ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI INDONESIA.

(1)

Oleh : Aliyatul Jannah 0611010070/ FE/ IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

USULAN PENELITIAN Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh : Aliyatul Jannah 0611010070/ FE/ IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh : Aliyatul Jannah 0611010070/ FE/ IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(4)

(5)

Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI INDONESIA”

dengan baik guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi.

Penulis menyadari tanpa dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akan sulit untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang dalam dan penghargaan yang tinggi kepada :

1. Bpk. Prof. Ir. Teguh Soedarto. Mp selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bpk. Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bpk. Drs. Ec. Marsetto,Msi selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.

4. Bpk. Prof.Dr.Djohan Mashudi, SE,MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan kerelaan hati telah memberikan bimbingan dan petunjuk serta pikirannya dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

6. Buat penguji ujian skripsiku Bpk. Drs.Ec.H.M Taufik,MM dan Bpk. Drs. Arief Bachtiar,MSi serta Bpk Drs.Ec Wiwin Priana,MM makasih banget atas kesabaran dalam pengujinya selama menguji skripsi saya.

7. Buat “Bapa dan Mamaq ” tercinta dan tersayang yang telah memberi semangat dan doa serta kasih sayang, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sampai menyelesaikan tingkat pendidikan perguruan tinggi.

8. Buat saudaraq tercinta mbk.lu2k, mas.sony dan adik cha2q yang telah mendoakan dan memberi dukungan dalam mengerjakan skripsi.

9. Buat temenq Yulita Dian Fransisca dan bayu ardianto terima kasih atas dukungan dan semangatnya dan makasih banget udah di perbolehkan ngeprin skripsiq di tempat kamu.

10.Buat temenq Any Catur Wulandari (catur) dan Aprilia Putri Susanti (kibo) Makasih atas semangat kalian dan dukungan kalian yang selama skripsi selalu membantu dalam mengerjakan skripsi.

11.Buat temen sekamar kosku chirstanti desy binarika makasih banget atas dukungan dan semangatnya, dan cory tiap malem ganggu tidur kamu kalau aku lagi ngerjain skripsi, jangan lupa selesaikan skripsi kamu, moga cepet selesai.

12.Buat Ongky Martha wardaya makasih banget atas doa dan semangatnya dalam mengerjakan skripsi.


(7)

ii

Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.

Wassallamualaikum Wr.Wb

Surabaya, 26 Maret 2010


(8)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAKSI... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...………... 1

1.2. Perumusan Masalah………... 4

1.3. Tujuan Penelitian………... 5

1.4. Manfaat Penelitian………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu………... 7

2.2 Landasan Teori………... 9

2.2.1. Investasi ...………... 9

2.2.1.1 Definisi Investasi... 9

2.2.1.2. Teori Mengenai Investasi …... 10

2.2.1.3. Pengertian Penanaman Modal Asing ………... 12


(9)

Modal……... 16

2.2.1.6. Jenis-jenis Investasi ...…... 16

2.2.1.7. Jenis-jenis Investasi Menurut Rosyidi ... 20

2.2.1.8. Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi…... 22

2.2.1.9. Kegiatan Investasi ...……… 23

2.2.1.10. Definisi Sektor-sektor Ekonomi di Indonesia... 24

2.2.1.11. Peran Investasi Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi... 27

2.2.2. Kurs Valuta Asing…... 28

2.2.2.1. Pengertian Kurs... 28

2.2.2.2. Pengertian Tentang Nilai Valuta Dan Pasar Valuta Asing... 29

2.2.2.3. Sistem Kurs Tetap ... 30

2.2.2.4. Sistem Kurs Mengambang... 31

2.2.2.5. Sistem Kurs Mengambang Terkendali... 33

2.2.2.6. Teory Purchasing Power Parity... 34

2.2.2.7. Penawaran dan Permintaan Valuta Asing ... 35


(10)

2.2.3.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga

Internasional... 35

2.2.3.2. Suku Bunga Menurut Definisi LIBOR Dan SIBOR... 36

2.2.3.3. Keseimbangan Tingkat Suku Bunga... 37

2.2.3.4. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi... 38

2.2.4. Neraca Perdagangan... 40

2.2.4.1. Pengertian Neraca Perdagangan... 40

2.2.4.2. Tujuan dan Manfaat Perdagangan…... 41

2.2.4.3. Neraca Perdagangan dalam Sistem Pembayaran Internasional... 43

2.2.4.4. Keseimbangan dan Ketidak Seimbangan Neraca Pembayaran ... 44

2.2.4.5. Cara Mengatasi Ketidak Seimbangan Neraca Pembayaran Internasional ... 48

2.3. Kerangka Pikir ... 49

2.4. Hipotesis ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………... 52


(11)

3.4.1. Teknik Analisis………... 54

3.4.2. Uji Hipotesis………... 55

3.5. Asumsi Klasik ………... ……….. 57

BAB IV USULAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN   4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 62

4.1.1. Kondisi Geografis... 62

4.1.2. Kependudukan ……… 63

4.1.3. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia... 63

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 64

4.2.1.Perkembangan Penanaman Modal Asing Sektoral Pertanian, Industri, dan Perdagangan... 65

4.2.2. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Internasional... 66

4.2.3. Perkembangan Kurs Valas... 67

4.2.4. Perkembangan Neraca Perdagangan... 68.

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik………. 69

4.3.1.Analisis Dan Pengujian Hipotesis... 73

4.3.2.Uji Hipotesis Secara Parsial... 76

4.3.3.Pembahasan... 77


(12)

iv DAFTAR PUSTAKA


(13)

Gambar 1 : Marginal Efficiency Of Investment Tingkat

Pengembalian……… 11

Gambar 2 : Sistem Kurs Tetap……….. 31

Gambar 3 : Sistem Kurs Mengambang………. 32

Gambar 4 : Sistem Kurs Mengambang Terkendali………... 34

Gambar 5 : Hubungan Tingkat Bunga Dan Investasi………... 39

Gambar 6 : Alternatif Untuk Mengatasi Ketidak Seimbangan Neraca Pembayara Internasional ………….……….. 48

Gambar 7 : Distribusi Kriteria Peneriomaan Dan Penolakan Hipotesis……… 56

Gambar 8 : Daerah Keputusan Uji Durbin Watson……….………. 59

Gambar 9 : Kurva Statistik Durbin Watson………..……… 71


(14)

Tabel 1 : Perkembangan Penanaman Modal Asing Sektoral Pertanian,

Industri dan Perdagangan Tahun 1999-2008...……….. 66

Tabel 2 : Perkembangan Suku Bunga Internasional Tahun 1999-2008... 67

Tabel 3 : Perkembangan Kurs Valas Tahun 1999-2008... 68

Tabel 4 : Perkembangan Neraca Perdagangan Tahun 1999-2008... 68

Tabel 5 : Tes Autokorelasi... 71

Tabel 6 : Tes Multikolinier... 72

Tabel 7 : Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman... 73

Tabel 8 : Analisis Varian (Anova)………...…. 75

Tabel 9 : Hasil Analisis Variabel Tingkat Suku Bunga Internasional (X1), Kurs Dollar Amerika (X2), dan Neraca Perdagangan (X3), Penanaman Modal Asing Persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan (Y)………. 76


(15)

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI INDONESIA

Oleh : Aliyatul Jannah

ABSTRAKSI

Dengan semakin bertambah penanaman modal asing di indonesia maka investasi sangat penting membawa dana masuk dan membawa serta teknologi produksi, menejemen dan akses ke pasar dunia. Dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi, peluasan lapangan pekerjaan dan ahli teknologi dalam pembangunan ekonomi.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur yang diambil selama kurun waktu 10 tahun mulai dari tahun 1999-2008. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Scienci) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dan uji-F statistik.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, Tingkat Suku Bunga Internasional (X1), Kurs Dollar Amerika (X2), dan Neraca Perdagangan (X3) PMA di Indonesia (Y). Dengan melihat hasil uji signifikasi variabel independen terhadap penanaman modal asing tersebut di 3 sektor (pertanian, industri, perdagangan) maka dapat di ketahui bahwa variabel tingkat suku bunga internasional merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap penanaman modal asing, hal

Kata Kunci : Penanaman modal asing (PMA), Tingkat Suku Bunga Internasional, Kurs Dollar Amerika (Rp), Neraca Perdagangan


(16)

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. yang dituangkan dalam amandemen bahwa sasaran umum pembangunan jangka panjang kedua adalah terciptanya kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tentram dan sejahtera lahir dan batin dalam tata kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Sasaran pembangunan jangka panjang kedua di bidang ekonomi adalah terciptanya perekonomian yang mandiri yang handal, dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang semakin merata, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang mantap. (Anonim, 1998:25).

Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan berbagai sarana penunjang, antara lain tata hukum yang mendorong, menggerakkan dan mengandalkan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi. Khususnya di tiga sektor ekonomi. Tiga sektor ekonomi itu diantaranya adalah sektor pertanian, sektor perindustrian dan sektor perdagangan besar dan eceran. (Statistik Indonesia, 2002 : 500).

Pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk mendorong perkembangan sektor – sektor tersebut, yang bertendensi menyebabkan meningkatnya kebutuhan dana untuk membiayai pembangunan, terutama pada ketiga sektor ekonomi tersebut. Selain bertumpu pada pembiayaan, pemerintah


(17)

juga berusaha untuk menarik pembiayaan eksternal salah satu alternatifnya berupa penanaman modal asing (PMA) dan utang luar negeri sebagai pelengkap pembiayaan pembangunan. Karena terbatasnya dana, pemerintah perlu menempuh kebijaksanaan yang memberikan kesempatan luas kepada sektor swasta, baik domestik maupun asing. (Rosyidi, 1991:110)

Pentingnya investasi selain membawa dana masuk, dan membawa serta teknologi produksi, manajemen dan akses ke pasar dunia. dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan pekerjaan dan alih teknologi dalam pembangunan ekonomi. juga menggerakkan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan serta kebijaksanaan guna mendorong sektor swasta untuk ikut berpartisipasi dalam memperkuat tumbuhnya perencanaan ekonomi, seperti kebijaksanaan tingkat suku bunga, pembangunan sarana dan prasarana serta memberi fasilitas – fasilitas yang tujuannya untuk merangsang para investor dalam negeri maupun luar negeri agar mau menanamkan modalnya di Indonesia. karena investasi merupakan penggerak dalam perekonomian suatu negara. Banyaknya investasi yang direalisasikan suatu negara atau daerah akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara. (Samuelson, 1996:179)

Dalam upaya menarik investor menanamkan modalnya di indonesia, berbagai kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah yang dituangkan dalam beberapa paket kebijaksanaan yang memperlonggar ketentuan – ketentuan dalam menyederhanakan prosedur penanaman modal yang telah ditetapkan pemerintah guna menciptakan iklim penanaman modal yang lebih baik sehingga dapat diharapkan merangsang niat penanaman modal.


(18)

Disamping itu diharapkan pula penanaman modal asing menjadi salah satu tumpuan untuk meningkatkan perekonomian.

Disamping itu keberadaan tingkat kurs juga harus diperhatikan, karena dalam mengekspor ataupun mengimpor barang – barang, baik dengan bahan baku dan sebagainya dalam memenuhi kebutuhan suatu pembangunan ekonomi sangat penting. Hal ini berkaitan dengan tingkat keuntungan suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya atau menanamkan modalnya. Karena apabila terjadi depresiasi nilai mata uang rupiah terhadap Dollar, maka akan menyebabkan harga - harga produk dalam negeri menjadi melonjak dan semakin mahal. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan baku produksi yang akan berdampak pada nilai ekspor barang dan jasa suatu sektor ekonomi. (Anonim, 1997:132)

Investasi asing di indonesia menunjukkan data yang berfluktuatif dari tahun ke tahun. indonesia saat ini dihimbau untuk lebih memperhatikan kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Guna mendorong peningkatan perekonomian yang lebih baik lagi. Bagaimanapun juga kebijakan – kebijakan investasi tersebut akan terkait langsung dengan penanaman modal asing pada sektor – sektor ekonomi di Indonesia.

Beralihnya struktur lapangan usaha sebagian masyarakat indonesia dari sektor pertanian ke sektor ekonomi lainnya dapat terlihat dari besarnya peranan masing – masing sektor ini terhadap pembentukan PDB indonesia. Sejak tahun 1991 hingga saat ini sumbangan terbesar dihasilkan oleh sektor industri pengolahan sekitar 28.05 persen. Kemudian diikuti oleh sektor perdagangan,


(19)

restoran dan hotel dengan andil sekitar 15.74 persen, sedangkan sumbangan sektor pertanian tinggal sekitar 13.41 persen. Sektor berikutnya yang kontribusinya relatif cukup besar adalah sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa – jasa dengan andil masig – masing sekitar 10.44 persen dan 10.10 persen pada tahun yang sama. Adapun sumbangan dari empat sektor lainnya kurang dari 10 persen, dengan penyumbang terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sekitar 0.92 persen (%).

(Statistik Indonesia, 2002 : 501).

Dari faktor – faktor tersebut diatas, maka perlu diadakan penelitian bagaimana pengaruh tingkat suku bunga internasional, Kurs dollar amerika (Rp), dan neraca perdagangan terhadap ”ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI INDONESIA”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, perumusan masalah yang akan dibahas adalah :

a. Apakah Tingkat suku bunga internasional, Kurs Dollar Amerika dan neraca perdagangan mempengaruhi Penanaman Modal Asing per sektor ekonomi di Indonesia?

b. Manakah dari ketiga faktor tersebut yang paling mempengaruhi terhadap penanaman modal asing per sektor ekonomi di Indonesia?


(20)

c. Apakah ada perbedaan faktor – faktor yang berpengaruh pada setiap penanaman modal asing per sektor ekonomi di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui Tingkat suku bunga internasional, Kurs Dollar Amerika dan neraca perdagangan mempengaruhi Penanaman Modal Asing per sektor ekonomi di Indonesia.

b. Untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan pengaruhnya terhadap penanaman modal asing per sektor ekonomi di Indonesia.

c. Untuk mengetahui perbedaan faktor – faktor yang berpengaruh pada setiap penanaman modal asing per sektor ekonomi di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a) Sebagai bahan pengetahuan tentang pengaruh tingkat suku bunga internasional, Kurs Dollar Amerika dan neraca perdagangan terhadap tingkat penanaman modal asing per sektor ekonomi di Indonesia.

b) Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penanaman modal asing di Indonesia.


(21)

c) Sebagai informasi kepada peneliti yang akan datang dengan topik dan pembahasan didalam ruang lingkup yang sama.

d) Sebagai sarana yang dapat menambah pembendaharaan perpustakaan Fakultas Ekonomi “Veteran” Jawa Timur.


(22)

2.1. Penelitian Terdahulu

Hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing antara lain :

1. Budiarti (2004) tentang “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Jawa Timur”. Hasil penelitian ini diperoleh angka penentu kecocokan model R2 sebesar 0,715. hal ini berarti variabel-variabel bebas yang menjelaskan variabel terikat adalah sebesar 71,5% dan 28,5% dijelaskan variabel lain. Hasil penelitian dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa secara individu hanya variabel tingkat suku bunga kredit investasi dan jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor industri yang berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing. Sedangkan pada uji F menunjukkan variabel PDRB, tingkat suku bunga kredit investasi dan jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor industri secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing. 2. Subagyo (2003) tentang “Analisis Beberapa Faktor yang

Mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Jawa Timur”. Dari hasil pengujian secara simultan nilai Ftabel yaitu 12,710 > 3,48 pada level signifikansi 0,05 dengan df 4,10. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara tenaga kerja (X1) terhadap Penanaman


(23)

Modal Asing (Y) di Jawa Timur. Dari analisis uji t menunjukkan thitung > ttabel yaitu 3,008 > 2,228 untuk jumlah tenaga kerja (X1), untuk kurs valas thitung < ttabel yaitu -4,792 < 2,228, untuk tingkat suku bunga internasional thitung < ttabel yaitu -0,844 < 2,228 dan untuk jumlah industri manufaktur thitung > ttabel yaitu 4,847 > 2,228. Hal ini menunjukkan variabel X1, X2, dan X4 berpengaruh secara parsial terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) sedangkan variabel X3 tidak berpengaruh secara parsial terhadap Penanaman Modal Asing (PMA), terdapat pengaruh negatif dan signifikan X2 terhadap Penanaman Modal Asing (PMA), tidak boleh ada pengaruh secara nyata antara X3 terhadap Y dan pengaruh positif dan signifikan X4 terhadap Y. Secara simultan X1, X2, X3, X4 berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing (Y) di Jawa Timur.

3. Sari ( 2005 ) “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Investasi di Indonesia”. Secara simultan dengan hasil F-hitung =3,935 > daritabel = 3,59 dengan demikian Tiangkat Suku Bunga Kredit ( X1 ),

Tingkat ( X2 ), dan Kurs Valuta Asing ( X3 ) berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia ( Y ). Secara parsial Tingkat Bunga ( X1 ) di peroleh t-hitung =1,789 < t-tabel =2,201 berarti tidak berpengaruh nyata terhadap Investasi di Indonesia ( Y ), Kurs Valas ( X3 ) dengan t-hitung =2,729 > t-tabel 2,201 berpengaruh nyata terhadap Investasi di Indonesia ( Y ). Hal ini berarti baha Tingkat Suku Bunga dan Kurs Valas berpengaruh secara nyata terhadap Investasi di Indonesia.


(24)

Sedangkan inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia.

4. Sulistiawati (2000) tentang “Analisis Tentang Perkembangan Penanaman Modal Asing dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhi di Indonesia”. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji F diperoleh nilai sebesar 10,984 dengan Ftabel sebesar 4,35. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas PDB, Inflasi dan Kurs Dolar AS berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing, sedangkan dari hasil analisa dengan menggunakan uji t nilai PDB = 5,709. Inflasi = -2,888. Kurs Dollar AS = -3,635 dengan ttabel sebesar 2,2281. Hal ini menunjukkan PDB berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing, sedangkan Inflasi dan Kurs Dollar AS berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Penanaman Modal Asing.

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Investasi

2.2.1.1 Definisi Investasi

Menurut Nopirin (1987; 133), investasi atau investment disebut juga penanaman modal yaitu penanaman modal baru.

Menurut Dornsbusch dan Discher (1991; 236), investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal.


(25)

Investasi atau penanaman modal juga dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. (Sukirno, 1995 : 107).

Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah merupakan suatu pengeluaran untuk pembelian barang-barang modal dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi. Tercapainya kapasitas produksi yang sudah ditargetkan mengakibatkan jumlah pekerjaan akan meningkat. Adanya tingkat produksi yang tinggi dapat menghasilkan surplus yang tinggi pula, sehingga dapat terhimpun dana yang lebih besar untuk investasi yang dibutuhkan.

2.2.1.2. Teori Mengenai Investasi

Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI) yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan oleh seseorang pengusaha bilamana MEI masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga (interest). Secara garis besar, MEI ini digambarkan sebagai suatu schedule yang menurun. Schedule ini menggambarkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap tingkat bunga.


(26)

Gambar 1 : Marginal Efficiency of Investment Tingkat Pengembalian

Sumber : Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Ekonomi Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 112

Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu data menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) ditunjukkan tiga buah titik : A, B dan C menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0 dan investasi adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih, dan modal yang diperlukan adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk


(27)

mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih, diperlukan modal sebanyak I2.

2.2.1.3. Pengertian Penanaman Modal Asing

Penanaman Modal Asing adalah investasi yang dilaksanakan oleh pemilik modal asing di dalam negeri kita untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dilaksanakan itu. (Suparmoko, 1992 : 294).

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) pada Pasal 1 menyebutkan bahwa pengertian Penanaman Modal Asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi Penanaman Modal Asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman terebut. (Anoraga, 1995 : 48).

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) pada pasal 2, pengertian Penanaman Modal Asing adalah :

a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

b. Alat-alat untuk pembayaran, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar ke


(28)

dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.

c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasar Undang-undang ini diperkenankan di transfer tapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan yang dilakukan pemilik modal asing di dalam negeri untuk membeli barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Dalam prakteknya, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran atau perbelanjaan sebagai berikut :

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya.

b. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, kantor, pabrik dan lain-lainnya.

c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi. (Sukirno, 1995 : 107).


(29)

2.2.1.4. Teori Tentang Penanaman Modal (PMA) Yang Berdampak Negatif Dampak Negatif Penanaman Modal Asing Banyak permasalahan yang diakibatkan oleh penguasaan asing terhadap aset-aset publik antara lain:

1. Kontrol dari luar negeri.

Kontrol dari luar negeri ini dapat berasal dari pemerintah investor luar negeri atau badan internasional, misalnya International Monetary Funds (IMF), World Bank (Bank Dunia), dan lain-lain. Kontrol ini sering sangat merugikan negara tempat investasi, baik dari segi ekonomi maupun politik.

2. Menghabiskan/menguras sumberdaya yang kita miliki utamanya sumber daya alam (natural resources).

Biasanya mereka mengadakan kontrak sesuai dengan jumlah cadangan (deposit) di bawah tanah. Dengan demikian, setelah selesai kontrak sumberdaya alam sudah terkuras habis; yang tinggal adalah kerusakan lingkungan.

3. Investor asing banyak yang bergerak di sektor pertambangan (mining). Salah satu alasan Pemerintah mengundang investasi asing adalah untuk mengatasi pengangguran. Padahal investasi di bidang tambang tidak banyak menyerap tenaga kerja sehingga tidak akan mampu mengurangi pengangguran yang terjadi saat ini.

4. Adanya biaya yang harus ditanggung/dibayar setelah proyek beroperasi.


(30)

Biaya tersebut antara lain recovery cost/sunk cost, yaitu biaya yang khusus dibelanjakan oleh pihak investor untuk eksplorasi. Sebagai contoh, Exxon Mobil mengeluarkan biaya tersebut sebesar 450 juta dolar AS (menurut versi Exxon Mobil). Akan tetapi, menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), pengeluaran Exxon Mobil pada jenis biaya tersebut hanya 142 juta dolar AS. Kalau laporan Exxon menjadi acuan, tentu Indonesia sangat dirugikan karena jumlahnya cukup besar. Dengan demikian, walaupun Blok Cepu sudah beroperasi, pihak Indonesia belum dapat menikmati hasil selama biaya yang dikemukakan pihak Exxon belum terlunasi.

5. Data yang dikemukakan oleh pihak investor perlu dipertanyakan keakuratannya. Sebagai contoh,

Exxon mobil menyatakan cadangan minyak di Blok Cepu sebesar 781 juta barel, kapasitas produksi menurut Exxon 165 ribu barel perhari. Dengan demikian, kalau dihitung secara sederhana, masa eksploitasi hanya berkisar 11 tahun atau 12 tahun. Timbul pertanyaan, kalau benar cadangan minyak hanya 781 juta barel, mengapa perusahaan ini memperpanjang kontrak dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2030. Tentu cadangan minyak jauh lebih besar dari yang dikemukakan ( M. Idris Arief: 2006).


(31)

2.2.1.5. Keputusan untuk Menanamkan Modal

Orang akan menanamkan modal dalam modal fisik yang baru seperti mesin-mesin peralatan, toko dan gudang atau tidak tergantung pada soal adalah tingkat keuangan yang diharapkan terhadap investasi baru itu lebih besar ataukah lebih kecil dari suku bunga yang harus dibayar terhadap dana-dana yang perlu dipinjam untuk memperoleh aset-aset ini. Sekalipun dana itu siap untuk digunakan harus juga diambil keputusan antara alternatif-alternatif menggunakan dana itu membeli aset fisik yang baru atau meminjamkan dana itu kepada orang lain, barang kali dengan jalan membeli saham.

Dengan investasi baru dalam modal fisik ada dua perbedaan : 1. Hasil pengembalian yang diharapkan dari tahun ke tahun mungkin

berbeda-beda sepanjang umur aset itu.

2. Hasil pengembalian itu hanyalah berupa pikiran menurut terkaan terbaik pada saat diambilnya keputusan untuk menanam modal itu. Pada kenyataannya bahwa harus diadakan penyesuaian untuk berbagai hasil pengembalian dan ketidakpastian. (Dougall : 1982 : 132).

2.2.1.6. Jenis-Jenis Investasi A. Investasi Pemerintah

Investasi yang dilakukan pemerintah biasanya mendorong timbulnya investasi baru dan sektor swasta (PMA dan PMDN). Dan investasi pemerintah biasanya selalu diikuti dengan masalah Crowding


(32)

out biasanya menunjukkan efek kebijaksanaan fiskal terhadap kegiatan ekonomi. Apabila penambahan pengeluaran (investasi pemerintah), apakah itu dibiayai dengan penarikan pajak ataupun dengan penarikan obligasi, tidak dapat mendorong kegiatan ekonomi atau efeknya terhadap kegiatan ekonomi nol, maka dikatakan bahwa telah terjadi

crowding out pengeluaran investasi swasta oleh investasi pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa multiplier pengeluaran adalah kira-kira nol. Kira-kira nol, berarti bahwa setiap Rp. 1,00 atau kurang lebih dari Rp 1,00.

Crowding out yang sempurna apabila Rp. 1,00 pengeluaran pemerintah mengganti Rp 1,00 pengeluaran investasi swasta. Tidak sempurna apabila penggantian atau penurunan investasi swasta melebihi Rp 1,00. (Nopirin, 1996 : 65).

Peran pemerintah dalam berinvestasi dibagi menjadi 4 macam : 1. Peran Alokatif

Pemerintah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi. Contohnya barang atau jasa sosial seperti jalan umum, jembatan, pertahanan dan keamanan negeri. Barang-barang ini tidak menarik bagi swasta atau masyarakat karena tidak bisa dijual, dinikmati dan dimiliki secara pribadi.


(33)

2. Peran Distribusi

Peran pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara wajar dan adil. Contoh pemerintah berusaha untuk mencegah adanya monopoli dalam penyediaan dan distribusi barang kebutuhan pokok, sehingga hanya dinikmati sekelompok orang sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.

3. Peran Stabilisatif

Peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium. Contohnya ketika terjadi inflasi, resesi, serbuan barang impor.

4. Peran Dinamisasi

Peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pertumbuhan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju. Contoh nya perintis kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu. Seperti penerbangan pesawat ke jalur baru yang masing kering, atau pemekaran kota dengan memindahkan pusat kegiatan pemerintah ke lokasi baru, serta dalam bentuk mempercepat pertumbuhan bidang bisnis tertentu (mengalokasikan anggaran yang lebih besar ke bidang bersangkutan). (Dumairy, 1997 : 158-161).

B. Investasi Swasta

Investasi swasta baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan langkah awal


(34)

kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika pembangunan modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan marak lesunya pembangunan. Karena itu setiap negara berusaha menciptakan iklim yang lebih meningkatkan investasi. Sasaran yang ditujukan bukan hanya masyarakat atau swasta dalam negeri tetapi juga luar negeri.

Peningkatan iklim investasi dilakukan dengan PP No. 17 tahun 1992 sebagai penyederhanaan dari UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Penanaman modal asing hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung, dan yang dipergunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

Yang dimaksud modal asing adalah :

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

2. Alat-alat perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing, bahan-bahan yang dimasukkan ke Indonesia. Selama alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh devisa Indonesia.


(35)

3. Bagian dari hasil perusahaan diperkenankan transfer, tetapi tidak transfer seluruhnya dan dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Yang dimaksud modal dalam negeri adalah :

Bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang berdomisili di Indonesia atau tidak yang disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh undang-undang tentang Penanaman Modal Asing. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penggunaan dari kekayaan tersebut di atas baik secara langsung maupun tidak untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini.

Selain Undang-Undang di atas tadi, pemerintah juga men ciptakan keterbukaan iklim investasi melalui paket kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi. Hal ini juga untuk menghadapi era persaingan bebas tahun 2020 nanti. (Dumairy, 1997 : 149).

2.2.1.7. Jenis-Jenis Investasi Menurut Rosyidi (1993 : 161-164) 1. Autonomous Investasi dan Induced Investment

Autonomous Investment (investasi otonomi) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapat, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor ini adalah teknologi, kebijaksanaan


(36)

pemerintah harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan

induced investment sangat dipengaruhi oleh pendapatan. 2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Sedangkan

private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang diperoleh, masa depan penjualan dan sebagainya merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak. 3. Domestic Investment dan Foreign Investment

Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri

sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelola sumber-sumber yang dimiliki maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross investment adalah total seluruh investasi yang dilakukan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat bernilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada investasi


(37)

sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan net investment adalah investasi yang telah dihitung jumlahnya berdasarkan tiap sektor investasi.

2.2.1.8. Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi 1. Perubahan Fungsi Produk

Perubahan fungsi produk dapat terjadi karena perubahan teknologi. Perubahan teknologi akan mempengaruhi permintaan investasi. Jika teknologi tersebut mengubah komposisi barang-barang capital yang diinginkan untuk memproduksi output tertentu.

2. Perubahan Harga Relatif

Perubahan harga relatif menyangkut perubahan upah relatif atau bentuk-bentuk lain pemberian upah untuk berbagai macam tenaga kerja, perubahan harga relatif input non-durable, misalnya listrik/gas, perubahan upah riil atau rasio-rasio lain untuk barang-barang dan jasa saat ini dengan harga barang yang diharapkan di masa depan.

3. Peranan Tingkat Bunga

Dengan mengetahui arah perubahan tingkat bunga, dampak yang lebih besar pada kategori investasi yang menyangkut kekayaan (asset) tahan lama dapat diharapkan. Perubahan tingkat bunga terhadap investasi persediaan (inventory) mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan dampak terhadap investasi pada peralatan pabrik. Dengan


(38)

diketahuinya perubahan tingkat bunga jangka pendek, akan stabil dan relevan terhadap investasi tetapnya.

4. Resiko

Sebagaimana diketahui para pembuat keputusan tidak hanya memperhatikan harapan matematika dari hasil yang diharapkan tetapi juga masalah maksimisasi beberapa fungsi preferensi atau fungsi utilitas sehingga dalam komponen biaya pasti terkandung unsur resiko.

Dengan demikian pemerintah investasi mungkin dapat dirancang, melalui aktifitas pemerintah. Di dalam suatu sistem ekonomi yang sebagian besar permintaan investasi dilakukan oleh pihak swasta dengan motivasi bisnis (mencari keuntungan) pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan mengurangi resiko yang dihadapi oleh para investor. (Iswandono, 1991 : 233-238).

2.2.1.9. Kegiatan Investasi 1. Investasi Baru

Yaitu investasi dengan membuat sistem baru (produksi baru) 2. Peremajaan

Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun kapasitas produksinya sama dengan yang lama.


(39)

3. Rasionalisasi

Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun kapasitas produksinya sama dengan yang lama.

4.Luasan

Kapasitas lebih besar namun barang produksinya sama 5. Modernisasi

Ada 2 macam yaitu peralatan baru hasil produksi juga baru dan peralatan lama hasil produksi baru. (Sukirno, 1985 : 118).

2.2.1.10. Definisi Sektor-sektor Ekonomi di Indonesia.

Dalam menganalisis Penanaman Modal Asing Persektor-sektor Ekonomi di Indonesia, perlu kita ketahui definisinya adalah sebagai berikut:

Sektor-Sektor Ekonomi di Indonesia 1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian ini terbagi menjadi lima bagian subsektor yaitu : a. Tanaman Bahan Makanan

Subsektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau dan tanaman pangan lainnya.


(40)

b. Tanaman Perkebunan Rakyat 1. Tanaman Perkebunan Rakyat

Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mente, kelapa, kopi, kapuk, kapas, tebu, tembakau dan cengkeh. Cakupan tersebut termasuk produk ikutannya dan hasil–hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa, tembakau olahan, kopi olahan dan teh olahan.

2. Tanaman Perkebunan Besar

Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawit, tebu, dan tanaman lainnya.

3. Perternakan dan Hasil-hasilnya

Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun hasil-hasil ternak seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, serta hasil pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor netto ternak.

4. Kehutanan

Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil-hasil hutan lainnya dan perburuan.


(41)

Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, dan arang. Sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa damar, rotan, kulit kayu, kopa, akar-akaran dan sebagainya. Hasil perburuan binatang-binatang liar seperti babi, rusa, penyu, buaya, ular dan sebagainya, termasuk hasil kegiatan di subsektor ini. 5. Perikanan

Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari perikanan laut, perairan umum, tambak kolam sawah, serta pengolahan sederhana (penggaraman dan pengeringan ikan).

2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor industri berat / sedang, kerajinan rumah tangga dan industri penggilingan minyak.

a. Industri Berat dan Sedang

Ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri besar dan sedang atas dasar harga konstan berdasarkan survei tahunan.

b. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga

Angka-angka output dan nilai tambah subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga


(42)

yang bekerja di subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga.

c. Industri Penggilingan Minyak

Data produk industri pengilangan minyak seperti premium, minyak tanah, minyak diesel, avigas, avtur dan sebagainya. 3. Sektor Perdagangan

Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang / commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, serta komoditi impor yang diperdagangkan.

2.2.1.11. Peranan Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Modal bukan satu-satunya faktor yang diperlukan dalam pembangunan, namun demikian hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan modal (capital formation)

sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal bukan hanya terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik dan mesin, tetapi juga barang yang tidak nampak seperti pendidikan, kesehatan dan penelitian. Kenaikan laju pembentukan modal akan membantu menaikkan pendapatan nasional. Dengan demikian pembentukan modal merupakan kunci utama bagi negara terbelakang menuju perkembangan ekonomi. (Jhingan, 1988 : 419-423).


(43)

2.2.2. Kurs Valuta Asing (Kurs Dollar AS Terhadap Rupiah) 2.2.2.1. Pengertian Kurs (Exchange Rate)

Kurs (tariff) adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang dari negara tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa negara, posisi neraca perdagangan suatu negara atau stabilitas ekonomi suatu negara dan negara lainnya. Kurs mempunyai kecenderungan untuk selalu bergerak mengikuti kondisi perekonomian secara global dan bersifat sangat peka terhadap perubahan- perubahan yang sangat ekstrim. Kurs bergerak naik turun disebabkan oleh dua hal yaitu :

1. Bekerjanya mekanisme pasar (kurs mengambang).

2. Penetapannya (kebijaksanaan pemerintah) seperti devaluasi.

Naik turunnya kurs ini dalam jangka pendek mempunyai pengaruh langsung berupa fluktuasi harga barang ekspor maupun barang-barang impor di dalam negeri (yaitu bila harga tersebut dinyatakan dengan mata uang dalam negeri misalnya Rupiah). Dalam jangka pendek kita bisa mengharapkan, melalui mekanisme harga. bahwa volume ekspor meningkat sedangkan volume impor menurun. (Boediono, 1981).


(44)

2.2.2.2. Pengertian Tentang Nilai Valuta dan Pasar Valuta Asing

Nilai tukar nominal merupakan konsep moneter sebagai pengukur perbedaan harga dari mata uang yang berbeda. Timbulnya perbedaan tingkat kurs dengan beberapa hal :

a. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para perdagangan, valuta asing atau bank.

Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta asing atau bank membeli valuta asing. Kurs jual apabila mereka menjual. Selisih tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang

b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam kurun pembayaran.

c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal

(Bonafit) kursnya lebih tinggi dari pada yang belum terkenal. (Nopirin, 1985 : 1)

Pasar valuta asing atau pasar mata uang asing adalah organisasi (pasar) yang di dalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang melakukan pembelian dan penjualan mata uang asing atau devisa. (Solvatore, 1994 : 116).

Lokasi pasar valuta asing terdapat London, Zurich, Paris dan New York sebagai pencipta pasar (market maker) untuk perdagangan valuta asing. Fungsi utama dari pasar valuta asing :


(45)

a. Transfer dan atau daya beli suatu negara dan mata uang terhadap yang lain.

b. Memberikan kredit jangka pendek untuk membiayai perdagangan. c. Fasilitas untuk menghindari resiko pertukaran atau hedging. (Salvatore, 1994 : 116)

Berdasarkan perbedaan derajat konvertibilitas daripada mata uang dalam lalu lintas pembayaran internasional bisa dibedakan :

a. Hard Currencies, atau mata uang kuat atau keras yaitu mata uang yang memiliki sifat acceptability yang tinggi. Pada umumnya mata uang semacam ini dengan sendirinya juga mempunyai convertibility yang tinggi. Contohnya ialah : US Dollar, Canada, Swiss, Franch.

b. Kalau Hard Currencies sangat disukai masyarakat dunia pada umumnya dipakai oleh kebanyakan negara sebagai cadangan internasional, soft currencies sangat sedikit atau bahkan mungkin tidak ada peminatnya. (Boediono, 1984 : l7).

2.2.2.3. Sistem Kurs Tetap

Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi atau tetap, tetapi kurs tetap lebih merupakan sistem yang diperkenankan untuk berfluktuasi dalam batas (Bans) sempit yang mengelilingi nilai prioritas di mana keduanya tetap tetapi tidak abadi atau kekal. Sistem kurs tetap ini diperkenalkan setelah Perang Dunia ltu yang diadakan di Bretton Woods pada tahun 1994, sistem ini bertahan selama hampir 30 tahun


(46)

yaitu sejak 1944-1997, sehingga periode itu disebut Era Bretton Wood. (Jamli, 1991 : 189).

Gambar 2: Sistem Kurs Tetap Harga Dollar A. S.

dalam Rupiah

1 US$ = Rp. 9500 1 US$ = Rp. 9000

Sumber : Jamli, Ahmad, 1993, dasar-dasar Keuangan Internasional, BPFE, Yogyakarta, hal 192.

Dari gambar 2, menunjukkan bahwa peningkatan terus menerus permintaan Dollar A.S. (D0  D1), yang disebabkan oleh peningkatan ekspor A.S. ke Indonesia atau aliran modal masuk dari Indonesia menaikkan kurs dari titik a ke titik b. Sehingga diperlukan bantuan pemerintah berupa peningkatan penawaran Dollar A.S. Hal tersebut berperan untuk mempertahankan kurs pada titik c.

2.2.2.4. Sistem Kurs Mengambang

Karakteristik dalam sistem kurs mengambang yaitu kurs yang berfluktuasi dengan bebas sebagai reaksi terhadap perubahan permintaan


(47)

dan penawaran valuta asing. Penyesuaian neraca pembayaran terutama melalui perubahan kurs dan tingkat bunga dan tidak adanya Cadangan Internasional Emas dan Valuta Asing. Sistem kurs mengambang tercipta pada tahun 1973. Sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling tidak rumit dan amat sesuai dengan model persaingan kompetitif di mana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs dan kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. Implikasi adalah bahwa sistem kurs mengambang akan lebih berfluktuasi daripada sistem kurs tetap. (Jamli, 1993 : 209).

Gambar 3: Sistem Kurs Mengambang

$

Harga Dollar A.S. S0

dalam Rupiah

1 US$ = Rp.10000 1 US$ = Rp. 9500

Sumber : Jamli, Ahmad, 1993, dasar - dasar Keuangan Internasional, BPFE, Yogyakarta, hal 211.

Dari gambar 3, menunjukkan dampak potensial kurs Dollar A.S. sehingga mengakibatkan kenaikan impor dari Indonesia, yang

Q1 Q0

0 Q2 Q3

S1

D1

c a

D0


(48)

dampaknya menaikkan permintaan rupiah dan menaikkan penawaran pasar Dollar A.S. dari S0 ke S1

2.2.2.5. Sistem Kurs Mengambang Terkendali

Sistem mengambang terkendali (Managed floating system) adalah suatu sistem dimana penguasa moneter campur tangan dalam pasar mata uang asing untuk memperlunak fluktuasi jangka pendek, tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar (Salvatore, 1994 : 238).

Sistem kurs yang dianut mayoritas negara di dunia sekarang ini adalah sistem kurs yang terletak diantara sistem kurs tetap dan sistem kurs mengambang bebas. Disamping itu kurs sistem ini juga mirip dengan sistem kurs tetap. Pemerintah melakukan intervensi agar tidak berfluktuasi dengan tajam. Sistem kurs ini dikenal dengan sistem kurs mengambang terkendali (Dirty atau Managed Floating Exchange Rate System). (Madura, 1986 : 111-112).


(49)

Gambar 4: Sistem Kurs Mengambang Terkendali S0

S1 Harga Dollar A. S.

So dalam Rupiah

1 US$ = Rp.10000 1 USS = Rp. 9500

Sumber : Jamli, Ahmad, 1993, dasar - dasar Keuangan Internasional, BPFE, Yogyakarta, hal 211.

Dari gambar 4, menunjukkan dampak potensial kurs Dollar A.S. sehingga mengakibatkan kenaikan impor dari Indonesia, yang dampaknya menaikkan permintaan rupiah dan menaikkan penawaran pasar Dollar A.S. dari S0 ke S1. Usaha pemerintah untuk menstabilkan kurs akan menggeser kurva permintaan dari (D0  D1)

2.2.2.6. Teori Purchasing Power Parity

Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia yang bernama Gustav Gassel. Dasar teorinya bahwa perbandingan nilai satu mata uang yang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-masing negara. Pada dasarnya ada dua versi teori purchasing power parity, yaitu interpretasi absolute dan relative. Menurut interpretasi absolute purchasing power parity, perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang yang lain (kurs tetap) ditentukan oleh tingkat harta (The Law of One Price). Apabila


(50)

terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara maka kurs tersebut harus mengalami perubahan pula. Kurs power parity yang didasarkan pada perubahan harga nilai yang sering disebut kurs power parity dalam arti relative. (Nopirin, 1996 : 157)

2.2.2.7. Penawaran dan Permintaan Valuta Asing

Pada dasarnya model penawaran dan permintaan valuta asing sama dengan penawaran dan permintaan komoditi kedua-duanya akan menghasilkan keseimbangan, tetapi disini keseimbangan valuta asing sekaligus menggambarkan kurs atau exchange rate. Jadi kurs atau keseimbangan adalah kurs dimana jumlah valuta asing yang ditawarkan sama dengan yang diminta. Tertariknya investor untuk menanamkan modalnya diluar negeri, sehingga memperbanyak pelarian modal keluar negeri, akibatnya semakin melemahnya mata uang negara tersebut yang berarti pula akan cenderung terjadi depresiasi nilai mata uang yang bersangkutan. (Kamaludin, 1987 : 105).

2.2.3 Tingkat Suku Bunga Internasional

2.2.3.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga Internasional

Suku Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang merupakan jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang didasarkan perubahan nilai uang dan kemungkinan perubahan kurs. Suku bunga memainkan peranan penting dalam pasar valuta asing, mengingat


(51)

simpanan – simpanan berjumlah yang diperdagangkan di pasar tersebut menghasilkan bunga. Dalam hal ini tingkat bunganya masing – masing berlainan sesuai dengan mata uang yang menjadi satuannya. (Krugman, 1995:59)

Suku bunga umumnya ditetapkan per tahun yaitu jumlah bunga yang harus dibayarkan bila suatu jumlah uang dipinjam untuk satu tahun. Untuk jangka pendek, tergantung pada jangka waktu pinjaman.

2.2.3.2. Suku Bunga Menurut Definisi LIBOR dan SIBOR

London Interbank Offer Rate (LIBOR) yaitu rate atau tingkat bunga penjaman yang berlaku antar bank di London yang dijadikan patokan atau dasar untuk menentukan tingkat bunga pinjaman pada pasar uang internasional. Biasanya, jika pinjaman untuk perusahaan atau bank yang lebih tinggi, misalnya LIBOR+1% atau +1,5% tergantung dari tingkat resiko dan jangka waktu pinjamannya.

Disamping LIBOR, untuk wilayah Asia dikenal juga SIBOR atau Singapore Interbank Offer Rate, yaitu tingkat bunga pinjaman yang berlaku antar bank di Singapura, Sedangkan di Jakarta saat ini mulai dikenal juga JIBOR atau Jakarta Interbank Offer Rate, Yaitu tingkat bunga pinjaman antar bank di Jakarta. (Hady,2001:39).


(52)

2.2.3.3. Keseimbangan Tingkat Suku Bunga

Pada dasarnya suku bunga terbentuk oleh keseimbangan pasar uang, Yakni: Ms=Md

Keterangan :

Ms=Money Supply (Penawaran Uang) Md=money Demand (Permintaan Uang)

Penurunan penawaran uang (Ms) mengakibatkan kelebihan permintaan uang (Md) pada tingkat bunga. Selain itu, kenaikan penawaran uang pada suatu negara mengakibatkan mata uangnya mengalami depresiasi dalam pasar valuta asing, sedangkan penurunan penawaran uang akan mendorong mata uang akan mengalami apresiasi. (Krugman,1995:103)

Dalam analisis jangka panjang mengenai pegaruh factor – factor moneter baik terhadap penawaran dan permintaan uang maupun terhadap kurs dan tingkat harga suatu negara. Maka suatu kenaikan penawaran dalam penawaran uang dapat menimbulkan kenaikan proporsial atas jangka panjang semua tingkat harga. Apabila perekonomian yang sejak semula sudah mencapai full employment.

Salah satu sifat tingkat bunga sangat mudah berubah – ubah, turun naik. Fluktuasi ini sering terjadi dalam kurva waktu singkat terutama tingkat bunga jangka pendek. Meskipun tingkat bunga jangka panjang relative kurang berfluktuasi dibandingkan dengan tingkat bunga jangka


(53)

pendek, kedua – duanya cenderung bergerak naik turun dalam waktu yang sama.

2.2.3.4. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi.

Dalam hal memperbincangkan komponen investasi dari permintaan agregat, suku bunga dianggap sebagai sebuah faktor penting yang mendeterminasi tingkat investasi sewaktu suku bunga meningkat, maka tingkat investasi dapat diekspektasi akan menurun, karena kurang begitu menguntungkan lagi untuk melakukan investasi.

Begitu pula halnya, apabila kredit makin sulit dicapai, situasi mana biasanya menyertai suku bunga yang lebih tinggi, maka investasi cenderung menyurut dan sebaliknya.


(54)

Gambar 5. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi

Investasi (yang dilakukan)

r0

Tingkat bunga

I0 0

r2 r1

I2 I1

I

Sumber : Sukirno, Sadono, 1995, Pengantar Teori Makro Ekonomi, PT. Raja Garfindo Persada, Jakarta hal : 113.

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pada tingkat bunga sebesar r0. terdapat investasi bernilai I0 yang mempunyai tingkat pengembalian modal sebanyak r0 atau lebih. Maka pada tingkat bunga sebanyak r0 investasi yang akan dilakukan perusahaan adalah I0. Apabila tingkat bunga adalah r1 diperlukan modal sebanyak I1 untuk mewujudkan investasi yang mempunyai tingkat pengembalian modal r1 atau lebih. Dengan demikian pada tingkat bunga sebanyak r1 investasi yang akan dilakukan adalah sebanyak I1 (Sukirno, 1995:113).

Investasi merupakan pengeluaran atas tambahan terhadap persediaan modal (mesin, bangunan, persediaan). Investasi dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan dikemudian hari melalui pengoprasian mesin dan pabrik. Jika suatu perusahaan meminjam modal (mesin dan pabrik) yang dipergunakan, maka semakin tinggi suku bunga,


(55)

semakin kecil keuntungan perusahaan itu setelah membayar bunga, dan semakin kecil pula keinginannya untuk menginvestasi. Sebaliknya, suku bunga yang rendah membuat pengeluaran investasi menguntungkan dan karena itu tercermin pada tingkat yang tinggi dari investasi yang direncanakan. (Dornbusch dan Fischer, 1991 : 108).

2.2.4. Neraca Perdagangan

2.2.4.1. Pengertian Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan adalah selisih antara nilai ekpor dengan nilai impor komoditi dari suatu kegiatan transaksi perniagaan barang dan jasa antara dua negara atau lebih.

Perdagangan internasional dapat didefinisikan terdiri dari kegiatan – kegiatan perniagaan dari suatu negara asal yang melintasi perbatasan menuju satu negara tujuan yang dilakukan oleh suatu perusahaan Multi Nasional Corporation (MNC) untuk melakukan perpindahan barang dan jasa, perpindahan modal perpindahan teknologi dan perpindahan merek dagang.

Perdagangan diartikan sebagai proses tukar – menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela masing-masing pihak. Prinsip Laissez Faire di kaum klasik dalam teori perdagangan internasional kaum klasik menganjurkan hendaklah tiap negara mengkhususkan diri dalam produksi untuk menghasilkan (spesialisasi produksi) dan kemudian berdagang dengan negara lain secara bebas (Boediono, 1990 : 10).


(56)

Dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat, sehingga perkembangan spesialisasi menjadi semakin pesat sebagai akibatnya semakin meningkat pula produksi barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kita. Perkembangan spesialisasi berarti pula perkembangan perdagangan karena tidak semua sumber daya digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa dapat diperoleh di dalam negeri saja. Kemungkinan yang terjadi dalam perdagangan antar negara yaitu : a. Tukar menukar barang dan jasa

b.Pergerakan sumber daya melalui batas-batas negara

c. Penggunaan teknologi sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat di dalamnya. (Boediono, 1990:12).

2.2.4.2. Tujuan dan Manfaat Perdagangan A. Tujuan Perdagangan

Perdagangan internasional memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemakmuran nasional, namun keuntungan dan kerugian tidak terbagi rata.

2. Meningkatkan produksi dan ekspor barang yang memiliki suatu keunggulan komperatif sehingga diharapkan akan menghasilkan devisa bagi satu negara.


(57)

3. Agar suatu negara mencapai tingkat output dan konsumsi yang efisien, didorong untuk berspesialisasi dengan harga yang menarik yang ditawarkan untuk barang ekspor.

4. Penyesuaian terhadap perdagangan meminta atau memerlukan biaya jangka pendek yang riil yang harus diimbangi dengan keuntungan riil dari perdagangan.

Dalam model perdagangan dasar, impor dan ekspor meluas secara serempak menuju keseimbangan perdagangan. Dalam kenyataannya para produsen domestic dalam industri ekpor dalam suatu negara biasanya tidak bisa meluaskan produksi dan ekspornya secepat produksi barang impor dunia yang menembus pasar negeri tersebut. Suatu defisit perdagangan jangka pendek yang terjadi hampir tidak dapat dihindarkan. Defisit ini buruk pengaruhnya terhadap pertumbuhan, tingkat harga, kesempatan kerja, pembentukan modal dan hutang luar negeri. Semua itu adalah biaya penyesuaian terhadap perdagangan jangka pendek dan harus dievaluasi terhadap keuntungan perdagangan jangka panjang.

B. Manfaat Perdagangan

Manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut :

1. Perdagangan dapat meningkatkan kesejahteraan nasional secara keseluruhan.


(58)

2. Perdagangan akan menyamakan semua harga faktor dalam negeri seperti : harga barang yang diperdagangkan, laba modal serta tarif upah akan sama disemua negara (perdagangan bebas).

3. Perdagangan dapat mengontrol tingkat laju inflasi serta nilai kurs tengah dari mata uang suatu negara terhadap negara lain.

4. Perdagangan dapat mengurangi kekuasaan monopoli 5. Perdagangan dapat memacu kemajuan teknologi

6. Perdagangan dapat merubah laju pertumbuhan dan preferensi konsumen.

2.2.4.3. Neraca Perdagangan Dalam Sistem Pembayaran Internasional

Neraca pembayaran internasional merupakan suatu catatan mengenai transaksi-transaksi penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Ada dua neraca utama dalam neraca pembayaran yaitu neraca transaksi berjalan dan neraca transaksi modal. Neraca transaksi berjalan mencatat perdagangan barang dan jasa saja. Neraca modal mencatat modal yang masuk dan berasal dari luar negeri atau sebaliknya modal yang menjalin ke luar negeri.

Neraca perdagangan hanyalah mencatat transaksi ekspor dan impor barang yang dicatat adalah nilai dan volumenya. Selain barang atau komoditi masih banyak hal lain yang diperdagangkan secara internasional.


(59)

Neraca pembayaran bukanlah neraca dalam arti pembukuan biasa. Neraca dalam arti pembukuan biasa adalah suatu daftar semua harta, hutang dan modal suatu usaha kegiatan perdagangan pada saat tertentu (selama 1 periode), dan tidaklah menunjukkan besarnya atau keadaan modal suatu negara, melainkan perubahan-perubahan posisinya.

2.2.4.4. Keseimbangan dan Ketidak seimbangan Neraca Pembayaran

Awal teori neraca pembayaran, terutama konsep neraca perdagangan muncul dalam sejarah pemikiran ekonomi di era merkantilisme. Ide dasar faham ini adalah suatu negara seharusnya memiliki surplus neraca perdagangan sehingga terjadi aliran emas masuk, dengan demikian kekayaan negara semakin besar. Thomas Mun salah satu tokoh merkantilisme mengemukakan prinsip neraca perdagangan harus surplus. Untuk surplus ini dia merekomendasikan pembatasan impor serta mendorong ekspor.

David Hume mengangkat pendapat diatas dengan mengatakan bahwa pemerintah tidak perlu mengatur perdagangan internasional. Dia percaya bahwa neraca perdagangan internasional akan seimbang dengan sendirinya melalui mekanisme aliran emas (Specie Flow Mechanism). Bekerjanya mekanisme ini adalah sebagai berikut : jika suatu negara itu mengalami surplus dalam neraca perdagangan, maka akan terjadi aliran emas masuk yang menyebabkan jumlah uang beredar bertambah, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kenaikan harga. Efek selanjutnya


(60)

adalah nilai ekspor menurun dan impor naik sampai keseimbangan neraca pembayaran kembali tercapai.

Meskipun neraca pembayaran harus selalu dalam keadaan keseimbangan secara akuntansi, namun tidak harus dalam keadaan keseimbangan secara ekonomis. Hal ini karena kredit otonomi tidak selalu sama dengan debit otonomi.

Transaksi otonomi dilakukan untuk pos-pos itu sendiri sebagai respon stimulasi ekonomi, sosial, bahkan politik yang berbeda-beda. Transaksi demikian diciptakan untuk menciptakan pendapat serta memperbaiki kesejahteraan ekonomi. Pos-pos yang termasuk dalam transaksi otonomi adalah ekspor-impor barang dan jasa, investasi asing, bantuan pemerintah, bantuan militer, serta kelompok bagian tertentu arus kapital. Semua ini dicatat dalam rekening neraca pembayaran sebagai kredit dan debit seusai dengan yang dicerminkan.

Transaksi penampungan atau mengakomodasikan sebaliknya dilakukan untuk mengkompensasikan transaksi otonomi dan secara esensial mencerminkan mitra finansial dari transaksi tersebut. Transaksi pengakomodasi ini pada dasarnya terdiri atas arus kapital jangka pendek (swasta dan pemerintah) yang dicatat sebagai kredit dan debit sesuai arus yang mencerminkan (Jamli, 1992:4).

Faktor-faktor yang menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran internasional antara lain :


(61)

1. Perubahan tingkat harga dalam negeri

Faktor utama penyebab perubahan tingkat harga dalam negeri adalah biaya produksi barang, yaitu menurunkan atau menaikkan biaya operasi barang ekspor. Sebab menurunnya harga barang ekspor berarti bahwa untuk mengimpor sejumlah barang tertentu harus mengorbankan barang ekspor dengan jumlah yang relatif besar.

2. Struktur pasar

Struktur produksi tertentu, membutuhkan kombinasi faktor produksi tertentu. Dalam artian struktur produksi agraris lebih membutuhkan pada kesuburan tanah dan tenaga manusia yang rajin dan cakap. Tetapi untuk industri yang lebih dibutuhkan modal dan kecakapan. Hasil produksi agraris sesuai dengan sifatnya. Lebih tergantung pada faktor-faktor alamiah itu merupakan sebab penawaran itu elastis, dan karena itu relatif sukar untuk dapat segera disesuaikan dengan perubahan permintaan luar negeri.

3. Perubahan posisi hutang piutang luar negeri

Hutang-piutang pinjaman luar negeri sifatnya jangka pendek. Bagi negara-negara kreditur pinjaman-pinjaman itu akan mengurangi cadangan internasional dan dapat menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran.

4. Pergeseran permintaan luar negeri

Pergeseran atau permintaan luar negeri dapat menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran yang disebabkan oleh :


(62)

a. Faktor penawaran saingan kita

b. Perubahan-perubahan luar negeri itu sendiri c. Faktor-faktor penawaran kita

Disamping faktor-faktor tersebut, maka permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor kita kurang, bila negara tersebut dengan kemajuan teknologi berhasil menurunkan barang-barang subtitusi. 5. Ketidak stabilan dalam negeri

Dengan pengertian ketidakstabilan ekonomi, yang dapat dilihat pada ketidakstabilan harga, kegoncangan dalam kurs wesel. Kegoncangan tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain :

a. Faktor saving investasi b. Faktor ekspor impor

c. Faktor anggaran belanja negara dan sebagainya

Hal-hal yang tersebut biasa mengakibatkan defisit neraca pembayaran. 6. Bencana alam

Bencana alam yang cukup besar seperti banjir, gempa bumi yang hebat dan sebagainya yang semuanya dapat merusakkan produksi dalam negeri dimana bencana alam itu terjadi (Sobri 1986, 187).


(63)

2.2.4.5. Cara Mengatasi Ketidak seimbangan Neraca Pembayaran Internasional

Gambar 6.

Alternatif untuk mengatasi ketidakseimbangan Neraca pembayaran internasional Rp

R0

R1

USS D1

D0

X1

X0

0

Sumber : Nopirin, Ekonomi Internasional, Pengantar Lalu Lintas Pembayaran Internasional, 1995:181

Dari gambar diatas keseimbangan mula-mula adalah pada kurs OR0 dan jumlah valuta asing yang diperdagangkan OX0, keseimbangan ini terganggu, misalnya dengan bergesernya permintaan valuta asing Do, ke D1 pada tingkat kurs OR0 terdapat kelebihan permintaan valuta asing (defisit NPI) sebesar X0 X1. Untuk mengatasi ketidakseimbangan ini beberapa alternatif yang dapat diperoleh oleh suatu negara antara lain : a. Membiarkan tingkat kurs naik menjadi OR1 (kurs yang

berubah-ubah).

b.Memberikan posisi penyeimbangkan berjalan secara otomatis melalui perubahan harga dan pendapatan (kurs tetap atau standar emas).


(64)

c. Pemerintah dapat menambah penawaran devisa di pasar dengan menggunakan cadangan yang dimiliki.

d.Kebijaksanaan deflasi (untuk menunjukkan ongkos produksi dan harga) serta mengurangi permintaan total dan pendapatan guna menekan impor.

e. Melakukan pengawasan devisa.

2.3. Kerangka Pikir

Untuk menciptakan perekonomian yang seimbang dibutuhkan peningkatan penanaman modal asing. Penanaman modal asing dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : Kurs Dollar Amerika, Tingkat Suku Bunga Indonesia dan Neraca Pembayaran. Berdasarkan pemikiran diatas maka dapat dijelaskan mengenai hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut :

a. Hubungan antara Suku Bunga Indonesia dengan investasi adalah Tingkat bunga merupakan faktor yang sangat penting di dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan para pengusaha pada suatu waktu tertentu. Jadi, jika tingkat suku bunga indonesia rendah, maka hal ini biasanya diikuti dengan pulihnya kondisi ekonomi, sehingga mendorong para investor untuk menambah modalnya.

(Sukirno, 1995:186).

b. Hubungan antara Kurs Dollar Amerika(Rp) dengan investasi adalah menaiknya kurs Dollar Amerika maka akan menguatkan nilai tukar


(65)

rupiah terhadap mata uang asing, hal ini merupakan sinyal positif bagi perekonomian untuk menurunkan laju inflasi. Dengan menurunnya inflasi, maka akan membawa keuntungan bagi investor seiring dengan turunnya resiko daya beli masyarakat dan resiko penurunan pendapatan riil. (Tandelilin, 2001:212)

c. Hubungan antara neraca perdagangan dan investasi

Apabila Neraca Perdagangan yang mengalami Defisit berada pada neraca transaksi berjalan. Dimana lebih banyak pemakaian Devisa untuk menikmati jasa dari luar negeri. Secara Keseluruhan, Overal Balance

menunjukkan posisi yang positif, hal ini berarti lebih banyak arus Devisa masuk antara lain dalam bentuk Direct Investment. (Waluya, 1995:159).

Yang d maksud dengan Direct Investment (investasi langsung) dalam investasi secara umum adalah upaya mengelola uang atau aset secara langsung pada jenis atau bidang usaha tertentu misalnya mendirikan pabrik, mendirikan toko atau membentuk perusahaan atau bisa pula membeli tanah, rumah dan bangunan atau membeli emas dan sebagainya, untuk kemudiaan dijual kembali. Investasi langsung disebut juga sebagai investasi nyata ( real investment). Sementara itu penjelasan mengenai

Indirect Investment (Inestasi tidak langsung) merupakan aktifitas menanamkan uang secara tidak langsung melalui jenis usaha tertentu seperti membeli saham, obligasi menanamkan uang pada deposito dibank dan sebagainya. Investasi tidak langsung disebut juga sebagai Investasi keuangan.(Bursa Efek Indonesia, 2008)


(66)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dibuat skema paradigma sebagai berikut: Kerangka Pikir “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia”

Tingkat Suku Bunga Internasional (X1)

NilaiMata Uang

Neraca Perdagangan (X3)

Keputusan Investasi

Devisa Negara

PMA (sektor pertanian, industri, perdagangan) Kurs Dollar

Amerika(RP) (X2)

Sumber : Penulis

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian yang masih harus dibuktikan secara empiris sebagai berikut :

1. Diduga Kurs Suku Bunga Internasional, Kurs Dollar Amerika, dan neraca perdagangan berpengaruh nyata terhadap penanaman modal asing (PMA) per sektor ekonomi di Indonesia.

2. Diduga bahwa Kurs Dollar Amerika berpengaruh paling besar terhadap tingkat Penanaman Modal Asing ekonomi di Indonesia.


(67)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Sebagai variabel terikat (Dependent Variable)

Penanaman Modal Asing Sektoral (Y) yaitu Penanaman Modal Asing (PMA) di tiga sektor ekonomi di Indonesia, Penanaman Modal Asing Sektoral (PMA) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah investasi langsung yang berasal dari pemilik modal asing yang menanamkan modalnya menurut sektor - sektor ekonomi di Indonesia antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2008 yang pengukurannya dinyatakan dalam Dollar Amerika Serikat.

2. Variabel Bebas atau variabel berdiri sendiri (Independent Variable)

a. Tingkat Suku Bunga Internasional (X1) adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang merupakan jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang didasarkan perubahan nilai uang dan kemungkinan perubahan kurs. Suku bunga memainkan peranan penting dalam pasar valuta asing, mengingat simpanan – simpanan berjumlah yang diperdagangakan di pasar tersebut menghasilkan bunga. Dalam hal ini tingkat bunganya masing – masing berlainan sesuai dengan mata uang yang menjadi satuannya.


(68)

b. Kurs Dollar Amerika (X2) adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara tertentu. Yang pengukurannya dengan membandingkan nilai (harga) antara mata uang Amerika Serikat terhadap mata uang Indonesia yang dinyatakan dalam bentuk rupiah (Rp).

c. Neraca Perdagangan (X3) adalah adalah selisih antara nilai ekpor dengan nilai impor komoditi dari suatu kegiatan transaksi perniagaan barang dan jasa antara dua negara atau lebih (RP).

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Data yang digunakan adalah berupa data berkala (Time Series Data)

yaitu data tahunan yang diambil dalam kurun waktu 10 tahun, periode tahun 1999 sampai dengan akhir tahun 2008. Dalam penelitian ini yang akan diamati mencakup seluruh wilayah Indonesia. Dalam kaitannya dengan seluruh variabel bebas diatas.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan cara sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memanfaatkan sarana kepustakaan untuk mendapatkan literatur, tulisan ilmiah, maupun majalah yang sesuai dengan penelitian.


(69)

2. Studi Lapangan

Yaitu suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara penelitian secara langsung (observasi) untuk mengumpulkan keterangan berupa dokumentasi dari pihak instansi-instansi yang bersangkutan yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur, Bank Indonesia (BI) Cabang Surabaya dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Propinsi Jawa Timur.

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis

Dalam menganalisis data digunakan metode kualitatif atau menganalisis berdasarkan teori yang dibahas dengan metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda, yang dirumuskan dengan persamaan:

Untuk mengetahui apakah model tersebut layak atau tidak untuk digunakan dalam pembuktian selanjutnya, maka perlu diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) dengan menggunakan rumus :

Total JK

gresi Re JK

R2  (Sudrajat, 1988 : 79)

Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi JK = Jumlah Kuadrat


(70)

Karakteristik utama R2 adalah : 1. Tidak mempunyai nilai negatif

2. Nilainya berkisar antara 0 dan 1 atau 0  r2 1

3.4.2 Uji Hipotesis A. Uji F

Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan rumus sebagai berikut : 1. Dengan formula hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HI) :

0

H0  12 3 4 5 (tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat)

0

HI 12  3  4 5  (ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat)

2. Untuk menguji secara simultan menggunakan uji satu arah sehingga menggunakan level of signifikan ()sebesar 5%.

3. Menghitung nilai Fhitung dengan rumus :

Galat KT

gresi Re KT

Fhitung(Sudrajat, 1988 : 79) Dengan menggunakan derajat kebebasan = (k, n-k-l) dengan ketentuan: k = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah Sampel KT = Kuadrat Tengah KT Galat = Residul


(71)

4. Uji F dipergunakan untuk menguji apakah H0 diterima atau ditolak dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Apabila Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak Hi diterima, artinya variabel bebas secara keseluruhan mempengaruhi variabel terikat. b. Fhitung F tabel, maka H0 diterima Hi ditolak, artinya variabel bebas

secara keseluruhan tidak mempengaruhi variabel terikat.

Gambar 7 : Distribusi Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

daerah penerimaan H0

daerah penolakan H0

Sumber : Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 80.

B. Uji T

Adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial (individu) terhadap variabel terikat dengan langkah pengujian sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

H0 : = 0 (artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat).

i 

Hi :  (artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat).

0 I 


(72)

2. Untuk pengujian secara parsial menggunakan uji dua arah sehingga menggunakan level of signifikan (/2) sebesar 2,5%.

3. Menghitung nilai thitung dengan rumus :

thitung = ) ( Se i

i  

(Sudrajat, 1988 : 79) Dimana :

i = Koefisien Regresi

i = Variabel bebas ke i sampai j Se (i) = Standart error / simpangan baku

4. Membandingkan thitung dengan ttabel dengan ketentuan df sebesar n-k-l dan interval kepercayaan 95% sehingga kaidah keputusannya adalah :

a. Apabila ttabel  thitungttabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak,

artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

b. Apabila thitung ttabel atauthitungttabel, maka H0 ditolak dan Hi

diterima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.5. Asumsi Klasik

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, mutikolinieritas, heteroskedastisitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji t


(73)

dan uji F yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh, untuk itu dilakukan uji asumsinya.

Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi yang terbaik, linier dan tidak bias (BLUE : Best Linear Unbiased Estimator), sifat dari BLUE adalah :

a. Best : pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan baku terhadap  dan 

b. Linear : sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran c. Unbiased : nilai jumlah sampel sangat besar penafsiran parameter yang

diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.

d. Estimasi : e diharapkan sekecil mungkin

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series0 atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional).

Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi dapat menggunakan metode Durbin Watson.

       t n

1 t 2 t n t 2 t 2 1 t t e ) e e (

d (Gujarati, 1999 : 215)


(74)

Keterangan :

d = Nilai Durbin Watson et = Residual pada waktu ke-t

et-1 = Residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya)

n = Banyaknya Data.

Gambar 8 : Daerah Keputusan Uji Durbin Watson

Menolak H0 Bukti autokorelasi positif Daerah keragu-raguan E D B A

Menerima H0 atau Hi,

atau kedua-duanya. Daerah keragu-raguan Menolak H0 Bukti autokorelasi negatif C

dL 2 4-dU 4-dL 4

0 dL

Sumber : Gujarati, Damodar, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 216.

Adanya autokorelasi ini biasanya varians dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya, sehingga nilai-nilai R2 dan Fhitung yang dihasilkan cenderung sangat berlebih (overestimated). Cara mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan membandingkan nilai Durbin Watson (DW) dengan (DW) tabel keputusan adanya autokorelasi didasarkan atas:

Daerah A = DW < d1 tolak H0 autokorelasi positif


(75)

Daerah C = dU < DW < dU, terima H0, non autokorelasi

Daerah D = 4-du < DW < 4-dU ragu-ragu

Daerah E = DW < 4-d1, ditolak H0, autokorelasi negatif

(Gujarati, 1999 : 217) 2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah gejala dimana varians tidak sama atau tidak homogen, hal ini bisa diketahui berdasarkan penguji korelasi Rank Spearman.

Koefisien Rank Spearman :

Rs = 1 - 6 =

) 1 N ( N

di 2

2

(Sudrajat, 1988 :198)

Keterangan :

d = Selisih dalam rank antara residual dengan variabel bebas k1

N = Jumlah pengamatan

3. Multikolineraitas

Multikolineraitas adalah adanya hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa variabel eksplanatori dalam model regresi yang dikemukakan. Untuk mengetahui adanya multikolineraitas di dalam model regresi dapat dilihat dengan ciri-ciri sebagai berikut :


(1)

kesimpulan bahwa sektor Industri merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Neraca Perdagangan di Indonesia hal ini disebabkan karena banyak pembinaan terhadap para pelaku UKM ( usaha mikro dan kecil ) yang berupa pendampingan dan pembinaan manajemen usaha dan perluasan peran dan fungsi perbankan untuk memudahkan memperoleh kredit dari lembaga perbankan yang juga diharapkan Kredit Usaha Rakyat dapat mempermudah UKM dalam mengakses permodalan perbankan, menggerakan sektor produktifitas maupun meningkatkan penyerapan Pendapatan Industri dan meningkatkan Neraca Perdagangan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Tingkat Suku Bunga Internasional (X1), Kurs Dollar

(X2), dan Neraca Perdagangan (X3) terhadap Penanaman Modal Asing

persektor Industri, Perdagangan, dan Pertanian (Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan.

2. Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Penanaman Modal Asing tersebut di 3 sektor ( Pertanian, Industri dan Perdagangan ) maka dapat diketahui bahwa Variabel Tingkat Suku Bunga Internasional merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing hal ini disebabkan karena dengan semakin rendah Suku Bunga Internasional secara otomatis suku bunga BI rate akan semakin rendah sehingga banyak pengusaha atau investor untuk mendapatkan modal dari


(3)

3. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Kurs Valas yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor Perdagangan yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada ketiga sektor yang lain, ini menunjukan bahwa sektor Perdagangan merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Investasi sektoral di Indonesia hal ini disebabkan karena penduduk di Indonesia mata pencahariaanya sebagai pedagang selain itu banyak pembinaan terhadap para pelaku UKM ( usaha mikro dan kecil ) sehingga sektor perdagangan memiliki kontribusi yang bagus untuk meningkatkan investasi di Indonesia.

4. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Neraca Perdagangan

yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor Industri merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Neraca Perdagangan di Indonesia hal ini disebabkan karena banyak pembinaan terhadap para pelaku UKM ( usaha mikro dan kecil ) yang berupa pendampingan dan pembinaan manajemen usaha dan perluasan peran dan fungsi perbankan untuk memudahkan memperoleh kredit dari lembaga perbankan yang juga diharapkan Kredit Usaha Rakyat dapat mempermudah UKM dalam mengakses permodalan perbankan, menggerakan sektor produktifitas maupun meningkatkan penyerapan Pendapatan Industri dan meningkatkan Neraca Perdagangan.


(4)

81

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa

saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan proses

perizinan agar yang tidak rumit agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.

2. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar menjaga perkembangan

ekonomi makro tetap stabil agar banyak investor yang masuk untuk menanamkan modalnya.


(5)

Anonim, 1993, Memahami UUD 1945, P4, GBHN 1993-1998, Penerbit Indah, Surabaya

_______,1994, Kebijakan Dan Implementasi Penanaman Modal (PMA/PMDN) di Jawa Timur, Penerbit BKPMD I Jawa Timur, Surabaya.

_______,2000, Laporan Tahunan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah

Jawa Timur, Penerbit BPS Jawa Timur, Surabaya.

_______,2004, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Penerbit BPS Jawa Timur,

Surabaya.

Dornbusch, Rudiger, dan Fischer, Stanley, 1991, Makro Ekonomi, Edisi Keempat, terjemahan J. Mulyadi, Erlangga, Jakarta.

Dumairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta.

Gujarati, Domadar, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hady, Hamdy, 2001, Ekonomi Internasional, Buku 2, Edisi Revisi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Irawan dan Suparmoko. M., 1992, Ekonomika Pembangunan, Edisi Kelima, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Jamli, Ahmad. Drs, M.A, 19993, Keuangan Internasional, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Jhingan, M.L., 1994, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta.

Krugman, Paul, R. dan Obstifeld Mourice, 1995, Ekonomi Internasional, Edisi Kedua, PT. Raya Grafindo Persada, Jakarta.

Kustianto, Bambang, dain Istikomah, 1999, Peranan PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rosyidi, Suherman, 1994, Pengantar Makro Ekonomi, Edisi Keenam, Duta Jasa, Surabaya.

Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D, 1997, Makro Ekonomi, Edisi 14, Erlangga, Jakarta.


(6)

Sudrajat. M. SW, 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula, Emico, Bandung. Sukirno, Sardono, 1994, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi 3, PT Raja

Grafindo Persada, Surabaya.

Suprapto, J., 1989, Metode Peramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan, Edisi Ketiga, PT Gramedia, Jakarta.

Suroto, 1996, Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.