Analisis faktor-faktor yang memepengaruhi penanaman modal asing (PMA) di Batam

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI BATAM

OLEEI
MULAELATUL I(HASANAH
HI4104066

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAICULTAS EICONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN

MULAELATUL KHASANAH. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing (PMA) di Batam (dibimbing oleh RINA
OK'FAVIANI).
Indonesia sebagai negara berkembang, modal merupakan kendala utama
dalam mewujudkan program-program pembangunan, ha1 ini disebabkan
terbatasnya modal untuk membiayai
pembangunan tersebut. Program

pembangunan ini penting untuk pengadaan sarana prasarana ekonomi seperti
infrastruktur, jaringan telekomunikasi, transportasi dan lain sebagainya. Dengan
tersedianya sarana prasarana ekonomi diharapkan bisa membantu kelancaran
kegiatan ekonomi.
Ada 4 ha1 yang bisa dilakukan pemerintah untuk merangsang pertumbuhan
ekonomi diantaranya adalah belanja pemerintah (G), konsumsi (C), investasi (I)
dan ekspor bersih (NX). Pemerintah tidak bisa mengandalkan belanja pemerintah
sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi karena dianggap akan menanitah beban
hutang pemerintah, dan juga pemerintah tidak bisa tnengandalkan konsumsi
secara terus menerus karena dikhawatirkan akan membuat masyarakat menjadi
konsumtif. Pemerintah bisa mengotimalkar. pertumbuhan ekonomi melalui
kegiatan investasi dan perdagaqgan. Investasi merupakan salah satu komponen
dari pembentukan pendapatan nasional, sehingga pertumbuhan investasi akan
berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional.
Salah satu cara untuk menciptakan suatu lingkuilgin yang kondusif bagi
aktivitas perdagangan dan ekspor yang ditujuknn untuk rnempercepat
pertumbuhan ekonomi adalah dengan menciptakan suatu Kawasan Ekonomi
Khusus (Special Econon2ic Zone). KEK ini adalah suatu zona yang dipilih untuk
merevitalisasi aktivitas usaha dengan merangsang pertumbuhar, investasi dan
sektor swasta (private sector). Konsep ini berawal dari asumsi dimana jika

pemerintah mengurangi pengenaan pajak dan beban-beban atas regulasi
(regzdatory burdens), dunia usaha akan berkembang dengan lebih cepat dan pada
giliranya akan memperkuat kondisi perekonomian.
Batam yang mempunyai letak sangat strategis yaitu berbatasan langsung
dengari negara Singapura dan Malaysia sekaligus sudah menjadi KEK membuat
daerah ini berpotensi untuk dijadikan tempat berinvestasi yang menguntungkan.
Tetapi kondisi KEK yang sudah dibentuk masih jauh dari harapan sehingga
kurang mendukung adanya kegiatan investasi di Batam. Penelitian ini
menganalisis faktor-faktor yang menpengaruhi PMA di Batam, membahas
karakteristik KEK yang berhasil dan membahas kendala pemerintah Batam dalam
mengembangkan KEK.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data
triumlanan yang bersumber dari BPS, BKPM, BI, Depnakertrans, Badan Otorita
Bztanl dan buku terbitan lain yang menunjang penelitian ini. Variabel endogen

dalam penelitian ini adalah PMA sedangkan variabel eksogen yaitu Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), Nilai Tukar (RER), Tingkat Inflasi (INF),
Upah Minimum (UPAH), Pajak (Tax) dan Dummy Kawasan Ekonomi Khusus
(KEKD) dari periode 1996:1 hingga 2007:4. Penelitian ini menggunakan estimasi
OLS (Ordinary Least Square).

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa faktor yang mempengaruhi investasi
asing (PMA) di Batam yaitu PDRB dengan nilai koefisien sebesar 0.417723 Nilai
Tukar (-0.072206), Upah Minimum (0.545404) dan Pajak ( 0.118723) yang
secara signifikan pada taraf nyata 5 persen, sedangkan Tingkat Inflasi (-0.0001 10)
dan dummy Kawasan Ekonomi Khusus (-0.024575) tidak signifikan berpengamh
terhadap PMA di Batam.
Selanjutnya hasil penelitian juga melihat bahwa KEK yang telah dibentuk
di Batam temyata belum memberikan dampak yang signifikan terhadap
peningkatan investasi di Batam ha1 ini, karena KEK yang sudah dibentuk ternyata
masih mengalami banyak kendala baik dari segi teknis maupun implementasinya.
Disamping itu, dari penelitian ini dapat pula diketahui bahwa karakteristik
KEK yang berhasil adalah terciptanya keseimbangan ekonomi makro, lokasi
geografis yang strategis, insentif yang di tawarkan, manajemen kawasan yang
efektif dan efisien, jaringan infrastmktur yang memadai, keterkaitan dengan
ekonomi domestik dan penguasaan teknologi. Sedangkan kendala-kendala
Pemerintah Batam dalam mengembangkan KEK terkendala pada aspek legal dan
aspek ekonomi, aspek kapasitas Pemerintah Daerah, aspek infrastmktur fisik dan
aspek keterkaitan kegiatan investasi kawasan inctustri dengan perekonomian
Batam.


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI BATAM

Oleh
MULAELATUL KHASANAH
HI4104066

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

DEPARTEMEN ILMU EIWNOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa

: Mulaelatul Khasanah

Nomor Registrasi Pokok : HI4104066
Program Studi

: Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi

: Analisis

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Penanaman Modal Asing (PMA) di Batam


dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Illnu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Rina 0kt;viZii. Ph.D.
NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan:

29

2009

JAM

PERNYATAAN


DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN

SEBAGAI

SKRIPSI

ATAU

KARYA

ILMIAH

PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2009


tvlulaelatul Khasanah
HI4104066

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjamegara, Jawa Tengah, pada tanggal 1 Juni
1986. Penulis merupakan anak kedelapan dari delapan bersaudara yang lahir dari
pasangan H. Mahpudin dan Hj. Khotamah.
Fada tahun 1990 penulis memulai jenjang pendidikannya di TK Badamita

1, Rakit Banjamegara. Dua tahun setelah itu, tepatnya tahun 1992, penulis
melanjutkan

ke

SD

Badamita


1,

Banjamegara.

Selanjutnya,

penulis

menyelesaikan pendidikan dasar di SD tersebut pada tahun 1998. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Wanadadi 1, Banjamegara dan
lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU 1
Bawang, Banjarnegara. Penulis menamatkan pendidikan di SMU tersebut pada
tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk EPB (USMI) pada Program Studi EImu Ekcnomi
Depvtemen Ilmu Ekcnomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi
mahasiswa, penulis terlihal dalam kepengurusan FORMASI dan Ikatan
Mahasiswa Banjamegara.

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah ... ... ... ...
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayahnya, sehingga proses penyusunan skripsi yang bejudul "Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) di Batam" ini dapat
diselesaikan dengan baik, walaupun masih banyak kekurangannya.
Salawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagai rahmat lil al-'alanzi (rahmat bagi seluruh alam) yang telah mernbawa
umat manusia dari kesesatan kepada kehidupan yang selalu mendapat sinar Ilahi.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan dalam proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Secara khusus, penulis hendak menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Rina Oktaviani, Ph. D., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk mernberikan saran dan bimbingan kepada
penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. M. Findi, h4. Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
rnemberikan bimbingan dan arahan selama penulis duduk di bangku
perkuliahan.

3. Dr.Wiwiek Rindayati dan Tony Irawan M.App.Ec selaku dosen penguji
utama dan dosen penguji komisi pendidikan.

4. Bapak dan lbuku tecinta, H.Mahpudin dan Hj.Khotamah, yang dengan
kasih selalu mendoakanku dan dengan sabar memberi dorongan serta
semangat setiap waktu.
5. Semua kakaku, If&\, Amirkhan, Sujai, Dyah, Umi, Ma1 dan Khol yang

selalu memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Kakak iparku Daryanto, Mba Sri Sunarsih dan M.Basor yang dengan setia
mendoakanku dan selalu memberikan nasehat serta. dukungan.

7. Semua keponakanku yang lucu-lucu Akmal, Nurul, Royhan, Maya, Aji,
Umar, Akbar, Ulwan dan Osa...celoteh kalian beri semangatku setiap hari.
8. Andin, Salin, Mela, Mr. Novi, E. Sujono, H. Uding d m semua keluarga
besar pondok penyoe, dukungan kalian sungguh berarti.
9. Mas Hady, A'Adri terima kasih doa dan motivasinya kehadiran kalian
memberiku semangat lagi.

10. Nety, Ratih, Erlan, Ayah Ao, Dewi K, Anang, Endang S. dan Dono terima
kasih atas doanya, tanpa kalian hidupku tidak lengkap.
11. Selumh dosen, staf penunjang dan civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas
ilmu dan bantuan yang diberikan.
12. Teman-teman IE 41, khususnya Mega, Neny, Sondang, Itut, Hurum,
Merlyn, Laswati, Boim, Eko, Deni, Bagus, Laura, Roni, Adit, Islam.
Terima kasih untuk kebersamaan kita.
13. Wina(lE 39), Rizka (FKH 39), Nora (Manajemen 40) dan Fajar (Statistik.
Terima kasih untuk ilmu, bantuan, bahkan dukungan yang telah diberikan.
14. Seiuruh pihak Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, LIP1 Jakarta khususnya
Bapak Tedy Lesmana, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Bank
Indonesia dan BKPM. Terima kasih untuk data d m infomasi yang
diberikm.
Penillis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pclda skripsi
ini. Namun penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2009

Mulaelatul Khasanah.
NIM: HI41 04066

DAFTAR IS1

Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................

i

DAFTAR IS1....................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

v

I. PENDAHULUAN .....................................................................................

1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................

5

..
1.3. Tujuan Penehtlan ................................................................................
9
..
1.4. Manfaat Penelltian ..............................................................................
9
..
1.5. Ruang Lingkup Penelltian...................................................................
I1. TINJAUAN PUSTAK.4 DAN KERANGKA PEMIKIRAN.................
2.1. Titljauan Teoritis .................................................................................
2.1.1. Teori Investasi Asing Langsung .............................................
2.1.2. Dampak Investasi Asing Langsung .........................................
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PMA .........................................
2.2.1. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto dengan PMA ...

.................................
Hubungan Nilai Tukar dengan PMA .......................................

2.2.2. Hubungan Tingkat Inflasi dengan PMA
2.2.3.

2.2.4. Hubungan Upah dengan PMA ................................................
2.2.5. Hubungan Pajak decgan PMA ................................................
2.2.5.1. Pajak dan Otcnomi Daerah........................................
2.2.5.2. Pajak Daerah Berdasarkan Undang-Undang No.18
Tahun 1997 ................................................................
2.2.5.3. Pajak Daerah Berdasarkan Undang-Undang No.34
Tahun 2000 ................................................................
2.2.6. Kawasan Ekonomi Khusus ......................................................

..

2.3. Penel~t~an
Terdahulu ...........................................................................

2.3.1. Model Fung, Izaka dan Parker .................................................

..

2.4. Kerangka Pemiklran ............................................................................

40
43

..

2.4.1. Hipotesis Penehtlan ................................................................. 47

1II.METODE PENELITIAN .........................................................................

50

3.1. Jenis dan Sumber Data ......................................................................

50

3.2. Metode Analisis Data ......................................................................

51

3.2.1. Metode Regresi Linier Berganda .............................................

51

3.2.2. Model Umum Analisis Regresi Linier Berganda .....................

52

3.2.3. Model Analisis Penelitian ........................................................

53

3.3. Pengujian Kriteria Ekonomi dan Statistik...........................................

55

3.3.1. Uji Kriteria Statistik .....................................................

55

3.3.1.1. Uji t (Uji Parsial) .............................................

55

3.3.1.2. UJI Serempak ..................................................

56

..

2

3.3.1.3. Uji Koefisien Determinasi (R ).......................

58

3.3.2. Uji Kriteria Ekonometrika ........................................... 59
3.3.2.1. Uji Heteroskedastisitas.................................

59

3.3.2.2. Uji Auiokorelasi ...........................................

60

3.3.2.3. Uji Multikolinieritas.....................................

61

3.4. Beberapa Kelemahan Metode Ordinary Least Square........................

63

IV . G A M B A W UMUM ..............................................................................

65

4.1. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Batam ...........................

65

4.2. Perkembangan PDRB Batam ..............................................................

66

4.3. Perkembangan Nilai Tukar di Batam .................................................

67

4.4. Perkembangan Tingkat Inflasi Batam .................................................

68

4.5. Perkembangan Upah Minimum Batam .............................................

70

4.6. Perkembangan Penerimaan Pajak Batam ...........................................

71

4.7. Kawasan Ekonomi Khusus Batam ......................................................

73

4.7.1. Karakteristik KEK ysng Berhasil ............................................

73

4.7.2. Kendala dan Kelemahan yang Dihadapi Batam dalam
Mengembangkan KEK .............................................................

77

4.7.2.1. Aspek Legal dan Aspek Ekonomi...............................

77

4.7.2.2. Aspek Kapasitas Pemerintah ......................................79
4.7.2.3. Aspek Infrastruktur Fisik ............................................

80

4.7.2.4. Aspek Keterkaitan Kegiatan Investasi Kawasan
Industri dengan Perekonomian Daerah Batam ........... 82

V.FAKTOR-FAKTOR Y m T GMEhlPENGARUHI PMA D l BATAM .. 84
5.1. Estimai Parameter Model ..................................................................

84

5.2. Uji Kriteria Statistik............................................................................

85

. . . .

. .

5.2.1. Uji F .........................................................................................

85

5.2.2. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................

85

5.3. Uji Kriteria Ekonometrika ..................................................................
5.3.1.
5.3.2.

..
Uji Autokorelasi.......................................................................
..
Uji Heteroskedastisitas ..........................................................
..

. . . .

85
85
86

5.3.3. Uji Mult~koh~~~eritas
................................................................

87

5.4. Estimasi Model ...................................................................................

88

5.4.1. PDRB .....................................................................................

88

5.4.2. Nilai Tukar .............................................................................

89

5.4.3. Tingkat Inflasi ..........................................................................

90

5.4.4. Upah .........................................................................................

90

5.4.5. Pajak .......................................................................................

91

5.4.6. Dummy Kawasan Ekonomi Khusus ........................................ 92

. .

..

5.5. Implikasi Kebijakan ............................................................................

VI.PENUTUP .................................................................................................
6.1. Kesimpulan .........................................................................................

93

95
95

6.2. Saran .................................................................................................. 96

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98
LAMPIRAN .................................................................................................. 100

DAFTAR TABEL

Nomor
1.

Ekspor Batam Menurut Negara Tujuan Utama ..............................

2.

Nilai dan Pertumbuhan PDRB Kota Batam Tahun 2000-2005 ...... 4

3.

Perkembaqgan Rencana Investasi Asing (PMA) Batam ................ 6

4.

Hasil Estimasi FDI dari Jepang ................................................

41

5.

Hasil Estimasi FDI dari United States ............................................

42

6.

Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian .................... 50
Kawasan Ekonomi Khusus di Batam .............................................

3

73

Hasil Estimasi Analisis Regresi PMA di Batam............................. 84
Hasil Estimasi Uji Autokorelasi .....................................................

86

Hasil Estimasi Uji I-Ieteroskedastisitas ...........................................

87

Hasi! Estimasi Uji Multikolinieritas ...............................................

87

DAFTAR GAMBAR

Nomor
1.

Halaman
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Batarn Tahun 2001-2005 dan
Prediksi Tahun 2006-201 1 ..............................................................

5

Masalah-Masalah Utama dalam Melakukan Bisnis di Indonesia
Versi WEF 2007 .............................................................................

7

Investasi Otonom dan Investasi Terpengaruh.................................

21

Ekspor Bersih dan Kurs Riil ...........................................................

27

Kurva Kenaikan AD yang Tidak Diantisipasi oleh Pasar............... 28
Kurva Kenaikan AD yang Diantisipasi oleh Pasar .........................

29

Peningkatan Pajak dalam Perpotongan Keynesian .........................

33

Kerangka Pemikiran Konseptual ....................................................

46

Perkernbangan Realisasi PMA di Batam ........................................

66

Perkembangan PDRB Batam Tahun 1996-2007 ............................

67

Perkembangan Nilai Tukar Batam Tahun 1996-2007 .................... 68
Perkembangan l'ingkat Inflasi Batam Tahun 1996-2007 ...............

69

Perkembangan Upah Minimum BatamTahun 2000-2007 .............. 70
Perkembangan Penenmaan Pajak Batam Tahun 1999-2007.......... 72

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

Data yang Digunakan dalam Penelitian ..........................................

102

2.

Hasil Estimasi Model ......................................................................

103

3.

Hasil Estimasi Uji Autokoielasi......................................................

104

4.

Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas ...........................................

106

5.

Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas ...............................................

106

6.

Hasil Estimasi Uji Kenonnalan Data ..............................................

107

1.1.

Latar belakang
Indonesia sebagai negara berkembang, modal merupakan kendala utama

dalam mewujudkan program-program pembangunan, ha1 ini disebabkan
terbatasnya modal untuk membiayai program pembangunan tersebut. Program
pembangunan ini penting untuk pengadaan sarana prasarana ekonomi seperti
infrastruktur, jaringan telekomunikasi, transportasi dan lain sebagainya. Dengan
tersedianya sarana prasarana ekonomi diharapkan bisa membantu kelancaran
kegiatan ekonomi.
Menurut N.Gregory Mankiw (2000), ada 4 faktor sebagai penggerak
pertumbuhan ekonomi yaitu belanja pemerintah (C), konsumsi (C), investasi (I)

dan ekspor bersih (NX). Pemerintah tidak bisa mengandalkan

pembelanjaan

pemerintzh sebagai penggerak peitumh~han ekonomi karena dianggap akan
menambah beban hutang pemerintah, dan juga pemerintah tidak bisa
mengandalkan konsumsi secara terus menerus karena dikhawatirkan akan
membuat masyarakat menjadi konsumtif. Pemerintah bisa mengotimalkan
pertumbuhan ekonomi n~elalui kegiatan investasi dan perdagangan. Investasi
merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional, sehingga
pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional
( B U M , 2004).
Salah satu cara untuk menciptakan suatu lingkungan yang kondusif bagi
aktivitas perdagangan dan ekspor yang

ditujukan untuk

mempercepat

pertumbuhan ekonomi adalah dengan menciptakan suatu Kawasan Ekonomi
Khusus (Special Economic Zone). Pada awal tahun 1950-an pasca perang dunia ke
dua Eropa mampu meningkatkan perekonomiannya melalui rangsangan investasi
dari Kawasan Ekonomi Khusus (Rondinelli, 1987). Selanjutnya, (O'Hara, 1981)
menyatakan bahwa Enterprise Zones (EZs) adalah suatu zona yang dipilih untuk
merevitalisasi aktivitas usaha dengan merangsang pertumbuhan investasi dan
sektor swasta (private sector). Konsep ini berawal dari asumsi dimana jika
pemerintah mengurangi pengenaan pajak dan beban-beban atas regulasi
(regulatoly burdens), dunia usaha akan berkembang dengan lebih cepat dan pada
giliranya akan memperkuat kondisi perekonomian setempat melalui aktivitas
ekspansi usaha yang terjadi.
Melalui kesepakatan pada tanggal 25 Juni 2006 antara pemerintah
Indonesia dan Singapura, Batam, Bintan dan Karimun (BBK) ditetapkan sebagai
Kawasan Ekononxi Khusus. Pertumbuhan ekonomi Batam mengalami kernajuar.
yang signifikan ketika kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang
investasi dalam bentuk PMA d m PMDN, setelah pemerintah menerbitkan
peraturan yang membebaskan pajak perseroan untuk masa dua tahun (Undangundang No 11 Tahun 1970). Begitu pula sejak lahimya Undang-undang Nomor 25
Tahun 2005 tentang Penanam Modal, aliran modal asing di Batam setiap tahun
menunjnkkan perkembangan dan peningkatan baik dari segi kuantitatif maupun
kualitatif. Batam sebagai daerah yang dibentuk oleh pemerintah pusat ditujukan
untuk menjadi tempat penanaman investasi baik PMA maupun PMDN. Letak
wilayahnya yang strategis karena berada di jalur pelayaran niaga intemasional

Selat Malaka dan berbatasan dengan Malaysia dan Singapura membuat Batam
menjadi tempat yang efisien untuk berinvestasi. Disamping itu, Batam relatif
memiliki infrastruktur penunjang industri seperti tenaga listrik, air, jalan,
pelabuhan, bandara dan infrastruktur penunjang lainnya yang memadai.
Dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus kegiatan perdagangan antara
Batam dan Singapura menjadi semakin baik. Ini terlihat dari besarnya ekspor ke
Singapura yang mencapai 802.263.717 kg dengan nilai FOB 3.483.985.651 US$.
Pada Tabei 1 menunjukkan bahwa Batam mengekspor paling besar ke regara
Singapura dibandingkan dengan negara lain.

Sumber : BPS, 2006

Bagi Batam pembentukan KEK memiliki arti yang sangat penting.
Batam sebagai pulau kembar Singapura karena letaknya berbatasan langsung
dengan Singapura dan Malaysia serta memiliki karakteristik yang hampir sama
dengan Singapura yaitu pertumbuhan ekonomi tinggi. Tetapi kondisi ini belum

dimanfaatkan sepenuhnya oleh Batam dan belum mampu mengambil manfat
optimal dari kemajuan yang sangat pesat yang dialami oleh Singapura.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Per Kapita kota Batan tahun 2004 yaitu
sebesar Rp 29.761.004,OO jauh tertinggal dari Singapura yang sebesar Rp
242.200.000,OO. Menurut teori pertumbuhan ekoncmi (Economic Growth Mode4
pertlwnbuhan ekonomi Batam yang terbilang cukup tinggi dan tingkat pendapatan
perkapita yang mnsih berada jauh di bawah Singapura membuka kemungkinan
bagi Batam untuk dapat mengejar ketertinggalan dari Singapura.
Tabel 2. Nilai dan Pertumbuhan PDRB Kota Bntam T a l ~ u n2000-2005
PRDBJKaoita I Pcnumbuhan

I 1 PDRB(Atas - 1 Pertumbuhan I

I

Sumber : BPS, 2005
Tabel 2 memperlihatkan pertumbuhan ekonomi kota Batam selalu lebih
tinggi (diatas 6%) dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan
pada tahun 2005 mencapai 8%. Akselerasi pertumbuhan ekonomi kota Batam
yang cenderung meningkat menandakan Batam mempunyai prospck baik. Dengan
melihat angka pendapatan per kapita maka terlihat nilainya sangat fluktuatif
dengan kecenderungan yang terus menurun. Begitu pula dengan pertumbuhan
pendapatan perkapita pada tahun 2001 nilainya negatif (-1 1,3%) sedangkan pada
tahun 2005 (-6,9%.). Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Batam dari

tahun 2001-2005 dan prediksi 2006-2011 dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut:

-

Gambar 1. Laju Pel-tumbuhanEkonomi Kota Batam Tahun 2001-2005 dan
Prediksi Tabun 2006-2011
Sumber : BPS. 2005
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa prediksi pertumbuhan
ekonomi Batam dari tahun 2006 sampai tahun 2011 selalu meningkat, ha1 ini
merupakan sinyal positif bagi kondisi investai di Batam. Salah satu pertimbangan
para

investor menanarnkan modalnya

disuatu negara

adalah prediksi

perekonomian dimasa yang akan datang, dimana jika perekonomian di Batam
bergairah maka investor akan beralih ke Batam yang memiliki market
menjanjikan.

1.2.

Perumusan Masalab
Batam sebagai daerah yang dibentuk oleh pemerintah pusat ditujukan

untuk menjadi berinvestasi baik PMA maupun PMDN. Letak wilayahnya yang
strategis karena berdekatan dengan negara tetangga khususnya Singapura
membuat Batam menjadi tempat yang efisien untuk berinvestasi. Apalagi Batam
sekarang sudah menjadi Kawasan Ekonomi Khusus tentunya tempat ini menjadi

daya tarik tersendiri bagi para investor asing. Perkembangan realisasi investasi
PMA dari tahun ketahun berfluktuasi, ini berarti Batam belum sepenuhnya
kondusif sebagai ladang untuk berinvestasi bagi para investor asing.

Sumber :Badan Koordinasi Penanam Modal, 2005
Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa dari tahun ketahun j-mlah PMA
dan nilai PMA bervariasi. Pada tahun 2006 jumlah perusahaan yang masuk ke
Batam berjumlah 95 dzngan niiai 376,79 juta US$, peningkatan iili karena ada
respon positif para investor asing terhadap pembentukan Kawasan Ekonomi
Khusus. Dilihat dari nilainya pada tahun 2006 investasi Batam mencapai 376,79
juta US$ lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 yang hanya 242,39 juta US$.
Namun pada tahun 2007 investasi mengalami penurunan menjadi 205,9 US$
akibat berbagai kebijakan dan peraturan yang kurang kondusif bagi investor
asing. Berbagai kendala yang sering dikeluhkan investor adalah birokrasi,
pelayanan pajak yang berbelit, infrastruktur yang buruk dan terbatasnya tenaga
kerja yang memiliki keahlian dan ketrampilan.
Pada Gambar 2 hasil survei yang dilakukan World Economic Forum
(2007), menunjukan bahwa masalah-masalah yang dihadapi para investor asing
dalam menanamkan modalnya di Indonesia adalah pertatna 20,5% infrastruktur

buruk, kedua 16,1% birokrasi tidak efisien, 10,8% akses yang terbatas untuk
pendanaan, 10,7% kebijakan pemerintah yang tidak stabil, 8,5% peratwan
ketenagakerjaan yang restriktif dan selanjutnya bisa dilihat pada Gambar 2
dibawah ini.

Gambar 2. MasaIak-MasaIaE Utama dalam Melalukan Bisnis di Indonesia
Versi WEF 2007
Surnber : JVorZd Economic Forunt. 2007
Kondisi yang te~jadidi Batam ditinjau dari aspek legal dan akses
ekonomi yang mendorong berhasilnya KEK dibatasi pada sisi penanaman modal,
pabean dan perpajakan, keimigrasian, ketenagakerjaan, serta keuangan dan
perbankan. Dari sisi penanaman modal, saat ini pelayanan perijinan sudah dalam
satu atap (one stop service), namun penanganan urusan ijin ini masih bersifat
parsial dan belum dilakukan dalam suatu pengelolaan yang terpadu.
Dari sisi praktek kepabeanan dan perpajakan pada saat ini dirasakan
masih berbelit-belitnya prosedur keluar dan masuknya barang maupun banyaknya
ijin-ijin dari pemerintah pusat terkait dengan kegiatan investasi asing. Selain itu

beban pungutan bea masuk, barang modal dan PPN masih dianggap kurang
menarik bagi investor asing. Untuk mendukung suksesnya pelaksanaan KEK di
Batam masih diperlukan banyak penyederhanaan, pengurangan ataupun
penghapusan prosedur kepabeanan dan perpajakan.
Dalam bidang peraturan ketenagakerjaan, ha1 yang masih menjadi
keluhan dan kekhawatiran calon investor adalah peraturan tentang besarnya
pesangon (severance paynte~zt)jika tejadi PHK dan kenaikan rutin UMR yang
dinilai relatif tinggi dan tidak jelas terutama dalam ha1 penentuan kenaikan upah.
Selain itu sering dan mudahnya kelompok pekeja melakukan demonstrasi dan
mogok kerja juga merupakan suatu persoalan yang dianggap sanga.t merugikan
investor.
Dari berhagai ha1 yang telah diuraikan, maka dapat dirulnuskan beberapa
pennasalahan

diantaranya adalah apa saja yang menjadi faktor-faktoi. yang

mcmpengaruhi Penanaman Modal Asing di Batam, kemudian apakah KEK yang
telah dibentuk memberikan dampak positif terhadap peningkatan Penanaman
Modal Asing di Batarn dan bagaimana KEK dikatakan berhasil, apa kendala
pemerintah dalam mengembangkan KEK.

1.3.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penelitian
ini bertujuan untuk:

1.

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanam Modal Asing di
Kota Batam.

2.

Mengidentifikasi dampak Kawasan Ekonomi Khusus terhadap Penanaman
Modal Asing.

3.

Mengidentifikasi ciri-ciri Kawasan Ekonomi Khusus yang berhasil dan
mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi pemerintah Batam dalam
mengembangkan KEK.

1.4.

Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pihak diantaranya adalah:
1.

Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkau dapat
meinberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam pengatnbilan
keputusan khususnya yang berkaitan dengan investasi.

2.

Memberikan infonnasi bagi para mahasiswa lain sebagai bahan referensi
untuk penelitian lebih jauh atau sebagai pelengkap penelitian lain yang
masih relevan dengan permasalahan penelitian ini.

3.

Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memahami
kondisi E3K secara mendalam. Selain itu juga penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat sebagai sarana untuk menerapkan ilmu ekonomi yang

selama ini diperoleh dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departernen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

1.5.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengamhi
Penanam Modal Asing (PMA) di Batam, penelitian ini juga membahas Kawasan
Ekonomi Khusus sebagai katalisator Penanam Modal Asing untuk menanamkan
modalnya di Batam. Selanjutnya membahas ciri-ciri KEK yang berhasil dan
kendala-kendala pemerintah

kota Batam dalam mengelola KEK. Data yang

digunakan adalah data sekunder berupa data triwulanan yang bersumber dari BPS,
B U M , 131, Depnakertrans dan buku terbitan lain yang menunjang penelitian ini.
Variabel endogen dalam penelitian ini adalah PMA sedangkan yang menjadi
variabel eksogen adalah Produk Domeslik Regional Bmto, Nilai Tukar Riil,
Tingkat Inflasi, Upah Minimum, Pajak clan dumtny Kawasan Ekonomi Khusus
dari peiiode 1996:l hingga 2007:4. Penelitian ini menggunakan metode regresi
linier berganda dengan estimasi Ordinary Least Square (OLS).

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tinjauan Teoritis

2.1.1.

Teori Investasi Asing Langsung
Menurut Krugman (1998), yang dimaksud dengan penanaman modal

asing langsung adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu
negara memperluas atau mendirikan pemsahaan di perusahaan lain. Oleh karena
itu tidak hanya terjadi pemindahan sumberdaya, tetapi juga pemberlakuan kontrol
terhadap perusahaan di l u x negeri.
Menurut Salvatore (1997); penanam moda! asing langsung meliputi
investasi dalam aset-aset misalnya berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan
berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperhan produksi,
pembelanjaan berbagai peralatan inventaris dan sebagainya. Pengadaan modal
s i n g itu biasanya diikuti dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen dan
pihak investor sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang
telah ditanamkan.
Investasi langsung berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal
secara langsung melakukan pengawasan atas aset yang ditanam di negara
pengimpor modal. Investasi langsung luar negeri dapat mengambil beberapa
bentuk yaitu : pembentukan suatu perusahaan dimana pemsahaan dari negara
penanam modal memililu mayoritas saham-saham pembentukan suatu pemsahaan
di negara pengimpor modal-modal atau menaruh aset tetap di negara lain oleh
perusahaan nasional dari negara pananam modal (Jhingan, 2003).

Faktor-faktor yang menentukan jumlah investasi (Deliamov, 1995)
adalah:

1. Suku bunga
Suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi, jika suku bunga turun
maka investasi meningkat begitu pula sebaliknya. Suku bunga yang tinggi
akan mempengaruhi inflasi, sehingga jika suku bunga naik akan diikuti oleh
inflasi yang meningkat juga.
2. Inovasi dan teknologi

Temuan-temuan baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama menjadi tidak
efisien. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk
membeli mesin-mesin peralatan baru yang canggih.
3. Kondisi perekonomian

Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapaian nasional dan
makin banyak bagian pendapatan yang ditabl~ngyang pada giliranya akan
diinvestasikan pada usaha-usaha yang menguntungkan.

4. Ramalan orang tentang perekonomian dimasa datang
Jika peramalan perekonomian dimasa yang akan datang cerah (inflasi
terkendali) orang akan melakukan investasi sekarang. Sebaliknya jika Grang
peramalan dimasa yang akan datang lesu karena diperkirakan inflasi tinggi,
maka orang enggan menambah investasi.

5. Situasi politik

Jika situasi aman dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-kemudahan
bagi pengusaha, maka tingkat investasi akan tinggi. Tetapi jika situasi politik
tidak aman dan pengusaha banyak mengalami birokrasi yang berbelit-belit
maka tingkat investasi akan rendah.
FDI sebagai salah satu aliran modal intemasional memiliki beberapa
motif baik bagi negara asal investasi langsung tnaupun negara tujuan investasi.
Motif negara asal investasi langsung diantaranya adalah: (1) mendapatkan return
yang lebih tinggi melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,
perpajakan yang lebih menguntungkan, infrastruktur yang lebih baik; (2) untuk
melakukan diversivikasi resiko (risk diverszfikation); (3) untuk tetap memiliki
conzpetitive advantage melalui direct control dan (4) untuk menghindari tarij'ydan
izon tar$/ barrrier yang dibebankan kepada impor dan sekaligus memanfaatkan
berbagai insentif dalam bcntuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal
untuk mendorong FDI (Hamdy Hady, 1998).
Menurut Moosa (2004), beberapa teori yang menjelaskan Foreign Direct
Invesinent adalah sebagai berikut:
I.

The Differential Rate ofReturn tlypotesis
Teori ini menyatakan bahwa aliran modal dari suatu negara dengan tingkat
pengembalian yang rendah berpindah ke negara yang memiliki tingkat
pengembalian yang tinggi dalam suatu proses yang cepat. Dalam ha1 ini FDI
diputuskan dengan mempertimbangkan marginal return dan nzarginal
costnya. Investor lebih tertarik negara yang upahnya rendah, memiliki

tenaga kerja berpendidikan dan produktifitasnya tinggi, pajak yang tidak
membebankan investor, infrastruktur yang bagus, pelayanan administrasi
mudah dan birokrasi yang efisien.
2.

The Diversivication Hypotesis
Menurut teori ini bahwa keputusan dalam investasi terhadap suatu proyek
tidak hanya ditentukan oleh tingkat pengembaliannya tetapi juga besarnya
resiko yang dihadapi dimana berdasarkan sifatnya terhadap resiko, investor
dapat dikelompokan menjadi tiga tingkatan, yaitu; pertama, Risk Averse,
merupakan sifat menghindari resiko sehingga investor memilih resiko yang
rendah walaupun terkandang konsekuensinya dengan return yang rendah;
kedua, Risk Medium, merupakan sifat yang proporsional melihat resiko
dengan berinvestasi pada resiko sedang pada return tertentu; ketiga, Risk
Taker me~pEikaI1sifat yang berani mengambi! resiko dengan berinvestasi
yang memberikan

tingkat keuntungan

yang

besar

dengan

tanpa

memperdulikan konsekuensi resiko yang lebih tinggi.
3.

The Output and Market Size Hypotesis
Teori ini menyatakan bahwa besamya FDI yang mengalir ke suatu negara
tergantung besarnya output dari perusahaan multinasioanal di negara
tersebut atau besamya ukuran pasar dan negara tersebut yang diukur
berdasarkan GDP atau PDRB.

4.

TJze Czrrrency Areas Hypotesis
Menurut teori ini bahwa perusahaan suatu negara yang mempunyai nilai
mata uang yang kuat dibandingkan dengan negara lain akan cenderung

melakukan investasi karena negara yang mata uangnya lemah cenderung
tidak mampu untuk melakukan investasi sebab resiko yang akan di hadapi
tinggi. Dengan kata lain negara yang mempunyai nilai mata uang yang kuat
merupakan sumber dari FDI dan negara yang mata uangnya lemah adalah
tujuan dari FDI.

5.

The Produk Life Cycle Hypotesis
Hipotesa ini menjelaskan bahwa produk yang pertama kali muncul dianggap
sebagai suatu inovasi di negara asalnya. Seiring dengan bergulimya waktu,
produk tersebut akan menyebar ke negara-negara lain sehingga produk
tersebut menjadi bisa terstandarisasi. FDI timbul dari reaksi-reaksi oleh
perusahaan dengan ekspektasi ke luar negeri yang memiliki kemungkinan
kehilangan pasar karena produknya berkembang.

2.1.2.

Dampak Investasi Asing Langsung

Dalaln model neoklasik oleh Solow menyebutkan bahwa FDI dinyatakan
sebagai salah satu determinan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang karena adanya diminishing return dari modal fisik (Sarwedi, 2002).
Keberadaan investasi asing langsung sebagai salah satu bentuk aliran modal
dalam perekonomian selain memiliki marlfaat juga memiliki dampak yang
ditimbulkan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun dampak
negatif bagi negara penerima.
Dampak positif dari FDI adalah FDI merupakan salah satu saluran utama
transfer teknologi dari negara maju ke negara berkembang. Negara berkembang

memiliki beberapa kelemahan dalam struktur perekonomiannya seperti tingkat
pendidikan, penduduk, infrastruktur, liberalisasi perekonomian, kestabilan sosial
politik dan sebagainya. Oleh karena itu kurang memiliki kemampuan dalam
melakukar, inovasi dan menemukan teknologi baru yang dapat menjadi mesin
mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kelemahan ini membuat
negara berkembang untuk melakukan adopsi teknologi asing melalui FDI.
Transfer teknologi tinggi yang dibawa perusahaan multinasional dapat terjadi
melalui peroses pembelajaran yang dilakukan oleh pemsahaan-pemsahaan dalam
negeri.
Keuntungan lain yang diperoleh negara penerima FDI adalah dalam
peningkatan kualitas tenaga kerja dengan meningkatkan keahlian dan kemampuan
manajerial perusahaan lokal. FDI menipakan aiiran modal yang tidak memiliki
resiko tinggi bagi perekonomian negara berkembang. Apabila suatu proyek tidak
berhasil, maka negara peneriina investasi tidak hams membayar ganti rugi atas
modal yang telah diinvestasikan. Hal ini tentu berbeda dengan indikator utang,
dimana bila terjadi kerugian perusahaan tetap hams membayar cicilan iltang dan
bunganya (Rivayani, 2000j.
Feldstein (20C)O), meyakini bahwa sebagai salah satu jenis aliran modal
bebas, PMA memiliki beberapa keuntungan. Pertama, aliran modal tersebut
mengurangi risiko dari kepemilikan modal dengan melakukan deversifikasi
melalui investasi. Kedua, integrasi global pasar modal dapat memberikan spread
terbaik dalarn pembentukan corporate governance, accounting rules, dan

legalitas. Ketiga, mobilitas modal secara global membatasi kemampuan
pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang salah.

FDI sebagai aliran modal juga memiliki dampak negatif bagi negara
penerima.

Masuknya perusahaan multinasional dapat mematikan

bisnis

perusahaan lokal yang tidak mampu bersaing dengan perusahaan multinasional
dalam ha1 efisiensi produksi. Perusahaan multinasional mampu menekan biaya
produksi dan menjual produk dengan harga yang lebih murah dibandingkan
dengan perusahaan lokal. Perusahaan lokal akan kalah bersaing dari perusahaan
multinasional, sehingga lnereka akan meminta proteksi. Tingginya permintaan
proteksi akan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk membiayai proteksi
tersebut.
Perusahaan multinasional yang berbasis substitusi impor pada umumnya
mendapatkan perlakuan khusus dari pemerintah seperti pelnotongan pajak dan hak
memonopoli pasar. Hal ini teutu saja berdampak pada meningkatnya korupsi yang
dilakukan oleh oknum pemerintah melalui berbagai pungutan liar dalam proses
administrasi (Rivayani, 2000).
Krugman (1998), dalam pandanganya menyebutkan bahwa FDI tidak
hanya mencangkup transfer kepemilikan dari dalam negeri menjadi kepemilikan
asing, melainkan juga mekanisme pang menungkinkan investor asing untuk
mempelajari manajemen dan kontrol dari perusahaan dalam negeri khusuenya
dalam corporate governance mechanism.

2.2.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asiug

2.2.1.

Hubungan Produk Domestik Regional Bruto dengan PMA
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan pertumbuhan

ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam
jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas ini sendiri ditentukan
atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
teknologi, kelembagaan dan ideologis terhadap berbagai tuntutan yang ada
(Todaro, 2000). Todaro juga mengartikan pembangunan sebagai suatu proses
multidimensional yang menyangkut perubahan-pembahan besar dalam struktur
sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan
ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan kemiskinan. Jadi,
secara ringkas dapat dikatakan arti dari pembangunan klasik dan pembangunan
moderen adalah sebagai berikut:
*>

Pembangunan klasik

: pembangunan = pertumbuhan ekonomi

+:*

Pembangunan moderen

: pembangunan

=

pertumbuhan ekonomi

+ Iain-

lain seperti, menekan pengangguran, penyediaan prasarana pendidikan dan
kesehatan yzng memadai.
Menurut para ahli ekonomi proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh dua macam faktor yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
faktor ekonomi seperti sumber daya alam, akumulasi modal, kemajuan teknologi,
pembagian kerja dan skala produksi. Kedua, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi

olah faktor non ekonomi seperti faktor sosial, faktor SDM, faktor politik dan
birokrasi.
PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan
(Dumairy, 1996) yaitu:

1. Pendekatan produksi
PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi di wilayah atau daerah dalam jangka waktu setahun. Unit-unit
produksi secara garis besar dibagi menjadi sebelas sektor atau lapangan usaha
yaitu (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan,

(4) listrik, gas dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan, (7)
pengangkutan dan komunikasi, (8) bank dan lembaga keuangan lainnya, (9)
sewa rumah, (1 0) pemerintah dan (1 1) jasa-jasa.
2. Pendekatan pendapatan
PDRB adalah julnlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi
yang tumt serta dalam proses produksi di wilayah atau daerah dalam jangka
waktu setahun. Balas jasa produksi yang dimaksud meliputi upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan.
3. Pendekatm pengeluaan
PDRB adalah jumlah selumh komponen perminlaan akhir, meliputi:
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari
keuntungan, pembentukan modal dan perubahan stok pengeluaran konsumsi
pemerintah dan ekspor netto (yaitu ekspor dikurangi impor) dalam jangka
waktu setahun.

Para ekonom juga menggolongkan PDRB menjadi dua yaitu PDRB
nominal dan PDRB nil. PDRB nominal adalah nilai barang dan jasa yang diukur
dengan harga berlaku. Sedangkan PDRB nil adalah nilai barang dan jasa yang
diukur dengan menggunakan harga konstan. Rasio antara PDRB nominal terhadap
PDRB riil disebut deflator PDRB, yang mengukur harga output relatif terhadap
harganya pada tahun dasar (Mankiw, 2000).
Peranan pendapatan (PDRB) terhadap investasi sangat penting, karena
pendapatan yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan
selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi akan memperbesar permintaan
terhadap barang dan jasa. Keuntmgan perusahaan akan bertambah tinggi dan akan
mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan kata lain, apabila PDRB
bertambah tinggi maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dengan demikian
investasi mendapat pengaruh dari pendapatan nasional (Sukimo, 2001). Selain itu,
jika pendapatan masyarakat tinggi, maka bagian dari pendapatan masyarakat
tersebut yang dapat diperynakan untuk investasi meningkat sehingga investasi
dapat meningkat, investasi ini berhubungan positif dengan pendapatan.
Berkaitan dengan pendapatan, menumt Deliamov (1995), membedakan
investasi menjadi dua, yaitu :
1. Investasi otonom (autonomous invesment) yaitu investasi yang jumlahnya di
tentukan dari dalarn perekonomian itu sendiri (seperti nilai tukar, inflasi, upah,
pajak, inftastruktur, teknologi, tingkat bunga).
2. Investasi terpengamh

(induced invesment) investasi yang jumlahnya

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional.

Jumtah investasi otonom biasanya konstan, artinya tidak tergantung pada
besar kecilnya pendapatan nasional. Peningkatan dalam investasi otonom ini
bukai disebabkan oleh admya peningkatan pendapatan melainkan karena adanya
perubahan faktor lain seperti: nilai tukar, inflasi, upah, pajak, infiasiruktur dan
teknologi. Sebaliknya investasi yang terpengaruh akan naik turun sesuai dengan
pendapatan nasional

Investasi

YI

Y2

Gambsr 3.a. Investasi Otonom

Pandapatan

v,
Y 2 Pendapatam
Gambar 3.b. Invzstasi Terpengamh

Keterangan:
I
: Investasi
Y
: Pendapatan
YI
: Pendapatan awal
y2
: Pendapatan akhir
Gambar 3. Investasi Otonom dan Investasi Terpengaruh
Sumber : Deliamov, 1995

Hubungan Tingkat Inflasi dengan PMA

2.2.2.

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga umum secara
terus-menents. Sedangkan tingkat inflasi menggambarkan perubahan harga-harga
dalam suatu tahun tertentu. Indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur
tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen. Perhitungan inflasi dapat
dinyatakan sebagai berikut:

dimana:

IN&

: Tingkat inflasi pada periode t

IHK, : Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHK,_, : Indeks Harga Konsumen sebelum periode t
Khalwaty (2000) mengelompokan macam-macam inflasi berdasarkan
sudut pandang sebagai berikut:

1. Asal Innasi
a. Domestic injlation adalah intlasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan
harga disebabkan karena adanya kejutan (shock) dari dalam negeri, baik
knrena perilaku masyarakat maupun perilzku pemerintah dalam
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara psikologis berdampak
inflasi.
b. Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena
pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri
di pengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri tenttama barang-barang

impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat di
produksi di dalam negeri.

2. Intensitas Inflasi
a. Creeping inflation atau inflasi merayap adalah inflasi yang terjadi dengan
laju pertumbuhan berlangsung lambat (merayap). Creeping inflation biasa
juga disebut dengan inflasi sedang (midlle inflation) terjadi karena
kenaikan harga berlangsung secara perlahan-lahan.
b. Hyper inflation adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya
kenaikan harga-harga secara umum dan berlangsung sangat cepat.
3. Bobot Inflasi
a. Inflasi ringan disebut creeping infation. Inflasi ringan adalah inflasi
dengan laju pertumbnhan yang berlangsung secara perlahan dan berada
pada posisi satu digit atau dibawah 10% pertahun.
b. Inflasi sedang adelah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada
diantara 10-30% pertahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam
struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
c. Inflasi berat mempakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara
30-100% pertahun. Pada kondisi demikian sektor-sektor produksi hampir
lumpuh total kecuali yang dikuasai oleh negara.
d. Inflasi sangat berat (hyper ii?flation) adalah inflasi dengan laju
pertumbuhan melampaui 100% pertahun.
Inflasi merupakan gejala ekonomi yang sangat menarik untuk
diperhatikan, karena setiap kali ada gejolak sosial politik dan ekonomi di dalam

maupun luar negeri, masyarakat selalu mengkaitkan dengan masalah inflasi.
Inflasi bisa menunjukkan kerentanan perekonomian suatu negara sehingga ha1 ini
sangat berpengaruh terhadap kepercayaan penanaman modal asing akan prospek
pendapatan yang akan diperolehnya di negara tersebut.
Hyper inflation dalam jangka panjang akan memperlambat pertumbuhan

ekonomi dan ha1 ini berakibat pada lesunya sektor investasi yang produktif. Inflasi
yang tinggi membuat harga barang dan jasa menjadi mahal, biaya input produksi
tentunya akan meni