Pengaruh rentabilitas terhadap kualitas aktiva produktif pada PT.Bank Syariah Indonesia

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, di mana tatacara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam khususnya yang menyangkut tatacara bermuamalah secara Islam1.

Bank syariah bukan semata-mata sistem perbankan Arab. Bank syariah merupakan suatu bentuk perbankan yang mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam. Oleh karena itu praktek perbankan syariah ini bersifat universal, artinya negara manapun dapat melakukan dan mengadopsi sistem bank syariah dalam hal:

1. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan dengan penggunaan dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.

2. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi maupun modal kerja.

3. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainya yang lazim dilakukan oleh bank syariah2.

1

Karnaen Perwataatmadja, M.Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1992 ) cet.1 h.1

2


(2)

Perbankan syariah muncul di Indonesia Tahun 1992 yang merupakan hal baru dalam kerangka mekanisme perbankan pada umumnya. Krisis moneter yang mengguncang Indonesia Tahun 1997 membuat perbankan konvensional lumpuh yang disebabkan oleh kredit. Kredit yang semulanya lancar akhirnya menjadi macet, sedangkan perbankan syariah yang tertuang dalam Undang Undang No.10 Tahun 1998 yang mengakui adanya dua sistem perbankan, yaitu konvensional dan sistem syariah. Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia dirasakan semakin perlunya sosialisasi atas apa dan bagaimana operasional bank syariah, karena operasional perbankan syariah sangat berbeda dengan perbankan konvensional3.

Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang akan diterima atas jasa pembiayaan yang diberikan dan atau pemberian imbalan atas dana masyarakat. Penentuan imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan tersebut semata-mata didasarkan pada prinsip syariah. Kebalikannya dengan bank konvensional di mana imbalan selalu dihitung dalam bentuk bunga (dengan persentase tertentu). Tingkat bunga yang dinyatakan dalam persentase tertentu tersebut merupakan aspek penting yang selalu terkait dengan kegiatan usaha bank konvensional4.

Sepintas secara teknis menabung di bank konvensional atau bank syariah hampir tidak ada bedanya. Hal ini dikarenakan baik bank konvensional atau bank

3

Sofyan S. Harahap, dkk., Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2005) cet.1 h.1 4


(3)

syariah harus mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan tetapi, apabila diamati secara mendalam bank syariah dengan bank konvensional jelas sangat berbeda. Hal ini karena prinsip dasar yang digunakan pada kedua bank tersebut berbeda5.

Dalam bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership)

antara penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Hubungan kemitraan ini merupakan bagian yang khas dari proses berjalannya mekanisme bank syariah6.

Untuk menjaga agar fungsi intermediari dapat berjalan dengan baik, maka Bank Indonesia sebagai otoritas moneter membuat peraturan untuk menunjang kesehatan perbankan, satu di antara ketentuan yang dibuat adalah peraturan mengenai aktiva produktif. Ketentuan tersebut dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang ”Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”7.

5

Sri Susilo, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba 4, 2004) h.109 6

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) ed.2 cet.2 h.56

7


(4)

Aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif serta sertifikt wadiah Bank Indonesia8.

Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank yang melakukan usaha berdasarkan prinsip syariah mempunyai risiko kerugian atas kegagalan penanaman dananya. Untuk menjaga agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mampu dan siap menanggung risiko kerugian dari penanaman dana tersebut dan untuk menjaga kelangsungan usahanya, maka bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif9, yaitu berupa cadangan umum dan cadangan khusus guna menutupi risiko kemungkinan kerugian10.

Dalam metode cadangan ini pengakuan kerugian aktiva produktif tidak perlu menunggu sampai terjadinya kerugian tersebut muncul, namun bank harus mengakui pada periode yang sama dengan terjadinya penemptan aktiva produktif dengan cara membentuk cadangan penyisihan aktiva produktif. Cadangan ini dibentuk/bertambah dengan adanya penyisihan aktiva produktif yang diakui dan dipakai (berkurang) bila benar terjadi kerugian aktiva produktif. Bank yang

8

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah,(Yogyakarta: Ekonisia, 2005) ed.1 cet.2 h.118 9Ibid.,

h.127 10

Taswan, AkuntansiPerbankan TransaksiDalamValuta Rupiah, (Semarang: UPP AMP YKPN, 2005) ed.2 h.245


(5)

melakukan penghapusan terhadap aktiva produktif tentu menggunakan cadangan yang telah dibentuk sebelumnya. Pengakuan adanya penyisihan atau kerugian aktiva produktif dilakukan pada setiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian yang diaplikasikan pada setiap jenis aktiva produktif11.

Cadangan yang dibentuk dimasukan dalam bentuk beban atau biaya penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), semakin tidak baik kualitas aktiva produktif maka semakin besar cadangan yang di bentuk maka semakin besar pula biaya atau beban yang dikeluarkan, biaya atau beban semakin besar maka laba yang dihasilkan semakin kecil.

Profesionalisme bank ditujukan terhadap pengelolaan dana yang diperoleh dari sumber dana dan penanaman dana dalam aktiva produktif yang menghasilkan pendapatan bagi bank. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan bagi hasil yang merupakan pendapatan utama bank yang menempati proporsi terbesar dari keseluruhan pendapatan bank.

Kegiatan operasional bank sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat dalam menginvestasikan dananya karena dana masyarakat inilah akan disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Oleh karena itu manajemen pembiayaan sangat penting untuk diperhatikan, sebab sebagian besar pendapatan bank diperoleh dari hasil pendapatan bagi hasil itu sendiri.

Manajemen bank dituntut untuk mengalokasikan dananya sedemikian

11Ibid., h.247


(6)

rupa sehingga dana didapatkan dari berbagai sumber dana menghasilkan laba optimal sementara itu dalam waktu yang bersamaan bank harus pula memperhatikan secara cermat kebutuhan likuiditasnya untuk memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu waktu. Kemampuan dan kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat khususnya nasabah terhadap bank yang bersangkutan dan memenuhi tanggung jawab sosial bank dalam menjaga integritas bank12.

Saat ini di Indonesia ada 3 bank umum syariah dan PT. Bank Syariah Mega Indonesia adalah salah satu yang termasuk dalam bank umum syariah. Perjalanan PT. Bank Syariah Mega Indonesia (yang selanjutnya disingkat dengan PT. BSMI) diawali dari sebuah bank umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang berkedudukan di Jakarta. Pada Tahun 2001, Para Group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama), kelompok usaha yang juga menangui PT. Bank Mega, Tbk., Trans TV, dan beberapa perusahaan lainnya, mengakusisi PT. Bank Umum Tugu untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi tersebut, pada 25 Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beropersi syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mega Indonesia.

PT. BSMI memproyeksikan asetnya akhir tahun 2008 ini mencapai Rp. 4,5 triliun. Sedangkan, penyaluran pembiayaan hingga akhir tahun 2008 ini

12

Syahyunan, Skripsi: ”Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat Ukur Kesehatan Bank”, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara


(7)

diharapkan mencapai Rp. 3,5 triliun. Sementara, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tahun 2008 ini diharapakan mencapai Rp. 4 triliun. Hingga akhir September tahun 2007 lalu, aset PT. BSMI tercatat meningkat 33,33% menjadi Rp. 2,4 triliun disbanding periode serupa pada tahun 2006 Rp. 1,8 triliun. Sedangkan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) PT. BSMI per September tahun 2007 lalu tercatat meningkat 23,53% menjadi Rp. 2,1 triliun dibandingkan periode serupa tahun 2006 lalu Rp. 1,7 triliun. Pembiayaan PT. BSMI per September tahun 2007 lalu tercatat meningkat 18,75% menjadi Rp. 1,9 triliun dibandingkan periode serupa tahun 2006 Rp. 1,6 triliun. Pembiayaan per September tahun 2007 lalu menunjukkan rasio pembiayaan terhadap DPK atau

financing to deposit ratio (FDR) berada pada posisi 91%. Hingga akhir tahun 2007 lalu, laba sebelum pajak PT. BSMI diproyeksikan mencapai Rp. 130 miliar. Sedangkan, laba sebelum pajak tahun 2008 ini diproyeksikan mencapai Rp. 150 miliar.

PT. BSMI berencana menyalurkan pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro (UKM) sebesar Rp. 300 miliar. Pembiayaan tersebut menjadi uji coba PT. BSMI dalam mengembangkan pembiayaan UKM. UKM yang akan dibiayai akan didominasi jenis perdagangan. Sedangkan, sektor pembiayaanUKM juga direncanakan berjangka pendek. Target pembiayaan PT. BSMI tahun 2008 ini cukup realistis. Sebab potensi pengembangan bisnis perbankan syariah cukup besar. Meskipun demikian, tercapai target pembiayaan PT. BSMI tahun 2008 ini


(8)

juga sangat bergantung pada kemampuan PT. BSMI tersebut untuk mendorong ekspansi pembiayaan ke berbagai sektor bisnis13.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan judul: “PENGARUH RENTABILITAS TERHADAP KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF PADA PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA”

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, pemaparan yang dijelaskan di atas jika dibahas secara keseluruhan di dalam penulisan ini tentu akan sangat luas, maka penulis menganggap perlu untuk membatasi masalah apa saja yang akan dibahas.

Untuk itu pembahasan hanya akan dibatasi pada masalah rasio rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO), aktiva produktif, kualitas aktiva produktif, dan bagaimana pengaruh antara rentabilitas terhadap kualitas aktiva produktif dengan menggunakan laporan keuangan bulanan PT. BSMI periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2007. Secara spesifik rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) pada PT. BSMI?

13


(9)

2. Bagaimana perkembangan kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI?

3. Bagaimana pengaruh rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI?

4. Variabel rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) manakah yang paling dominan mempengaruhi kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitin ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang tingkat rasio rentabiliatas (NCOM, ROA dan BOPO), aktiva produktif, kualitas aktiva produktif, dan mengetahui seberapa besar pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) pada PT. BSMI.

2. Untuk mengetahui perkembangan kua lit a s aktiva pro dukt if pada PT. BSMI.

3. Untuk mengetahui pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI.

4. Unt uk me nget ahu i var ia be l re nt abilit a s (NCOM, ROA dan BOPO) mana yang paling banyak mempengaruhi kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI.


(10)

Sedangkan manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang rasio rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) dan tentang kualitas aktiva produktif serta mangetahui seberapa besar pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI.

2. Bagi perusahaan, diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi baru, serta dapat meningkatkan kinerja bagi PT. BSMI.

3. Bagi akademisi, untuk memperkaya khazanah literatur kepustakaan ekonomi Islam khususnya pada perbankan syariah mengenai tingkat rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) dan kualitas aktiva pproduktif pada PT. BSMI. 4. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi

mengenai kinerja PT. BSMI, kepada para nasabahnya serta masyarakat umum yang tertarik terhadap perbankan syariah.

D.Kajian Pustaka

Agar dalam penulisan ini dapat dengan mudah untuk dikaji lebih lanjut maka penulis membutuhkan pedoman untuk dijadikan acuan dalam penulisan. Untuk itu penulis telah meneliti beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pedoman dan acuan dalam penulisan ini, yaitu:


(11)

1. Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Net Profit Margin. Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Oleh Rosdiana Awalia, Konsentrasi Perbankan Syariah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Dalam skripsi tersebut penulis terdahulu membahas tentang pengaruh kualitas aktiva produktif terhadap net profit margin, dimana adanya hubungan yang terjadi antara kedua variabel adalah hubungan negatif, di mana nilai kualitas aktiva produktif turun dan nilai net profit margin naik, dan sebaliknya apabila nilai kualitas aktiva produktif turun maka nilai net profit marginnya naik. Dalam pengolahan data penulis terdahulu menggunakan analisis desktiptif, dan mengungkapkan dari hasil analisisnya dengan menggunakan tabel dan grafik. 2. Analisa Modal Kerja Dan Hubungannya Terhadap Rentabilitas Pada BMT

Al-Karim. Oleh Rusmiati, Konsentrasi Perbankan Syariah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Dalam skripsi tersebut penulis terdahulu membahas tentang analisis modal kerja yang mempunyai hubungan atau pengaruh terhadap rentabilitas, di mana kenaikkan modal kerja yang disebabkan dari bertambahnya dana pihak ketiga, sehingga menambah aktiva lancar dalam bentuk piutang.

3. Pengaruh Jumlah Pembiayaan Yang Disalurkan Terhadap Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF) Studi Kasus Pada PT. Bank DKI Syariah. Oleh Mochammad Irfansyah, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Syarif


(12)

Hidayatullah, Jakarta, 2007. Dalam skripsi tersebut, penulis terdahulu membahas tentang pengaruh jumlah pembiayaan yang disalurkan terhadap tingkat rasio NPF di mana jumlah pembiayaan yang disalurkan dengan tingkat rasio NPF mempunyai keterkaitan atau hubungan positif di mana katerkaitan disini adalah setiap kenaikan jumlah pembiayaan yang disalurkan akan mempengaruhi meningkatnya tingkat rasio NPF.

E.Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesanya adalah: Secara simultan:

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) dengan kualitas aktiva produktif.

Ha : 0, terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) dengan kualitas aktiva produktif.

Secara parsial:

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva produktif.

Ha : 0, terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva produktif. Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif. Ha : 0, terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif.

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva produktif. Ha : 0, terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva produktif.


(13)

F. Kerangka Pemikiran

PT BSMI

Laporan Keuangan

Analisis Regresi Berganda

Kualitas Aktiva Produktif 1. NCOM

2. ROA 3. BOPO

Uji Asumsi Klasik

Normalitas Multikolonieritas Heterokesdasitas Autokorelasi

Interpretasi

Koefisien Regresi Uji F


(14)

G.Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Syariah Mega Indonesia

Perjalanan PT. Bank Syariah Mega Indonesia diawali dari sebuah bank umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang berkedudukan di Jakarta. Pada tahun 2001, Para Group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama), kelompok usaha yang juga menaungi PT Bank Mega, Tbk., Trans TV, dan beberapa Perusahaan lainnya, mengakuisisi PT Bank Umum Tugu untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi tersebut, pada 25 Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beroperasi syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mega Indonesia.

Komitmen penuh PT Para Global Investindo sebagai pemilik saham mayoritas untuk menjadikan PT Bank Syariah Mega Indonesia sebagai bank syariah terbaik, diwujudkan dengan mengembangkan bank ini melalui pemberian modal yang kuat demi kemajuan perbankan syariah dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. Penambahan modal dari Pemegang Saham merupakan landasan utama untuk memenuhi tuntutan pasar perbankan yang semakin meningkat dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, PT. Bank Syariah Mega Indonesia yang memiliki semboyan "untuk kita semua" tumbuh pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan syariah ternama yang berhasil memperoleh berbagai penghargaan dan prestasi.

Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang disandangnya, PT. Bank Syariah Mega Indonesia selalu berpegang pada azas


(15)

profesionalisme, keterbukaan dan kehati-hatian. Didukung oleh beragam produk dan fasilitas perbankan terkini, PT. Bank Syariah Mega Indonesia terus berkembang, hingga saat ini memiliki 15 jaringan kerja yang terdiri dari kantor cabang, cabang pembantu dan kantor kas yang tersebar di hampir seluruh kota besar di Pulau Jawa dan di luar Jawa.

Guna memudahkan nasabah dalam memenuhi kebutuhannya di bidang keuangan, PT Bank Syariah Mega Indonesia juga bekerjasama dengan PT Arthajasa Pembayaran Elektronis sebagai penyelenggara ATM Bersama serta PT. Rintis Sejahtera sebagai penyelenggara ATM Prima dan Prima Debit. Ini dilakukan agar nasabah dapat melakukan berbagai transaksi perbankan dengan lebih efisien, praktis, dan nyaman.

2. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mega Indonesia Dewan Pengawas Syariah

K.H. Ma’ruf Amin Ketua DPS Dr. H. A. Satori Ismail Anggota DPS Kanny Hidaya Y. Anggota DPS

Dewan Komisaris

Mar’ie Muhammad Komisaris Utama

Dudi Hendrakusuma Syahlani Komisaris Ari Prabowo Komisaris


(16)

Dewan Direksi

Beny Witjaksono Direktur Utama

Ani Murdiati DirekturBisnis

Haryanto Budi Purnomo Direktur Compliance & HCM

3. Visi Dan Misi PT. Bank Syariah Mega Indonesia VISI

Bank Syariah Kebanggaan Bangsa. MISI

Memberikan jasa layanan keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan, melalui kinerja organisasi yang unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa.

NILAI - NILAI

Visioner, Amanah, Profesional, Konsisten, Interpreneurship, Teamwork dan Berbagi.

PENGHARGAAN

a. Bank Syariah Terbaik 2007 Versi Majalah Investor. b. Bank non devisa terefisien 2007 Versi Bisnis Indonesia.

c. The Most Growing Earning Asset Market Share Sharia Bank 2006 Versi Karim Businss Consulting.

d. The Most Growing Third Party Fund Market Share Sharia Bank 2006 Versi Karim Business Consulting.


(17)

e. Bank Umum Syariah terbaik Peringkat 2 tahun 2006 versi karim Business Consulting.

f. Bank Mega Syariah meraih predikat " sangat bagus " untuk kinerja tahun 2004 versi Majalah Infobank.

4. Produk Produk PT. Bank Syariah Mega Indonesia a. Produk Pendanaan

1) Mega Syariah Tama (Leluasa dan Sesuai Syariah)

Mega Syariah Tama, leluasa dan sesuai syariah adalah simpanan wadiah yang memungkinkan investasi sesuai syariah sekaligus memperoleh kemudahan mengelola dana selayaknya tabungan.

2) Mega Syariah Fleksi (Simpanan Fleksibel Sesuai Syariah)

Mega Syariah Fleksi, simpanan fleksibel sesuai syariah adalah simpanan dengan konsep syariah titipan (wadiah) yang dapat Anda manfaatkan untuk berinvestasi dalam waktu yang lebih leluasa.

3) Mega Syariah Pendidikan (Perencanaan Dana Pendidikan Sesuai Syariah) Mega Syariah Pendidikan, perencanaan dana pendidikan sesuai syariah. Anda ingin merencanakan dan mewujudkan masa depan yang indah bagi buah hati anda tercinta sejak dini? Bank Mega Syariah mewujudkannya melalui Mega Syariah Pendidikan.


(18)

4) Mega Syariah Umrah (Memudahkan Langkah Ke Tanah Suci)

Mega Syariah Umrah, untuk memudahkan anda mempersiapkan biaya perjalanan umrah dengan simpanan terencana sesuai syariah, Bank Mega Syariah menawarkan Mega Syariah Umrah.

Dengan fasilitas ini persiapan biaya umrah akan lebih pasti karena dapat diangsur setiap bulannya.

5) Mega Syariah Giro (Rekening Koran Wadiah)

Mega Syariah Giro, adalah rekening koran wadiah yang kemungkinan anda mengelola dana dengan nyaman sesuai kebutuhan.

Menyimpan dana sesuai syariah dan mendapatkan kemudahan bertransaksi melalui cek dan bilyet giro? mengapa tidak? Mega Syariah Giro dari Bank Mega Syariah bisa menjawab kebutuhan anda.

6) Mega Syariah Depo (Deposito Sesuai Syariah)

Mega Syariah Depo, simpanan berjangka mudharabah yang bukan hanya memberikan nisbah bagi hasil yang relatif tinggi, tetapi juga dapat dijadikan fasilitas jaminan untuk kebutuhan pembiayaan anda. Bagi anda yang ingin menginvestasikan dana sesuai syariah sekaligus mendapatkan keuntungan optimal, Mega Syariah Depo dari Bank Mega Syariah adalah pilihan yang tepat.


(19)

b. Produk Pembiayaan

1) Syariah Mega Oto (Pembiayaan Kepemilikan Mobil Sesuai Syariah) Mega Syariah Oto adalah fasilitas pembiayaan kepemilikan kendaraan dengan konsep secara syariah jual beli (murabahah) yang dapat diangsur dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, dalam jangka waktu yang disepakati.

2) Syariah Mega Griya (Pembiayaan Kepemilikan Rumah Sesuai Syariah) Mega Syariah Griya adalah fasilitas pembiayaan pemilikan rumah, apartemen ataupun renovasi dan pembangunan rumah dengan konsep syariah jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu yang disepakati.

3) Syariah Mega Multi

Mega Syariah Multi adalah fasilitas pembiyaan untuk keperluan barang konsumtif yang merupakan barang halal dengan konsep syairah jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu yang disepakati.

4) Syariah Mega Invest

Mega Syariah Invest adalah fasilitas pembiayaan kepada pengusaha atau perusahaan untuk keperluan pengadaan barang investasi dengan konsep syariah jual beli atau bagi hasil dengan kemudahan proses dan persyaratannya.


(20)

5) Syariah Mega Capital

Mega Syariah Capital adalah fasilitas pembiayaan kepada pengusaha atau perusahaan untuk tujuan modal kerja usaha, di mana pemberian modal biaya tersebut dapat secara penuh atau sharing dana berdasarkan sistem bagi hasil.

6) Syariah Mega Garansi

Mega Syariah Garansi adalah fasilitas penjaminan tertulis yang diberikan Bank Mega Syariah kepada penerima jaminan untuk keperluan nasabah dalam melaksanakan proyek tertentu.

7) Syariah Mega Emas (Fasilitas Gadai Sesuai Syariah)

Mega Syariah Emas adalah fasilitas pinjaman dana yang sesuai prinsip syariah dengan menggandakan barang berharga berupa perhiasan emas, emas batangan dan koin emas, tanpa dikenakan bunga atau margin. c. Jasa Dan Layanan

1) Syariah Mega Card

Mega Syariah Card merupakan fasilitas kartu ATM serbaguna bagi nasabah rekening tabungan Bank Mega Syariah yang dapat digunakan untuk penarikan tunai pada seluruh ATM berlogo ATM Bersama.


(21)

2) Syariah Mega Safe Deposit Box

Mega Syariah Safe Deposit Box adalah fasilitas penyimpanan barang berharga (safe deposit box) dengan berbagai ukuran dan harga hemat14.

H.Sistematika Penulisan

Dalam skiripsi ini penulis menyusun lima bab uraian, di mana dalam tiap-tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, kajian pustaka, hipotesis, kerangka pemikiran, gambaran umum perusahaan dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Dalam bab ini penulis menjelaskan teori yang digunakan yaitu pengertian rasio rentabilitas, aktiva produktif, komponen aktiva produktif, penilaian kualitas aktiva produktif, penyisihan penghapusan aktiva produktif, tujuan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif, tata cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif.

14


(22)

BAB III Metode Penelitian

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, yang terdiri dari ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, operasional variabel dan metode analisa data.

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang hasil perkembangan rasio NCOM, ROA, BOPO dan jualitas aktiva produktif pada PT. BSMI, hasil uji asumsi klasik, hasil uji hipotesis, hasil uji koefisien determinasi, hasil uji koefisien regresi dan interpretasi data.

BAB V Penutup

Dalam bab ini penulis menyimpulkan kesimpulan dari semua pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skiripsi ini.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Rasio Rentabilitas

Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut15:

1. Net operating margin (NOM), merupakan rasio utama,

2. Return on assets (ROA), merupakan rasio penunjang,

3. Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO)/(BOPO), merupakan rasio penunjang, 4. Rasio aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan, merupakan rasio penunjang, 5. Diversifikasi pendapatan, merupakan rasio penunjang,

6. Proyeksi pendapatan bersih operasional utama (PPBO), merupakan rasio penunjang,

7. Net structural operating margin, merupakan rasio penunjang,

8. Return on equity (ROE), merupakan rasio pengamatan,

9. Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan, merupakan rasio pengamatan,

15

Surat Edaran Bank Indonesia No.9/DpbS,2007, Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, h.4


(24)

10. Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah, merupakan rasio pengamatan, 11.Pelaksanakan fungsi edukasi, merupakan rasio pengamatan,

12.Pelaksanaan fungsi sosial, merupakan rasio pengamatan,

13. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah, merupakan rasio pengamatan,

14.Rasio bagi hasil dana investasi, merupakan rasio pengamatan,

15. Penyaluran dana yang diwrite-off dibandingkan dengan biaya operasional, merupakan, rasio pengamatan.

Menurut Juminang, rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan profit melalui operasi bank16. Rasio yang digunakan adalah:

1. NCOM (Net Core Operational Margin), rasio ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba17. Formulanya adalah: Rumus 2.1 100% x f a Produkti rata Aktiv -Rata Utama l Operasiona Biaya Utama l Operasiona Pendapatan M O C

N =

Peringkat 1 : NCOM > 3% Peringkat 2 : 2% < NCOM < 3% Peringkat 3 : 1,5% < NCOM < 2% Peringkat 4 : 1% < NCOM < 1,5%

16

Juminang, Analisa Laporan Keuangan,(Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2006) h.243 17

Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, h.21


(25)

Peringkat 5 : NCOM < 1%

2. ROA (Return On Assets), rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen bank dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan atau menekan biaya18. Formulanya adalah:

Rumus 2.2

100% x Pajak Sebelum Laba

A O R

sset rataTotalA Rata

=

Peringkat 1 : ROA > 1,5%

Peringkat 2 : 1,25% < ROA <1,5% Peringkat 3 : 0,5% < ROA < 1,25% Peringkat 4 : 0% < ROA < 0,5% Peringkat 5 : ROA < 0%

3. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio efisiensi biaya yang sering dipakai oleh bank dalam penilaian kesehatan bank. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) adalah rasio yang mengukur seberapa besar suatu perusahaan/suatu bank mampu mngendalikan biaya-biaya yang terdapat dalam bank tersebut untuk menghasilkan

18Ibid., h.22


(26)

pendapatan. Dengan kata lain, rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur efisiensi kegiatan operasional bank syariah19. Formulanya adalah:

Rumus 2.3

x 100%

l Operasiona Pendapatan

l Operasiona Biaya

BOPO =

Peringkat 1 : BOPO > 83% Peringkat 2 : 83% < BOPO <85% Peringkat 3 : 85% < BOPO < 87% Peringkat 4 : 87% < BOPO < 89% Peringkat 5 : BOPO < 89%

B.Aktiva Produktif

Aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk pembiayaan, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu20.

Menurut Muhammad dalam bukunya Manajemen Dana Bank Syariah, aktiva produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing

19Ibid., h.23 20


(27)

dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia21.

C.Komponen Aktiva Produktif

1. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan/piutang yang dapat dipersamakan dengan itu berupa:

a. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan/atau Musyarakah;

b. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;

c. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam dan Istishna’: d. Transaksi pinjam meminjam dalam akad Qardh; dan

e.Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang/kewajibannya dan/atau menyelesaikan investasi Mudharabah dan/atau Musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai dengan akad22.

2. Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada

pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan menggunakan metode bagi untung (profit sharing) atau metode bagi pendapatan (net

21

Muhammad, Manajemen Dana Bank Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005) ed.1 cet.2 h.118 22


(28)

revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya23.

Landasan Syariah24:

Al-Qur’an

!

"# $%&

'(

Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah” . (QS. Al-Muzammil/73 : 20)

Hadits

!"

#$

%&'($

) ( $ * + ( $ ' ,-$ .'($ / 0 %1 23$

!456 $ ) ($

7

5 ﻡ 9

:

Artinya: “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah).

3. Musyarakah adalah penanaman dana dari para pemilk dana/modal untuk

mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik dana/modal berdasarkan bagian dana/modal masing-masing25.

Landasan Syariah26:

Al-Qur’an

)

*

+

,-.

/!

(

%0123 45

6

7%8

23Ibid., h.4 24

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani dan Tazkia Cendikia, 2004) h.95-96

25

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 26


(29)

9:;<=3

? 1

AB3

CD *

E FG(

H

+ !

H

32 I

JK

% 2KLM8

Artinya: “Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini” (QS. Shaad/38: 24)

Hadits

;

,

<'ی'> ?

(@

3> A@ Bی $ ﻡ

Cی'-$ D$ E

7

F F 9

:

Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati yang lainnya “. (HR Abu Dawud no.2936, dalam kitab al-Buyu dan Hakim)

4. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan

margin keuntungan yang disepakati27.

Landasan Syariah28:

Al-Qur’an

)#

N O

P(

Q47 R48

ST

N

H

?

UV 8

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2: 275)

Hadits

%&'($

!"

#$

1 23$

!456 $ ) ($

) ( $ * + ( $ ' ,-$ '($ / 0 %

7

5 ﻡ 9

:

Artinya: Dari Shalih bin Suaib ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,

27

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 28


(30)

muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual ” (HR. Ibnu Majah)

5. Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu

dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh29.

Landasan Syariah30:

Al-Qur’an

WX

YZK

[\E FG(

H

]

+ !

%^ *

_ `+

a%

b 4E

a

1c *

8#

d O

DefgX!

1

R

hi

%&

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al-Baqarah/2: 282)

Hadits

,ﻡ !45 $ !G ,ﻡ !;H

!G ,ﻡ !4 & ?I !Jﺵ

L

!G

Artinya: “Barang siapa yang melakukan salam, hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula untuk jangka waktu yang diketahui.”

6. Istishna’ adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan

kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan31.

Landasan Syariah32:

Al-Qur’an

WX

YZK

[\E FG(

H

]

+ !

%^ *

_ `+

a%

29

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 30

Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h.108 31

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 32


(31)

b 4E

a

1c *

8#

d O

DefgX!

1

R

hi

%&

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al-Baqarah/2: 282)

Hadits

C@

MG N@

+ O

+ 2

?Q O

45'$

?Q$PRی

) ($

$

S

TAQ

U V

$

W XR$

,

*

)(O

S $ ﻡ

YAQ

9

V$

TZ ﻡ'

Artinya: Dari Hakim bin Hizam r.a. berkata: “Saya telah berkata kepada Rasulullah SAW: Seorang laki-laki datang kepada ku dan dia meminta kepada ku untuk menjual suatu barang yang belum saya miliki, apakah saya boleh membeli di pasar kemudian saya menjual kepadanya, Rasulullah SAW bersabda: Janganlah engkau menjual sesuatu yang belum kamu miliki. (HR. Tirmidzi).

7. Ijarah adalah sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik objek sewa

termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan33.

Landasan Syariah34:

Al-Qur’an

*

9jk

O

O

H

]

3lm

ng1#

.

aK%8

O

o-%&

+ d

p4712 q

%^ *

9

IZ2

r

(

)!

_ `47%

l

st3uv&w

p

H

x*)

G(

H

] I12

)

O

G(

z{ p

32 e3%

lM

Artinya: “Dan jika kamu hendak menyusukan anak kamu (kepada orang lain) tidak berdosa apabila kamu memberikan pembayaran secara pantas. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah/2: 233)

33

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 34


(32)

Hadits

?(Q$ ; '3

[

' L\ی ;6 4( 9'5 ' 5*

]

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda

“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda, ‘ Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.(HR. Bukhari dan Muslim)

8. Ijarah Muntahiyah bit Tamlik adalah sewa penyewa antara pemilik objek sewa dan

penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa baik dengan jual beli atau pemberian (hibah) pada saat tertentu sesuai akad sewa35.

9. Qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak

peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu36.

Landasan Syariah37:

Al-Qur’an

})!

%^

~ FG(

• U 4*

G(

m

%F

•+fg

N

N-{ 3Ko$ 7%&

N%8

{‚ O%(

ƒ

d O

$„ U -.

Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.(QS. Al-Hadid/57: 11)

Hadits

!F ,Rﻡ

;

?(Q$

! Rﻡ

^'

M3 Rﻡ

M1'

O'ﻡ

*

; &

V A_&

'ﻡ

M<

35

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 36Ibid.,

h.4 37


(33)

Artinya: Dari Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata: “Bukan seorang Muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah. (HR. Ibnu Majah no.2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi).

10. Surat Berharga Syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan/atau pasar modal antara lain obligsasi syariah, sertifikat reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah38.

11. Penempatan adalah penanaman dana bank pada bank lainnya dan/atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah antara lain dalam bentuk giro dan/atau tabungan

Mudharabah dan/atau Wadiah, deposito berjangka dan/atau tabungan Mudharabah,

pembiayaan yang diberikan, dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah39.

12. Penyertaan Modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah40.

13. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal bank dalam perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (debt to equity swap)

sebagai mana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, atau jenis

38

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.5 39Ibid.,

h.5 40Ibid.,


(34)

transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah41.

14. Transaksi Rekening Administratif adalah komitmen dan kontinjensi (off balance sheet)

berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen,

Irrevocable Letter of Credit (L/C) yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas dasr

L/C berjangka, stanby L/C dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah42.

15. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dan berjangka pendek dengan akad Wadiah43.

Berdasarkan uraian diatas, maka Bank Indonesia menetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia: PBI No.9/9/PBI/2007 bahwa aktiva produktif yang dimiliki oleh setiap bank syariah ada 14 komponen yang terdiri dari Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,

Salam, Istishna, Ijarah, Ijarah Muntahiyah bit Tamlik, Qard, Surat Berharga Syariah,

Penempatan, Penyertaan Modal, Penyertaan Modal Semantara, Transaksi Rekening Administratif (komitmen dan kontinjensi) serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

D.Penilain Kualitas Aktiva Produktif

Kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah tergantung pada kinerja, yang salah indikator utamanya adalah kualitas dari penanaman dana bank. Kualitas penanaman dana yang baik akan menghasilkan keuntungan, sehingga kinerja bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

41Ibid., h.5 42Ibid.,

h.5 43Ibid.,


(35)

syariah akan baik. Sebaliknya kualitas penanaman dana yang buruk akan membawa pengaruh menurunnya kinerja bank yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Dengan menyadari pentingnya kualitas penanaman dana, maka pengurus bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagai penerima amanat dari pemilik dana (investor) memiliki tanggung jawab atas pengelolaan dana tersebut, mulai dari persetujuan sampai dengan monitoring atas kualitas penanaman dana. Monitoring atas penanaman dana ini dilakukan dengan cara selalu menilai kualitas penanaman dana tersebut berdasarkan pada prospek usaha, kondisi keuangan, dan atau kemampuan membayar nasabah44.

Untuk memelihara kondisi kualitas aktiva produktif dari bank-bank umum terhadap berbagai risiko yang mungkin saja terjadi, Bank Indonesia selaku otoritas moneter melakukan fungsi pengamanan dan pengaturan dengan menerbitkan regulasi melalui surat edaran Bank Indonesia yang telah disempurnakan sesuai dengan kondisi ekonomi dan moneter yang memang membutuhkan fleksibilitas akan ketentuan tersebut45. Regulasi

mengenai kolektibilitas ini diatur melalui Surat Keputusan Diresi Bank Indonesia No.9/9/PBI/2007 tentang ”Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”.

Tata Cara Penilaian Kualitas Aktiva Produktif

1. Kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dinilai berdasarkan: a. Prospek usaha;

b. Kinerja (performance) nasabah; dan

44

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, h.117 45


(36)

c. Kemampuan membayar

2. Kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.

a. Penilaian terhadap kualitas pembiayaan yang dilakukan berdasarkan kemampuan membayar mengacu kepada ketepatan pembayaran angsuran pokok dan atau pencapaian rasio antara realisasi pendapatan (RP) dengan proyeksi pendapatan (PP).

b. Proyeksi pendapatan dihitung berdasarkan pada analisa kelayakan usaha dan arus kas masuk nasabah selama jangka waktu pembiayaan.

c. Bank syariah dapat mengubah proyeksi pendapatan berdasarkan kesepakatan dengan nasabah sepanjang terdapat perubahan atas kondisi ekonomi makro, pasar dan politik yang mempengaruhi usaha nasabah.

d. Bank syariah wajib mencantumkan proyeksi pendapatan dan perubahan proyeksi pendapatan dalam perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah dan harus terdokumentasi secara lengkap.

e. Perhitungan pencapaian rasio antara realisasi pembiayaan dengan proyeksi pembiayaan adalah sebagai berikut:46

Rumus 2.4

K = RP x 100% PP

Di mana:

K= Kualitas pembiayaan.

46


(37)

RP= Realisasi pendapatan yang diterima bank syariah dari nasabah.

PP= Proyeksi pendapatan yang akan diterima oleh bank syariah dari nasabah. 3. Penggolongan kualitas surat berharga syariah ditetapkan sebagai berikut:

a. Lancar, apabila:

1) Memiliki peringkat investasi (investment grade) atau lebih tinggi yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat (ratingagency) yang diakui oleh Bank Indonesia dan diterbitkan dalam waktu satu tahun terakhir;

2) Telah diterima imbalan dalam jumlah dan waktu yang tepat, sesuai perjanjian; dan

3) Belum jatuh tempo. b. Kurang lancar, apabila:

1) Memiliki peringkat investasi (investment grade) atau lebih tinggi yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat (rating agency) yang diakui oleh Bank Indonesia dan diterbitkan dalam waktu satu tahun terakhir;

2) Terdapat penundaan pembayaran bagi hasil/marjin/fee berkala atau kewajiban lain sejenis; dan

3) Belum jatuh tempo Atau

1) Memiliki peringkat paling kurang 1 (satu) tingkat dibawah peringkat investasi (investment grade) yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat

(rating agency) yang diakui oleh Bank Indonesia dan diterbitkan dalam


(38)

2) Tidak terdapat penundaan pembayaran bagi hasil/marjin/fee berkala atau kewajiban lain sejenis; dan

3) Belum jatuh tempo.

c. Macet, apabila tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.

4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan surat berharga dan/atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dimiliki oleh bank digolongkan lancar.

5. Penyertaan modal, penggolongan kualitasnya ditetapkan sebagai berikut:

a. Lancar, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian kumulatif;

b. Kurang lancar, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami kerugian sampai dengan 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal perusahaan; c. Diragukan, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami kerugian lebih dari 25% (dua puluh lima perseratus) sampai dengan 50% (lima puluh perseratus) dari modal perusahaan;

d. Macet, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami kerugian lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari modal perusahaan.


(39)

6. Kualitas penyertaan modal sementara dinilai berdasarkan jangka waktu dan ditetapkan sebagai berikut:

a. Lancar, apabila belum melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun;

b. Kurang lancar, apabila telah melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun namun belum melebihi jangka waktu 4 (empat) tahun;

c. Diragukan, apabila telah melebihi jangka waktu 4 (empat) tahun dan belum melebihi 5 (lima) tahun;

d. Macet, apabila telah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun atau belum ditarik kembali meskipun perusahaan debitur telah memiliki laba kumulatif.

7. Kualitas penempatan, ditetapkan sebagai berikut: a. Lancar, apabila:

1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM paling kurang sama dengan ketentuan yang berlaku; dan

2) Memenuhi persyaratan:

i. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk akad Qardh, atau dapat ditarik setiap saat untuk giro dan tabungan berdasarkan akad

Wadiah, atau

ii. Tidak terdapat tunggakan pembayaran nominal investasi dan/atau bagi hasil untuk tabungan atau deposito berdasarkan akad Mudharabah, atau iii. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi dan/atau rasio

realisasi pendapatan terhadap proyeksi pendapatan sama atau lebih besar dari 80% (delapan puluh perseratus) untuk pembiayaan berdasarkan akad Mudharabah dan Musyarakah, atau


(40)

iv. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin untuk pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.

b. Kurang lancar, apabila:

1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM paling kurang sama dengan ketentuan yang berlaku; dan

2) Memenuhi persyaratan:

i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk akad Qardh, atau

ii. Tidak dapat ditarik sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk giro dan tabungan berdasarkan akad Wadiah, atau

iii. Terdapat tunggakan pembayaran nominal investasi dan/atau

bagi hasil sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk tabungan atau deposito yang berprinsip Mudharabah, atau

iv. Terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi sampai dengan 5 (lima) hari kerja dan/atau rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi pendapatan lebih besar dari 30% (tiga puluh perseratus) sampai dengan 80% (delapan puluh perseratus), atau rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi pendapatan sama atau lebih kecil dari 30% (tiga puluh perseratus sampai dengan 3 (tiga) periode pembayaran, untuk pembiayaan berdasarkan akad Mudharabah dan Musyarakah, atau


(41)

v. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk pembiayaan berdasarkan akad Murabahah. c. Macet, apabila:

1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM kurang dari ketentuan yang berlaku;

2) Bank yang menerima penempatan telah ditetapkan dan diumumkan sebagai bank dengan status dalam pengawasan khusus (special surveillance) atau bank telah dikenakan sanksi pembekuan keseluruhan kegiatan usaha;

3) Bank yang menerima penempatan ditetapkan sebagai bank dalam likuidasi; dan/atau

4) Memenuhi persyaratan:

i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk akad Qardh lebih dari 5 (lima) hari kerja, atau

ii. Tidak dapat ditarik saat jangka waktu lebih dari 5 (lima) hari kerja untuk giro dan tabungan berdasarkan akad Wadiah,atau

iii. Tidak dapat ditarik saat jangka waktu lebih dari 5 (lima) hari kerja untuk tabungan atau deposito berdasarkan akad Mudharabah, atau

iv. Terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi sampai dengan 5 (lima) hari kerja dan/atau rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi pendapatan sama atau lebih kecil dari 30% (tiga puluh perseratus) lebih dari 3 (tiga) periode pembayaran untuk pembiayaan berdasarkan akad


(42)

v. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin lebih dari 5 (lima) hari kerja untuk pembiayaan berdasarkan akad Murabahah. 8. Transaksi Rekening Administratif, ditetapkan sebagi berikut:

a. Mengikuti kualitas penempatan, apabila pihak lawan transaksi (counterparty)

dari transaksi rekening administratif tersebut adalah bank lain yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; atau

b. Mengikuti kualitas pembiayaan, apabila pihak lawan transaksi (counterparty)

dari transaksi rekening administratif tersebut adalah nasabah47.

Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul.

Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut48:

1. Kualitas aktiva produktif bank, merupakan rasio utama,

2. Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang, 3. Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang,

4. Kemampuan bank dalam menanganai/mengembalikan aset yang telah dihapuskanbukukan, merupakan rasio penunjang,

5. Besarnya pembiayaan non performing, merupakan rasio penunjang, 6. Tingkat kecukupan agunan, merupakan rasio pengamatan,

7. Proyeksi/perkembangan kualitas aset produktif, merupakan rasio pengamatan,

47

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007

Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, h.4-5


(43)

8. Perkembangan/tren aktiva produktif bermasalah yang direstrukturisasi, merupakan rasio pengamatan.

Penilaian rasio kualitas aktiva produktif (KAP), yaitu sebagai berikut : Rumus 2.5

Rasio ini digunakan untuk mengukur kualitas aktiva produktif bank syariah. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kualitas aktiva produktif bank syariah49.

Aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:

• 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK) • 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar (KL)

• 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan (D) • 100% dari aktiva produktif yang dogolongkan Macet (M)

Peringkat 1 : KAP > 0,99%

Peringkat 2 : 0,96% < KAP < 0,99% Peringkat 3 : 0,93% < KAP < 0,96% Peringkat 4 : 0,90% < KAP < 0,93% Peringkat 5 : KAP < 0,90%

49

Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, h.13

KAP = 1 - APYD (DPK,KL,D,M) x 100% Aktiva Produktif


(44)

E. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mempunyai risiko kerugian atas kegagalan penanaman dananya. Untuk menjaga agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mampu dan siap menanggung risiko kerugian penanaman dana tersebut dan untuk menjaga kelangsungan usahanya maka bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif.

Penyisihan penghapusan aktiva yang selanjutnya disebut PPA adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva. Cadangan umum pada Bank Umum Syariah minimal sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Surat Utang Pemerintah (SUP). Besarnya cadangan khusus yang dibentuk ditetapkan sama dengan sebagaimana yang dipersyaratkan bagi bank umum. Sementar itu untuk cadangan khusus piutang Ijarah yang digolongkan dalam perhatian khusus, kurang lancar dan macet ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 50% dari masing-masing kewajiban pembentukan PPAP50.

Dalam pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif, agunan memegang paranan yang penting sebagai unsur pengurang dari risiko kegagalan pengembalian penanaman dana (credit risk exposure). Untuk memperoleh nilai wajar, agunan harus dinilai secara periodik oleh penilai independen. Dengan mempertimbangkan keunikan dan

50

Veithzal Rivai, dkk., Bank And Financing Institution Managemen , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h.354


(45)

keanekaragaman dari produk bank yang melakukan kegiatan usaha berdasrkan prinsip syariah dan dalam rangka mewujudkan tatacara penyisihan penghapusan aktiva produktif yang berdasarkan kepada prinsip kehati-hatian, maka perlu diterbitkan Peraturan Bank Indonesia tentang penyisihan penghapusan aktiva produktif bagi bank syariah, yaitu PBI No.9/9/PBI/200751.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia bahwa betiap bulannya wajib melaporkan kualitas aktiva produktifnya, dan harus membentuk cadangan dana pada penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). PPAP adalah cadangan dana yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan aktiva produktif sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia yang berlaku52. Penentuan PPAP

yang diklasifikasikan terdiri dari 5 (lima) kategori, yaitu; lancar (pass), dalam perhatian khusus (DPK) (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful) dan macet (loss).

Cadangan dana pada PPAP terdiri dari cadangan umum dan cadangan khusus yang telah ditentukan sebesar persentase tertentu oleh Bank Indonesia, dan PPAP ini wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia setiap bulannya.

F. Tujuan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Aktiva produktif memang berfungsi untuk memperoleh pendapatan utama bank. Sebagai sumber utama, pada aset ini juga terdapat risiko terbesar. Potensi kerugian yang diakibatkan oleh memburuknya tingkat kolektibilitas aset ini dapat membawa

51

Penjelasan Atas PBI No. 9/9/PBI/2007 52

Taswan, Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah, (Yogyakarta: UPP YKPN, 2003) h.245


(46)

kebangkrutan bank oleh karena itu bank wajib membentuk PPAP berupa cadangan umum dan cadangan khusus guna menutupi risiko kemungkinan kerugian53.

PPAP dibentuk dengan tujuan untuk mencegah kerugian akibat aktiva produktif yang mengalami penurunan tingkat kolektibilitas yang dapat menyebabkan risiko kebangkrutan bank. Sebagai bank wajib membentuk cadangan umum dan cadangan khusus guna menutup risiko kemungkinan kerugian tersebut dalam bentuk PPAP.

Semakin turun tingkat kolektibilitas maka semakin buruk pula kondisi aktiva produktifnya, maka dari itu bank wajib untuk membentuk cadangan dana untuk mencegah kerugian yaitu berupa PPAP.

G.Tata Cara Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Bank syariah wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif berupa cadangan umum dan cadangan khusus guna menutupi risiko kerugian. Semakin buruk tingkat kolektibilitas aktiva prodiktif maka semakin besar cadangan yang harus dialokasikan oleh bank dan konsekuensinya adalah semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Apabila total biaya plus biaya cadangan tidak mampu ditutupi oleh pendapatan bank maka secara perlahan bank tersebut akan mengarah kepada kehancuran.54

Tata cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva pada bank syariah diatur dalam PBI No. 9/9/PBI/2007, sebagai berikut:

1. Pembentukan cadangan umum:

53Ibid., h.245 54


(47)

a. Ditetapkan sekurang-kurangmya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif yang digolongkan lancar;

b. Pembentukan cadangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikecualikan untuk aktiva produktif dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, surat berharga yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah, serta bagian aktiva produktif yang dijamin dengan jaminan pemerintah dan agunan tunai.

2. Pembentukan cadangan khusus, cadangan dana yang ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:

a. 5% (lima perseratus) dari aktiva dengan kualitas yang digolongkan dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan; dan

b. 15% (lima belas perseratus) dari aktiva dengan kualitas yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan; dan

c. 50% (lima puluh perseratus) dari aktiva dengan dari kualitas yang digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai agunan; dan

d. 100%(seratus perseratus) dari aktiva dengan dari kualitas yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan.

PPAP akan dilaporkan setiap bulannya dalam bentuk Laporan Kualitas Aktiva Produktif dan cara pembentukannya adalah besarnya nominal dari masing-masing pos


(48)

aktiva produktif dibentuk cadangan dana berdasarkan persentase yang telah dibentuk seperti diatas55.

55


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisa kuantitatif, di mana penulis menjelaskan secara sistematik, aktual dan akurat mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Bank Syariah Mega Indonesia, khususnya mengenai rasio rentabilitas dan kualitas aktiva produktif.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai rasio rentabilitas dan aktiva prodiktif, data akan dikumpulkan, dianalisa dan diterapkan dengan teori yang ada dengan menggunakan alat analisis regresi berganda dan kemudian akan diambil suatu kesimpulan.

B.Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan masalah yang akan dibahas, maka sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer : Wawancara dengan pihak terkait yang mengetahui tentang keadaan perusahaan untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai permasalahan yang dibahas.

2. Data Sekunder: Laporan Keuangan Publikasi, adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan, yang terdiri dari, neraca, laporan laba rugi, laporan


(50)

kualitas aktiva produktif, laporan perubahan modal, laporan perhitungan rasio keuangan. Buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel serta data lainnya yang bersangkutan dengan permasalahan yang dibahas.

C.Operasional Variabel

1. Variabel X (Variabel Independen atau Variabel Bebas)

Merupakan suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab variabel lainnya. Variabel X dalam penelitian ini adalah Net Core Operational Margin (NCOM), Return On Assets (ROA) dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

2. Variabel Y (Variabel Dependen atau Variabel Terikat)

Merupakan suatu variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lainnya. Variabel Y dalam penelitian ini adalah rasio kualitas aktiva produktif (KAP).

Paradigma Penelitian:

NCOM ROA BOPO


(51)

D.Metode Analisa Data

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan melihat normality probability plot. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas56.

b. Uji Heterokesdastisitas

Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamata yang lain tetap, hal tersebut dinamakan homokesdastisitas. Dan

56

Singgih Santoso,Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik,(Jakarta:PT. Elex Media Komputindo,2000), h.214


(52)

jika varians berbeda disebut sebagai heterokesdastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokesdastisitas57.

Untuk mengetahui ada tidaknya heterokesdastisitas pada suatu model regresi, maka dapat dilihat pada pola Scatterplot model tersebut. Dengan ketentuan sebagai berikut:

• Titik-titik (data) menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0. • Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

• Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

• Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola58. c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut: • Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi. • Angka D-W dibawah -2, maka terjadi autokorelasi positif. • Angka D-W diatas +2, maka terjadi autokorelasi negatif59.

Ibid., h.208 58

Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2005), h.63


(53)

d. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolonieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen60.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas pada model regresi, dapat dilihat beberapa hal, diantaranya:

• Jika nilai Variance Inflantion Factor (VIF) tidak lebih dari 10, maka model regresi bebas dari multikolonieritas.

• Nilai Tolerance tidak kurang dari 1, maka model regrsi bebas dari multikolonieritas61.

2. Uji Hipotesis

a. Uji simultan dengan F-Test (Anova)

Uji simultan dengan F-Test bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Jika

p-value (pada kolom signifikan) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau f hitung (pada kolom f) lebih besar dari f table, maka dapat dikatakan adanya pengaruh yang signifikan62.

b. Uji parsial dengan T-test

59

Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, h.219

Ibid, h.203

Nugruho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan Menggunakan SPSS, h.58 62Ibid,


(54)

Uji parsial dengan T-test bertujuan untuk mengetahui seberapa besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individu (parsial) terhadap variabel dependen. Nilai uji T-test dapat dilihat dari p-value (pada kolom signifikan) pada masing-masing variabel independen, jika

p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari t table, maka dapat dikatakan adanya pengaruh yang signifikan63.

3. Uji koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determanisi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R Square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R Square yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Squuare, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R Squuare yang baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square

berkisar antara 0 sampai dengan164. 4. Uji koefisien regresi

Bentuk persamaan regresi linear berganda tersebut adalah sebagai berikut: Y = a + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3

Dimana:

63Ibid, h.54 64Ibid,


(55)

Y = KAP a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X1 = NCOM

X2 = ROA

X3 = BOPO

Untuk menguji tingkat signifikan koefisien regresi didasarkan pada nilai

p-value sehingga pengujian hipotesis dapat dilakukan sebagai berikut: a. Menentukan Ho dan Ha

Secara simultan:

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) dengan kualitas aktiva produktif.

Ha : 0, terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) dengan kualitas aktiva produktif.

Secara parsial:

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva produktif.

Ha : 0, terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva produktif.


(56)

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif.

Ha : 0, terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif.

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva produktif.

Ha : 0, terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva produktif.

b. Menentukan tingkat signifikan:

Tingkat signifikan yang digunakan adalah sebesar 5% atau ` = 0,05. c. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho.

Jika p-value > 0,05, Ha diterima. Jika p-value < 0,05, Ho ditolak.


(57)

! " # $ % & '

( ( ! $

$ !

$ $

) * *

$ + $

! ,-.%

,-.%

* / $ 0 1

' ( ( / $

! # $

,-.% !

$ ( 0 ,-.%

0 2! 3 $ ( 0

,-.% ) 04 2 ) $+


(58)

$ ( ! $ (

,-.% $ (

50((2! 6 ) $+ $ (

$ ! "#%& ) $ $

$ ( !

,-.%

$ / + $

!

! " # $ %

& ' ( 7 (

" ( ( (

' 0 0 4 0

8 0 0 0

% 05 (0 0

9 0 0 044

% 0 50 (0

' 05 505 (04

' 0 505 50

9 0 50 0 5

# 0 05 0 5


(59)

, * 0 4 0 0

05 0 0

0 05 5 0 4

: 0 04 50((

# 1 /

,-.% ' ( ( $

/ + $

; !

! " # $ %


(60)

!( /

Descriptive Statistics

36 -11.71 5.80 1.6197 3.47592

36 NCOM

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

!( ) $+ *

,-.% 0 20

* 50 ) *

) $ 5 !

(! :.9

:.9

$ 0 1 ' (

( / $ !


(61)

/ ! $ ( 0 :.9

0 2! 3 $ ( 0 :.9

1 ) $ ) 0 2 ) $+ $

( ! "#%& $ 5 +

$ ( :.9 $

/0 $ ( ! $ (

:.9 1 0552!

6 ) $+ $ (

$ ! "#%& ) $ $ $ ( !

:.9 $

/ + $

!5

! " # $ % &

' ( 7 (

" ( ( (

' 0 ( 05 05

8 0 5 (04 50

% 0 0 0(

9 504 055 0

% 50( 0 ( 0


(62)

' (05 (0 0

9 (0 ( (04 0

# 0 50 0

. 0 50 0 4

, * 0 50 0 4

0 4 504 0

( 0( 50 504

: 0 0 055

# 1 / :.9

' ( ( $ /

+ $

; !(

! " # $ % &


(63)

! /

Descriptive Statistics

36 -6.31 5.60 2.7500 2.65756

36 ROA

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

! ) $+ * :.9

(0 20 * (0

) * 1

) $ 5 !

5! " . $ . ". .

" . $ . ". .

/ 0 1 ' (

( / $ !

$ / 0 $

$

$ 1 <3%

$ ) $

! $ ( 0 "


(64)

0( 2! 3 $ ( 0 " .

$ . ". . ) ( 0 (2

$ ( /

$ $ ( ! 6 )

$+ $ ( 0 ! "#%& /

! $ ( "

. $ . ". .

) $ $ ( 0 2! 6

$+ $ ( / ) $ $

$ ( ! ! "#%& $ $

/ 1 $ $ /

!

" . $

. ". . $ / + $

!

" . $ .

! " # $ % & ' ( 7 (

" ( ( (

' 440 40 0

8 0 40 0


(65)

9 50 440 0

% (0 5 40 5 0

' ( 0 04 0

' ( 0 4 0 5 0 (

9 0 0 5 05

# (05 40 ( 0

. 0( 054 05

, * 50 0 0 5

4 04 054 05

55 0 ( ( 0 0 5

: 0( ( 0 ( 0

# 1 / " . $

. ". . ' (

( $ / + $

; !5

" . $ .


(66)

!

/ " . $ .

Descriptive Statistics

36 44.80 1469.15 120.6792 233.77747

36 BOPO

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

! ) $+ * " .

$ . ". .

( 0 20 * (550 )

* ) $

5 !

! 3 9 * / 39

3 9 * / 39

* /0 1 ' (

( / $ ! #

$ 3 9 * / 39 )

/ ! $ ( 0 3 9 * / 39

04 2! 3 $ ( 0 3 9 *

/ 39 ) 04 2 ) $+

$ ( 3 9 * / 39 $ !


(67)

/ 39 04 2!

6 ) $+ $ ( 3 9 *

/ 39 ! "#%& ) $ ( !

3 9 * / 39 $

/ + $

!

3 9 * / ! " # $ % &

' ( 7 (

" ( ( (

' !4 !4 !44

8 !4 ! !4

% !4 !4 !4

9 !44 !4 !4

% !4 ! !4

' !4 !44 !44

' !44 !44 !44

9 !44 !44 !44

# !44 !44 !44

. !44 !44 !4

, * !44 !44 !44


(68)

! ! ! (

: !4 !4 !4

# 1 / 3 9 * / 39

' ( ( $

/ + $

; !

3 9 * / ! " # $ % &


(69)

!

/ 3 9 * /

Descriptive Statistics

36 .86 1.00 .9814 .02232

36 KAP

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

! ) $+ * 3 9 * /

39 04 20 *

0 ( ) * 1

) $ 5 !

! <) ,

<) ) ) $

$ 0 * 0 *

$ ! %


(70)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E x p e c te d C u m P ro b Januari Maret Desember November Februari Oktober April September Juni Maret AgustusJuli April April Juli Mei Januari Mei Agustus Maret September Juli Januari Juni Februari Agustus Juni Mei September November Oktober November Desember Oktober Desember Februari

Dependent Variable: KAP

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

; !


(71)

71 2 e s id u a l Agustus Juni Februari Januari Mei Maret Januari Desember November Oktober September Agustus April

Dependent Variable: KAP Scatterplot

$ ) 0 / $

) $ $+ 0

$ ! %

$ $

* /!

(! <) 6

<) $ ) ) $

$ ) * ! ' * 0 $ $ ! ) * $ ! % $ ) $ ! ; !


(72)

$ ) $ 0

/ $ $+ + $

=! 6 ) $ 0

$ $


(73)

5! <) 9

<) ) ) $ $

$

$ 0

$ !

• 9 > ( ?(0

!

• 9 > + $ (0 /!

• 9 > ?(0 ) /!

!4 6 <) 9

Model Summaryb

.830a .688 .659 .01303 1.703

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), ln_BOPO, NCOM, ROA a.

Dependent Variable: KAP b.

$ $+ >

$ $ 0 5! 6 ) $+ >


(74)

! 6

$ 8 / )

) >

$ ) 8 / ) !

! <) %

<) ) ) $

* ! ' )

0 !

$ ) * !

< $

0 $ $ 0

• ' ! A&8 $

" 0

!

! 6 <) %

Coefficientsa

.911 .038 24.054 .000

.007 .001 1.089 6.605 .000 .358 2.791

.000 .002 -.031 -.122 .904 .154 6.475

.014 .008 .395 1.809 .080 .204 4.895

(Constant) NCOM ROA ln_BOPO Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: KAP a.


(75)

" $ $+ 1

A&8 0

$ $ * /!

!

! <) 8 9 *

<) 8 ) $

$ * ,-.%0 :.9

". . $ * * /!

!

6 <) 8 9 *

ANOVAb

,012 3 ,004 23,534 ,000a

,005 32 ,000

,017 35

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), ln_BOPO, NCOM, ROA a.

Dependent Variable: KAP b.

! $ ) / * 0 / $ (50 5 B /


(76)

! @ ! / $ (50 5 B / (04

/ ! % $+ $ 1

/ ,-.%0 :.9 ". .

$ * /!

<) 8 #

8 $ B 8 0 6

(50 5 B 8 (04

; !

$ 6

<) #

% 6 % 6 $

% 6

$


(77)

(04 (04 $ (50 5

(! <)

<) ) $

$ * 1

* $ * !

! (

6 <)

Coefficientsa

.911 .038 24.054 .000

.007 .001 1.089 6.605 .000 .358 2.791

.000 .002 -.031 -.122 .904 .154 6.475

.014 .008 .395 1.809 .080 .204 4.895

(Constant) NCOM ROA ln_BOPO Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: KAP a.

! ( ) $ )

! $ $+ $ ,-.% 0 B (0 0


(78)

$ ) $+ * ,-.% $ 1

$ * /! ; 6

; !

$ 6

<) #

% 6 % 6 $

% 6

$

$ ?

(0 (0 $ 0

! $ $+ $ :.9 0 (( @ (0 0

04 B ! 0 6


(79)

$ 1 $ * /!

; 6

; !4

$ 6

<) #

% 6 % 6 $

% 6

$

$ ?

(0 $ 0 (( (0

1! $ $+ $ ". . 0 4 @ (0 0


(80)

$ 0 $ ) $+ * ". .

$ 1 $ * /!

; 6

; !

$ 6

<) #

% 6 % 6 $

% 6

$

$ ?

(0 $ 0 4 (0

! "#$%

<) / ) $


(81)

! 5

6 <) 3 /

Model Summaryb

.830a .688 .659 .01303 1.703

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), ln_BOPO, NCOM, ROA a.

Dependent Variable: KAP b.

! 5 ) / 9 ) :

#C $ 0 4 0420 $+ 042

* / ) $ ,-.%0 :.9

". .0 5 0 2 ) $ / $

!

! # &

) $ )


(1)

5! , :.9 0 ) $+

:.9 2 * /

0 2!

! , ". . 0 ) $+

". . 2 * /

0 2!

'

, / ,-.%0 :.9 ". .

/ $+ ,-.% :.90 ". .

* / 39 ! 0

/ ,-.%0 :.9 ". .

/0 ,-.%0 :.9 ". .


(2)

(

! " ) 8 $ $+ 8 $ (50 5

/ 0 @ 0 0 6 ! 0

$+ 1 $

/ * 0 ,

,-.% 0 :.9 " .

$ . ". . $ 3 9 *

/ 39 !

(! " ) $ $+ 1 $

/ * , ,-.%

$ 3 9 * / 39 ! # *

:.9 " . $

. ". . 1 $


(3)

:.9 " . $

. ". . ) * 3

9 * / 39 0 5 0 2 ) $ *

!

! A , ,-.% ) *

$ 3 9 * / 39 !

B.Saran

1. Hendaknya Bank Mega Syariah dapat mempertahankan kualitas aktiva produktif yang baik dengan cara terus memberikan pembiayaan dan lebih memperhatikan aspek menejemen risiko serta penanganan pembiayaan bermasalah agar tidak banyak pencadangan yang dilakukan guna menutupi kerugian akibat tidak kembalinya penanaman dana.

2. Hendaknya Bank Mega Syariah meminimalisir beban atau biaya operasional dalam menciptakan kualitas aktiva produktif yang baik agar menghasilkan laba yang optimal.

3. Hendaknya Bank Mega Syariah dapat terus memberikan jasa layanan keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan, melalui kinerja organisasi yang unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Digital. Al-Hadits.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani dan Tazkia Cendikia Press, 2001.

Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006.

Juminang. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2006. Laporan Tahunan PT. Bank Syariah Mega Indonesia.

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2005.

Nugroho, Bhuono Agung. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2005.

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007. Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Perwataatmadja, Karnaen, M.Syafi’i Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam.

Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992.

Rivai, Veithzal, dkk. Bank And Financing Institution Managemen. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2007.

Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: FEUI, 2004.


(5)

Syahyunan. Skripsi: ”Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat Ukur Kesehatan Bank”. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Taswan. Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah. Semarang: UPP AMP YKPN, 2005.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2001.

www.bi.go.id

www.megasyariah.co.id//profil bank mega syariah


(6)