ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) PERSEKTOR EKONOMI DI INDONESIA.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh :
ALFA MAHESA
0611010050 / FE / IE
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
NURITA SARI DEWI
0413010204 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan
proposal skripsi ini. Penyusunan proposal skripsi ini merupakan salah satu
kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di
Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Dalam
penulisan proposal skripsi ini penulis mengambil judul
“Analisis Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) Persektor
Ekonomi Di Indonesia”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan proposal
skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat
bantuan dan bimbingan yang diterima dari Bapak Drs.Ec.Marseto D.S,Msi,
selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah
mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga
proposal skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Atas terselesainya proposal skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Prof Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr.Dhani Ichsanuddin Nur,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
(4)
Timur.
4.
Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan
pelayanan akademik bagi penulis.
5.
Orang tua tercinta khususnya Ibu yang telah sabar mendidik dan
membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun
spiritul, semua kebaikanmu tidak akan pernah peneliti lupakan. Terimakasih
ibu.
6.
Semua teman – taman yang selalu memberi dukungan sehingga peneliti bisa
menyelesaikan tugas ahir dengan baik.
Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat
berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah
SWT memberikan balasan setimpal.
Wassallamualaikum Wr.Wb
Surabaya, November 2009
Peneliti
(5)
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ………..
i
DAFTAR ISI ………..
iii
DAFTAR GAMBAR...
vii
DAFTAR TABEL...
viii
DAFTAR LAMPIRAN...
ix
ABSTRAKSI...
x
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah………... 1
1.2.
Perumasan Masalah………... 5
1.3.
Tujuan Penelitian………... 5
1.4.
Manfaat Penelitian………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu………...
7
2.2. Landasan Teori………...
11
2.2.1. Investasi...
11
2.2.1.1. Definisi Investasi...
11
2.2.1.2. Teori Mengenai Investasi...
14
2.2.1.3. Macam – Macam Investasi...
15
2.2.1.4. Pengertian Penanaman Modal Asing (PMA)...
17
2.2.1.5. Keputusan untuk Menanamkan Modal...
19
(6)
2.2.1.8. Faktor – Faktor yang Menentukan Investasi...
26
2.2.1.9.
Kegiatan
Investasi...
28
2.2.1.10. Definisi Sektor - Sektor Ekonomi di Indonesia.. 29
2.2.1.11. Peranan Investasi dalam pertumbuhan Ekonomi. 33
2.2.2. Kurs Valuta Asing... 33
2.2.2.1. pengertian Kurs Valuta Asing... 33
2.2.2.2. Pengertian Nilai Valas dan Pasar Valas... 34
2.2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar
Mata Uang... 36
2.2.2.4. Sistem Kurs Tetap... 37
2.2.2.5. Sistem Kurs Mengambang... 39
2.2.2.6. Sistem Kurs Mengambang Terkendali... 39
2.2.2.7.
Teori
Purchasing Power Parity
... 41
2.2.2.8. Penawaran dan permintaan valuta Asing... 41
2.2.2.9. Jenis – Jenis Transaksi Valuta Asing... 42
2.2.3. Tingkat Suku Bunga Internasional... 42
2.2.3.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga Internasional... 42
2.2.3.2. Suku Bunga Menurut Definisi LIBOR dan
SIBOR... 43
2.2.3.3. Unsur – Unsur Tingkat Suku Bunga... 44
2.2.3.4. Keseimbangan Tingkat Suku Bunga... 45
(7)
2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi... 48
2.2.4.2. Devinisi Pertumbuhan Ekonomi ada 3 Komponen 49
2.2.4.3. Faktor – Faktor Penunjang dan Penghambat
Pertumbuhan
Ekonomi...
49
2.2.4.4. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 52
2.2.4.5.
Ciri
–
Ciri
Pertumbuhan Ekonomi... 55
2.3. Kerangka Pikir... 56
2.4.
Hipotesis...
58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………... 60
3.2. Teknik Penentuan Sampel………...
61
3.3. Teknik Pengumpulan Data………....
62
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis………... 62
3.4.1. Teknik Analisis………... 62
3.4.2. Uji Hipotesis………... 63
3.5. Asumsi Klasik ………... ……….... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………. 72
4.1.1.
Kondisi
Geografis...
72
4.1.2.
Kependudukan...
72
4.1.3. perkembangan PMA di Indinesia... 73
(8)
4.2.2. Prekembangan Tingkat Suku Bunga Internasional... 76
4.2.3. Perkembangan Kurs Valas... 77
4.2.4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi... 79
4.3. Hasil Analisis Regresi klasik ( BLUE )... 80
4.3.1. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 84
4.3.2. Uji Hipoteesis Secara parsial... 85
4.3.3.
Pembahasan...
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan... 88
6.2.
Saran... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(9)
Halaman
Gambar 1. Kurva Marginal Efficiency of Investment ... 14
Gambar 2. Fungsi Investasi Otonom dan Investasi Terbatas...
16
Gambar 3. Kurva Sistem Kurs Tetap...
34
Gambar 4. Sistem Kurs Mengambang Terkendali …...
40
Gambar 5. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi... 47
Gambar 7. Pengukuran pertumbuhan Ekonomi Nasional... 56
Gambar 8. Kerangka Pikir... 58
Gambar 8. Kurva Uji f………. 65
Gambar 9. Kurva Uji t...………. 67
Gambar 10. Kurva Durbin Watson...
69
(10)
Tabel 1. Perkembangan PMA persektor ekonomi di Indonesia... 76
Tabel 2. Perkembangan Suku Bunga Internasional... 77
Tabel 3. Perkembangan Kurs Valas ………... 78
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi ... 79
Tabel 5. Tes Autokorelasi ……….…... 82
Tabel 6. Tes Multikolinier ………... 83
Tabel 7. Tes Heterokedastisitas... 83
Tabel 8. Analisis Varian ( Anova ) ………… ... 84
Tabel 9. Hasil Analisis Variabel ...
85
Tabel 10. Hasil Koefisien Variabel Independen ... ... 86
(11)
Lampiran 1
: Data Input PMA Tiga Sektor
Lampiran 2, 3 dan 4 : Uji Regresi Linier Berganda PMA Sektor Industri
Lampiran 5, 6 dan 7 : Uji Regresi Linier Berganda PMA Sektor Perdagangan
Lampiran 8, 9 dan 10 : Uji Regresi Linier Berganda PMA Sektor Pertanian
Lampiran 11
: Tabel Durbin Watson
Lampiran 12
: Tabel Pengujian Nilai f
Lampiran 13
: Tabel Pengujian Nilai t
(12)
x
Oleh :
Alfa Mahesa
Abstraksi
Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan
sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan
kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi dan mengolahnya, selain itu
ditentukan pula adanya pendorong untuk mengadakan investasi atas dana yang
diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan
dengan itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri.
Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan
iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya
masyarakat kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing.
Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Jawa Timur mulai tahun 1994-2008. Teknik analisis yang digunakan
adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan alat bantu computer
program Statistic Program for Social Science (SPSS) Versi 13.0 yang
menunjukkan pengaruh secara signifikan antara variabel bebas dan variable
terikat.
Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap
Penanaman Modal Asing tersebut di sektor Industri (Y1), Perdagangan (Y2),
Pertanian (Y3) maka ( 1 ) Dapat diketahui bahwa Variabel Tingkat Suku Bunga
Internasional (X1) merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap Penanaman Modal Asing. ( 2 ) Dengan melihat hasil koefesien Variable
Independen Kurs Valas (X2) maka dapat disimpulkan bahwa sektor Perdagangan
(Y2) yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada ketiga sektor
yang lain. ( 3 ) Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Pertumbuhan
Ekonomi (X3) maka dapat disimpulan bahwa sektor Industri (Y1) merupakan
sektor yang paling dominan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Kata Kunci : Tingkat Suku Bunga Internasional (X1), Kurs Valuta Asing (X2),
Pertumbuhan Ekonomi (X3) terhadap PMA sektor Industri
Pengolahan (Y1), PMA sektor Perdagangan (Y2), PMA sektor
Pertanian (Y3).
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi untuk mengolahnya, selain itu ditentukan pula adanya pendorong untuk mengadakan investasi atas dana yang diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan dengan itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak dan lesunya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat
kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing.
(Dumairy, 1997 : 132)
Oleh karena itu untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan berbagai sarana penunjang, antara lain tata hukum yang mendorong, menggerakkan dan mengandalkan berbagai kegiatan pembangunan
(14)
dibidang ekonomi. Khususnya ditiga sektor ekonomi. Tiga sektor ekonomi itu diantaranya adalah sektor pertanian, sektor perindustrian, dan yang terahir adalah sektor perdagangan besar dan eceran, restoran dan hotel.
( Statistik Indonesia, 2002 : 500 )
Pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk mendarong sektor – sektor tersebut, yang bertendensi menyebabkan meningkatnya kebutuhan dana untuk membiayai pembungunan, terutama pada sektor ekonomi tersebut. Selain bertumpu pada pembiayaan, pemerintah juga berusaha untuk menarik pembiayaan eksternal, salah satu alternatifnya berupa pananaman modal asing (PMA) dan utang luar negeri sebagai pelengkap pembiayaan pembangunan. Karena terbatasnya dana, pemerintah perlu menempuh kebijaksanana yang memberi kesempatan
luas kepada sektor swasta, baik domestik maupan asing.
( Rosydi, 1991 : 110)
Semenjak berlakunya Undang-Undang No.2 / tahun 1967 jo.No.11 / tahun 1970 tentang PMA( Penanaman Modal Asing ), investasi cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun demikian, pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan masyarakat, namun juga penanaman modal oleh pemerintah. Ini berarti pembentukan modal domestic bruto meningkat dari tahun ke tahun. (Dumairy, 1997: 132)
Pentingnya investasi selain membawa dana masuk, dan membawa serta teknologi produksi, menejemen dan akses passar dunia. Dan ikut
(15)
mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan pekerjaan dan alih teknologi dalam pembangunan ekonomi. Juga menggerakkan pemerintahan untuk meningkatkan pembangunan serta kebijaksanaan guna mendorong sektor swasta untuk ikut berpartisipasi dalam memperkuat tumbuhnya perencanaan ekonomi, seperti kebijaksanaan tingkat suku bunga, pembangunan sarana dan prasarana serta memberi fasilitas – fasilitas yang tujuannya untuk merangsang para investor dalam negeri maupun luar negeri agar mau menanamkan modalnya di Indonesia. Karena investasi merupakan penggerak perekonomian dalam suatu negara. Banyaknya investasi yang diralisasikan suatu negara atau daerah akan
mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara.
(Samuelson, 1996 : 176)
Dalam upaya menarik para investor menanamkan modal di Indonesia, berbagai kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah yang dituangkan dalam beberapa paket kebijaksanan yang memperlonggar ketentuan – ketentuan dalam menyederhanakan prosedur penanaman modal yang telah ditetapkan pemerintah guna menciptakan iklim penanaman modal yang lebih baik sehingga dapat diharapkan merangsang niat penanaman modal. Disamping itu diharapkan pula penanaman modal asing menjadi salah satu tumpuan untuk meningkatkan perekonomian.
Disamping itu keberadaan tingkat kurs juga harus diperhatikan, karena dalam mengekspor ataupun mengimpor barang – barang, baik dengan bahan baku dan sebagainya dalam memenuhi kebutuhan suatu
(16)
pertumbuhan ekonomi sangat penting. Hal ini berkaitan dengan tingkat keuntungan suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya atau menanamkan modalnya. Karena bila terjadi depresiasi nilai mata uang rupiah terhadap dolar, maka akan menyebabkan harga – harga produk dalam negeri melonjak dan semakin mahal. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan baku produksi yang akan berdampak
pada nilai ekspor barang dan jasa suatu sektor ekonomi.
(Anonim, 1997 : 132)
Investasi asing di Indonesia menunjukkan data yang berfluktuatif dari tahun ketahun. Indonesia sat ini dihimbau untuk lebih memperhatikan kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan pemerinatah. Guna mendorong peningkatan perekonomian yang lebih baik lagi. Bagaimanapun juga kebijakan – kebijakan investasi tersebut akan terkait langsung dengan penanaman modal asing pada sektor – sektor ekonomi di Indonesia.
Beralihnya struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Indonesia dari sektor pertanian ke sektor ekonomi lainnya dapat terlihat dari besarnya perana masing – masing sektor ini terhadap pembentukan PDB Indonesia. Sejak tahun 1991 hingga saat ini sumbangan tebesar dihasilkan oleh sektor industri pengolahan sekitar 28.05 pesen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan restoran dan hotel dengan andil sekitar 15.74 persen, sedangkan sumbangan sektor pertanian tinggal sekitar 13.41 persen.
(17)
Dari faktor – faktor tersebut diatas, perlu diadakan penelitian bagaimana tingkat suku bunga Internasional, kurs valuta asing, dan pertumbuhan ekonomi terhadap penanaman modal asing disetiap sektor ekonomi di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, perumusan masalah yang akan dibahas adalah :
a) Apakah tingkat suku bunga Internasional, kurs valuta asing dan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penanaman modal asing per sektor ekonomi di Indonesia?
b) Manakah dari ketiga sektor tersebut yang paling mempengaruhi terhadap penanaman modal asing per sektor akonomi di Indonesia?
c) Apakah ada perbedaan fakotor – faktor yang berpengaruh pada setiap penanaman modal asing per sektor akonomi di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui tingkat suku bunga Internasional, kurs valuta asing dan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penanaman modal asing per sektor akonomi di Indonesia.
(18)
b) Untuk mengetehui sektor mana yang paling dominan pangaruhnya terhadap pananaman modal asing per sektor ekonomi di Indonesia.
c) Untuk mengetahui perbedaan faktor – faktor yang berpangaruh pada setiap penanaman modal asing per sektor ekonomi di indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a) Sebagai bahan pengetahuan tentang pengaruh tingkat suku bunga internasional, kurs valuta asing dan pertumbuhan ekonomi per sektor ekonomi di Indinesia.
b) Sebagai informasi bagi peneliti yang akan datang dengan topik dan pembahasan didalam ruang lingkup yang sama.
c) Sebgai sarana yang dapat menambah perbendaharaan parpustakaan Fakultas Ekonomi “ Veteran “ Jawa Timur.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitin terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini dilakukan oleh :
1. Novia (2005) tentang “Analisa Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia” dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai Fhitung > Ftabel yaitu 4,560 > 3,59 yang berarti ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat. Secara parsial, untuk Produk Domestik Bruto (PDB) nilai thitung sebesar 3,624 > ttabel sebesar 2,201. Untuk Kurs Dollar AS nilai thitung sebesar -2,728 < -ttabel sebesar -2,201. Untuk Inflasi nilai thitung sebesar -0,221 > -ttabel sebesar -2,201. Hal ini menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh nyata terhadap Penanaman Modal Asing (PMA). Kurs Dollar AS berpengaruh nyata terhadap Penanaman Modal Asing` (PMA) dan Kurs Dollar AS berhubungan negatif terhadap Penanaman Modal Asing (PMA). Inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap Penanaman Modal Asing.
2.Sari ( 2005 ) “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Investasi di
Indonesia”. Secara simultan dengan hasil F-hitung =3,935 > daritabel = 3,59 dengan demikian Tiangkat Suku Bunga Kredit ( X1 ), Tingkat ( X2 ), dan
(20)
Kurs Valuta Asing ( X3 ) berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia ( Y ). Secara parsial Tingkat Bunga ( X1 ) di peroleh t-hitung =1,789 < t-tabel =2,201 berarti tidak berpengaruh nyata terhadap Investasi di Indonesia ( Y ), Kurs Valas ( X3 ) dengan t-hitung =2,729 > t-tabel 2,201 berpengaruh nyata terhadap Investasi di Indonesia ( Y ). Hal ini berarti baha Tingkat Suku Bunga dan Kurs Valas berpengaruh secara nyata terhadap Investasi di Indonesia. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia.
3. Agung Nusantara dan Enny Puji Astutik (2001), Jurnal Ekonomi dan
Bisnis yang berjudul “Analisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi”.Menyatakan bahwa untuk hasil analisis diperoleh bahwa variabel utang luar negeri (AID), penanaman modal asing (FDI) dan tabungan domestik (S) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi. Hasil uji t pada tabel diatas menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut mempunyai t-hitung yang lebih besar daripada t-tabel derajat signifikan 0,025% yaitu ( ± 0,201). Dari nilai tersebut kita tidak bisa menerima Ho (Ho ditolak) atau variabel utang luar negeri, penanaman modal asing dan tabungan domestik mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
4. Bambang Kustituanto, Istikomah (Jurnal ekonomi dan Bisnis
Indonesia, 1999, Vol. 14 No. 2, Hal. 1-13) dengan judul “Peranan
Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” bahwa dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu
(21)
bantuan luar negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan dalam jangka panjang, hal tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh bantuan luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi tidak berlangsung seketika, melainkan membutuhkan selang waktu. Investasi asing tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, hal tersebut disebabkan oleh risk country (pasar domestik) yang kecil dan pengembangan penanaman modal asing di Indonesia masih terhambat oleh rumitnya proses pengurusan izin-izin akibat birokrasi yang berbelit-beli dan kurangnya keterpaduan koordinasi antar departemen yang terkait. Tabungan domestik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, hal tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi tidak berlangsung seketika, melainkan membutuhkan selang waktu.
5. Murbyarto (Jurnal Ekonomi Rakyat, Tahun 1, No. 6, Agustus 2002)
dengan judul “Investasi Jeblok = Ekonomi Merosot, Benarkah ?” bahwa dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek kehidupan di 13 propinsi dengan mewawancarai 10.400 keluarga (43.600 individu) Juni – Desember, hasilnya antara lain kesempatan kerja 1997 – 2000 tidak menurun, tetapi meningkat 4,2% dari 79,4% dan 75% dari keluarga yang diwawancara melaporkan tidak adanya penurunan kesejahteraan dan lebih mengatakan standar hidup mereka memadai.
(22)
6. Sulistiawati(2000) tentang “Analisis Tentang Perkembangan Penanaman Modal Asing dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhi di Indonesia”. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji F diperoleh nilai sebesar 10,984 dengan Ftabel sebesar 4,35. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas PDB, Inflasi dan Kurs Dolar AS berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing, sedangkan dari hasil analisa dengan menggunakan uji t nilai PDB = 5,709. Inflasi = 2,888. Kurs Dollar AS = -3,635 dengan ttabel sebesar 2,2281. Hal ini menunjukkan PDB berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing, sedangkan Inflasi dan Kurs Dollar AS berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Penanaman Modal Asing.
7.Subagyo (2003) tentang “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing di Jawa Timur”. Dari hasil pengujian secara simultan nilai Ftabel yaitu 12,710 > 3,48 pada level signifikansi 0,05 dengan df 4,10. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara tenaga kerja (X1) terhadap Penanaman Modal Asing (Y) di Jawa Timur. Dari analisis uji t menunjukkan thitung > ttabel yaitu 3,008 > 2,228 untuk jumlah tenaga kerja (X1), untuk kurs valas thitung < ttabel yaitu -4,792 < 2,228, untuk tingkat suku bunga internasional thitung < ttabel yaitu -0,844 < 2,228 dan untuk jumlah industri manufaktur thitung > ttabel yaitu 4,847 > 2,228. Hal ini menunjukkan variabel X1, X2, dan X4 berpengaruh secara parsial terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) sedangkan variabel X3 tidak berpengaruh secara parsial terhadap Penanaman Modal Asing
(23)
(PMA), terdapat pengaruh negatif dan signifikan X2 terhadap Penanaman Modal Asing (PMA), tidak boleh ada pengaruh secara nyata antara X3 terhadap Y dan pengaruh positif dan signifikan X4 terhadap Y. Secara simultan X1, X2, X3, X4 berpengaruh terhadap Penanaman Modal Asing (Y) di Jawa Timur.
8. Wildan Wirawanda (2005) tantang “ Analisis Faktor – faktor yang
Mempengaruhi penanaman Modal Asing Persektor Ekonomi Di Indonesia” Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Suku Bunga Internasional (X1), Kurs Valas (X2), dan Neraca Pedagangan (X3), dan terhadap variabel terikatnya PMA persektor ekonomi (Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap PMA persektor ekonomi di Indonesia.
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Investasi
2.2.1.1 Definisi Investasi
Menurut Nopirin (1997; 133), investasi atau investment disebut juga penanaman modal yaitu penanaman modal baru.
(24)
Menurut Dornsbusch dan Discher (1991; 236), investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal.
Investasi atau penanaman modal juga dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. (Sukirno, 1995 : 107)
Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah merupakan suatu pengeluaran untuk pembelian barang-barang modal dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi. Tercapainya kapasitas produksi yang sudah ditargetkan mengakibatkan jumlah pekerjaan akan meningkat. Adanya tingkat produksi yang tinggi dapat menghasilkan surplus yang tinggi pula, sehingga dapat terhimpun dana yang lebih besar untuk investasi yang dibutuhkan. Dalam prakteknya, usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan satu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau penanaman modal atau pembentukan modal) meliputi pengeluaran atau pembelanjaan berikut :
a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yatu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnyauntuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
(25)
b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
c. Pertambahan nilai barang-barang stock yang belum terjual, bahan mentah dan bahan yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2002 : 107)
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, iuran, opsi dan lainnya.
2. Real assets diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, penelitian pabrik, pembukuan pertambangan, pembukuan perkebunan dan lainnya.(Halim, 2003 : 2).
Pengertian investasi dari kedua pendapat tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa investasi atau penanam modal itu merupakan penanam modal atau pengguna uang bagi peningkatan kapasitas sistem produksi atau peningkatan asset dengan harapan modal yang ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di masa mendatang.
(26)
2.2.1.2 Teori Mengenai Investasi
Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI) yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan oleh seseorang pengusaha bilamana MEI masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga (interest). Secara garis besar, MEI ini digambarkan sebagai suatu schedule yang menurun. Schedule ini menggambarkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap tingkat bunga.
Gambar 1 : Marginal Efficiency of Investment
Tingkat Pengembalian
Sumber : Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Ekonomi Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 112
Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada
(27)
kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) ditunjukkan tiga buah titik : A, B dan C menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0 dan investasi adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih, dan mod al yang diperlukan adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih, diperlukan modal sebanyak I2.
2.2.1.3 Macam – Macam Investasi
Investasi menurut macamnya dibagi menjadi delapan macam yang terkelompok menjadi empat kelompok, sehingga masing-masing berisi dua. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa suatu produk barang investasi mungkin sekali memiliki atau menempati lebih dari satu macam. Di bawah ini uraian pembagian macam-macam investasi :
1. Autonamous Investment dan Induced Investment
Autonomous Investment (Investasi Otonom) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, misalnya :teknologi,
(28)
kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha, dan sebagainya.
Induced Investment (Investasi Terimbas) adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat investasi terimbas dalam hubungan searah atau positif.
Gambar 2. Fungsi Investasi Otonom dan Investasi Terimbas
0 Pendapatan 0 Pendapatan
Investasi Investasi
I
Sumber : Rosyidi, Suherman, 1996, Pengantar Teori Ekonomi , Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 170.
2. Publik Investment dan Private Investment
Public Investment adalah investasi yang digunakan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua, kecamatan, maupun desa. Sedangkan Private Investment adalah kebalikannya yaitu investasi yang dilakukan oleh swasta.
3. Domestic Investment dan Foreign Investment
Domestic Investment adalah penanaman modal dalam negeri sedangkan
Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah Negara yang memiliki banyak sekali factor produksi alam ( Natural Resources ) dan sumber daya manusia namun tidak memiliki cukup modal ( Capital )
(29)
sebagai factor produksi sumber-sumber di dalam Negeri yang belum termanfaatkan sepenuhnya bias digali sehingga tidak mubazir.
4. Groos Investment dan Net Investment
Gross Investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika, dengan kata lain bahwa seluruh investasi yang dilakukan di suatu Negara atau di daerah pada periode tertentu. Sedangkan Net Investment adalah selisih antara Investasi Bruto dengan penyusutan. ( Rosyidi, 1996 : 168 – 173 )
2.2.1.4. Pengertian Penanaman Modal Asing
Penanaman Modal Asing adalah investasi yang dilaksanakan oleh pemilik modal asing di dalam negeri kita untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dilaksanakan itu. (Suparmoko, 1992 : 294).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) pada Pasal 1 menyebutkan bahwa pengertian Penanaman Modal Asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi Penanaman Modal Asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman terebut.
(30)
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) pada pasal 2, pengertian Penanaman Modal Asing adalah :
a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
b. Alat-alat untuk pembayaran, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasar Undang-undang ini diperkenankan di transfer tapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan yang dilakukan pemilik modal asing di dalam negeri untuk membeli barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam prakteknya, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran atau perbelanjaan sebagai berikut :
(31)
a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya.
b. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, kantor, pabrik dan lain-lainnya.
c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi. (Sukirno, 1995 : 107).
2.2.1.5. Keputusan untuk Menanamkan Modal
Orang akan menanamkan modal dalam modal fisik yang baru seperti mesin-mesin peralatan, toko dan gudang atau tidak tergantung pada soal adalah tingkat keuangan yang diharapkan terhadap investasi baru itu lebih besar ataukah lebih kecil dari suku bunga yang harus dibayar terhadap dana-dana yang perlu dipinjam untuk memperoleh aset-aset ini. Sekalipun dana itu siap untuk digunakan harus juga diambil keputusan antara alternatif-alternatif menggunakan dana itu membeli aset fisik yang baru atau meminjamkan dana itu kepada orang lain, barang kali dengan jalan membeli saham.
Dengan investasi baru dalam modal fisik ada dua perbedaan :
1. Hasil pengembalian yang diharapkan dari tahun ke tahun mungkin berbeda-beda sepanjang umur aset itu.
(32)
2. Hasil pengembalian itu hanyalah berupa pikiran menurut terkaan terbaik pada saat diambilnya keputusan untuk menanam modal itu. Pada kenyataannya bahwa harus diadakan penyesuaian untuk berbagai hasil pengembalian dan ketidakpastian. (Dougall : 1992 : 132).
2.2.1.6. Jenis-Jenis Investasi
A. Investasi Pemerintah
Investasi yang dilakukan pemerintah biasanya mendorong timbulnya investasi baru dan sektor swasta (PMA dan PMDN). Dan investasi pemerintah biasanya selalu diikuti dengan masalah Crowding out biasanya menunjukkan efek kebijaksanaan fiskal terhadap kegiatan ekonomi. Apabila penambahan pengeluaran (investasi pemerintah), apakah itu dibiayai dengan penarikan pajak ataupun dengan penarikan obligasi, tidak dapat mendorong kegiatan ekonomi atau efeknya terhadap kegiatan ekonomi nol, maka dikatakan bahwa telah terjadi crowding out
pengeluaran investasi swasta oleh investasi pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa multiplier pengeluaran adalah kira-kira nol. Kira-kira nol, berarti bahwa setiap Rp. 1,00 atau kurang lebih dari Rp 1,00.
Crowding out yang sempurna apabila Rp. 1,00 pengeluaran pemerintah mengganti Rp 1,00 pengeluaran investasi swasta. Tidak sempurna apabila penggantian atau penurunan investasi swasta melebihi Rp 1,00. (Nopirin, 1996 : 65).
(33)
Peran pemerintah dalam berinvestasi dibagi menjadi 4 macam :
1. Peran Alokatif
Pemerintah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi. Contohnya barang atau jasa sosial seperti jalan umum, jembatan, pertahanan dan keamanan negeri. Barang-barang ini tidak menarik bagi swasta atau masyarakat karena tidak bisa dijual, dinikmati dan dimiliki secara pribadi.
2. Peran Distribusi
Peran pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara wajar dan adil. Contoh pemerintah berusaha untuk mencegah adanya monopoli dalam penyediaan dan distribusi barang kebutuhan pokok, sehingga hanya dinikmati sekelompok orang sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.
3. Peran Stabilisatif
Peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium. Contohnya ketika terjadi inflasi, resesi, serbuan barang impor.
(34)
4. Peran Dinamisasi
Peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pertumbuhan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju. Contoh nya perintis kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu. Seperti penerbangan pesawat ke jalur baru yang masing kering, atau pemekaran kota dengan memindahkan pusat kegiatan pemerintah ke lokasi baru, serta dalam bentuk mempercepat pertumbuhan bidang bisnis tertentu (mengalokasikan anggaran yang lebih besar ke bidang bersangkutan). (Dumairy, 1997 : 158-161).
B. Investasi Swasta
Investasi swasta baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika pembangunan modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan marak lesunya pembangunan. Karena itu setiap negara berusaha menciptakan iklim yang lebih meningkatkan investasi. Sasaran yang ditujukan bukan hanya masyarakat atau swasta dalam negeri tetapi juga luar negeri.
Peningkatan iklim investasi dilakukan dengan PP No. 17 tahun 1992 sebagai penyederhanaan dari UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
(35)
Penanaman modal asing hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung, dan yang dipergunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
Yang dimaksud modal asing adalah :
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
2. Alat-alat perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing, bahan-bahan yang dimasukkan ke Indonesia. Selama alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh devisa Indonesia.
3. Bagian dari hasil perusahaan diperkenankan transfer, tetapi tidak transfer seluruhnya dan dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
Yang dimaksud modal dalam negeri adalah :
Bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang berdomisili di Indonesia atau tidak yang disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh undang-undang tentang Penanaman Modal Asing. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penggunaan dari kekayaan tersebut di atas
(36)
baik secara langsung maupun tidak untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini.
Selain Undang-Undang di atas tadi, pemerintah juga men ciptakan keterbukaan iklim investasi melalui paket kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi. Hal ini juga untuk menghadapi era persaingan bebas tahun 2020 nanti. (Dumairy, 1997 : 149).
2.2.1.7. Jenis-Jenis Investasi Menurut Rosyidi (1993 : 161-164)
1. Autonomous Investasi dan Induced Investment
Autonomous Investment (investasi otonomi) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapat, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor ini adalah teknologi, kebijaksanaan pemerintah harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan
induced investment sangat dipengaruhi oleh pendapatan.
2. Public Investment dan Private Investment
Public Investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Sedangkan
private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang diperoleh, masa depan penjualan dan sebagainya merupakan peranan
(37)
yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.
3. Domestic Investment dan Foreign Investment
Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelola sumber-sumber yang dimiliki maka mengundang modal asin g agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.
4. Gross Investment dan Net Investment
Gross investment adalah total seluruh investasi yang dilakukan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat bernilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan net investment adalah investasi yang telah dihitung jumlahnya berdasarkan tiap sektor investasi.
(38)
2.2.1.8. Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi
Apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan uangnya membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu dinamakan investasi. Akan tetapi berhasil tidaknya pemilik modaldalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan dipengaruhi oleh beberapa factor yang dapat menentukan, yaitu :
a. Perubahan Fungsi Produksi
Perubahan fungsi produksi dapat terjadi karena perubahan teknologi. Perubahan teknologi akan mempengaruhi permintaan investasi. Jika teknologi tersebut mengubah komposisi barang-barang capital yang diinginkan memproduksi output tersebut.
b. Perubahan Harga Relatif
Perubahan harga relative menyangkut perubahan upah relative atau bentuk-bentuk lain pemberian upah untuk berbagai macam tenaga kerja, perubahan harga relatif, misalnya listrik atau gas. Perubahan harga riil rasio-rasio lain untuk barang-barang dan jasa saat ini dengan harga yang diharapkan dimasa depan.
c. Peranan Tingkat Bunga
Dengan mengetahui arah perubahan tingkat bunga, dampak yang lebih besar pada kategori investasi dengan menyangkut kekayaan ( Asset ) tahan lama dapat diharapkan. Perubahan tingkat bunga terhadap investasi persediaan mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan
(39)
dampak terhadap investasi pada peralatan pabrik. Dengan diketahuinya perubahan tingkat suku bunga jangka pendek, akan stabil dan relevan terhadap investasi tetapnya.
d. Resiko
Sebagaimana diketahui para pembuat keputusan tidak hanya memperlihatkan harapan matematika dari hasil yang harapkan tetapi juga masalah maksimalisasi beberapa fungsi utilitas sehingga dalam komponen biaya pasti terkandung unsure resiko. Dengan demikian permintaan investasi mungkin dapat dirancang melalui aktifitas pemerintah. Di dalam suatu sistim ekonomi sebagian besar pemerintah, investasi dilakukan oleh pihak swasta dengan motivasi bisnis ( mencari keuntungan ) pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi resiko yang dihadapi oleh para investor.
e. Tingkat Keuntungan Investasi yang Diharapkan
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang kelihatannya mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan, dengan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan.
f. Perubahan dan Perkembangan Teknologi
Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang baru dikembangkan di dalam kegiatan produksi atau usaha-usaha lain
(40)
dinamakan inovasi. Makin banyak perkembangan teknologi yang di buat, makin banyak pula kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh pengusaha. Semakin tinggi tingkat inovasi yang akan dicapai.
g. Tingkat Pendapatan Nasional dan Perundang-undangan
Tingkat Pendapatan Nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi, dengan kata lain apabila Pendapatan Nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula.(Sukirno, 2002 : 109)
2.2.1.9. Kegiatan Investasi
1. Investasi Baru
Yaitu investasi dengan membuat sistem baru (produksi baru)
2. Peremajaan
Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun kapasitas produksinya sama dengan yang lama.
3. Rasionalisasi
Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun kapasitas produksinya sama dengan yang lama.
(41)
4. Perluasan
Kapasitas lebih besar namun barang produksinya sama
5. Modernisasi
Ada 2 macam yaitu peralatan baru hasil produksi juga baru dan peralatan lama hasil produksi baru. (Sukirno, 1995 : 118).
2.2.1.10. Definisi Sektor-sektor Ekonomi di Indonesia.
Dalam menganalisis Penanaman Modal Asing Persektor-sektor Ekonomi di Indonesia, perlu kita ketahui definisinya adalah sebagai berikut:
Sektor-Sektor Ekonomi di Indonesia
1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian ini terbagi menjadi empat bagian subsektor yaitu :
a. Tanaman Bahan Makanan
Subsektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau dan tanaman pangan lainnya.
b. Tanaman Perkebunan Rakyat
(42)
Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mente, kelapa, kopi, kapuk, kapas, tebu, tembakau dan cengkeh. Cakupan tersebut termasuk produk ikutannya dan hasil–hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa.
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawit, tebu, dan tanaman lainnya.
2) Peternakan dan Hasil-hasilnya
Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun hasil-hasil ternak seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, serta hasil pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor netto ternak.
3) Kehutanan
Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil-hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, dan arang. Sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa damar, rotan, kulit kayu, kopa, akar-akaran dan sebagainya. Hasil perburuan
(43)
binatang-binatang liar seperti babi, rusa, penyu, buaya, ular dan sebagainya; termasuk hasil kegiatan di subsektor ini.
4) Perikanan
Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari perikanan laut, perairan umum, tambak kolam sawah, serta pengolahan sederhana (penggaraman dan pengeringan ikan)
2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor industri berat/sedang, kerajinan rumah tangga dan industri pengilangan minyak.
a. Industri Berat dan Sedang
Ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri besar dan sedang atas dasar harga konstan berdasarkan survei tahunan.
b. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Angka-angka output dan nilai tambah subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output pert tenaga yang bekerja di subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
c. Industri Pengilangan Minyak
Data produk industri pengilangan minyak seperti premium, minyak tanah, minyak diesel, avigas, avtur dan sebagainya.
(44)
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor ini mencakup tiga subsektor yang akan diuraikan sebagai berikut di bawah ini :
a. Perdagangan besar dan eceran
Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, serta komoditi impor yang diperdagangkan.
b. Hotel
Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak serta berbagai jenis penginapan lainnya.
c. Restoran
Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output dari subsektor ini diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja yang bekerja di restoran dari hasil sensus penduduk tahun 1980 dan survei penduduk antar sensus 1985 (SUPAs 1985) beserta pertumbuhannya dengan output per tenaga kerja dari hasil survei khusus pendapatan regional.
(45)
2.2.1.11. Peranan Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Modal bukan satu-satunya faktor yang diperlukan dalam pembangunan, namun demikian hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan modal (capital formation) sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal bukan hanya terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik dan mesin, tetapi juga barang yang tidak nampak seperti pendidikan, kesehatan dan penelitian. Kenaikan laju pembentukan modal akan membantu menaikkan pendapatan nasional. Dengan demikian pembentukan modal merupakan kunci utama bagi negara terbelakang menuju perkembangan ekonomi.
(Jhingan, 1988 : 419-423)
2.2.1.Kurs Valuta Asing (Dollar Amerika Terhadap Rupiah)
2.2.2.1. Pengertian Kurs Valuta Asing
Kurs Valuta asing yaitu harga mata uang Negara asing dalam satuan mata uang domestic.(Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 450). Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral (Hady, 2001: 15).
Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang suatu Negara terhadap mata uang dari Negara tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa posisi neraca
(46)
perdagangan suatu Negara dengan Negara lainnya. Nilai tukar mata uang internasional atau kurs valuta asing merupakan nilai atau harga tukar suatu mata uang dengan mata uang Negara lainnya yang ditetapkan atau terjadi dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar negara.
Kurs valuta asing dalam periode waktu tertentu dapat saja tetap nilainya, dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu dalam periode tersebut, akan tetapi pada umumnya kurs mata uang mengalami fluktuasi bahkan ada kalanya mengalami goncangan atau gejolak yang besar (Boediono, 1981). Pasar valuta asing adalah organisasi (pasar) yang didalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang melakukan penjualan dan pembelian mata uang asing atau devisa. Sedangkan fungsi pasar valuta asing adalah untuk mentransfer daya beli untuk menyediakan kredit bagi perdagangan luar negeri dan untuk memberi fasilitas-fasilitas bagi pembatasan resiko (hedging) valuta asing.
2.2.2.2. Pengertian Tentang Nilai Valuta dan Pasar Valuta Asing
Nilai tukar nominal merupakan konsep moneter sebagai pengukur perbedaan harga dari mata uang yang berbeda. Timbulnya perbedaan tingkat kurs dengan beberapa hal :
a. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para perdagangan, valuta asing atau bank.
(47)
Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta asing atau bank membeli valuta asing. Kurs jual apabila mereka menjual. Selisih tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam kurun pembayaran.
c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal
(Bonafit) kursnya lebih tinggi daripada yang belum terkenal.
(Nopirin, 2001: 1)
Pasar valuta asing atau pasar mata uang asing adalah organisasi (pasar) yang di dalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang melakukan pembelian dan penjualan mata uang asing atau devisa. (Solvatore, 1994 : 116).
Lokasi pasar valuta asing terdapat London, Zurich, Paris dan New York sebagai pencipta pasar (market maker) untuk perdagangan valuta asing. Fungsi utama dari pasar valuta asing :
a. Transfer dan atau daya beli suatu negara dan mata uang terhadap yang lain.
b. Memberikan kredit jangka pendek untuk membiayai perdagangan.
c. Fasilitas untuk menghindari resiko pertukaran atau hedging. (Salvatore, 1994 : 116)
(48)
Berdasarkan perbedaan derajat konvertibilitas daripada mata uang dalam lalu lintas pembayaran internasional bisa dibedakan :
a. Hard Currencies, atau mata uang kuat atau keras yaitu mata uang yang memiliki sifat acceptability yang tinggi. Pada umumnya mata uang semacam ini dengan sendirinya juga mempunyai convertibility yang tinggi. Contohnya ialah : US Dollar, Canada, Swiss, Franch.
b. Kalau Hard Currencies sangat disukai masyarakat dunia pada umumnya dipakai oleh kebanyakan negara sebagai cadangan internasional, soft currencies sangat sedikit atau bahkan mungkin tidak ada peminatnya. (Boediono, 1999 : l7).
2.2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata uang satu dengan mata uang lainnya atau Negara lain:
1. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang yang beredar di masyarakat.
2. Tingkat Bunga
Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik
(49)
bagi penanam modal baik dari dalam maupun luar negeri, sehingga akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri. 3. Tingkat Pendapatan
Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti peningkatan permintaan valuta asing. Hal ini akan mengakibatkan nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam negeri akan mengalami depresiasi.
4. Faktor Spekulasi
Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau peningkatan dalam nilai tukar mata uang dalam negeri.
5. Keadaan Politik dan Ekonomi Moneter
Keadaan politik dan ekonomi moneter suatu negara yang stabil cenderung mengakibatkan lebih kuat nilai mata uang Negara tersebut
(Nopirin, 1998: 174). 2.2.2.4. Sistem Kurs Tetap
Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi atau tetap, tetapi kurs tetap lebih merupakan sistem yang diperkenankan untuk berfluktuasi dalam batas (Bans) sempit yang mengelilingi nilai prioritas di mana keduanya tetap tetapi tidak abadi atau kekal. Sistem kurs tetap ini diperkenalkan setelah Perang Dunia lt yang diadakan di Bretton
(50)
Woods pada tahun 1994, sistem ini bertahan selama hampir 30 tahun yaitu sejak 1944-1997, sehingga periode itu disebut Era Bretton Wood.
(Jamli, 1991 : 189).
Gambar 3: Sistem Kurs Tetap
Harga Dollar A. S. dalam Rupiah
1 US$ = Rp. 9500 1 US$ = Rp. 9000
Sumber : Jamli, Ahmad, 1993, dasar-dasar Keuangan Internasional, BPFE, Yogyakarta, hal 192.
Dari gambar 3, menunjukkan bahwa peningkatan terus menerus permintaan Dollar A.S. (D0 D1), yang disebabkan oleh peningkatan ekspor A.S. ke Indonesia atau aliran modal masuk dari Indonesia menaikkan kurs dari titik a ke titik b. Sehingga diperlukan bantuan pemerintah berupa peningkatan penawaran Dollar A.S. Hal tersebut berperan untuk mempertahankan kurs pada titik c.
(51)
2.2.2.5. Sistem Kurs Mengambang
Karakteristik dalam sistem kurs mengambang yaitu kurs yang berfluktuasi dengan bebas sebagai reaksi terhadap perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Penyesuaian neraca pembayaran terutama melalui perubahan kurs dan tingkat bunga dan tidak adanya Cadangan Internasional Emas dan Valuta Asing. Sistem kurs mengambang tercipta pada tahun 1973. Sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling tidak rumit dan amat sesuai dengan model persaingan kompetitif di mana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs dan kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. Implikasi adalah bahwa sistem kurs mengambang akan lebih berfluktuasi daripada sistem kurs tetap. (Jamli, 1993 : 209).
2.2.2.6. Sistem Kurs Mengambang Terkendali
Sistem mengambang terkendali (Managed floating system) adalah suatu sistem dimana penguasa moneter campur tangan dalam pasar mata uang asing untuk memperlunak fluktuasi jangka pendek, tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar (Salvatore, 1994 :
238). Sistem kurs yang dianut mayoritas negara dl dunia sekarang ini
adalah sistem kurs yang terletak diantara sistem kurs tetap dan sistem kurs mengambang bebas. Disamping itu kurs sistem ini juga mirip dengan sistem kurs tetap. Pemerintah melakukan intervensi agar tidak berfluktuasi dengan tajam. Sistem kurs ini dikenal dengan sistem kurs
(52)
mengambang terkendali (Dirty atau Managed Floating Exchange Rate System).
(Madura, 1986 : 111-112).
Gambar 4: Sistem Kurs Mengambang Terkendali
Harga Dollar A. S. So dalam Rupiah
1 US$ = Rp.10000 1 USS = Rp. 9500
Sumber : Jamli, Ahmad, 1993, dasar - dasar Keuangan Internasional, BPFE, Yogyakarta, hal 211.
Dari gambar 4, menunjukkan dampak potensial kurs Dollar A.S. sehingga mengakibatkan kenaikan impor dari Indonesia, yang dampaknya menaikkan permintaan rupiah dan menaikkan penawaran pasar Dollar A.S. dari S0 ke S1. Usaha pemerintah untuk menstabilkan kurs akan menggeser kurva permintaan dari (D0 D1)
S1 S0
(53)
2.2.2.7. Teori Purchasing Power Parity
Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia yang bernama Gustav Gassel. Dasar teorinya bahwa perbandingan nilai satu mata uang yang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-masing negara. Pada dasarnya ada dua versi teori purchasing power parity, yaitu interpretasi absolute dan relative. Menurut interpretasi absolute purchasing power parity, perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang yang lain (kurs tetap) ditentukan oleh tingkat harta (The Law of One Price). Apabila terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara maka kurs tersebut harus mengalami perubahan pula. Kurs power parity yang didasarkan pada perubahan harga nilai yang sering disebut kurs power parity dalam arti relative. (Nopirin, 1996 : 157)
2.2.2.8. Penawaran dan Permintaan Valuta Asing
Pada dasarnya model penawaran dan permintaan valuta asing sama dengan penawaran dan permintaan komoditi kedua-duanya akan menghasilkan keseimbangan, tetapi disini keseimbangan valuta asing sekaligus menggambarkan kurs atau exchange rate. Jadi kurs atau keseimbangan adalah kurs dimana jumlah valuta asing yang ditawarkan sama dengan yang diminta. Tertariknya investor untuk menanamkan modalnya diluar negeri, sehingga memperbanyak pelarian modal keluar negeri, akibatnya semakin melemahnya mata uang negara tersebut yang berarti pula akan cenderung terjadi depresiasi nilai mata uang yang bersangkutan. (Kamaludin, 1997 : 105).
(54)
2.2.2.9. Jenis-Jenis Transaksi Valas
Ada 3 macam jenis transaksi yang dapat dilakukan yaitu: 1. Transaksi Spot (Spot Transaction)
Dalam transaksi spot biasanya penyerahan valas ditetapkan 2 hari kerja berikutnya. Ada 3 cara penyerahan dalam transaksi spot sebagai berikut:
a. Value today
Dimana penyerahan dilakukan pada tanggal (hari) yang sama dengan tanggal (hari) dilakukannya transaksi.
b. Value tomorrow
Penyerahan dilakukan pada hari kerja berikutnya atau disebut one day settlement.
c. Value spot
Penyerahan dilakukan 2 hari kerja setelah transaksi. 2. Transaksi Tunggak (Forward Transaction)
Penyerahan yang dilakukan beberapa hari mendatang, baik secara mingguan atau bulanan.
3. Transaksi Barter (Swap Transaction)
Transaksi nilai tukar untuk menghilangkan resiko nilai tukar.
(Kasmir, 2002: 237).
2.2.3. Tingkat Suku Bunga Internasional
2.2.3.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga Internasional
Suku Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang merupakan jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang
(55)
didasarkan perubahan nilai uang dan kemungkinan perubahan kurs. Suku bunga memainkan peranan penting dalam pasar valuta asing, mengingat simpanan – simpanan berjumlah yang diperdagangakandi pasar tersebut menghasilkan bunga. Dalam hal ini tingkat bunganya masing – masing berlainan sesuai dengan mata uang yang menjadi satuannya.
(Krugman, 1995:59)
Suku bunga umumnya ditetapkan per tahun yaitu jumlah bunga yang harus dibayarkan bila suatu jumlah uang dipinjam untuk satu tahun. Untuk jangka pendek, tergantung pada jangka waktu pinjaman.
2.2.3.2. Suku Bunga Menurut Definisi LIBOR dan SIBOR
London Interbank Offer Rate (LIBOR) yaitu rate atau tingkat bunga penjaman yang berlaku antar bank di London yang dijadikan patokan atau dasar untuk menentukan tingkat bunga pinjaman pada pasar uang internasional. Biasanya, jika pinjaman untuk perusahaan atau bank yang lebih tinggi, misalnya LIBOR+1% atau +1,5% tergantung dari tingkat resiko dan jangka waktu pinjamannya.
Disamping LIBOR, untuk wilayah Asia dikenal juga SIBOR atau Singapore Interbank Offer Rate, yaitu tingkat bunga pinjaman yang berlaku antar bank di Singapura, Sedangkan di Jakarta saat ini mulai dikenal juga JIBOR atau Jakarta Interbank Offer Rate, Yaitu tingkat bunga pinjaman antar bank di Jakarta. (Hady,2001:39)
(56)
2.2.3.3. Unsur-unsur Tingkat Suku Bunga
Suku bunga sangatlah tergantung pada jenis pinjaman atau pemberi pinjaman yang didasarkan pada:
a. Syarat atau jatuh tempo
Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Sedangkan surat-surat berharga berjangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek, karena masyarakat ingin mengorbankan lebih cepat dana-dana mereka hanya jika mereka dapat meningkatkan hasilnya.
b. Resiko
Adalah pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki resiko, sementara lainnya sangat bersifat spekulatif.
c. Likuiditas
Aset juga dapat dibeda-bedakan atas dasar besar kecilnya biaya dan kecepatan pemanfaatan oleh pemiliknya.
d. Biaya-biaya administrasi
Waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai pinjaman sangatlah berbeda. Beberapa pinjaman ada yang memerlukan
(57)
pemeriksaan secara periodik, bahkan ada yang mengharuskan jaminan atas dibayar secara tepat waktu (Krugman, 1995: 198-199).
2.2.3.4. Keseimbangan Tingkat Suku Bunga
Pada dasarnya suku bunga terbentuk oleh keseimbangan pasar uang, Yakni: Ms=Md
Keterangan :
Ms=Money Supply (Penawaran Uang)
Md=money Demand (Permintaan Uang)
Penurunan penawaran uang (Ms) mengakibatkan kelebihan permintaan uang (Md) pada tingkat bunga. Selain itu, kenaikan penawaran uang pada suatu negara mengakibatkan mata uangnya mengalami depresiasi dalam pasar valuta asing, sedangkan penurunan penawaran uang akan mendorong mata uang akan mengalami apresiasi.
(Krugman,1995:103)
Dalam analisis jangka panjang mengenai pegaruh factor – factor moneter baik terhadap penawaran dan permintaan uang maupun terhadap kurs dan tingkat harga suatu negara. Maka suatu kenaikan penawaran dalam penawaran uang dapat menimbulkan kenaikan proporsial atas jangka panjang semua tingkat harga. Apabila perekonomian yang sejak semula sudah mencapai full employment.
(58)
Salah satu sifat tingkat bunga sangat mudah berubah – ubah, turun naik. Fluktuasi ini sering terjadi dalam kurva waktu singkat terutama tingkat bunga jangka pendek. Meskipun tingkat bunga jangka panjang relative kurang berfluktuasi dibandingkan dengan tingkat bunga jangka pendek, kedua – duanya cenderung bergerak naik turun dalam waktu yang sama.
2.2.3.5. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi.
Dalam hal memperbincangkan komponen investasi dari permintaan agregat, suku bunga dianggap sebagai sebuah factor penting yang mendeterminasi tingkat investasi sewaktu suku bunga meningkat, maka tingkat investasi dapat diekspektasi akan menurun, karena kurang begitu menguntungkan lagi untuk melakukan investasi.
Begitu pula halnya, apabila kredit makin sulit dicapai, situasi mana biasanya menyertai suku bunga yang lebih tinggi, maka investasi cenderung menyurut dan sebaliknya.
(59)
Gambar 5. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi
Sumber : Sukirno, Sadono, 1995, Pengantar T4eori Makro Ekonomi, PT. Raja Garfindo Persada, Jakarta hal : 113.
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pada tingkat bunga sebesar r0. terdapat investasi bernilai I0 yang mempunyai tingkat pengembalian modal sebanyak r0 atau lebih. Maka pada tingkat bunga sebanyak r0 investasi yang akan dilakukan perusahaan adalah I0. Apabila tingkat bunga adalah r1 diperlukan modal sebanyak I1 untuk mewujudkan investasi yang mempunyai tingkat pengembalian modal r1 atau lebih. Dengan demikian pada tibngkat bunga sebanyak r1 investasi yang akan dilakukan adalah sebanyak I1 (Sukirno, 1995:113).
Investasi merupakan pengeluaran atas tambahan terhadap
persediaan modal (mesin, bangunan, persediaanm). Investasi dilakukan
I I2 I1
I0 0
r2 r1 r0
Ting ka t
(60)
dengan tujuan mencari keuntungan dikemudian hari melalui pengoprasian mesin dan pabrik. Jika suatu perusahaan meminjam modal (mesin dan pabrik) yang dipergunakan, maka semakin tinggi suku bunga, semakin kecil keuntungan perusahaan itu setelah membayar bunga, dan semakin kecil pula keinginannya untuk menginvestasi. Sebaliknya, suku bunga yang rendah membuat pengeluaran investasi menguntungkan dan karena itu tercermin pada tingkat yang tinggi dari investasi yang direncanakan.
(Dornbusch dan Fischer, 1991 : 108).
2.2.4.Pertumbuhan Ekonomi
2.2.4.1. Pengertian pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini timbul sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukan.
Pertumbuhan ekonomi juga berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno,2004 : 9)
(61)
2.2.4.2. Devinisi Pertumbuhan Ekonomi ada 3 Komponen.
1. Pertumbuhan bagi ekonomi suatu bangsa dilihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barangnya.
2. Teknologi maju merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan aneka macam barang – barang kepada penduduknya.
3. Bidang kelembagaan dan idiologi sehingga menjadi inovasi yang menghasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dan dapat dimanfaatkan secara tepat.
2.2.4.3. Faktor – Faktor Penunjang dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan pertumbuhan pandapatan perkapita menurut adanya kenaikan Produk Domestik Bruto atau Pendapatan Nasiaonal (PDB). Pendapatan Domestik Bruto sangat ditentukan oleh penggunaan faktor – faktor produksi yaitu :
a.Kapital.
Faktor kapital merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan nasional. Namun sering disalah artikan bahwa tanpa kapital, perekonomian suatu negara
(62)
dikatakan tidak dapat berkembang sama sekali. Hal ini seluruhnya benar karena kapital bukan merupakan faktor satu – satunya yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Kapital sering kali hanya merupakan pelengkap dari pada faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada permulaan pertumbuhan.
b.Sumber daya alam.
Sering dikatakan bahwa suatu negara yang tidak memiliki sumber daya alam akan lambat dalam mencapai kemajuan ekonomi yang lebih tinggi, tetapi pada kenyataannya tidak demikian karena yang terpenting adalah kemampuan penduduknya yang tinggi untuk melakukan pembangunan. Seperti halnya kapital, sumber daya alam bukan merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi akan tetapi lebih merupakan hasil dan bukan sebab bagi keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
c.Teknologi
Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan perbaikan teknologi. Teknologi adalah cara untuk mengolah atau menghasilkan suatu jenis barang atau jasa tertentu. Teknologi mempunyai hubungan dengan inovasi yaitu penemuan baru, penemuan komoditi baru, menemukan cara produksi baru, dan sebagainya.
(63)
d.Faktor Sosial
Faktor sosial juga mempunyai peran yang tidak kalah pentingnya. Faktor ini penting sekali namun sering dilupakan atau dianggap ringan. Faktor sosial juga dapat menjadi faktor penghambat dalam mencapai sasaran dalam pertumbuhan. Faktor sosial diantaranya adalah adat istiadat, keamanan, politik, dan sebagainya. Pada umumnya faktor – faktor tesebut terdapat hubungan yang positif antara jumlah dan kualitas faktor – faktor produksi itu dan produk domestik bruto. Semakin banyak digunakan alat kapital, tenaga kerja dan sebagainya maka semakin tinggi pula tinggkat pendapatan suatu negara.
e.Faktor tenaga kerja
Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam kaitanya dengan peningkatan PDB suatu negara. Dari sisi jumlahnya, semakin banyak yenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka semakin tinggi pula kegiatan produksi tersebut. Namun hal ini tidak berlaku sepenuhnya, karena adanya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah tinggat penggunaan tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan kata lain setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut maka produk marginal tenaga kerja tambahan menjadi negatif. Pada saat itu akan terjadi pengangguran tenaga kerja sehingga dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup
(64)
dilihat dari segi jumlahnya saja, tetapi juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut.
2.2.4.4. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi ini biasa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor – faktor apa saja yang menentukan output perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor – faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan saja tetapi banyak teori pertumbuhan ekonomi, antara lain :
a. Teori pertumbuhan ekonomi klasik
Menurut pandangan para ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang – barang modal, luas tanah dan kekayaan alam. Walaupun pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, namun para ahli ekonomi klasik lebih banyak menumpahkan perhatianya kepada pertumbuhan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi.
Para ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada awalnya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlimpah, tingkat pengambilan modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan memperoleh keuntungan yang
(65)
besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti itu tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitass marginal penduduk telah negatif. Maka kemakmuran masyarakat nenurun kembali. Apabila keadaan ini tercapai, ekonomi dikatakan telah mencpai keadaan tidak berkembang. Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup. Menurut ahli ekonomi klasik bahwa setiapmasyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut. Maka hanya mampu mengundurkan terjadinya keadaan tersebut.
Berdasarkan teori pertumbuhan klasik tersebut, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan antara pendapatan perkapita dan pendapatan penduduk yang disebut dengan teori penduduk optimal. Teori ini menjelaskan apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal akan lebih tinggi dari pada pendapatan perkapita. Maka pertumbuhan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Tapi apabila penduduk sudah semakin banyak,hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karena itu pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannua. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama
(66)
dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mancapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada saat itu dinamakan penduduk optimal.
b. Teori pertumbuhan Schumpeter
Teori ini menekankan tantang pentingnya peranan pengusaha dalam mekanciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukan bahwa peran pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi : memperkenalkan barang – barang baru, memperluas pasar suatu barang kepasaran pasar yang baru, mengembangkan sumber hahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan – prubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efesiensi.
Didalam mengemukakan teorinya schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Pada waktu keadaan tersebut berlaku segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan, dimana merekan akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal, investasi yang baru ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakan akan bertambah dan tingkat konsumsi akan bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan – perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman
(67)
modal baru. Menurut schumpeter, investasi dibedakan menjadi 2 golongan yaitu menanaman modal aotonomi dan penanaman modal terpengaruh.
Menurut schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Yang pada akhirnya nanti akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang atau stationary state”. (Sukirno. 2004 : 434)
2.2.4.5. Ciri – Ciri Pertumbuhan Ekonimi
Menurut kuznets dalam buku todaro, bahwa karakteristik dalam proses pertumbuhan ekonomi ada enam, yaitu :
1. Tingginya tingkat pertumbuhan output perkapita dan penduduk.
2. Tingginya penambahan jumlah faktor produksi, terutama tenaga kerja.
3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.
4. Tingginya tingkat transformasi sosial ediologi.
5. Kecenderungan negara – negara yang ekonominya sudah maju intuk pergi keseluruh plosok dunia guna mendapatkan pasaran dan bahan baku.
(68)
6. Pertumbuhan penduduk hanya segitiga produksi dunia.
Keenam karakreristik tersebut saling memperkuay dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dan yang pada ahirnya akan membawa penemuan – penemuan baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
2.2.4.6. Pengukuran pertumbuhan Ekonomi Nasional
Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dihitung berdasarkan laju pertumbuhan pendapatan nasoanal riil tahun t (sekarang) dari tahun t-1 (sebelumnya), kemudian dikalikan dengan 100% atau dengan menggunakan rumus persamaan sebagai berikut:
Gt = PNRt – PNRt – 1 X 100% ... (Mahyudi, 2005:5)
PNRt – 1
Dimana :
Gt : Pertumbuhan ekonomi tahun t
PNRt : Pendapatan nasional riil tahun – tahun berjalan PNRt – 1 : Pendapatan nasional riil tahun – tahun sebelumnya
2.3. Kerangka Pikir
Untuk menciptakan perekonomian yang seimbang dibutuhkan peningkatan penanaman modal asing. Penanaman modal asing dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : Kurs Valuta Asing, Tingkat Suku Bunga Internasional dan Neraca Pembayaran. Berdasarkan pemikiran diatas maka
(69)
dapat dijelaskan mengenai hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut :
a. Hubungan antara Suku Bunga Internasional dengan investasi adalah Tingkat bunga merupakan faktor yang sangat penting di dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan para pengusaha pada suatu waktu tertentu. Jadi, jika tingkat suku bunga internasional rendah, maka hal ini biasanya diikuti dengan pulihnya kondisi ekonomi, sehingga oportunity cost investasi akan menurun.
(Sukirno, 1995:186).
b. Hubungan antara Kurs Valuta Asing dengan investasi adalah menurunnya kurs valas maka akan menguatkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, hal ini merupakan sinyal positif bagi perekonomian untuk menurunkan laju inflasi. Dengan menurunnya inflasi, maka akan membawa keuntungan bagi investor seiring dengan turunnya resiko daya beli masyarakat atau presepsi resiko investasi dan resiko penurunan pendapatan riil. (Tandelilin, 2001:212)
c . Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan investasi adalah
investasi merupakan langkah awal dari kegiatan produksi barang dan jasa yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Apabila pertumbuhan ekonomi meningkat makapresepsi hasil investasiakan meningkat pula dan memberikan ekspektasi positif bagi investor. (Sukirno, 2004 : 121)
(70)
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dibuat skema paradigma sebagai berikut: Kerangka Pikir “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) Persektor Ekonomi di Indonesia”.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian yang masih harus dibuktikan secara empiris sebagai berikut :
1. Diduga Kurs Suku Bunga Internasional, Valuta Asing, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh nyata terhadap penanaman modal asing (PMA) per sektor ekonomi di Indonesia.
Tingkat Suku Bunga Internasiaonal (X1)
Kurs Valuta Asing (X2) Pertumbuhan Ekonomi (X3) Oportuniti cost investasi presepsi resiko investasi Presepsi hasil investasi PMA Sektor Industri Pengolahan (Y1) PMA Sektor Perdagangan (Y2) PMA Sektor Pertanian (Y3)
(71)
2. Diduga bahwa Kurs Valuta Asing berpengaruh paling besar terhadap tingkat Penanaman Modal Asing per sektor ekonomi di Indonesia. 3. Diduga ada perbedaan faktor – faktor yang mempengaruhi Penanaman
(72)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Sebagai variabel terikat (Dependent Variable)
Penanaman Modal Asing Sektoral (Y) yaitu Penanaman Modal Asing (PMA) persektor ekonomi di Indonesia, Penanaman Modal Asing Sektoral (PMA) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah investasi langsung yang berasal dari pemilik modal asing yang menanamkan modalnya menurut sektor - sektor ekonomi di Indonesia antara tahun 1994 sampai dengan tahun 2008 yang pengukurannya dinyatakan dalam Dollar Amerika Serikat.
2. Variabel Bebas atau variabel berdiri sendiri (Independent Variable)
a. Kurs Dollar Amerika Serikat (X1) adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara tertentu. Yang pengukurannya dengan membandingkan nilai (harga) antara mata uang Amerika Serikat terhadap mata uang Indonesia yang dinyatakan dalam bentuk rupiah (Rp).
(1)
Gambar 9 : Distribusi Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Sumber : Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 79.
3.5. Asumsi Klasik
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, mutikolinieritas, heteroskedastisitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh, untuk tiu dilakukan uji asumsinya.
Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi yang terbaik, linier dan tidak bias (BLUE : Best Linear Unbiased Estimator), sifat dari BLUE adalah :
a. Best : pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan baku terhadap dan
Daerah penerimaan H0
Daerah penolakan H0
Daerah penolakan H0
(2)
c. Unbiased : nilai jumlah sampel sangat besar penafsiran parameter yang diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.
d. Estimasi : e diharapkan sekecil mungkin 1. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series0 atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional).
Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi dapat menggunakan metode Durbin Watson.
t n
1 t 2 t n t 2 t 2 1 t t e ) e e (
d (Gujarati, 1999 : 215)
Keterangan :
d = Nilai Durbin Watson et = Residual pada waktu ke-t
et-1 = Residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya)
(3)
Gambar 11 : Daerah Keputusan Uji Durbin Watson
Sumber : Gujarati, Damodar, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 216.
Adanya autokorelasi ini biasanya varians dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya, sehingga nilai-nilai R2 dan Fhitung yang
dihasilkan cenderung sangat berlebih (overestimated). Cara mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan membandingkan nilai Durbin Watson (DW) dengan (DW) tabel keputusan adanya autokorelasi didasarkan atas: Daerah A = DW < d1 tolak H0 autokorelasi positif
Daerah B = d1 < DW <dU, ragu-ragu
Daerah C = dU < DW < dU, terima H0, non autokorelasi
Menolak H0
Bukti
Daerah keragu-raguan
Daerah keragu-raguan
Menolak H0
Bukti
Menerima H0 atau Hi,
atau kedua-duanya.
0 dL dL 2 4-dU 4-dL 4
A B D E
(4)
Daerah E = DW < 4-d1, ditolak H0, autokorelasi negatif (Gujarati, 1999 : 217)
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah gejala dimana varians tidak sama atau tidak homogen, hal ini bisa diketahui berdasarkan penguji korelasi Rank Spearman.
Koefisien Rank Spearman :
Rs = 1 - 6 =
) 1 N ( N
di
2 2
(Sudrajat, 1988 : 198)Keterangan :
d = Selisih dalam rank antara residual dengan variabel bebas k1 N = Jumlah pengamatan
3. Multikolineraitas
Multikolineraitas adalah adanya hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa variabel eksplanatori dalam model regresi yang dikemukakan. Untuk mengetahui adanya multikolineraitas di dalam model regresi dapat dilihat dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Nilai R2 yang dihasilkan model regresi sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tinggi signifikan mempengaruhi terhadap variabel dependen.
(5)
2. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya miltikolinieritas. 3. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance an VIF. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai yang digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance >0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Sudrajat, 1988 : 167).
(6)