Debt Default Audit Report Lag

bahwa kepemilikan institusional akan mengurangi masalah keagenan karena pemegang saham akan membantu mengawasi perusahaan sehingga manajemen tidak akan bertindak merugikan pemegang saham. Kepemilikan yang terjadi di Indonesia terbagi menjadi kepemilikan institusional eksternal dan kepemilikan institusional internal Mahadwarta, 2004. Kepemilikan institusional eksternal adalah kepemilikan oleh lembaga investasi seperti dana pensiun, asuransi, reksa dana dan perusahaan investasi lainnya. Kepemilikan institusional menjadi bagian dari kepemilikan saham oleh publik. Kepemilikan institusional internal merupakan kepemilikan oleh institusi bisnis seperti perseroan terbatas PT yang kepemilikannya terpisah dengan kepemilikan publik.

7. Debt Default

Salah satu ciri yang berlawanan dengan asumsi going concern adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo IAI, 2001:SA Seksi 341 paragraf 01. Tamba 2009 mendefenisikan debt default sebagai kegagalan debitor perusahaan untuk membayar pokok hutang dan bunganya pada waktu jatuh tempo. Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau default Ramadhany, 2004. SA Seksi 341 paragraf 01 menyatakan bahwa default utang dan retrukturisasi utang sebagai indikator potensial dalam hubungannya dengan dikeluarkannya opini going concern. Ketika suatu perusahaan memiliki hutang dalam jumlah yang sangat besar maka akan banyak dibutuhkan aliran kas untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini dapat mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya ini maka kreditor akan memberikan status default. Manfaat status default sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church 1992 dalam Tamba 2009 menemukan hubungan yang kuat antara status default dengan opini going concern. Semenjak auditor lebih sering disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan default, tinggi sekali, karenanya diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern.

8. Audit Report Lag

Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada Bapepam tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya Sejati : 2007. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Jika penerbitan laporan keuangan terlambat maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dikenal dengan audit report lag. Knechel dan Payne 2001 mendefenisikan audit report lag sebagai periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal No. KEP 36PM2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal laporan keuangan. Dalam peraturan ini dinyatakan bahwa dalam hal penyampaian laporan tahunan dimaksud melewati batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan. Keterlambatan dalam penyelesaian penyajian pelaporan keuangan dapat memberikan indikasi yang positif maupun negatif mengenai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Faktor-faktor tersebut tidak terbatas pada faktor finansial saja namun juga faktor non finansial. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going concern ketika laporan audit terlambat disampaikan Januarti dan Fitrianasari : 2008. Prabandari dan Rustiana 2007 menemukan adanya hubungan antara ketepatan informasi dengan berita bagus good news atau berita buruk bad news. Perusahaan yang mengalami kerugian akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibanding biasanya. Sebaliknya bila perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan akan mempercepat waktu auditnya sehingga good news tersebut dapat segera disampaikan kepada investor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan Sejati : 2007. Audit report lag yang panjang mengindikasikan bahwa sedang terjadi sesuatu dalam perusahaan sehingga menjadi pertimbangan auditor dalam pemberian opini audit going concern. Dalam standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian. Demikian juga dalam standar pekerjaan lapangan pertama dan ketiga menyatakan bahwa audit harus direncanakan dengan matang dan pengumpulan bukti-bukti yang cukup memadai. Dengan adanya standar ini, proses pengauditan membutuhkan waktu yang relatif lama, akibatnya laporan keuangan terlambat untuk dipublikasikan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu