

Peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mencoba menambahkan sektor perusahaan yang akan dijadikan sebagai sampel serta menambahkan tahun pengamatan penelitian agar mandapatkan hasil yang lebih maksimal. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan variabel yang dirasa

akan berpengaruh pada pengungkapan TBL, misalkan jenis industri dan karakteristik perusahaan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adhipradana, Fadhila. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Adizes, Ichack. 1989. Corporate Lifecycles: How And Why Corporations Grow And Die And What To Do About It . Prentice Hall: New Jersey.

Ansah, Stephen Owusu. 2000. Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence from The Zimbabwe Stock Exchange. Journal Accounting and Business Research. Vol.30. No.3. pp.241-254.

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2012. Sistem Pengendalian Manajemen. Salemba Empat: Jakarta.

Aulia, Sandra dan TB MH Idris Kartawijaya. 2011. Analisis Pengungkapan Triple Bottom Line Dan Faktor Yang Mempengaruhi; Lintas Negara Indonesia Dan Jepang. Simposium Nasional Akuntansi XII.

Australian Capital Territory. 2011. Triple Bottom Line Assessment For The Act Government. Discussion Paper, Canberra.

Deegan, Craig. 2002. Introduction: The legitimising effect of social and environmental disclosures – a theoretical foundation. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 15 Iss: 3, pp.282 - 311

Eisenhardt , Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1 (Jan., 1989), pp. 57-74. Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,

Edisi Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Ghozali, Iman dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit


(3)

Gumanti, Tatang Ari. 2000. Earning Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 4, no. 2, p 104-115.

Hapsoro, Djoko. 2012. Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 23. No.3, p 199-215

Ho, Jennifer Li-Chin dan Taylor, Martin E. 2007. An Empirical Analysis of Triple Bottom Line Reporting and its Determinants: Evidence from The United States and Japan. Journal of International Financing

Management and Accouting, Vol. 18, No. 2.

Indrawan, Danu Candra. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Keputusan Ketua Bapepam Kep.29/PM/2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Kerja Komite Audit. Jakarta

Kieso, Donald. E. Weygandt, Jerry. J. Warfield, Terry. D. 2008. Intermediate Accounting, Edisi ke-10, Erlangga: Jakarta.

Komite Nasional Kebijakan Governance. Good Corporate Governance. http://knkgindonesia.com Diakses pada tanggal 22 Maret 2014. Longenecker, Justin G. Carlos W Moore, And Petty J William.2001.

Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat. Machmud, Novita Dan Djakman, Chaerul. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan

Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006. Simposium Nasional Akuntansi XI.

Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV.

Midiastuty, Isgiarta dan Triatiarini. 2005. Analisa hubungan mekanisme Corporate Governance dan indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI.

Nofandrilla. 2008. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap

Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Nurgroho, Adhy Karya. 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Dan Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line Di Indonesia. Skripsi. Universitas Dipenogoro.


(4)

Nurkhin, Ahmad. 2009. Corporate Governance Dan Profitabilitas; Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia). Thesis. Universitas Diponogoro.

Nuryaman., 2008, Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela. The 2nd Accounting Conference, 1st Doctoral Colloquium, and Accounting Workshop, November: 302-330.

O’Donovan, Garry. 2002. Environmental Disclosure in The Annual Report: Extending The Applicability and Predictive Power of Legitimacy Theory. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol. 15, No. 3, pp. 344-371.

Poerwadarminta, W. J. S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rakhmawati, Desie. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Perusahaan Bumn Dan Non Bumn Terhadap Luas

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Csr Disclosure) Pada Perusahaan Di Bei Tahun 2009. Jurnal. Universitas Diponegoro. Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara. Yogyakarta:

BPFE

Rustarini, Ni Wayan. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntans. Said, Roshima., Yuserrie Hj Zainuddin, dan Hasnah Haron. 2009. The

Relationship between Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies. Social Responsibility Journal. Vol.5, No.2, hal. 212-226.

Sari, Ria Nelly, Rita Anugerah dan Rhia Dwiningsih. 2010. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kualitas Audit Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Transparansi Informasi. Pekbis Jurnal, Vol.2, No.3, November 2010: 326-335

Sembiring, Rismanda Eddy. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Siswantaya, I Gede. 2007. Mekanisme Corporate Governance dan Manajemen Laba Studi Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang

Subiyantoro, Edy dan Saarce Elsye Hatane, 2007. Dampak Perubahan Kultur Masyarakat Terhadap Praktik Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal Manajemen Dan


(5)

Suhardjanto, Djoko dan Anggitarani, D. 2010. Karakteristik Dewan Komisaris Dan Komite Audit Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 2: 125-245.

Suhardjanto, Djoko. 2010. Corporate Governance, Karakteristik Perusahaan Dan Environmental Disclosure. Jurnal Akuntansi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Suryono, H., dan Prastiwi, P. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (Studi Pada Perusahaan – Perusahaan yang Listed (Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2009). Simposium Nasional Akuntansi XII.

Tamba, Erida Gabriella Handayani. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Skripsi. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Ulum, Ihyaul.2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Utami, Indah Dewi dan Rahmawati, 2010. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Umur Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Veronica, Theodora Martina. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Wardani, Rr. Purwita. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas

Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 14, No. 1, Mei 2012: 1-15.

Waryanto. 2010. Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro.

What Is Corporate Governance.

http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/about-good-corporate-governance.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014.

Yularto, A. Dan A. Chariri, 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis.. Jurnal Maksi vol. 2, Januari pp. 35-51.

Yunita, Nancy. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Voluntary Disclosure Dan Biaya Hutang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi – Vol 1, No. 1, Januari.


(6)

Zu, Liangrong. 2009. Corporate Social Responsibility, Corporate Restructuring and Firm’s Performance. Empirical Evidence from Chinese Enterprises. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

2 38 113

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN TRIPLE BOTTOM LINE (TBL) DI INDONESIA

1 6 68

Pengaruh Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan

1 4 8

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,GOOD CORPORATE Pengaruh Ukuran Perusahaan,Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Peri

0 6 14

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,GOOD CORPORATE Pengaruh Ukuran Perusahaan,Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Peri

0 2 18

PENGARUH PROFITABILITAS, GROWTH, UKURAN PERUSAHAAN DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN Pengaruh Profitabilitas, Growth, Ukuran Perusahaan, Dan Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan(Studi Empiris Perusahaan Manufakt

1 15 15

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP Pengaruh Good Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011).

0 2 14

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP Pengaruh Good Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011).

2 5 19

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN

0 4 17