Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau.

(1)

MAKANAN

IKAN MOTAN (

Thynnichthys thynnoides

, Bleeker 1852)

DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI

RIAU

Oleh:

EVI LESTARI RAHAYU C24104003

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

KEBIASAAN MAKANAN IKAN MOTAN (Thynnichthys thynnoides, BLEEKER 1852) DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI, RIAU

adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2009

Evi Lestari Rahayu C24104003


(3)

RINGKASAN

EVI LESTARI RAHAYU. Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Dibimbing oleh M.F. RAHARDJO dan DJADJA SUBARDJA SJAFEI

Perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri merupakan suatu ekosistem yang sangat dinamis yaitu adanya perbedaan paras muka air yang fluktuatif antara musim kemarau dengan musim penghujan. Kondisi pada musim hujan memberikan relung makanan dan habitat yang sangat besar bagi biota akuatik sehingga perairan tersebut menjadi sumber produksi perikanan tawar yang sangat besar di Riau. Akan tetapi, akhir-akhir ini telah terjadi penurunan produksi tangkapan ikan sehingga dikhawatirkan keberadaan populasi ikhtiofauna di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, terutama ikan motan dapat terancam keberlanjutannya. Salah satu informasi penunjang dalam pengelolaan ikan motan di alam adalah aspek kebiasaan makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebiasaan makanan ikan motan di Sungai Kampar Kiri. Penangkapan ikan motan dilakukan dari bulan Juli sampai Desember 2006 pada dua daerah yakni, daerah Simalinyang dan Mentulik. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang eksperimental dan sempirai. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Bio Makro I dan Laboratorium Bio Mikro I, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Jumlah ikan motan yang tertangkap sebanyak 852 ekor yang terdiri atas 373 ikan yang berasal dari daerah Simalinyang (197 jantan dan 176 betina) dan 479 ikan yang berasal dari daerah Mentulik (294 jantan dan 185 betina). Masing-masing selang kelas ukuran diambil secara acak lima ekor ikan contoh dari jumlah total ikan yang memiliki usus berisi, sehingga diperoleh jumlah ikan motan contoh sebanyak 259 ekor, yakni 128 ekor dari Simalinyang dan 131 ekor dari Mentulik. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap panjang total usus ikan motan.

Usus ikan motan yang telah diukur panjangnya dikeluarkan isinya, kemudian dimasukkan ke dalam botol film, dan diberi formalin 5%. Pengamatan jenis organisme dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x10 untuk mengetahui komposisi jenis makanan yang dimakan oleh ikan tersebut. Nilai indeks bagian terbesar dicari melalui gabungan dua metode yakni metode frekuensi kejadian dan volumetrik. Nilai indeks ini bermanfaat untuk menilai macam-macam makanan yang dimakan oleh ikan.

Dari hasil penelitian diperoleh komposisi makanan ikan motan terbanyak adalah dari kelas Bacillariophyceae (30 genera) dengan komposisi jenis makanan utama Cocconeis pada kedua daerah (Simalinyang dan Mentulik). Jenis Cocconeis juga sering ditemukan sebagai komposisi jenis makanan utama pada setiap bulan pengamatan dan pada setiap kelompok ukuran panjang total ikan motan.


(4)

KEBIASAAN MAKANAN

IKAN MOTAN (

Thynnichthys thynnoides

, Bleeker 1852)

DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI

RIAU

EVI LESTARI RAHAYU

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(5)

SKRIPSI

Judul

:

Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys

thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau

Nama Mahasiswa : Evi Lestari Rahayu

NIM : C24104003

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA Dr. Ir. Djadja Subardja Sjafei NIP : 130 536 685 NIP : 130 234 862

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc NIP : 131 578 799


(6)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 11 November 1986. Penulis merupakan anak pertama dari 10 bersaudara; 8 bersaudara se-ibu dan 3 bersaudara se-ayah. Ibu bernama Euis T. Kartini dan ayah bernama M. Suherman.

Dengan kehendak Allah SWT, penulis telah menempuh SDN Nagrog 1, SLTPN I Cicalengka, SMAN I Cicalengka dan IPB.

Selama mengikuti pendidikan formal di IPB, penulis aktif dalam kelembagaan seperti, FKMC 2004/2005, DPM-TPB 2005, DPM-C 2005/2006. Penulis sering mengikuti pelatihan dan seminar, serta kegiatan mahasiswa lainnya seperti, Pelayaran Kebangsaan 2007, Lomba penulisan Bank Syariah bagi mahasiswa se-Jawa 2008, Dialog Kebangsaan 2008, Pekan Kreativitas Mahasiswa Teknologi Universitas Muhammadiyah Malang 2006, dan Alumni Training Support ESQ.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Penulis menyusun skripsi yang berjudul

“Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys Thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau”.


(7)

PRAKATA

Penulis mengucapkan puji serta syukur kepada Allah SWT yang telah menghendaki terciptanya skripsi ini dengan judul “Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini. Semoga informasi dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, April 2009


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan dan manfaat ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan tata nama ikan motan... 3

B. Deskripsi dan distribusi ikan motan ... 4

C. Makanan dan kebiasaan makanan ... 4

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi pengambilan ikan motan ... 7

B. Alat dan bahan ... 7

C. Prosedur kerja ... 7

D. Analisis data ... 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jumlah ikan motan contoh ... 9

B. Kebiasaan makanan ikan motan di Simalinyang dan Mentulik ... 10

C. Kebiasaan makanan ikan motan berdasarkan bulan pengamatan ... 11

D. Kebiasaan makanan ikan motan berdasarkan ukuran panjang total 12

E. Pengelolaan ikan motan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri .... 13

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 18


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kisaran panjang total dan bobot ikan motan ... 9

2. Jumlah ikan motan berdasarkan kelompok ukuran di Simalinyang dan Mentulik ... 9

3. Komposisi jenis makanan ikan motan di Simalinyang ... 10

4. Komposisi jenis makanan ikan motan di Mentulik ... 10

5. Komposisi (IP) makanan tiga-besar di Simalinyang dan Mentulik .... 11

6. Komposisi (IP) makanan tiga-besar pada setiap bulan pengamatan di Simalinyang dan Mentulik ... 12

7. Komposisi (IP) makanan tiga-besar berdasarkan kelompok ukuran panjang total ikan motan di Simalinyang dan Mentulik ... 13


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Ikan motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) ... 3


(11)

MAKANAN

IKAN MOTAN (

Thynnichthys thynnoides

, Bleeker 1852)

DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI

RIAU

Oleh:

EVI LESTARI RAHAYU C24104003

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

KEBIASAAN MAKANAN IKAN MOTAN (Thynnichthys thynnoides, BLEEKER 1852) DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI, RIAU

adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2009

Evi Lestari Rahayu C24104003


(13)

RINGKASAN

EVI LESTARI RAHAYU. Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Dibimbing oleh M.F. RAHARDJO dan DJADJA SUBARDJA SJAFEI

Perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri merupakan suatu ekosistem yang sangat dinamis yaitu adanya perbedaan paras muka air yang fluktuatif antara musim kemarau dengan musim penghujan. Kondisi pada musim hujan memberikan relung makanan dan habitat yang sangat besar bagi biota akuatik sehingga perairan tersebut menjadi sumber produksi perikanan tawar yang sangat besar di Riau. Akan tetapi, akhir-akhir ini telah terjadi penurunan produksi tangkapan ikan sehingga dikhawatirkan keberadaan populasi ikhtiofauna di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, terutama ikan motan dapat terancam keberlanjutannya. Salah satu informasi penunjang dalam pengelolaan ikan motan di alam adalah aspek kebiasaan makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebiasaan makanan ikan motan di Sungai Kampar Kiri. Penangkapan ikan motan dilakukan dari bulan Juli sampai Desember 2006 pada dua daerah yakni, daerah Simalinyang dan Mentulik. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang eksperimental dan sempirai. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Bio Makro I dan Laboratorium Bio Mikro I, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Jumlah ikan motan yang tertangkap sebanyak 852 ekor yang terdiri atas 373 ikan yang berasal dari daerah Simalinyang (197 jantan dan 176 betina) dan 479 ikan yang berasal dari daerah Mentulik (294 jantan dan 185 betina). Masing-masing selang kelas ukuran diambil secara acak lima ekor ikan contoh dari jumlah total ikan yang memiliki usus berisi, sehingga diperoleh jumlah ikan motan contoh sebanyak 259 ekor, yakni 128 ekor dari Simalinyang dan 131 ekor dari Mentulik. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap panjang total usus ikan motan.

Usus ikan motan yang telah diukur panjangnya dikeluarkan isinya, kemudian dimasukkan ke dalam botol film, dan diberi formalin 5%. Pengamatan jenis organisme dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x10 untuk mengetahui komposisi jenis makanan yang dimakan oleh ikan tersebut. Nilai indeks bagian terbesar dicari melalui gabungan dua metode yakni metode frekuensi kejadian dan volumetrik. Nilai indeks ini bermanfaat untuk menilai macam-macam makanan yang dimakan oleh ikan.

Dari hasil penelitian diperoleh komposisi makanan ikan motan terbanyak adalah dari kelas Bacillariophyceae (30 genera) dengan komposisi jenis makanan utama Cocconeis pada kedua daerah (Simalinyang dan Mentulik). Jenis Cocconeis juga sering ditemukan sebagai komposisi jenis makanan utama pada setiap bulan pengamatan dan pada setiap kelompok ukuran panjang total ikan motan.


(14)

KEBIASAAN MAKANAN

IKAN MOTAN (

Thynnichthys thynnoides

, Bleeker 1852)

DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI

RIAU

EVI LESTARI RAHAYU

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(15)

SKRIPSI

Judul

:

Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys

thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau

Nama Mahasiswa : Evi Lestari Rahayu

NIM : C24104003

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA Dr. Ir. Djadja Subardja Sjafei NIP : 130 536 685 NIP : 130 234 862

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc NIP : 131 578 799


(16)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 11 November 1986. Penulis merupakan anak pertama dari 10 bersaudara; 8 bersaudara se-ibu dan 3 bersaudara se-ayah. Ibu bernama Euis T. Kartini dan ayah bernama M. Suherman.

Dengan kehendak Allah SWT, penulis telah menempuh SDN Nagrog 1, SLTPN I Cicalengka, SMAN I Cicalengka dan IPB.

Selama mengikuti pendidikan formal di IPB, penulis aktif dalam kelembagaan seperti, FKMC 2004/2005, DPM-TPB 2005, DPM-C 2005/2006. Penulis sering mengikuti pelatihan dan seminar, serta kegiatan mahasiswa lainnya seperti, Pelayaran Kebangsaan 2007, Lomba penulisan Bank Syariah bagi mahasiswa se-Jawa 2008, Dialog Kebangsaan 2008, Pekan Kreativitas Mahasiswa Teknologi Universitas Muhammadiyah Malang 2006, dan Alumni Training Support ESQ.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Penulis menyusun skripsi yang berjudul

“Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys Thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau”.


(17)

PRAKATA

Penulis mengucapkan puji serta syukur kepada Allah SWT yang telah menghendaki terciptanya skripsi ini dengan judul “Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini. Semoga informasi dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, April 2009


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan dan manfaat ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan tata nama ikan motan... 3

B. Deskripsi dan distribusi ikan motan ... 4

C. Makanan dan kebiasaan makanan ... 4

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi pengambilan ikan motan ... 7

B. Alat dan bahan ... 7

C. Prosedur kerja ... 7

D. Analisis data ... 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jumlah ikan motan contoh ... 9

B. Kebiasaan makanan ikan motan di Simalinyang dan Mentulik ... 10

C. Kebiasaan makanan ikan motan berdasarkan bulan pengamatan ... 11

D. Kebiasaan makanan ikan motan berdasarkan ukuran panjang total 12

E. Pengelolaan ikan motan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri .... 13

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 18


(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kisaran panjang total dan bobot ikan motan ... 9

2. Jumlah ikan motan berdasarkan kelompok ukuran di Simalinyang dan Mentulik ... 9

3. Komposisi jenis makanan ikan motan di Simalinyang ... 10

4. Komposisi jenis makanan ikan motan di Mentulik ... 10

5. Komposisi (IP) makanan tiga-besar di Simalinyang dan Mentulik .... 11

6. Komposisi (IP) makanan tiga-besar pada setiap bulan pengamatan di Simalinyang dan Mentulik ... 12

7. Komposisi (IP) makanan tiga-besar berdasarkan kelompok ukuran panjang total ikan motan di Simalinyang dan Mentulik ... 13


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Ikan motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) ... 3


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Gambar peta perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau ... 20 2. Gambar lokasi di Simalinyang dan Mentulik ... 21 3. Gambar alat tangkap jaring insang eksperimental dan sempirai... 22 4. Jumlah ikan motan pada setiap bulan pengamatan di

Simalinyang dan Mentulik ... 23 5. Gambar insang dan usus ikan motan... 24 6. Perbandingan nilai Indek Bagian Terbesar (IP) jenis makanan

ikan motan di Simalinyang dan Mentulik ... 25 7. Perbandingan nilai Indek Bagian Terbesar (IP) jenis makanan

pada setiap bulan pengamatan di Simalinyang dan Mentulik... 27 8. Perbandingan nilai Indek Bagian Terbesar (IP) jenis makanan


(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Rawa banjiran merupakan tipe perairan yang memiliki ciri yakni, adanya fluktuasi air antara musim hujan dan musim kemarau yang bervariasi sepanjang tahun; pada musim kemarau volume air sangat kecil hanya ditemukan pada alur sungai utama saja, sedangkan ketika musim hujan terjadi luapan air yang menggenangi daerah sekitar sungai utama, paparan hingga ke danau tapal kuda. Hal ini yang menyebabkan adanya variasi ketersediaan relung habitat dan makanan bagi organisme di rawa banjiran. Sungai Kampar Kiri memiliki keanekaragaman spesies ikan yang tinggi dan telah ditetapkan sebagai bagian dari kawasan sentral produksi perikanan tawar di Provinsi Riau. Beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan hasil tangkapan di Sungai Kampar yang disebabkan oleh laju eksploitasi ikan yang berlebihan dan kerusakan habitat (Simanjuntak et al., 2006).

Di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri telah ditemukan sebanyak 86 spesies ikan, salah satunya adalah ikan motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852). Ikan motan ini merupakan ikan asli di Sungai Kampar Kiri dan berpotensi sebagai ikan konsumsi. Di desa Kampar harga ikan motan basah sebesar Rp 20.000,00 dan harga ikan motan asap sebesar Rp 80.000,00 (Simanjuntak, Komunikasi pribadi, 2007). Kondisi ini memberi peluang bagi ikan motan sebagai ikan tangkapan utama di perairan Kampar Kiri. Penangkapan ikan motan secara berlebihan, dan tanpa memerhatikan musim tangkap, serta degradasi habitat dapat mengancam kelestarian ikan motan di alam. Hal serupa terjadi di Sungai Tonle Sap, Kamboja yang telah terjadi penurunan keragaman spesies ikan air tawar akibat penangkapan berlebihan terutama saat musim pemijahan serta perubahan rawa banjiran akibat pembalakan liar (Lim et al., 1999). Ikan marga Tor umumnya merupakan jenis yang terancam punah akibat penggundulan hutan dan penangkapan yang berlebihan (Kottelat et al., 1993; Haryono, 2006). Kondisi perairan Sungai Kampar semakin menurun akibat masuknya bahan pencemar hasil kegiatan industri di sepanjang aliran sungai yakni PT. RAPP (Riau Andalan Pulp Paper) sejenis pabrik kertas (Erlangga, 2007). Hal ini dikhawatirkan dapat


(23)

2

mengancam kelestarian ikhtiofauna di rawa banjiran Kampar Kiri, terutama jenis ikan motan.

Oleh karena itu, supaya ikan motan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan sebelum terjadi kepunahan ikan motan di alam, maka perlu adanya upaya pengelolaan baik konservasi maupun domestikasi secara dini.Salah satu informasi dasar sebagai bahan rujukan bagi pengelolaan ikan motan yang lestari dan berkelanjutan adalah aspek kebiasaan makanan ikan motan. Data kebiasaan makanan ikan motan ini diperlukan pula bagi pihak pengelola ikan motan di alam dan yang mencoba mengembangkan usaha budidaya ikan motan.

B. Tujuan dan manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebiasaan makanan ikan motan di Sungai Kampar Kiri, Riau. Informasi kebiasaan makanan ikan motan diharapkan menjadi salah satu sumber rujukan dalam pengelolaan sumberdaya ikan motan baik di Sungai Kampar Kiri maupun di perairan lainnya.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan tata nama ikan motan

Klasifikasi ikan motan menurut (Kottelat et al., 1993; www.fishbase.com) adalah sebagai berikut (Gambar 1):

Famili : Cyprinidae Genus : Thynnichthys

Spesies : Thynnichthys thynnoides (Bleeker, 1852)

Skala 1:1

Gambar 1. Ikan motan (Thynnichthys thynnoides Bleeker, 1852) (Simanjuntak, 2006)

Cyprinidae merupakan famili ikan air tawar yang sangat besar dan terdapat hampir di setiap tempat di dunia kecuali, Australia, Madagaskar, Selandia Baru dan Amerika Selatan. Banyak jenis dari Cyprinidae sebagai ikan konsumsi penting (Kottelat et al., 1993). Di rawa banjiran Kampar Kiri, Cyprindae memiliki jumlah spesies terbanyak dibandingkan Siluridae, Channidae, dan suku ikan lainnya (Simanjuntak et al., 2006)

Thynnichthys thynnoides mempunyai nama daerah yang sama dengan Thynnichthys polylepis dan Thynnichthys vailanti di Riau yakni, ikan motan (Tampubolon, 2008). Ikan ini di Jambi dikenal dengan nama daerah ikan lambak, ringan, ringau, dan ringgo, di daerah Sumatera Selatan dengan nama daerah ikan lumoh, serta di daerah Kalimantan dengan nama daerah ikan menangin (Nugroho,


(25)

4

1990). Ikan motan di Riau terkenal juga dengan sebutan “motan godang kapalo” artinya ikan motan memiliki kepala yang besar (Simanjuntak, Komunikasi pribadi, 2007).

B. Deskripsi dan distribusi ikan motan

Menurut Kottelat et al. (1993), ikan motan memiliki panjang maksimum ±250 mm dan terdapat 58-60 sisik pada gurat sisi, dan 13 sisik antara sirip punggung dan gurat sisi. Ikan motan memiliki tipe mulut terminal. Dari bentuk mulut yang terminal memungkinkan ikan ini menyukai makanan yang terapung atau melayang seperti plankton (Sabariah et al., 2006).

Tubuh ikan motan memiliki warna putih keperakan dengan sisik yang kecil dan permukaan atasnya memiliki warna gelap, ukuran kepala besar. Permulaan sirip punggungnya lebih dekat ke muncung dibandingkan ke batang ekor. Sirip punggung ikan motan hampir bertepatan dengan permulaan sirip perut, sirip ekornya bercabang dua, sirip duburnya berbentuk cekung dan sirip perut lebih pendek dari pada sirip dada (DPPDT I Jambi, 1995).

Ikan motan hidup di lingkungan perairan tawar sebagai potamodromus dan benthopelagis. Ikan ini berada di iklim tropis. Distribusi spesies ikan motan berada di Asia yaitu Danau Mekong dan Chao Phraya, Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan (www.fishbase.com; Kottelat et al., 1993). Ikan motan terdapat di sungai-sungai besar, kanal, danau tapal kuda (oxbow) pada musim kemarau dan daerah rawa banjiran pada musim hujan.

C. Makanan dan kebiasaan makanan

Makanan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan bagi reproduksi, dinamika populasi dan kondisi ikan di suatu perairan (Nikolsky, 1963). Dengan mengetahui kebiasaan makanan setiap spesies ikan maka dapat dilihat hubungan ekologis diantara individu pada perairan tersebut, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, persaingan dan rantai makanan (Effendie, 2002). Keberadaan suatu jenis ikan di perairan memiliki hubungan yang erat dengan keberadaan makanannya (Lagler, 1972). Menurut Effendie (2002), kebiasaan makanan ikan dipelajari untuk menentukan gizi alamiahnya.


(26)

5

Makanan yang telah digunakan oleh ikan akan memengaruhi pertumbuhan, kematangan gonad bagi tiap-tiap individu ikan, serta keberhasilan hidupnya. Adanya makanan dalam perairan selain terpengaruh oleh kondisi biotik seperti besarnya populasi ikan, ditentukan pula oleh kondisi abiotik lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan (Effendie, 2002).

Kebiasaan makanan ikan secara alami bergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup (Effendie, 2002). Kebiasaan makanan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain habitat, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, periode harian mencari makanan, spesies kompetitor, ukuran dan umur ikan (Ricker, 1970).

Nikolsky (1963) menyatakan bahwa urutan kebiasaan makanan ikan terdiri atas: (1) makanan utama, yaitu makanan yang biasa dimakan dalam jumlah yang banyak; (2) makanan sekunder, yaitu makanan yang biasa dimakan dan ditemukan di dalam ususnya dalam jumlah yang lebih sedikit; (3) makanan insidental, yaitu makanan yang terdapat pada saluran pencernaan dengan jumlah yang sangat sedikit; serta (4) makanan pengganti, yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia.

Kebiasaan makanan ikan biasanya berhubungan dengan kondisi habitat di perairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor penyebaran organisme sebagai makanan ikan, faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan, serta faktor-faktor fisik yang memengaruhi perairan (Effendie, 2002). Menurut Krebs (1989), secara umum keadaan fisika kimia perairan membatasi penyebaran jenis-jenis organisme, dan penyebarannya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanannya.

Makanan utama kebanyakan ikan di alam seperti bakteri, desmidiaceae, dan bacillariophyceae (fitoplankton maupun zooplankton) (Lagler, 1972). Bacillariophyceae ditemukan dalam jumlah banyak menunjukkan ketersediaan makanan di perairan cukup melimpah (Zahid, 2005). Makanan utama ikan lundu adalah Crustacea yang banyak dikonsumsi pada hampir semua kelas ukuran (Fauziah et al., 2004). Pada umumnya ikan akan mencari makanan yang jenis dan ukurannya sesuai dengan bentuk tubuh dan ukuran mulutnya, dan apabila ikan tersebut bertambah besar maka ia akan merubah makanannya baik dalam ukuran


(27)

6

maupun kualitasnya dan ikan dewasa cenderung mengikuti pola kebiasaan induknya (Effendie, 1979). Ikan yang belum teradaptasi baik pada lingkungan luar alaminya memerlukan jenis makanan yang sesuai untuk dapat bertahan hidup, tumbuh, dan reproduksi (Oktaviani, 2005).

Ikan motan hidup sebagai mikrofagus, makanannya adalah fitoplankton, perifiton, alga dasar, dan zooplankton. Ikan motan bermigrasi untuk memijah ke rawa banjiran ketika permukaan air naik (www.fishbase.com).


(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan lokasi pengambilan ikan motan

Waktu pengambilan ikan motan dilakukan dari bulan Juli sampai Desember 2006 di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Lokasi pengambilan ikan motan berdasarkan daerah yang memiliki rawa banjiran terluas dan merupakan daerah tangkapan nelayan. Atas dasar itu, kemudian dipilih daerah Simalinyang dan Mentulik sebagai lokasi pengambilan ikan motan (Lampiran 1).

Lampiran 2 merupakan gambar lokasi pengambilan ikan motan di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Lokasi Simalinyang merupakan daerah bagian hulu dari Sungai Kampar Kiri, sedangkan Mentulik adalah bagian hilir dari perairan tersebut. Jika ditarik garis lurus maka jarak kedua lokasi adalah 10 km, sedangkan jika mengikuti alur sungai maka berjarak 21 km.

B. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam pengambilan ikan motan di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri adalah jaring insang eksperimental dan perangkap (sempirai) (lampiran 3), ember berukuran 50 liter, plastik berukuran 1 kg dan ½ kg, alat bedah, botol film, penggaris, mikroskop dan buku identifikasi. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah formalin 10% untuk mengawetkan ikan dan formalin 5% untuk mengawetkan usus ikan.

C. Prosedur kerja

Ikan motan ditangkap dengan menggunakan alat tangkap berupa jaring insang eksperimental dan perangkap (sempirai). Jaring insang eksperimental berukuran mata jaring 1’;1,5’;2’;2,5’ dan 3’, panjang 20 m dan tinggi 2 m dipasang pada sore hari (18.00 WIB) dan kemudian diangkat pada pagi hari berikutnya (06.00 WIB). Alat perangkap sempirai dipasang selama dua hari dua malam.

Ikan yang tertangkap dipisahkan berdasarkan lokasi penangkapan dan diawetkan dalam larutan formalin 10%, untuk dianalisis di laboratorium. Setelah itu, setiap ikan motan diukur panjang total dan ditimbang bobot tubuhnya. Selanjutnya, dilakukan pembedahan terhadap ikan motan tersebut untuk


(29)

8

mendapatkan saluran pencernaan (usus). Usus ikan motan contoh dimasukkan ke dalam botol film yang telah diberi nama berdasarkan nama (ikan/tempat/bulan) dan diberi larutan formalin 5%. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap panjang total usus ikan motan. Pengamatan jenis organisme dilakukan di bawah mikroskop dan menggunakan buku identifikasi Needham dan Needham (1962).

D. Analisis data Kebiasaan makanan

Natarajan dan Jhingran (1961) in Effendie (1979) menilai bermacam-macam makanan ikan menggunakan suatu indek yang dinamakan ”Indek Bagian Terbesar”, sebagai hasil metode gabungan antara frekuensi kejadian dan volumetrik dengan perumusan sebagai berikut:

Ii = x100

O . V

O . V n

1 i

i i

i i

Keterangan:

Ii = Indek Bagian Terbesar jenis organisme makanan ke-i

Vi = Persentase volume jenis organisme makanan ke-i

Oi = Persentase frekuensi kejadian jenis organisme makanan ke-i


(30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Jumlah ikan motan contoh

Secara keseluruhan, jumlah ikan motan yang diambil dari perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau sebanyak 931 ekor (382 ekor di Simalinyang dan 549 ekor di Mentulik). Kisaran panjang total dan bobot ikan dikemukakan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kisaran panjang total dan bobot ikan motan

Keterangan Simalinyang Mentulik Total Panjang total (mm) 108-227 94-198 94-227 Bobot (gram) 8,52-122,05 5,73-67,41 5,73-122,05

Jumlah (ekor) 382 549 931

Ikan motan contoh yang dianalisis sebanyak 259 ekor, yakni 128 ekor dari Simalinyang dan 131 ekor dari Mentulik. Ukuran selang kelas panjang total ikan motan contoh adalah antara 91-130 mm termasuk kelompok ukuran kecil, ukuran panjang total 131-170 mm termasuk kelompok ukuran sedang, dan ukuran panjang total 171-210 mm termasuk kelompok ukuran besar. Sebaran ikan motan contoh berdasarkan ukuran tersebut tertera pada Tabel 2 dan Lampiran 4.

Tabel 2. Jumlah ikan motan berdasarkan kelompok ukuran di Simalinyang dan Mentulik

Ukuran panjang

Simalinyang Mentulik

∑ Diperiksa Isi ∑ Diperiksa Isi Kecil (91-130 mm) 73 31 17 436 291 80 Sedang (131-170 mm) 277 183 89 105 75 43 Besar (171-210 mm) 32 26 22 8 8 8


(31)

10

B.Kebiasaan makanan ikan motan di Simalinyang dan Mentulik

Secara umum, hasil analisis terhadap isi usus ikan motan di kedua lokasi (Simalinyang dan Mentulik) memerlihatkan bahwa organisme makanan dapat digolongkan menjadi enam kelas yakni; Bacillariophyceae, Desmidiaceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, Protozoa, dan Crustaceae. Komposisi jenis makanan tersebut tertera pada Tabel 3 dan Tabel 4. Berdasarkan komposisi jenis makanan, anatomi insang dan usus ikan motan (Lampiran 5) maka dapat dinyatakan bahwa ikan motan termasuk ikan pemakan plankton.

Tabel 3. Komposisi jenis makanan ikan motan di Simalinyang

Kelas Genus

Bacillariophyceae (24 genera)

Amphipora, Asterococcus, Biddulphia, Caloneis, Campylodiscus, Cocconeis, Coscinodiscus, Cyclotella, Cymbella, Diatoma, Ephitemia, Fragilaria, Melosira, Navicula, Neidium, Nitzschia, Pinnularia, Pleurosigma, Rhizosolenia, Skeletonema, Stauroneis, Surirella, Synedra, Tribonema.

Desmidiaceae (11 genera)

Arthrodesmus, Closterium, Cosmarium, Dytilum, Gonatozygon, Ichthyocercus, Mesotaenium, Micrasterias, Pleurotaenium, Staurastrum, Tetmemorus.

Chlorophyceae (13 genera)

Ankistrodesmus, Bracteacoccus, Botryococcus, Characium, Chlorobotrys, Cladophora, Closteriopsis, Crucigenia, Mougeotia, Netrium, Phacus, Protococcus, Scenedesmus. Cyanophyceae (2 genera) Aphanocapsa, Microcystis. Protozoa (3 genera)

Euglena, Spirostomum, Urostyle.

Tabel 4. Komposisi jenis makanan ikan motan di Mentulik

Kelas Genus

Bacillariophyceae (19 genera)

Amphipora, Campylodiscus, Cocconeis, Coscinodiscus, Cyclotella, Cymbella, Denticula, Diatoma, Epephora, Fragilaria, Hydrocera, Melosira, Meridion, Navicula, Nitzschia, Pinnularia, Rhizosolenia, Surirella, Synedra.

Desmidiaceae (7 genera)

Arthrodesmus, Closterium, Cosmarium, Dytilum, Gonatozygon, Micrasterias, Tetmemorus.

Chlorophyceae (12 genera)

Ankistrodesmus, Botryococcus, Characium, Chlorobotrys, Cladophora, Closteriopsis, Crucigenia, Mougeotia, Netrium, Phacus, Protococcus, Scenedesmus

Cyanophyceae (4 genera)

Aphanocapsa, Coelosphaerium, Merismopedia, Microcystis. Crustaceae

(1 genus)


(32)

11

Ikan motan pada kedua lokasi memiliki komposisi makanan yang sama yakni Bacillariophyceae, Desmidiaceae, Chlorophyceae, dan Cyanophyceae. Perbedaan antara kedua lokasi diatas adalah kelas Crustaceae tidak ditemukan sebagai komposisi makanan ikan motan di Simalinyang, dan kelas Protozoa tidak ditemukan di Mentulik.

Secara umum, ikan motan memilih golongan Diatom, Desmidiaceae, dan Chlorophyceae sebagai makanannya dibanding golongan Cyanophyceae di Sungai Batang Hari (Nugroho, 1990). Menurut Effendie (2002), dalam suatu daerah geografis yang luas untuk satu spesies ikan yang hidup terpisah-pisah dapat terjadi perbedaan kebiasaan makanannya. Makanan ikan motan di Koto Panjang adalah Peridinium; dan komposisi makanan ikan motan di Desa Gunung Bungsu, Provinsi Riau, makanan utama ikan motan adalah Chlorophyceae (Lathifa, 2008). Data komposisi makanan ikan motan di kedua lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5 dan Lampiran 6. Jadi, makanan utama ikan motan baik di Simalinyang maupun di Mentulik tidak berbeda yakni Cocconeis.

Tabel 5. Komposisi (IP) makanan tiga-besar di Simalinyang dan Mentulik

Keterangan Simalinyang Mentulik

IP tertinggi I Cocconeis (59,46%) Cocconeis (52,15%) IP tertinggi II Pleurotaenium (22,06%) Cyclotella (18,50%) IP tertinggi II Cyclotella (7,66%) Nitzschia (11,44%)

C.Kebiasaan makanan ikan motan berdasarkan bulan pengamatan

Banyak spesies ikan dapat menyesuaikan diri dengan persediaan makanan dalam perairan sehubungan dengan musim yang berlaku (Effendie, 2002). Kebiasaan makanan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain habitat, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, periode harian mencari makanan, spesies kompetitor, ukuran dan umur ikan (Ricker, 1970). Komposisi makanan ikan motan berdasarkan bulan pengamatan disajikan pada Tabel 6 dan Lampiran 7.


(33)

12

Tabel 6. Komposisi (IP) makanan tiga-besar pada setiap bulan pengamatan di Simalinyang dan Mentulik

Bulan

Simalinyang Mentulik

IP tertinggi I IP tertinggi II IP tertinggi III IP tertinggi I IP tertinggi II IP tertinggi III

Jul Cyclotella

(50,12%) Cocconeis (46,22%) Surirella (1,66%) Nitzschia (26,60%) Gonatozygon (20,74%) Coscinodiscus (15,68%)

Agu Cocconeis

(63,64%) Cyclotella (15,81%) Coscinodiscus (8,44%) Cyclotella (33,49%) Nitzschia (19,98%) Cocconeis (18,65%)

Sep Cocconeis

(49,09%) Cyclotella (21,60%) Scenedesmus (11,21%) Cyclotella (39,21%) Coscinodiscus (19,30%) Nitzschia (13,24%)

Okt Cocconeis

(55,01%) Cyclotella (19,17%) Pleurotaenium (8,15%) Cocconeis (60,88%) Cyclotella (21,79%) Nitzschia (3,59%) Nov Pleurotaenium

(65,59%) Cocconeis (22,04%) Cyclotella (6,48%) Cocconeis (90,58%) Surirella (2,47%) Cyclotella (2,26%)

Des Cocconeis

(82,81%) Nitzschia (8,54%) Melosira (3,61%) Cocconeis (76,12%) Nitzschia (8,72%) Chlorobotrys (4,86%)

Perbedaan komposisi (IP) makanan tertinggi ikan motan pada setiap bulan pengamatan diduga karena terjadi perubahan ketersediaan makanan di perairan tersebut. Lagler (1972) menyatakan bahwa pola kebiasaan makanan ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya waktu dan ketersediaan makanan di perairan tersebut. Hal ini seperti kasus ikan tembang yang merubah komposisi makanannya sejalan dengan ketersediaan makanan di perairan (Asriyana et al., 2004). Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa walaupun salah satu macam makanan ikan tersedia melimpah di perairan, belum tentu makanan tersebut menjadi bagian penting dari susunan diet ikan (Porpova, 1978 in Asriyana et al., 2004), dan jika makanan yang disukai tidak ditemukan, ikan akan mengganti organisme makanannya walaupun kelimpahan organisme makanan ini rendah (Asriyana et al., 2004).

D.Kebiasaan makanan ikan motan berdasarkan ukuran panjang total

Ikan yang berhasil mendapatkan makanan sesuai dengan ukuran mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam ukuran maupun kualitasnya (Effendie, 2002). Menurut Lagler (1972), pola kebiasaan makanan ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ukuran ikan, waktu, serta faktor lingkungan yang memengaruhi ketersediaan makanan.


(34)

13

Komposisi makanan ikan motan berdasarkan ukuran disajikan pada Tabel 7 dan Lampiran 8.

Tabel 7. Komposisi (IP) makanan tiga-besar berdasarkan kelompok ukuran panjang total ikan motan di Simalinyang dan Mentulik

Keterangan

Simalinyang Mentulik

Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar

IP tertinggi I Cocconeis

(43,7%) Cocconeis (60,05%) Pleurotaenium (55,94%) Cocconeis (38,36%) Cocconeis (67,86%) Cocconeis (55,55%)

IP tertinggi II Nitzschia

(26,96%) Pleurotaenium (16,76%) Cocconeis (21,98%) Cyclotella (23,82%) Cyclotella (13,08%) Coscinodiscus (8,53%)

IP tertinggi III Cyclotella

(15,25%) Cyclotella (15,3%) Cyclotella (7,46%) Nitzschia (13,58%) Nitzschia (9,82%) Cyclotella (6,67%)

Menurut Nugroho (1990), ikan motan diduga mempunyai sifat selektif terhadap jenis makanan yang akan dimakan karena berdasarkan lokasi penelitian dan kelas ukuran makanan utamanya sama, hal ini diduga alat sensornya telah teradaptasi terhadap jenis makanan tertentu, ikan motan lebih memilih Gonatozygon dan Rizoclonium sebagai makanan utamanya walaupun jenis makanan tersebut tidak terdapat dalam jumlah banyak di perairan Sungai Batang Hari, Jambi. Perbedaan komposisi dan jenis makanan diperlihatkan berdasarkan kelompok ukuran panjang, hal ini berhubungan dengan kondisi fisiologis, ketersediaan makanan, dan pengaruh perubahan lingkungan (Wahyuni et al., 2004).

E. Pengelolaan ikan motan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri

Upaya pengelolaan ikan motan berdasarkan kebiasaan makanannya adalah melalui pemeliharaan terhadap ketersediaan makanan (pakan alami) di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan perairan tersebut dari pencemaran, dan degradasi habitat. Aspek kebiasaan makanan ikan motan dapat menjadi dasar acuan bagi upaya pengelolaan seperti, konservasi dan domestikasi ikan motan.

Menurut Kartamihardja (2007), ikan motan berpotensi untuk mengisi relung ekologi yang masih kosong di danau Djuanda. Selain itu, informasi makanan ini juga berfungsi sebagai bahan rujukan dalam pembuatan pakan buatan


(35)

14

bagi ikan motan dan ikan-ikan pemakan plankton lainnya. Dari hasil penelitian diduga makanan utama ikan motan adalah Cocconeis, hal ini karena jenis makanan tersebut sering ditemukan dalam setiap bulan pengamatan, dengan komposisi (IP) tertinggi.

Melimpahnya organisme Cocconeis mengindikasikan bahwa perairan tersebut merupakan perairan yang bersih dari pencemaran (Basmi, 1998). Penjagaan kondisi lingkungan perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri perlu dilakukan secara dini. Perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri memiliki nutrien yang melimpah berasal dari hasil dekomposisi tanaman air dan tanaman darat di sekitar rawa; serta sumbangan bahan organik yang terakumulasi dari vegetasi air yang terdapat pada rawa banjiran (Junks et al., 1989; de Carvalho et al., 2001 in Simanjuntak, 2007). Daerah rawa banjiran Sungai Kampar Kiri dimanfaatkan ikan motan sebagai habitat mencari makan, daerah asuhan dan daerah pemijahan.


(36)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Ikan motan termasuk ikan pemakan plankton. Komposisi makanan ikan motan terbanyak adalah Bacillariophyceae dengan makanan utamanya jenis Cocconeis pada kedua daerah (Simalinyang dan Mentulik). Makanan utama ikan motan (Cocconeis) tidak begitu berbeda baik berdasarkan bulan pengamatan, kelompok ukuran panjang total ikan dan lokasi penelitian.

B. Saran

Saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:

 Diperlukan upaya pemeliharaan ketersediaan makanan alami ikan motan di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri Riau.

 Informasi kebiasaan makanan ikan motan ini hendaknya menjadi salah satu acuan dalam upaya pengelolaan, seperti konservasi dan domestikasi budidaya ikan motan.

 Pengelolaan ikan motan yang lestari dan berkelanjutan memerlukan upaya kerjasama secara terpadu antara pemerintah dengan masyarakat, seperti mencegah degradasi habitat, menghindari pencemaran perairan, pengaturan musim tangkap, pengukuran ukuran mata jaring tangkap dan budidaya ikan motan di luar habitatnya.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Asriyana, MF. Rahardjo, dan Sulistiono. 2004. Kebiasaan Makanan Ikan Tembang Sardinella fimbriata Val. (Fam. Clupeidae) di Perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Iktiologi Indonesia 4 (1):43-50.

Basmi J., 1998. Planktonologi:Problema Distribusi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Dinas Perikanan Propinsi Tingkat I Jambi. 1995. Pengenalan Jenis-jenis Ikan Perairan Umum Jambi. Bagian 1. Ikan-ikan Sungai Utama Batang Hari-Jambi. Dinas Perikanan Propinsi Hari-Jambi.

Effendie, MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Effendie, MI. 1979. Metode Biologi Perikanan.Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Erlangga,. 2007. Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus). Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Fauziah R., R. Affandi, dan DS. Sjafei. 2004. Studi Makanan Ikan Lundu (Arius maculatus Thunberg, 1792) di Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia 4 (1):15-23.

Haryono,. 2006. Fauna Ikan di Perairan Sekitar Bukit Lawang Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Jurnal Iktiologi Indonesia 6 (2):111-119.

Kartamihardja, ES. 2007. Spektra Ukuran Biomassa Plankton dan Potensi Pemanfaatannya bagi Komunitas Ikan di Zona Limnetik Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Krebs, CJ. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher. New York. 625 p.

Kottelat, M., AJ. Whitten, SN. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Edisi Dwi Bahasa. Perplus editon LTD. Hongkong.

Lagler KF. 1972. Freshwater Fishery Biology. W. M. C. Brown Company Publishers. Dubuque, Iowa.

Lathifa, AR. 2008. Kebiasaan Makan Ikan Motan (Thynnichthys polylepis Bleeker, 1860) di Waduk Koto Panjang Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 79 hal.


(38)

17

Lim P., Lek S., Touch ST., Mao Sam-Onn dan Chhouk B., 1999. Diversity and spatial distribution of freshwater fish in Great Lake and Tonle Sap River (Cambodia, Southeast Asia). Journal Aquatic Living Resource 12 (6):379-386.

Needham, JG. dan Needham, PG. 1962. A Guide to the Study of Freshwater Biology. Fifth Edition. Holdenday, Inc. San Francisco.

Nikolsky, GV. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. London. 352 p. Nugroho, L. 1990. Strategi Pengelolaan Ikan Motan (T. Thynnoides) di Perairan

Sungai Batang Hari Jambi. Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Oktaviani I., MM. Kamal, dan S. Augy. 2005. Studi Kebiasaan Makanan Hirundichthys oxycephalusm (Exocoetidae) di Perairan Binuangen (Banten). Torani; Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan 15 (6): 361-368. Ricker, WE. 1970. IPB Handbook No.3; Methods for Assesment of Fish

Production in Freshwater. 2nd Printing. International Biological Programe. Blackwell Scientific Publications. Oxford and Edinburg. London. 313 p. Sabariah, V., E. Manangkalangi, dan Zainuddin, F. 2006. Kebiasaan Makanan

Ikan Pelangi Arfak (Melanotaenia urfakensis) dari Perairan Sungai di Kalimantan Barat dan Prafi-Manokwari. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV Jati Luhur, 29-30 Agustus 2006. Hlm. 19-23.

Simanjuntak, CPH., MF. Rahardjo, dan S. Sukimin. 2006. Iktiofauna Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri. Jurnal Iktiologi Indonesia 6 (2): 99-109.

Simanjuntak, CPH., 2007. Reproduksi Ikan Selais, Ompok hypophthalmus (BLEEKER) Berkaitan dengan Perubahan Hidromorfologi Perairan di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Tampubolon, PARP. 2008. Biologi Reproduksi Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Wahyuni T., Sulistiono, R. Affandi. 2004. Kebiasaan Makanan Ikan Buntal pisang (Tetraodon lunaris) di Perairan Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. 4 (1):25-30.

Zahid A. 2005. Studi Makanan Ikan Selanget (Anodontostroma chacunda H.B. 1982) pada Musim Barat di Perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.


(39)

18

http:// www.fishbase.com. (11 Januari 2007). www.sciencelinks.jp ( 30 Agustus 2008)


(40)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau”. Penelitian ini dimulai dari bulan Juli sampai Desember 2006.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA dan Dr. Ir. Djadja S. Sjafei yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dan membantu penulis pada penelitian ini. 2. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS. sebagai Ketua Komisi Pendidikan

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. 3. Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA. sebagai penguji tamu.

4. C.P.H. Simanjuntak, S.Pi., M.Si., sebagai pemilik proyek penelitian. 5. Keluarga tercinta (Ayah, Ibu, Nenek, Bu Erly, T’Kiki, Bunda Sekar, Ayu,

T’Ocha, Mbak Endang, M’Utep, T’Ani, M’Asep, Bi Aneng, Bi Elis, Iman, Adan, Ayat, Santi, Anissa, Ajeng, Hera dan Andi).

6. Tata Usaha MSP, Tim Kampar Kiri, Ahmad Zahid S.Pi., M.Si., dan teman-teman semua (Titin, Ami, Aay, Yuki, Wahyu, Muri, Dila, L’Dita, WADI FM, Alumni ESQ dan Tim ILNA Learning Center).


(41)

(42)

20

Lampiran 1. Gambar peta perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


(43)

21

Lampiran 2. Gambar lokasi di Simalinyang dan Mentulik

Gambar 1. Lokasi Simalinyang


(44)

22

Lampiran 3. Gambar alat tangkap jaring insang eksperimental dan sempirai

Gambar 1. Jaring insang experimental


(45)

23 Lampiran 4. Jumlah ikan motan pada setiap bulan pengamatan di Simalinyang dan Mentulik

Selang kelas panjang (mm)

Simalinyang Mentulik

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jul Agu Sep Okt Nov Des

91-100 0 0 0 0 0 0 3 2 1 0 0 0

101-110 0 0 0 0 0 3 5 3 5 3 1 5

111-120 0 0 0 0 0 3 4 5 5 5 5 4

121-130 0 0 1 0 5 5 1 5 5 5 3 5

131-140 0 1 4 0 4 5 0 5 5 0 5 5

141-150 1 5 5 3 5 5 0 4 5 0 1 4

151-160 3 5 5 5 5 5 0 4 4 0 0 0

161-170 3 2 5 5 5 3 0 0 0 0 0 1

171-180 1 0 5 1 4 1 0 1 0 0 1 0

181-190 0 0 5 0 1 0 0 0 0 0 4 0

191-200 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 2 0

201-210 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(46)

24

Lampiran 5. Gambar insang dan usus ikan motan

Gambar 1. Insang ikan motan

Gambar 2. Usus ikan motan

Filamen insang Tapis

insang

Tulang lengkung insang

Usus bagian depan

Usus bagian belakang


(47)

25

Lampiran 6. Perbandingan nilai Indek Bagian Terbesar (IP) jenis makanan di Simalinyang dan Mentulik

Organisme

IP

Simalinyang Mentulik Bacillariophyceae

Amphipora 0,04 0,04

Asterococcus <0,01 0

Biddulphia <0,01 0

Caloneis <0,01 0

Campylodiscus <0,01 <0,01

Cocconeis 59,46 52,15

Coscinodiscus 0,26 10,4

Cyclotella 7,66 18,5

Cymbella <0,01 0,09

Denticula 0 <0,01

Diatoma 0,17 0,31

Epephora 0 <0,01

Epithemia <0,01 0

Fragilaria <0,01 0,08

Gomphonema <0,01 0

Hydrocera 0 <0,01

Melosira 1,97 2,87

Meridion 0 <0,01

Navicula 1,19 1,15

Neidium <0,01 0

Nitzschia 2,72 11,44

Oedogonium <0,01 0

Pinnularia <0,01 <0,01

Pleurosigma <0,01 0

Rhizosolenia 0,01 0,02

Skeletonema <0,01 0

Stauroneis <0,01 0

Surirella 1,38 0,8

Synedra <0,01 <0,01

Tribonema <0,01 0

Desmidiaceae

Arthrodesmus 0,6 <0,01

Closterium 0,08 <0,01

Cosmarium <0,01 0,01


(48)

26

Lampiran 6 (Lanjutan)

Organisme

IP

Simalinyang Mentulik

Gonatozygon 0 0,57

Ichthyocercus 0,02 0

Micrasterias <0,01 <0,01

Mesotaenium <0,01 0

Pleurotaenium 22,06 0

Staurastrum 0,08 0

Tetmemorus <0,01 0,03

Chlorophyceae

Ankistrodesmus <0,01 <0,01

Botryococcus <0,01 <0,01

Bracteacoccus <0,01 0

Cladophora <0,01 <0,01

Characium <0,01 <0,01

Chlorobotrys 0,38 0,5

Closteriopsis 0,11 <0,01

Crucigenia 0,11 <0,01

Phacus 0,58 0,25

Mougeotia 0,03 <0,01

Netrium <0,01 <0,01

Protococcus 0,63 0,07

Scenedesmus 0,16 <0,01

Cyanophyceae

Aphanocapsa 0,07 0,3

Coelosphaerium 0 0,02

Merismopedia 0 <0,01

Microcystis <0,01 0,04

Phormidium <0,01 0

Protozoa

Euglena <0,01 0

Urostyle <0,01 0

Spirostomum <0,01 0

Crustacea


(49)

Lampiran 7. Perbandingan nilai Indek Bagian Terbesar (IP) jenis makanan pada setiap bulan pengamatan di Simalinyang dan Mentulik

Organisme

Simalinyang Mentulik

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jul Agu Sep Okt Nov Des Bacillariophyceae

Amphipora 0 0,01 0 0,10 0,06 0,01 0 0,92 0,01 0,09 0 0,02

Asterococcus 0 0 0 0 <0,01 0 0 0 0 0 0 0

Biddulphia 0 0,05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Caloneis 0 0 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Campylodiscus 0 0 0 0,03 0 0 0 0 0 0,12 0 0

Cocconeis 46,22 63,64 49,09 55,01 22,04 82,81 2,55 18,65 8,64 60,88 90,58 76,12

Coscinodiscus 0,13 8,44 0,01 0,96 0 <0,01 15,68 14,68 19,30 0,29 0,90 1,70

Cyclotella 50,12 15,81 21,60 19,17 6,48 1,93 14,90 33,49 39,21 21,79 2,26 3,23

Cymbella 0,02 0 0 0,01 0 0 2,17 0 0,01 0 0 0

Denticula 0 0 0 0 0 0 0 0,03 0 0 0 0

Diatoma 0,02 0 0,48 0,14 0,13 0,10 0,74 1,06 0,02 0,06 0 0,31

Epephora 0 0 0 0 0 0 0 0 0,11 0 0 0

Epithemia 0 0,01 0 0 0,01 0 0 0 0 0 0 0

Fragilaria 0,02 0 0 0,11 0 0 0 1,14 0,26 0 0,18 0

Gomphonema 0 0 0 0,04 0 0 0 0 0 0 0 0

Hydrocera 0 0 0 0 0 0 0 0 <0,01 0 0 0

Melosira 0,91 0,04 3,84 2,05 0,55 3,61 0 3,86 11,70 2,30 1,90 2,98

Meridion 0 0 0 0 0 0 8,53 0 0,01 0 0 0

Navicula 0,16 0,55 1,05 1,59 1,50 0,11 0,07 0,07 0,81 0,18 0,40 0,02

Neidium 0,04 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(50)

Lampiran 7 (Lanjutan)

Organisme

Simalinyang Mentulik

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jul Agu Sep Okt Nov Des

Nitzschia 0,08 3,24 8,41 0,73 0,35 8,54 26,60 19,98 13,24 3,59 0,96 8,72

Oedogonium 0 0 0,03 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pinnularia 0 0,03 0 0 0 <0,01 0 0 0 0 0 0,03

Pleurosigma 0 0,34 0 0 <0,01 0 0 0 0 0 0 0

Rhizosolenia 0 0,16 0 0 0,02 0 0,54 0 0 0 0 0

Skeletonema 0 0 0 0 <0,01 0 0 0 0 0 0 0

Stauroneis 0 0 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Surirella 1,66 5,97 1,85 2,50 0,15 0,63 0,07 0,29 1,05 0,24 2,47 0,56

Synedra 0,05 0 0 0 0 0 0,22 0 0,02 0 0 0

Tribonema 0 0 0,03 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Desmidiaceae

Arthrodesmus 0 0 0,56 3,95 0,46 0,01 0 0 0 0,44 <0,01 0

Closterium 0,03 0 0,48 <0,01 0,10 0 <0,01 0,46 0 0 0 0,02

Cosmarium 0,02 0 0,04 0 0 <0,01 0 0 0,06 0,02 0,04 0

Dytilum 0 0,18 0,02 0,17 0,26 0 0 4,88 0,45 0 0 0

Gonatozygon 0 0 0 0 0 0 20,74 0 0 0 0 0

Ichthyocercus 0 0 0 0,05 0,04 0 0 0 0 0 0 0

Micrasterias 0 0 0 0,02 0,01 0 0 0 0 0 <0,01 0

Mesotaenium 0 0,75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pleurotaenium 0 0,03 0,13 8,15 65,59 0,03 0 0 0 0 0 0


(51)

Lampiran 7 (Lanjutan)

Organisme

Simalinyang Mentulik

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jul Agu Sep Okt Nov Des

Staurastrum 0 0,01 0,04 0,77 0,04 0 0 0 0 0 0 0

Tetmemorus 0,06 0 0 0,04 <0,01 <0,01 0 0,06 0,05 0,03 0,10 0

Chlorophyceae

Ankistrodesmus 0 0 0 0,07 0 0 0 0 0 0 0 0,01

Botryococcus 0 0,04 0,07 0 <0,01 0 0 0,03 0 0 0 0

Bracteacoccus 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Cladophora 0 0 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0,03

Characium 0 0 <0,01 0 0 0 0 0 0 0 0,05 0

Chlorobotrys 0 0 0,73 <0,01 0,11 1,98 0 0,17 0,11 3,55 0,12 4,86

Closteriopsis 0 0 0,02 1,45 0,03 0,01 0 0,01 <0,01 0 0,01 <0,01

Crucigenia 0,01 0 0,09 0,75 0,06 0,01 0 0 0 0,69 0 <0,01

Facus 0 0 0,09 0,31 1,81 0,03 0 0,07 4,79 0,85 0 0

Mougeotia 0 0 0,03 0,41 <0,01 0,01 0 0 0 0,91 0 0

Netrium 0 0 0,04 0 0 0 0 0 0 0 0 0,04

Protococcus 0 0,02 11,21 0,51 <0,01 0 0 0 0,07 0,78 0,02 1,09

Scenedesmus 0 0,32 0,02 0,82 0,12 <0,01 0 0 0,01 0,84 0 0

Cyanophyceae

Aphanocapsa 0,44 0,01 0,01 0 0,08 <0,01 6,53 0 0 2,35 0,03 0

Coelosphaerium 0 0 0 0 0 0 0,71 0 0 0 0 0,02

Merismopedia 0 0 0 0 0 0 <0,01 0 0 0 0 0

Microcystis 0,02 0 0,01 0 0 0,16 0 0,13 0,06 0 0 0,24

Phormidium 0 0 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2


(52)

Lampiran 7 (Lanjutan)

Organisme

Simalinyang Mentulik

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jul Agu Sep Okt Nov Des Protozoa

Euglena 0 0,36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Urostyle 0 0 0 0,05 0 0 0 0 0 0 0 0

Spirostomum 0 0 0 0,02 0 0 0 0 0 0 0 0

Crustaceae

Daphnia . 0 0 0 0 0 0 0 0 0,02 0 0 0


(53)

31

Lampiran 8 Perbandingan nilai Indek Bagian Terbesar (IP) jenis makanan berdasarkan ukuran di Simalinyang dan Mentulik

Organisme

IP (%)

Simalinyang Mentulik

Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Bacillariophyceae

Amphipora 0,15 0,02 0,09 0,06 0,06 0,08

Asterococcus 0 <0,01 0 0 0 0

Biddulphia 0 <0,01 0 0 0 0

Caloneis 0 <0,01 0 0 0 0

Campylodiscus 0 <0,01 <0,01 <0,01 0 0

Cocconeis 43,7 60,05 21,98 38,36 67,86 55,55

Coscinodiscus 0 0,33 0,01 13,32 4,32 8,53

Cyclotella 15,25 15,3 7,46 23,82 13,08 6,67

Cymbella 0 <0,01 0 0,22 <0,01 0

Denticula 0 0 0 0 0,01 0

Diatoma 0,53 0,15 0,11 0,31 0,36 0

Epephora 0 0 0 0 0,03 0

Epithemia 0,1 <0,01 0 0 0 0

Fragilaria 0 <0,01 0 <0,01 0,23 1,54

Gomphonema 0 <0,01 <0,01 0 0 0

Hydrocera 0 0 0 <0,01 0 0

Melosira 5,38 1,4 1,41 2,98 2,15 12,5

Meridion 0 0 0 0 <0,01 0

Navicula 0,21 1,09 1,21 1,83 0,1 7,29

Neidium 0 <0,01 0 0 0 0

Nitzschia 26,96 1,22 3,17 13,58 9,82 6,16

Oedogonium 0 <0,01 <0,01 0 0 0

Pinnularia 0 <0,01 <0,01 <0,01 0 0

Pleurosigma 0 <0,01 0 0 0 0

Rhizosolenia 0,01 0,01 0 0,05 0 0

Skeletonema 0 <0,01 0 0 0 0

Stauroneis 0 <0,01 <0,01 0 0 0

Surirella 0,61 1,44 0,75 1,03 0,52 1,01

Synedra 0 <0,01 0 0,02 <0,01 0

Tribonema 0 0 0,03 0 0 0

Desmidiaceae

Arthrodesmus 0,25 0,61 0,33 <0,01 0 0,04

Closterium 0,07 0,07 0,15 <0,01 0,05 0


(54)

32

Lampiran 8 (Lanjutan)

Organisme

IP (%)

Simalinyang Mentulik

Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar

Dytilum 0,33 0,1 0,04 0,16 0,81 0

Gonatozygon 0 0 0 1,71 0 0

Ichthyocercus 0,29 <0,01 <0,01 0 0 0

Micrasterias 0 <0,01 0,05 0 <0,01 0

Mesotaenium 0 0,01 0 0 0 0

Pleurotaenium 0 16,76 55,94 0 0 0

Staurastrum 0 0,11 <0,01 0 0 0

Tetmemorus 0,03 <0,01 0,01 0,06 <0,01 0,12

Chlorophyceae

Ankistrodesmus 0 0 0,05 <0,01 0 0

Botryococcus 0,02 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0

Bracteacoccus 0 <0,01 0 0 0 0

Cladophora 0 0 0,01 <0,01 0 0

Characium 0 0 <0,01 0 0,03 0

Chlorobotrys 5,02 0,11 0,78 1,08 0,09 0

Closteriopsis 0 0,17 <0,01 <0,01 <0,01 0,24

Crucigenia 0,41 0,1 0,04 0,02 0 0

Phacus 0,5 0,39 0,62 0,19 0,38 0

Mougeotia 0 0,03 0,03 0,01 0 0

Netrium 0 0 0,04 <0,01 <0,01 0

Protococcus 0 0,21 5,52 0,18 <0,01 0,18

Scenedesmus 0,12 0,14 0,09 0,02 0 0

Cyanophyceae

Aphanocapsa <0,01 0,12 <0,01 0,76 <0,01 0

Coelosphaerium 0 0 0 0,14 0 0

Merismopedia 0 0 0 <0,01 0 0

Microcystis 0,04 0,01 0,03 0,03 0,07 0

Phormidium 0 0 0,01 0 0 0

Protozoa

Euglena 0 <0,01 0 0 0 0

Urostyle 0 <0,01 0 0 0 0

Spirostomum 0 <0,01 0 0 0 0

Crustacea


(55)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 11 November 1986. Penulis merupakan anak pertama dari 10 bersaudara; 8 bersaudara se-ibu dan 3 bersaudara se-ayah. Ibu bernama Euis T. Kartini dan ayah bernama M. Suherman.

Dengan kehendak Allah SWT, penulis telah menempuh SDN Nagrog 1, SLTPN I Cicalengka, SMAN I Cicalengka dan IPB.

Selama mengikuti pendidikan formal di IPB, penulis aktif dalam kelembagaan seperti, FKMC 2004/2005, DPM-TPB 2005, DPM-C 2005/2006. Penulis sering mengikuti pelatihan dan seminar, serta kegiatan mahasiswa lainnya seperti, Pelayaran Kebangsaan 2007, Lomba penulisan Bank Syariah bagi mahasiswa se-Jawa 2008, Dialog Kebangsaan 2008, Pekan Kreativitas Mahasiswa Teknologi Universitas Muhammadiyah Malang 2006, dan Alumni Training Support ESQ.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Penulis menyusun skripsi yang berjudul

“Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys Thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau”.


(1)

Lampiran 7 (Lanjutan)

Organisme

Simalinyang Mentulik

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jul Agu Sep Okt Nov Des

Nitzschia 0,08 3,24 8,41 0,73 0,35 8,54 26,60 19,98 13,24 3,59 0,96 8,72

Oedogonium 0 0 0,03 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pinnularia 0 0,03 0 0 0 <0,01 0 0 0 0 0 0,03

Pleurosigma 0 0,34 0 0 <0,01 0 0 0 0 0 0 0

Rhizosolenia 0 0,16 0 0 0,02 0 0,54 0 0 0 0 0

Skeletonema 0 0 0 0 <0,01 0 0 0 0 0 0 0

Stauroneis 0 0 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Surirella 1,66 5,97 1,85 2,50 0,15 0,63 0,07 0,29 1,05 0,24 2,47 0,56

Synedra 0,05 0 0 0 0 0 0,22 0 0,02 0 0 0

Tribonema 0 0 0,03 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Desmidiaceae

Arthrodesmus 0 0 0,56 3,95 0,46 0,01 0 0 0 0,44 <0,01 0

Closterium 0,03 0 0,48 <0,01 0,10 0 <0,01 0,46 0 0 0 0,02

Cosmarium 0,02 0 0,04 0 0 <0,01 0 0 0,06 0,02 0,04 0

Dytilum 0 0,18 0,02 0,17 0,26 0 0 4,88 0,45 0 0 0

Gonatozygon 0 0 0 0 0 0 20,74 0 0 0 0 0

Ichthyocercus 0 0 0 0,05 0,04 0 0 0 0 0 0 0

Micrasterias 0 0 0 0,02 0,01 0 0 0 0 0 <0,01 0

Mesotaenium 0 0,75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pleurotaenium 0 0,03 0,13 8,15 65,59 0,03 0 0 0 0 0 0


(2)

Lampiran 7 (Lanjutan)

Organisme

Simalinyang Mentulik

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jul Agu Sep Okt Nov Des

Staurastrum 0 0,01 0,04 0,77 0,04 0 0 0 0 0 0 0

Tetmemorus 0,06 0 0 0,04 <0,01 <0,01 0 0,06 0,05 0,03 0,10 0

Chlorophyceae

Ankistrodesmus 0 0 0 0,07 0 0 0 0 0 0 0 0,01

Botryococcus 0 0,04 0,07 0 <0,01 0 0 0,03 0 0 0 0

Bracteacoccus 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Cladophora 0 0 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0,03

Characium 0 0 <0,01 0 0 0 0 0 0 0 0,05 0

Chlorobotrys 0 0 0,73 <0,01 0,11 1,98 0 0,17 0,11 3,55 0,12 4,86

Closteriopsis 0 0 0,02 1,45 0,03 0,01 0 0,01 <0,01 0 0,01 <0,01

Crucigenia 0,01 0 0,09 0,75 0,06 0,01 0 0 0 0,69 0 <0,01

Facus 0 0 0,09 0,31 1,81 0,03 0 0,07 4,79 0,85 0 0

Mougeotia 0 0 0,03 0,41 <0,01 0,01 0 0 0 0,91 0 0

Netrium 0 0 0,04 0 0 0 0 0 0 0 0 0,04

Protococcus 0 0,02 11,21 0,51 <0,01 0 0 0 0,07 0,78 0,02 1,09

Scenedesmus 0 0,32 0,02 0,82 0,12 <0,01 0 0 0,01 0,84 0 0

Cyanophyceae

Aphanocapsa 0,44 0,01 0,01 0 0,08 <0,01 6,53 0 0 2,35 0,03 0

Coelosphaerium 0 0 0 0 0 0 0,71 0 0 0 0 0,02

Merismopedia 0 0 0 0 0 0 <0,01 0 0 0 0 0

Microcystis 0,02 0 0,01 0 0 0,16 0 0,13 0,06 0 0 0,24

Phormidium 0 0 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2


(3)

Lampiran 7 (Lanjutan)

Organisme

Simalinyang Mentulik

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jul Agu Sep Okt Nov Des

Protozoa

Euglena 0 0,36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Urostyle 0 0 0 0,05 0 0 0 0 0 0 0 0

Spirostomum 0 0 0 0,02 0 0 0 0 0 0 0 0

Crustaceae

Daphnia . 0 0 0 0 0 0 0 0 0,02 0 0 0


(4)

31

Lampiran 8 Perbandingan nilai Indek Bagian Terbesar (IP) jenis makanan

berdasarkan ukuran di Simalinyang dan Mentulik

Organisme

IP (%)

Simalinyang Mentulik

Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar Bacillariophyceae

Amphipora 0,15 0,02 0,09 0,06 0,06 0,08

Asterococcus 0 <0,01 0 0 0 0

Biddulphia 0 <0,01 0 0 0 0

Caloneis 0 <0,01 0 0 0 0

Campylodiscus 0 <0,01 <0,01 <0,01 0 0

Cocconeis 43,7 60,05 21,98 38,36 67,86 55,55

Coscinodiscus 0 0,33 0,01 13,32 4,32 8,53

Cyclotella 15,25 15,3 7,46 23,82 13,08 6,67

Cymbella 0 <0,01 0 0,22 <0,01 0

Denticula 0 0 0 0 0,01 0

Diatoma 0,53 0,15 0,11 0,31 0,36 0

Epephora 0 0 0 0 0,03 0

Epithemia 0,1 <0,01 0 0 0 0

Fragilaria 0 <0,01 0 <0,01 0,23 1,54

Gomphonema 0 <0,01 <0,01 0 0 0

Hydrocera 0 0 0 <0,01 0 0

Melosira 5,38 1,4 1,41 2,98 2,15 12,5

Meridion 0 0 0 0 <0,01 0

Navicula 0,21 1,09 1,21 1,83 0,1 7,29

Neidium 0 <0,01 0 0 0 0

Nitzschia 26,96 1,22 3,17 13,58 9,82 6,16

Oedogonium 0 <0,01 <0,01 0 0 0

Pinnularia 0 <0,01 <0,01 <0,01 0 0

Pleurosigma 0 <0,01 0 0 0 0

Rhizosolenia 0,01 0,01 0 0,05 0 0

Skeletonema 0 <0,01 0 0 0 0

Stauroneis 0 <0,01 <0,01 0 0 0

Surirella 0,61 1,44 0,75 1,03 0,52 1,01

Synedra 0 <0,01 0 0,02 <0,01 0

Tribonema 0 0 0,03 0 0 0

Desmidiaceae

Arthrodesmus 0,25 0,61 0,33 <0,01 0 0,04

Closterium 0,07 0,07 0,15 <0,01 0,05 0


(5)

32

Lampiran 8 (Lanjutan)

Organisme

IP (%)

Simalinyang Mentulik

Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Besar

Dytilum 0,33 0,1 0,04 0,16 0,81 0

Gonatozygon 0 0 0 1,71 0 0

Ichthyocercus 0,29 <0,01 <0,01 0 0 0

Micrasterias 0 <0,01 0,05 0 <0,01 0

Mesotaenium 0 0,01 0 0 0 0

Pleurotaenium 0 16,76 55,94 0 0 0

Staurastrum 0 0,11 <0,01 0 0 0

Tetmemorus 0,03 <0,01 0,01 0,06 <0,01 0,12

Chlorophyceae

Ankistrodesmus 0 0 0,05 <0,01 0 0

Botryococcus 0,02 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0

Bracteacoccus 0 <0,01 0 0 0 0

Cladophora 0 0 0,01 <0,01 0 0

Characium 0 0 <0,01 0 0,03 0

Chlorobotrys 5,02 0,11 0,78 1,08 0,09 0

Closteriopsis 0 0,17 <0,01 <0,01 <0,01 0,24

Crucigenia 0,41 0,1 0,04 0,02 0 0

Phacus 0,5 0,39 0,62 0,19 0,38 0

Mougeotia 0 0,03 0,03 0,01 0 0

Netrium 0 0 0,04 <0,01 <0,01 0

Protococcus 0 0,21 5,52 0,18 <0,01 0,18

Scenedesmus 0,12 0,14 0,09 0,02 0 0

Cyanophyceae

Aphanocapsa <0,01 0,12 <0,01 0,76 <0,01 0

Coelosphaerium 0 0 0 0,14 0 0

Merismopedia 0 0 0 <0,01 0 0

Microcystis 0,04 0,01 0,03 0,03 0,07 0

Phormidium 0 0 0,01 0 0 0

Protozoa

Euglena 0 <0,01 0 0 0 0

Urostyle 0 <0,01 0 0 0 0

Spirostomum 0 <0,01 0 0 0 0

Crustacea


(6)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 11 November

1986. Penulis merupakan anak pertama dari 10 bersaudara; 8

bersaudara se-ibu dan 3 bersaudara se-ayah. Ibu bernama Euis

T. Kartini dan ayah bernama M. Suherman.

Dengan kehendak Allah SWT, penulis telah menempuh

SDN Nagrog 1, SLTPN I Cicalengka, SMAN I Cicalengka

dan IPB.

Selama mengikuti pendidikan formal di IPB, penulis aktif dalam

kelembagaan seperti, FKMC 2004/2005, DPM-TPB 2005, DPM-C 2005/2006.

Penulis sering mengikuti pelatihan dan seminar, serta kegiatan mahasiswa lainnya

seperti, Pelayaran Kebangsaan 2007, Lomba penulisan Bank Syariah bagi

mahasiswa se-Jawa 2008, Dialog Kebangsaan 2008, Pekan Kreativitas Mahasiswa

Teknologi Universitas Muhammadiyah Malang 2006, dan

Alumni Training

Support

ESQ.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Penulis menyusun skripsi yang berjudul

“Kebiasaan M

akanan Ikan Motan (

Thynnichthys Thynnoides

, Bleeker 1852)


Dokumen yang terkait

Reproduksi Ikan Selais, Ompok hypophthalmus (Bleeker) Berkaitan Dengan Perubahan Hidromorfologi Perairan Di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri

1 9 156

Pertumbuhan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides Bleeker, 1852) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau

1 10 67

Reproduksi Ikan Selais, Ompok hypophthalmus (Bleeker) Berkaitan Dengan Perubahan Hidromorfologi Perairan Di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri

0 2 73

Ekologi Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides Blkr.) di Danau Lubuk Siam Kabupaten Kampar, Riau.

1 10 1

KEBIASAAN MAKANAN IKAN MOTAN, Thynnichthys thynnoides, Bleeker, 1852 DI RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI, RIAU [Food habits of Thynnichtys thynnoides Bleeker,1852 in floodplain river of Kampar Kiri, Riau]

0 0 7

VARIASI SPASIO-TEMPORAL JENIS MAKANAN IKAN MOTAN, Thynnichthys polylepis DI RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI, RIAU [Spatio-temporal variation in the diet of Thynnichtys polylepis in floodplain river of Kampar Kiri, Riau]

0 0 9

KEBIASAAN MAKANAN IK.AN MOTAN (Thynnichthys polylepis) DI

0 0 10

ASPEK PEMIJAHAN IKAN MOTAN, Thynnichthys tl1ynnoides, BLEEKER 1852 (FAMILI CYPRINIDAE) DIRAWABANJIRAN SUN GAl KAMPAR KIRI, RIAU [Spawning aspects of Tltynnichthys thynnoides Bleeker 1852 (Family Cyprinidae) in the floodplain ofKampar Kiri River, Riau]

0 0 9

ASPEK REPRODUKSI IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis Bleeker, 1860) DI RAWA BANJIRAN SUN GAl KAMPAR KIRI, RIAU [Reproductive aspects of Thynnichthys polylepis Bleeker, 1860 in floodplain river ofKampar Kiri, Riau)

0 0 7

DI RAWA BANJIRAN SUNG AI KAMPAR KIRI, RIAU

0 0 8