Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Air, Sedimen dan Organ Tubuh Ikan Sokang (Triacanthus Nieuhofi) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN
KADMIUM (Cd) DALAM AIR, SEDIMEN DAN ORGAN
TUBUH IKAN SOKANG (Triacanthus nieuhofi)
DI PERAIRAN ANCOL, TELUK JAKARTA

JULIUS MARINUS BANGUN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: Kandungan
Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Air, Sedimen dan Organ
Tubuh Ikan Sokang (Triacanthus nieuhofi) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta
adalah benar hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir Skripsi ini.

Bogor, Oktober 2005

Julius Marinus Bangun
C24101053

ABSTRAK
JULIUS MARINUS BANGUN. C24101053. Kandungan Logam Berat
Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Air, Sedimen dan Organ Tubuh Ikan
Sokang (Triacanthus nieuhofi) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta ”Dibimbing
oleh ETTY RIANI Sebagai Ketua dan ISDRADJAD SETYOBUDIANDI
Sebagai Anggota”.
Perkembangan industri yang ada di sekitar Teluk Jakarta menghasilkan
buangan limbah dan menimbulkan pencemaran logam berat seperti timbal (Pb)
dan kadmium (Cd). Cemaran tersebut dapat membahayakan biota dan organisme
yang hidup di dalamnya. Hal ini karena keberadaan logam berat dalam perairan
akan sulit mengalami degradasi bahkan logam tersebut akan diabsorpsi dalam
tubuh organisme. Salah satunya terjadi penimbunan kandungan logam berat pada

organ-organ tubuh ikan seperti yang terjadi pada ikan sokang (Triacanthus
nieuhofi). Kandungan logam berat ini mengakibatkan rusaknya organ-organ tubuh
ikan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan logam berat
Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam air, sedimen dan organ tubuh ikan sokang
(Triacanthus nieuhofi), mengetahui korelasi antara logam berat di air dan di
sedimen dengan di organ tubuh ikan sokang di perairan Ancol, Teluk Jakarta.
Pengumpulan data diambil dari data primer dan data sekunder. Metode analisa
logam berat yang dilakukan menggunakan Spektrofotometrik Serapan Atom
(AAS), lalu dilanjutkan dengan analisis data secara deskriptif dan korelasi
peringkat Spearman.
Kandungan logam berat Pb dan Cd di air masih berada di bawah baku
mutu air laut berdasarkan Kep MenLH no. 51 tahun 2004 begitu pula yang
terkandung di dalam sedimen masih berada dalam kisaran kadar maksimum
logam berat dalam sedimen menurut RNO tahun 1981. Kandungan logam berat
Pb dalam daging ikan sokang (Triacanthus nieuhofi) telah melampaui batas
maksimum cemaran logam berat dalam makanan menurut Depkes RI tahun 1989
sehingga ikan ini tidak aman untuk dikonsumsi oleh manusia.
Kandungan logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dalam air dan
sedimen masih berada dalam batas maksimum yang ditetapkan sedangkan

kandungan logam Pb dalam daging ikan telah melampaui batas maksimum yang
telah ditetapkan.

© Hak cipta milik Julius Marinus Bangun, tahun 2005
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN
KADMIUM (Cd) DALAM AIR, SEDIMEN DAN ORGAN
TUBUH IKAN SOKANG (Triacanthus nieuhofi)
DI PERAIRAN ANCOL, TELUK JAKARTA

JULIUS MARINUS BANGUN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan


DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

Judul Skripsi

: Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd)
dalam Air, Sedimen dan Organ Tubuh Ikan Sokang
(Triacanthus nieuhofi), di PERAIRAN ANCOL,
TELUK JAKARTA
Nama Mahasiswa : Julius Marinus Bangun
NIM
: C24101053

Disetujui

Pembimbing I


Pembimbing II

Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc.
NIP. 131 471 378

Dr. Ir. Etty Riani. H, MS.
NIP. 131 619 682

Diketahui
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi
NIP. 130 805 031

Tanggal Lulus : 03 Oktober 2005

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Bapa di surga dan Yesus Kristus yang telah

memberikan berkat, rahmat dan kasih-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan
Kadmium (Cd) dalam Air, Sedimen dan Organ Tubuh Ikan Sokang (Triacanthus
nieuhofi) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta ”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memperoleh gelar sarjana pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Dr. Ir. Etty Riani. H, M.S dan bapak Dr. Ir. Isdradjad
Setyobudiandi, M.Sc selaku komisi pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan perbaikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku wakil Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan dan bapak Ir. Agustinus M. Samosir,
M.Phil selaku penguji tamu dalam pelaksanaan ujian akhir.
3.
Bapak Prof. Dr. Ir. Djamar T.F. Lumbanbatu, M.Agr selaku
pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan

pengarahan selama penulis menjalankan perkuliahan di IPB.
4.
Bapak dan Ibu tercinta, B’Teger sekeluarga, K’Merry sekeluarga dan
K’Menda atas kasih sayang, doa dan semangat selama menjalani
penelitian dan perkuliahan di IPB.
5.
B’Karyawan dan K’Clara di Cianjur atas masukan dan bantuannya
selama penulis menjalankan perkuliahan di Bogor.
6.
Wiradianti yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Rekan-rekan tim penelitian, teman-teman MSP, FPIK dan IPB atas
segala saran, pendapat dan dukungan selama penelitian.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Oktober 2005

Julius Marinus Bangun

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Sei Semayang pada tanggal 05 Juli 1983 dari ayah
Drs. Daulat Bangun, S.Pd dan ibu Naik Br Sitepu. Penulis merupakan anak
keempat dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikan pada tahun 19891995 di SD RK Deli Murni Diski, melanjutkan pendidikan ke SLTP RK Deli
Murni Diski pada tahun 1995-1998 dan SMU Negeri 1 Binjai pada tahun 19982001.
Pada tahun 2001 penulis diterima di IPB melalui jalur UMPTN (Ujian
Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dengan memilih Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Agama
Katolik 2002/2003-2004/2005 dan asisten mata kuliah Biologi Perikanan
2003/2004 dan 2004/2005.
Untuk menyelesaikan studi penulis melaksanakan penelitian dan skripsi
yang berjudul “Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam
Air, Sedimen dan Organ Tubuh Ikan Sokang (Triacanthus nieuhofi) di Perairan
Ancol, Teluk Jakarta”.

DAFTAR ISI

Halaman
x

DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................
Perumusan Masalah ............................................................................
Tujuan ................................................................................................

1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Lokasi Penelitian .......................................................

Logam Berat di Teluk Jakarta .............................................................
Karakteristik Logam Berat ..................................................................
Timbal (Pb) .................................................................................
Kadmium (Cd) ............................................................................
Pencemaran Perairan oleh Logam Berat ..............................................
Kandungan Logam Berat dalam Air ............................................
Kandungan Logam Berat dalam Sedimen ....................................
Kandungan Logam Berat dalam Biota Air ...................................
Bahaya dan Nilai Toksisitas dari Logam Berat ............................
Ikan Sokang ........................................................................................
Morfologi dan Klasifikasi ...........................................................
Aspek Biologi dan Ekologi .........................................................

4
5
7
9
10
10
11

12
13
14
16
16
17

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .............................................................................
Alat dan Bahan ...................................................................................
Metode Kerja ......................................................................................
Metode Pengambilan Contoh Air dan Sedimen ...........................
Metode Pengambilan Ikan Contoh ..............................................
Metode Pengambilan Organ Ikan ................................................
Metode Analisa ..................................................................................
Analisa Logam Berat ..................................................................
Analisa Deskriptif .......................................................................
Korelasi Peringkat Spearman ......................................................

18
18
19
19
19
20
20
20
20
21

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Logam Berat dalam Air ....................................................
Kandungan Logam Berat dalam Sedimen ...........................................
Logam Berat Pb ..........................................................................
Logam Berat Cd ..........................................................................

22
23
23
24

Kandungan Logam Berat pada Organ Tubuh Ikan ..............................
Daging ........................................................................................
Ginjal ..........................................................................................
Hati .............................................................................................
Insang .........................................................................................
Kondisi Perairan .................................................................................
Suhu ...........................................................................................
pH (Derajat Keasaman) ...............................................................
Salinitas ......................................................................................
DO (Oksigen Terlarut) ................................................................
Hubungan Kandungan Logam Berat di Sedimen dan Organ Ikan ........

25
25
27
28
30
32
32
33
34
35
36

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................
Saran ..................................................................................................

38
39

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

40

LAMPIRAN ...............................................................................................

43

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Konsentrasi logam berat dalam air laut di Teluk Jakarta beberapa
tahun terakhir ....................................................................................

6

2. Konsentrasi logam berat dalam sedimen di Teluk Jakarta beberapa
tahun terakhir ....................................................................................

7

3. Kadar normal dan maksimum logam berat yang masuk ke
lingkungan laut .................................................................................

11

4. Parameter fisika dan kimia perairan yang diukur ...............................

19

5. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut (Menteri Negara
Lingkungan Hidup, 2004) .................................................................

20

6. Kisaran kadar maksimum logam berat dalam sedimen
(RNO, 1981 dalam Hamidah, 1986) ..................................................

21

7. Batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan
(DEPKES RI, 1989) .........................................................................

21

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Proses yang terjadi bila logam berat masuk ke lingkungan laut
(EPA, 1973 dalam Hutagalung, 1991) ...............................................

8

2. Ikan sokang (Triacanthus nieuhofi, Blkr 1852) .................................

17

3. Peta lokasi penelitian ........................................................................

18

4. Kandungan rata-rata logam berat Pb (ω) dan simpangan baku (-)
SK 95% dalam sedimen ....................................................................

23

5. Kandungan logam berat Pb dan Cd pada daging ikan sokang
(Triacanthus nieuhofi) ......................................................................

26

6. Kandungan logam berat Pb dan Cd pada ginjal ikan sokang
(Triacanthus nieuhofi) ......................................................................

27

7. Kandungan logam berat Pb dan Cd pada hati ikan sokang
(Triacanthus nieuhofi) ......................................................................

28

8. Histologi hati ikan normal (Noga, 2000) ...........................................

29

9. Histologi hati ikan sokang yang terakumulasi logam berat.................

29

10. Kandungan logam berat Pb dan Cd pada insang ikan sokang
(Triacanthus nieuhofi) ......................................................................

30

11. Histologi insang normal (Noga, 2000) ..............................................

31

12. Histologi insang ikan sokang yang terakumulasi logam berat.............

31

13. Nilai rata-rata suhu (ω) dan simpangan baku (-) SK 95% pada stasiun
pengamatan di Perairan Ancol, Teluk Jakarta ....................................

33

14. Nilai rata-rata derajat keasaman (pH) (ω) dan simpangan baku (-)
SK 95% pada stasiun pengamatan di Perairan Ancol, Teluk Jakarta...

34

15. Nilai rata-rata salinitas (ω) dan simpangan baku (-) SK 95% pada
stasiun pengamatan di Perairan Ancol, Teluk Jakarta ........................

35

16. Nilai rata-rata oksigen terlarut (ω) dan simpangan baku SK 95%
pada stasiun pengamatan di Perairan Ancol, Teluk Jakarta ................

36

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Kandungan logam Pb dan Cd dalam sedimen ....................................

43

2. Kandungan logam berat Pb dan Cd dalam organ tubuh ikan sokang
(Triacanthus nieuhofi) ......................................................................

44

3. Kualitas air di perairan Ancol, Teluk Jakarta .....................................

45

4. Surat keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004
tentang baku mutu air laut untuk biota laut ....................................... 46
5. Nilai korelasi peringkat spearman antara kandungan logam Pb dalam
sedimen dan dalam organ tubuh ikan sokang ....................................

47

6. Lokasi penelitian ..............................................................................

48

7. Prosedur analisa logam berat pada ikan .............................................

49

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perairan Teluk Jakarta membentang sepanjang kurang lebih 33 kilometer
dengan kedalaman berkisar 4 sampai dengan 29 meter. Banyaknya pembangunan
sepanjang pantai bagian hulu telah menyebabkan terjadinya banyak perubahan.
Lahan rawa-rawa yang dulunya berfungsi sebagai daerah resapan air telah
berubah menjadi kawasan permukiman dan berbagai kegiatan industri maupun
pergudangan yang menghasilkan limbah dan menimbulkan pencemaran pada
teluk tersebut. Selain itu sampah dan limbah cair yang masuk ke Teluk Jakarta
melalui 13 sungai yang membelah Jakarta dan bermuara di teluk itu semakin
menambah beban pencemaran karena volumenya yang terus bertambah.
Salah satu pencemaran yang cukup mengkhawatirkan yang terjadi di Teluk
Jakarta adalah pencemaran logam berat seperti Hg, Pb, Cd, Cr, Sn dan lain-lain.
Unsur logam berat tersebut umumnya berasal dari kegiatan industri yang berada di
sekitar Teluk Jakarta seperti industri kaca, industri makanan ternak, industri cat
dan cool storage/gudang pendingin. Penggunaan timbal dikenal luas pada industri
cat, tinta, pestisida, fungisida dan juga sering digunakan pada industri plastik
sebagai bahan stabilizer dan kadmium (Cd) terakumulasi dalam air akibat
masukan limbah yang berasal dari kegiatan elektroplating (pelapisan emas dan
perak), pengerjaan bahan-bahan dengan menggunakan pigmen atau zat warna
lainnya dalam industri plastik, tekstil, dan industri kimia (Darmono, 1995).
Keberadaan logam berat dalam perairan akan sulit mengalami degradasi
bahkan logam tersebut akan diabsorpsi dalam tubuh organisme padahal logam
berat seperti Pb dan Cd ini termasuk golongan logam berat yang berbahaya dan
dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan pencernaan
(Darmono, 1995;2001). Keracunan logam berat Pb dan Cd dapat menyebabkan
keracunan yang akut dan kronis. Keracunan akut logam Pb ditandai oleh rasa
terbakarnya mulut, terjadinya perangsangan dalam gastrointestinal dengan
disertai diare dan gejala keracunan kronis ditandai dengan rasa mual, anemia,
sakit di sekitar perut dan dapat menyebabkan kelumpuhan (Darmono, 2001).
Sedangkan efek kronis dari keracunan logam Cd, biasanya mengakibatkan

kerusakan ginjal, kerusakan sistem syaraf dan kerusakan pada sebagian renal
tubules. Penyerapan Cd dalam tubuh cenderung terkonsentrasi di dalam hati dan
ginjal.
Terjadinya peningkatan kandungan logam berat pada perairan dapat
membahayakan biota dan organisme yang hidup di dalamnya, salah satunya
adalah ikan. Ikan yang merupakan organisme air yang dapat bergerak dengan
cepat pada umumnya mempunyai kemampuan menghindarkan diri dari pengaruh
pencemaran air. Namun demikian, pada ikan yang hidup dalam habitat yang
terbatas (seperti sungai, danau, dan teluk), ikan itu sulit melarikan diri dari
pengaruh pencemaran tersebut. Akibatnya, unsur-unsur pencemaran seperti logam
berat akan masuk ke dalam tubuh ikan (Darmono, 1995).
Ikan Triacanthus nieuhofi atau yang dikenal dengan ikan sokang adalah ikan
demersal yang terdapat di daerah dengan dasar pasir atau dasar berlumpur dan
memakan invertebrata benthik. Terjadinya penimbunan logam berat pada organorgan tubuh ikan berakibat lama-kelamaan konsentrasinya akan bertambah besar
yang dapat mengakibatkan rusaknya organ-organ tubuh ikan tersebut dan pada
akhirnya dapat menimbulkan kematian

pada ikan. Apabila ikan tersebut

kemudian dikonsumsi oleh manusia hal ini akan sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia yang dapat menyebabkan keracunan yang bersifat kronis dan akut karena
sifat logam berat yang mudah terakumulasi.

Perumusan Masalah
Meningkatnya kegiatan manusia di sekitar perairan laut dapat menyebabkan
perubahan pada ekosistem perairan tersebut. Kegiatan industri, rumah tangga dan
pertanian yang ada menghasilkan buangan limbah yang kemudian masuk ke
perairan laut baik melalui aliran run off maupun aliran sungai. Salah satu limbah
yang sangat berbahaya adalah logam berat yang mudah terakumulasi di dalam
tubuh organisme dan pada jumlah tertentu akan sangat berbahaya.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan logam berat
Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam air, sedimen dan organ tubuh ikan sokang
(Triacanthus nieuhofi), mengetahui korelasi antara logam berat di air dan di
sedimen dengan di organ tubuh ikan sokang di perairan Ancol, Teluk Jakarta.

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Perairan Teluk Jakarta
Luas perairan Teluk Jakarta sekitar 514 km² dan panjang garis pantai ± 80
km dengan 32 km merupakan garis pantai Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
Sebelah barat dibatasi oleh Tanjung Pasir dan di sebelah timur dibatasi oleh
Tanjung Karawang (Nontji dan Permana, 1980). Perairan Teluk Jakarta terletak
antara 05º 48’ 30’’ LS hingga 06º 10’ 30’’ LS dan 106º 33’ BT hingga 107º 03’
BT. Di perairannya mengalir beberapa sungai besar diantaranya Sungai Cisadane
di bagian barat, Sungai Ciliwung di bagian tengah serta Sungai Citarum dan
Bekasi di bagian timur. Pada dasar perairannya tumbuh pulau-pulau karang yang
sebagian besar terletak di bagian barat, membujur dengan arah utara-selatan,
seperti Pulau Bidadari, Pulau Damar, Pulau Anyer dan Pulau Lancang. Pulaupulau itu muncul dari kedalaman 5 hingga 50 m (Suyarso, 1995).
Praseno (1980) mengatakan bahwa perairan Teluk Jakarta dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu bagian barat, bagian tengah dan bagian timur. Teluk
bagian barat dipengaruhi oleh sungai-sungai yang sebelum bermuara di Teluk
Jakarta terlebih dahulu mengalir melalui kota Metropolitan Jakarta. Bagian tengah
teluk dipengaruhi oleh Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan minyak Jakarta
sedangkan bagian timur Teluk Jakarta terutama dipengaruhi oleh suatu sungai
besar dan sungai-sungai kecil yang tidak melalui kota Jakarta.
Praseno dan Kastoro (1980) menyatakan bahwa perairan Teluk Jakarta
mempunyai berbagai macam fungsi, antara lain sebagai mata pencaharian
nelayan, tempat lalu lintas kapal laut karena Pelabuhan Tanjung Priok merupakan
pintu gerbang Indonesia yang terbesar, sebagai tempat rekreasi dan pariwisata
serta tempat pembuangan limbah industri dan rumah tangga.
Seperti halnya Laut Jawa perairan Teluk Jakarta juga dipengaruhi oleh
musim. Musim timur yang terjadi pada bulan Juni-Agustus biasanya kering dan
arah arus utama menuju ke barat. Musim barat terjadi pada bulan DesemberFebruari merupakan musim hujan dan arah arus utama menuju timur. Diantara
kedua musim tersebut terdapat musim peralihan satu pada bulan Maret-Mei dan
musim peralihan kedua pada bulan September-November. Pada musim peralihan

ini biasanya arah angin berubah-ubah tetapi pada umumnya memiliki kecepatan
lemah. Arus barat dan arus timur banyak mempengaruhi pola arah arus. Adanya
kecenderungan bahwa pengaruh arus barat berlangsung lebih lama (AprilNovember) daripada arus timur (Desember-Maret) dapat mempengaruhi
penyebaran unsur hara di laut (Kastoro dan Birowo, 1977 dalam Anggraeni,
2002).
Teluk Jakarta termasuk perairan yang relatif dangkal sehingga pengaruh
kecepatan dan kekuatan angin yang bertiup akan sangat mempengaruhi tinggi
gelombang di permukaan laut. Tinggi gelombang bervariasi dari 0.5-1.75 meter
yang juga menunjukkan variasi musiman. Pada musim timur tinggi gelombang di
Teluk Jakarta berkisar antara 0.5-1 meter (Anna, 1999). Gerakan pasang surut
Teluk Jakarta bersifat harian tunggal yaitu satu kali pasang dan satu kali surut
setiap harinya (Pardjaman, 1977 dalam Anggraeni, 2002).
Suhu di perairan Teluk Jakarta berkisar antara 25.6-32.3º C. Kisaran suhu ini
adalah normal untuk perairan tropika dan perbedaan suhu antara lapisan
permukaan dan lapisan dasar berkisar antara 0.2-0.5°C. Pada musim angin kuat
(musim barat dan timur) suhu permukaan menjadi rendah sedangkan pada musim
pancaroba suhu permukaan umumnya lebih tinggi (Praseno dan Kastoro, 1980).
Seperti halnya suhu, salinitas di perairan Teluk Jakarta dipengaruhi oleh musim.
Secara umum salinitas menunjukkan kisaran antara 28-32‰. Pada musim barat
kisaran salinitas bervariasi antara 16-30‰ dan pada musim timur bervariasi antara
31.4-32‰ (Ilahude dan Liasaputra, 1980).
Untuk jumlah oksigen terlarut di perairan Teluk Jakarta mendekati jenuh,
yaitu antara 3.2-5.6 mg/l dan di dekat muara-muara sungai kadarnya menurun
sampai 2.0 mg/l. Hal ini kemungkinan besar disebabkan proses pembusukan yang
memerlukan oksigen. Sedangkan keasaman (pH) air laut perairan Teluk Jakarta
berkisar 6.9-8.5 dan pH yang rendah umumnya didapatkan di perairan dekat
muara sunagi (Praseno dan Kastoro, 1980).

Logam Berat di Teluk Jakarta
Pemantauan logam berat di perairan Teluk Jakarta telah lama dilakukan.
Beberapa hasil pengamatan terhadap konsentrasi logam berat di perairan tersebut

disajikan pada tabel 1. Sumber logam berat tersebut terkait dengan berbagai
tingkat aktivitas seperti lalu lintas angkatan laut baik internasional, regional,
nusantara dan lokal yang menuju pelabuhan Tanjung Priok (penumpang dan
barang), pelabuhan kayu Sunda Kelapa, pelabuhan ikan Muara Baru, pelabuhan
ikan Muara Angke, pelabuhan khusus Bogasari, Pertamina dan pelabuhan kecil
lainnya termasuk marina Ancol potensial mencemari laut (KPPL DKI Jakarta,
1999 dalam Siantiningsih, 2005).
Tabel 1 Konsentrasi logam berat dalam air laut di Teluk Jakarta beberapa tahun
terakhir
Lokasi

Tahun

Pb (ppm)

Cd (ppm)

Teluk Jakarta ¹

1996

0,29-0,87

0,001-0,067

Teluk Jakarta ¹

1997

ttd-0,05

-

Bagian barat Teluk ² Jakarta

Juni, 2003

0,003-0,01

Sn2+

> Zn2+ (Darmono, 1995). Daya toksik logam berat terhadap organisme perairan
dapat diketahui dengan mengukur LC50 (Lethal Concentration). Besarnya
konsentrasi logam berat dalam air yang dapat membunuh hewan percobaan
sebanyak 50% dalam waktu tertentu didefinisikan sebagai LC50. Biasanya waktu
yang digunakan adalah 48 atau 96 jam. Semakin kecil nilai LC50, semakin besar
sifat toksik logam beratnya (Hutagalung, 1984). Nilai LC50 logam timbal dalam
tes bioasai 48 jam untuk ikan adalah 0.34 ppm dan untuk kerang sebesar 2.45 ppm
(Waldichuk, 1974 dalam Darmono, 1995) dan nilai LC50 kadmium terhadap
Fundulus heteroclitus (12-20 mm) 18.2 µg/l (Lin dan Dunson, 1993 dalam EPA
2001).
Toksisitas

timbal

terhadap

organisme

akuatik

berkurang

dengan

meningkatnya kesadahan dan kadar oksigen terlarut. Toksisitas timbal lebih
rendah daripada kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan tembaga (Cu) akan tetapi lebih
toksik daripada kromium (Cr), mangan (Mn), barium (Ba), zinc (Zn), dan Besi
(Fe) (Effendi, 2000). Batas maksimum timbal dalam makanan hasil laut yang
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebesar 2,0 ppm. Konsumsi mingguan
elemen ini yang direkomendasikan oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa
adalah 50 µg/kg berat badan dan untuk bayi atau anak-anak 25 µg/kg berat badan
(Barchan dkk., 1998 dalam Suhendrayatna, 2001).
Toksisitas kadmium dipengaruhi oleh pH dan kesadahan. Keberadaan zinc
dan timbal dapat meningkatkan toksisitas kadmium. Untuk melindungi kehidupan
pada ekosistem akuatik, kadar kadmium sebaiknya sekitar 0.0002 mg/l (Moore,
1991 dalam Effendi, 2000). Departemen Kesehatan RI menetapkan batas aman
kadmium dalam makanan (ikan) sebesar 1.0 ppm. Menurut badan dunia
FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400500 µg per orang atau 7 µg per kg berat badan (Barchan dkk., 1998 dalam
Suhendrayatna, 2001).
Pencemaran komoditas perairan oleh logam berat berkaitan erat dengan
kesehatan manusia yang mengkonsumsi produk tersebut. Bahaya-bahaya yang

disebabkan oleh logam-logam berat antara lain adalah : (1) Pb dapat menyebabkan
gangguan biosintesis sel darah merah dan anemia, kenaikan tekanan darah,
kerusakan ginjal dan otak serta gangguan sistem saraf (2) Cd dalam jangka
pendek dapat menyebabkan mual-mual, kejang otot, muntah-muntah, gangguan
panca indera, kerusakan hati dan gagal ginjal sedangkan dalam jangka panjang
menyebabkan kerusakan tulang (EPA, 2005).

Ikan Sokang
Morfologi dan Klasifikasi
Ikan sokang memiliki jari-jari sirip punggung VI.22-26; jari-jari sirip dubur
18-21; sirip dada (termasuk bagian yang tidak berkembang atau kecil) 14-16.
Gambaran kepala bagian punggung dari dasar jari-jari keras pertama sampai mata
sedikit cembung di bagian depan jari-jari keras dan hampir berupa garis lurus atau
sedikit cekung di sekitar mata. Setengah bagian badan bagian punggung berwarna
coklat keperakan, di bagian perut berwarna putih keperakan, badan terdapat
beberapa bercak kuning gelap yang tidak teratur; selaput sirip punggung jari-jari
pertama dan kedua berwarna hitam, sedikit atau banyak berkurang diantara jarijari keras kedua dan ketiga, pucat diantara yang ketiga dan kelima; jari-jari keras
sirip punggung berwarna putih; jari-jari lemah sirip dubur dan sirip dada berwarna
pucat; sirip ekor berwarna putih dengan bercak kuning yang kurang jelas
(Matsuura dan Peristiwady, 2001).
Klasifikasi ikan sokang menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Tetraodontiformes
Famili : Triacanthidae
Genus : Triacanthus
Spesies : Triacanthus nieuhofi, Blkr 1852

Berikut ini adalah gambar ikan sokang (Triacanthus nieuhofi) yang dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 2 Ikan sokang (Triacanthus nieuhofi, Blkr 1852).
(Sumber : www.fishbase.org.)
Ikan sokang memiliki nama umum dan nama lokal sebagai berikut :
Nama umum : Silver tripodfish (Australia), thinkari-mas (India)
Nama lokal

: Sunjang langit, pahal-pahal dan sokang (Jawa)

Aspek Biologi dan Ekologi
Ikan sokang merupakan ikan demersal yang hidup di perairan laut beriklim
tropis dan terdapat di daerah dengan dasar pasir atau dasar berlumpur di kawasan
pantai. Ikan ini memakan biota benthos; panjang total maksimum adalah 28 cm.
Distribusi ikan ini terdapat pada khususnya dari Indonesia sampai Australia
bagian barat; tercatat pula dari Teluk Bengal. (Matsuura dan Peristiwady, 2001).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2004 yang meliputi
kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Pengambilan contoh ikan dilakukan di
sekitar perairan Pantai Marina Ancol, Teluk Jakarta. Analisis sampel kandungan
logam berat di dalam organ tubuh ikan dilakukan di Laboratorium Terpadu FKHIPB, Bogor. Sedangkan sampel logam berat di air dan sedimen serta kualitas
perairan Teluk Jakarta dilakukan oleh UPT Laboratorium Lingkungan, Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, DKI Jakarta.

U

Sumber : Peta jalan & indeks, CD ROM 2003 oleh Gunther W. H, Jakarta

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cool box, plastik, alat
bedah, kertas label, dan AAS untuk mengukur kandungan logam berat. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah contoh ikan, contoh air, sedimen, es, formalin untuk
mengawetkan sampel dan HNO3 sebagai bahan pengawet air contoh.

Metoda Kerja
Metode Pengambilan Contoh Air dan Sedimen
Contoh air dan sedimen menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi DKI Jakarta.
Pengambilan contoh air dilakukan pada 4 stasiun pengamatan yang telah
ditentukan berdasarkan adanya aktivitas daratan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan (Gambar 3). Parameter-parameter yang diamati dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Parameter fisika dan kimia perairan yang diukur
Parameter
Fisika
1. Suhu
2. Salinitas
Kimia

Satuan

Alat

Metode

Keterangan

C
/oo

Termometer
Refraktometer

Pemuaian
Refraktometrik

In situ*
Laboratorium*

1. pH

Unit

Kertas lakmus

In situ*

2. Oksigen terlarut

mg/l

Titrasi

Komparasi
warna
Titrimetrik

Laboratorium*

3. Timbal (Pb)

ppm

Spektrofotometer

AAS

Laboratorium*

4. Kadmium (Cd)

ppm

Spektrofotometer

AAS

Laboratorium*

o
o

Ket : * = sumber data BPLHD Jakarta

Metode Pengambilan Ikan Contoh
Pengambilan ikan dilakukan dengan menggunakan purse seine atau
masyarakat setempat menyebutnya jaring bondet. Kemudian ikan contoh yang
terkumpul

diawetkan

dengan

es

batu

dalam

kotak

pendingin

untuk

mempertahankan tingkat kesegaran, sehingga diharapkan pada saat pengambilan
contoh organ, organ masih tetap dalam kondisi yang sama dengan pada saat
ditangkap. Setelah itu ikan contoh dibawa ke Laboratorium Ekobiologi Perairan,
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk kemudian dibedah dan diambil organ
ginjal, hati, insang, dan dagingnya.

Metode Pengambilan Organ Ikan
Pengambilan organ ikan dilakukan dengan cara membedah ikan dengan
menggunakan gunting. Pengguntingan dilakukan dari anus sampai tutup insang.
Setelah itu dilakukan pengambilan organ ikan seperti hati, ginjal, insang dan
daging dengan menggunakan bantuan pinset kemudian dimasukan ke dalam botol
film. Sebagian untuk analisa logam berat dan sebagian lagi untuk analisa histologi
yang ditambahkan formalin 4%.

Metoda Analisa
Analisa Logam Berat
Analisa logam berat dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometrik
Serapan Atom (AAS) yang didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yaitu
banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan kadar zat. Oleh karena
yang mengabsorpsi sinar adalah atom, maka ion atau senyawa logam berat harus
diubah menjadi bentuk atom. Perubahan bentuk ion menjadi bentuk atom harus
dilakukan dengan suhu tinggi (2000ºC) melalui pembakaran (Akbar, 2002).
Untuk mendapatkan konsentrasi logam berat yang sebenarnya digunakan
formula :

Konsentrasi sebenarnya =

Konsentras i AAS (ìg ml) × Volume Penetapan (ml)
Berat Kering (g)

Analisa Deskriptif
Hasil analisa logam berat pada perairan Ancol, Teluk Jakarta untuk melihat
tingkat pencemaran logam berat Pb dan Cd dibandingkan dengan Kriteria Baku
Mutu Air Laut untuk Biota Laut tahun 2004 pada Tebel 5.
Tabel 5 Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut (Menteri Negara Lingkungan