xxi
Berdasarkan uraian di atas, maka seseorang atau Badan Hukum yang mempunyai suatu hak, oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 dibebani
kewajiban untuk mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif serta wajib pula memelihara termasuk untuk menambah kesuburan tanahnya dan mencegah
kerusakan tanah tersebut. Untuk menjaga keamanan dan kepastian hukum hak atas tanah, maka setiap
orang yang memperoleh dan memiliki hak hendaknya mengusahakannya agar dapat memiliki sertifikat hak atas tanah. Dengan demikian si pemiliksertifikat hak
atas tanah tersebut, akan lebih merasa aman dan tenang untuk mempergunakan haknya.
2. Pengertian Pembebasan Hak Atas Tanah
Sejak lahirnya UUPA No. 5 tahun 1960 yaitu suatu undang-undang yang mengatur tentang agraria di Indonesia maka kepastian hukum tentang tanah
semakin cerah dan kuat. Tetapi bukan berarti hak itu mutlak murni, tetapi dibarengi dengan kepentingan sosialumum, dimana hak yang sudah dimiliki oleh
seseorang itu masih dapat dicabutdibebaskan dengan melalui prosedur hukum yang berlaku.
Umpamanya pembangunan yang dilakukan oleh swastapemerintah yang menyangkut kepentingan umum memerlukan lokasi untuk pembangunan tersebut
maka dalam hal ini dapat dilakukan pencabutan pembebasan tanah, dengan memberikan ganti rugi yang sesuai atau yang wajar.
Sehubungan hal tersebut di atas maka agar tidak terjadi kesalahan penafsiran tentang pengertian pembebasan hak atas tanah, di bawah ini penulis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xxii
akan mencoba untuk mengetengahkan dan menguraikannya. Menurut Soetomo, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pembebasan
tanah itu adalah pelepasan hubungan hukum yang semula terdapat di antara pemegang penguasa hak atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi
Pasal 1 ayat 1 PMDN No. 15 Rahun 1975 .
10
Sementara menurut Kepres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, menyebutkan bahwa
istilah pembebasan hak atas tanah tidak ada kita jumpai, akan tetapi istilahnya disebut pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, yang kesemuanya istilah
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 1961, mengenai pembebasan tanah tidak ada kita jumpai definisinya secara jelas, namun dalam
Pasal 1 ditentukan bahwa untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat demikian pula kepentingan
pembangunan, maka Presiden dalam keadaan yang memaksa setelah mendengar Menteri Agraria yang bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-
benda yang ada di atasnya. Begitu juga halnya PMDN No. 2 tahun 1976 tidak ada memuat definisi
pembebasan tanah itu dengan jelas, hanya dalam Pasal 1 disebutkan pembebasan tanah oleh pihak swasta untuk kepentingan umum atau termasuk dalam bidang
pembangunan sarana umum dan fasilitas sosial dapat dilaksanakan menurut acara pembebasan tanah untuk kepentingan pemerintah sebagaimna diatur dalam Bab I,
II, III dan IV PMDN No. 15 Tahun 1975.
10
Soetomo, Pembebasan Pencabutan dan Permohonan Hak Atas Tanah, Penerbit Universitas Brawijaya, Malang, 1981, hal. 27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xxiii
tersebut tidak lain dari masalah ganti rugi dalam pengambil alihan hak atas tanah. Sesuai dengan hal di atas, bahwa yang dimaksud dengan pelepasan atau
penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan
ganti kerugian atas dasar musyawarah Pasal 1 butir 2 kepres No. 55 Tahun 1993. Sedangkan UUPA No. 5 Tahun 1960, juga tidak ada memuat secara jelas
definisi pencabutan hak atas tanah. Tetapi dalam Pasal 18 UUPA, hanya menentukan : untuk kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negara
serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-
undang. Dari definisi di atas penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa
setiap pembebasan hak atas tanah untuk kepentingan orang banyak umum adalah selalu dibarengi dengan pemberian ganti rugi yang layak, sesuai dengan ketentuan
undang-undang yang berlaku di negara kita. Perlu juga penulis tambahkan untuk pembebasan hak atas tanah seseorang hendaknya dilakukan dengan azas
musyawarah untuk mufakat dan tanpa adanya tekanan-tekanan dari pihak-pihak tertentu yang dapat merugikan pihak yang lemah.
Mengenai pemakaian istilah tersebut di atas menurut hemat penulis, sekalipun berbeda-beda, hal ini tidak perlu terlalu dipersoalkan. Karena baik istilah
pencabutan atau pembebasan dan pelepasan, umumnya adalah menyangkut atau tidak terlepas dari masalah ganti rugi atas setiap pembebasan tanah.
3. Konsepsi Kepentingan Umum