Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 b. Tidak saling mewarisi Sebagai akibat lebih lanjut dari tidak adanya hubungan nasab, antara anak zina dengan laki-laki yang mencampuri ibunya secara tidak sah, maka mereka tidak dapat saling mewarisi satu sama lain. c. Tidak dapat menjadi wali bagi anak luar nikah Pada dasarnya nasab anak luar nikah dihubungkan dengan ibunya ketika suami dari ibunya menolak anak tersebut, sesuai dengan hadis nabi : 6 Artinya: Dari Abu Hurairah dia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW: Anak itu adalah haknya pemilik ranjang dan pezinanya adalah penyesalan. H.R. Jamaah kecuali Abu Dawud Maka berdasarkan hadits tersebut menurut jumhur anak itu tidak dinasabkan pada ayah biologisnya meski ayahnya mengatakan itu adalah anaknya. 7 2. Status Anak Luar Nikah Dalam UU. No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam Menurut hukum perkawinan Indonesia, status anak dibedakan menjadi dua: pertama, anak sah. kedua, anak luar nikah. Anak sah sebagaimana yang dinyatakan UU No. Tahun 1974 pasal 42: Anak sah adalah dalam anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah 6 Syihabuddin Ahmad Ibnu Ali, Fath al-Bary Kairo : Musthafa al-Babi al- Halabiy, 1378 H 1959M.juz2. no.hadits.52. 7 Cut Aswar, Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Zina dalam Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary ed, Problematika Hukum Islam Kontemporer, cet.III Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, h.68. 6 Dan Kompilasi Hukum Islam KHI pasal 99 yang menyatakan : anak sah adalah : a anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. b hasil pembuahan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan anak luar nikah adalah anak yang dibuahi dan dilahirkan di luar pernikahan yang sah, sebagaimana yang disebutkan dalam peraturan perundang-undangan antara lain: a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 43 ayat 1, menyatakan anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. b. Kompilasi Hukum Islam KHI pasal 100, menyebutkan anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya Keanekaragam bangsa Indonesia membuat masyarakat Indonesia mempunyai kultur tersendiri yang bisa menjadi penghalang masyarakat Indonesia untuk membangun. Perubahan tidak langsung diterima dengan mudah sehingga hukum-hukum baru sulit untuk dijalankan. Contoh perkawinan harus dicatatkan. Namun kenyataannya masih tetap saja ada perkawinan yang tidak dicatatkan pernikahan bawah tangan dengan berbagai alasan. Padahal akibat yang ditimbulkan dari tidak tercatatnya perkawinan itu sangat besar sekali. Akibat itu bukan hanya berpengaruh pada diri sendiri melainkan akan berpengaruh juga kepada anak-anak mereka. Disinilah permasalahan yang akan diteliti langsung oleh peniliti. Hak-hak anak mulai dipertanyakan. 7 Manusia itu sudah mendapatkan haknya sejak masih dalam kandungan, yaitu hak mutlak.. Hak mutlak adalah hak yang diperolehsudah melekat pada diri manusia. 8 Disamping hak mutlak manusia juga mendapat kan hak nisbi, yaitu hak tidak melekat pada diri seseorang sehingga hak tersebut hanya menjadi kewenangan dilihat dari aspek anak-anak sebagai generasi penerus justru lebih banyak memerlukan perhatian dibandingkan kelompak umur dewasa laju pembanguan suatu negara ditentukan oleh mereka. Tapi saat ini hak-hak mereka tidak didengar. Selama ini aspirasi mereka selalu dikebelakangkan, dianggap warganegara kelas dua yang tidak mengerti apa-apa. Padahal anak-anak usia sekolah sudah bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Sejak tahun 1954 hingga hari ini, jumlah negara yang menyelenggarakan peringatan hari anak sedunia telah meningkat dari 50 menjadi 150 negara. Melalui peringatan tersebut masalah dan problema yang dihadapi anak-anak di dunia menjadi bahan perhatian negara-negara, organisasi dan lembaga-lembaga internasiaonal. Melalui peringatan itu juga berbagai sumber mengajukan laporan data statistik terbaru mengenai keadaan anak- anak, masalah dan kesulitan yang mereka hadapi serta kondisi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Dalam agama Islam, anak-anak memiliki hak-hak khusus, Islam bahkan menggolongkan pendidikan anak yang benar sebagai ibadah. Tidak hanya itu, pandangan kasih sayang juga terhitung sebagai amal kebajikan. 8 Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, h 6 8 Menghormati kedudukan anak dan kemuliaan anak-anak dianggap perlu di setiap situasi dan kondisi. Hak anak-anak, hak keluarga dan hak manusia, sudah dijelaskan dalam ajaran Islam. Islam telah menjelaskannya lebih lengkap dari apa yang dipaparkan oleh piagam hak asasi manusia atau konvensi hak anak sedunia. Salah satu kelebihan Islam ialah selain menyodorkan undang-undang dan metode juga menyuguhkan teladan hidup Nabi Muhammad SAW, beliau sangat menghormati hak-hak anak dan memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Setiap anak berhak untuk dianggap sebagai individu bebas yang mempunyai hak-hak. Anak-anak berhak untuk memiliki keluarga, tempat tinggal dan juga berhak atas pendidikan yang diinginkannya. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 1,8 juta pekerja anak, 2,7 juta anak yang terlantar, lebih dari 50 ribu anak yang berkeliaran di jalanan. Di Indonesia, telah terjadi kecenderungan bahwa anak-anak semakin banyak dipekerjakan di bidang pariwisata, terutama di pantai- pantai, dan sering mendapat pelecehan seksual. Anak-anak memang selalu tidak dianggap penting. Apalagi hak-haknya. Tampaknya para wakil rakyat tidak begitu peka dengan masalah perlindungan terhadap anak dari kekerasan dan eksploitasi di media-media elektronik. Bahkan masyarakat pun salah menginterpretasikan ajaran agama. Selain anak-anak, perempuan pun ikut menjadi korban ketidakadilan yang mengatasnamakan agama. Masalahnya, orang-orang itu menafsirkan syariat 9 dan ajaran Islam secara serampangan. Mereka hanya berlindung di balik ayat- ayat yang ditafsirkan secara keliru.

B. Identifikasi Masalah

Dari pembahasan latar belakang masalah di atas jelas sudah apa tujuan dan keinginan yang penulis akan bahas yaitu status anak dalam pernikahan yang tidak dicatatkan di oleh pemerintah pernikahan bawah tangan. Oleh karna itu penulis selaku mahasiswa syariah dan hukum berkeinginan mengangkat sebuah judul skripsi dengan judul “ANAK LUAR NIKAH DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NO 1 TAHUN 1974 ANALISIS PUTUSAN MK TENTANG STATUS ANAK LUAR NIKAH ”

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam pembahasan latar belakang di atas, maka penulis membatasi penulisan skripsi ini pada ruang lingkup hukum Islam dan hukum positifnya saja agar cakupan dalam penulisan skripsi ini lebih fokus dan lebih spesifik. Setelah adanya pembatasan masalah,maka penulis merumuskan dua rumusan masalah dalam penelitian ini yang hendak dijawab, yaitu: 1. Bagaimana status anak luar nikah dalam UU perkawinan No 1 tahun 1974? 2. Bagaimana status anak luar nikah dalam putusan MK? 3. Bagaimana status anak luar nikah dalam fiqih? 10

D. Tujuan dan Manfaat Peneltian

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan diskursus mengenai status anak dalam dua perspektif yang berbeda, yaitu hukum Islam dan hukum Perdata di Indonesia. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mendeskripsikan status anak berdasarkan hukum Islam dan hukum Perdata di Indonesia 2. Untuk mendeskripsikan tentang persamaan dan perbedaan sistem hukum yang mengatur anak menurut hukum Islam dan hukum Perdata di Indonesia Penelitian yang memfokuskan pembahasannya pada tema besar status anak dalam pernikahan bawah tangan dalam perspektif hukum Islam dan hukum Perdata diIndonesia ini, setidaknya memberikan kegunaan berupa: 1. Secara teoritis, melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui konsep mengenai status anak dalam perspektif hukum Islam dan hukum Perdata di Indonesia. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap tuntutan dinamika keilmuan, terutama pembaharuan hukum Islam di Indonesia.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis, yaitu suatu pendekatan yang mengacu pada peraturan- peraturan tertulis dan bahan-bahan hukum yang lainnya yang merupakan 11 data, selain itu juga untuk melihat bagaimana penerapannya atau pelaksanaanya dalam masyarakat melalui penelitian lapangan, juga bisa dilakukan dengan meninjau, melihat, serta menganalisis masalah dengan menggunakan pendekatan pada prinsip-prinsip dan asas-asas hukum. 9 Metode pendekatan ini akan berfungsi sebagai pembatas masalah, sehingga apa yang akan terjadi yang menjadi permasalahan tidak meluas dan tidak mengurangi kebenarannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka Library Research, yaitu dengan meneliti sumber-sumber kepustakaan yang ada kaitanya dengan pembahasan. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik , yaitu mengumpulkan dan memaparkan pandangan hukum Islam dan hukum Perdata tentang status. anak tersebut, kemudian menganalisis dengan menggunakan teori yang sudah ada. 3. Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif, maka analisis yang digunakan adalah berupa analisis deduktif, yaitu menganalisis data dari yang bersifat umum kemudian ditarik pada kesimpulan yang bersifat khusus. Disamping itu digunakan juga Metode Komparatif untuk membandingkan antara kedua sistem hukum tersebut sehingga diperoleh gambaran yang jelas baik dari sisi perbedaan maupun persamaannya. 9 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 1991, h 12 12 4. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skrisi ini, penuis berpedoman pada buku pedoman skripsi Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang Di Terbitkan Oleh Fakultas Syari’ah Dan Hukum Tahun 2007.

F. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I Merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bagian ini merupakan arahan dan acuan kerangka penelitian serta sebagai bentuk pertanggung jawaban penelitian. Bab II Dalam Bab ini Membahas Perkawinan dan tata caranya, Pengertian Anak Luar Nikah, Pembagian Jenis Anak Luar Nikah, Status Anak Luar Nikah, Penjelasan Atas Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Bab III Dalam Bab ini Membahas Pengertian Judicial Review, Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem Tata Unsur Bidang, Kewenangan MK. Bab IV Dalam Bab ini Membahas Anak Luar Nikah Dalam UU Perkawinan No 1 Tahun 1974, Anak Luar Nikah Dalam Putusan MK, Analisi Putusan MK Nomor 46PUU-VIII2010 Tentang Anak Luar Nikah. Bab V Dalam Bab ini Menjelaskan Tentang Kesimpulan, Penutup, Dan Saran-Saran. 13

BAB II STATUS ANAK LUAR NIKAH DALAM HUKUM KELUARGA

A. Perkawinan dan Tata Caranya

Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. undang-undang memandang perkawinan hanya dari hubungan keperdataan, demikian pasal 26 Burgerlick Wetboek. Menurut pasal 26 BW bahwa suatu perkawinan yang sah, hanyalah perkawinan yang memenuhi syarat-syarat yang di tetapkan dalam kitab undang-undang hukum perdata. 1 Anak adalah salah satu tujuan dari adanya suatu pernikahan atau perkawinan, yang dikatakan dengan anak adalah seseorang yang dilahirkan dari rahim seorang wanita, bila hanya dikaitkan dengan ibu. bila dikaitkan dengan kedua orangtua, ibu dan bapak maka anak adalah seseorang yang dilahirkan setelah adanya pernikahan yang sah antara kedua orangtuanya. Anak merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada hambanya, tidak semua insan di dunia diberi kepercayaan untuk memiliki dan mengasuh anak. oleh karena itu kehadiran anak dalam rumah tangga adalah suatu kenikmatan yang tiada tara, oleh karena itu harus dan wajib disyukuri dan tidak disangsikan lagi bahwa putra dan putri merupakan cinderamata yang tidak diragukan lagi, karena merupakan belahan jiwa setiap jiwa. Mereka adalah sumber kebahagiaan dan kesejukan yang mampu membuat setiap insan menjadi lebih bahagia. karena mereka jugalah rezeki dicari dan lantarannya pula cita-cita dan harapan di gapai. 1 Subekti, Pokok-Pokok hukum Perdata Jakarta : PT Intermasa, 2001, h.23.