BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Metodologi penelitian yaitu uji in vitro yang meliputi pembuatan formula sediaan,
pengujian mutu fisik sediaan yang dihasilkan yaitu homogenitas, stabilitas, pH, viskositas, dan tipe emulsi sediaan, dan penentuan nilai SPF sediaan melalui
pengukuran serapan dengan menggunakan spektrofotometer UVVis. Sedangkan uji in vivo dilakukan untuk menguji iritasi pada kulit sukarelawan. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Teknologi Formulasi Resep, dan Laboratorium Kimia Analisa Kwantitatif Dasar Fakultas Farmasi USU.
3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, neraca analitis, mikroskop, alat sentrifugasi, viskometer bola jatuh,
pH meter, spektrofotometer UV-Vis mini 1240 Shimadzu.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oksibenson Bronson Jacobs, oktilmetoksisinamat Bronson Jacobs, zink oksida, isopropanol p.a,
asam stearat, setil alkohol, tween 80, span 80, trietanolamin TEA, sorbitol 70, metil paraben, propil paraben, akuades.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 6 orang, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-35 tahun
Universitas Sumatera Utara
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan untuk uji iritasi
5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian
sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang diuji Ditjen POM, 1985.
3.4 Pembuatan Sediaan 3.4.1 Pembuatan Dasar Krim
Modifikasi Basis Vanishing Cream Menurut Lachman, 1994
Asam stearat 14
Setil alkohol 2
Tween 80 4,5
Span 80 0,5
Sorbitol 70 3
Metil paraben 0,1
Propil paraben 0,05
TEA 1
Akuades ad 100
Asam stearat dan setil alkohol, dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air pada suhu ±70
C campuran I. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan dengan akuades yang telah dipanaskan yang memiliki
suhu ±70 C di dalam gelas beaker, dan setelah larut ditambahkan sorbitol 70,
TEA, dan tween 80 campuran II. Ke dalam lumpang panas, dimasukkan campuran I dan span 80, ditambahkan campuran II sedikit demi sedikit sambil
digerus sampai terbentuk dasar krim.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pembuatan Formula
Komposisi Formula No.
Nama Zat FI
FII FIII
FIV 1
Oksibenson 4
4 4
4 2
Oktilmetoksisinamat 8
8 8
8 3
Zink Oksida -
5 10
15 4
Dasar Krim 88
83 78
73
3.4.2.1 Pembuatan Formula I
Ke dalam lumpang dimasukkan oksibenson dan digerus hingga halus. Ditambahkan sedikit dasar krim, digerus homogen, lalu ditambahkan
oktilmetoksisinamat dan digerus kembali. Terakhir ditambahkan sisa dasar krim, digerus dan dimasukkan ke dalam wadah.
3.4.2.2 Pembuatan Formula II, III, dan IV
Ke dalam lumpang dimasukkan ZnO dan digerus hingga halus, lalu ditambahkan sedikit dasar krim, digerus kembali massa I. Oksibenson digerus
hingga halus, kemudian ditambahkan sedikit dasar krim dan digerus kembali massa II. Dicampurkan massa I dan massa II, lalu digerus hingga homogen.
Setelah itu ditambahkan oktilmetoksisinamat dan digerus kembali. Terakhir ditambahkan sisa dasar krim, digerus homogen dan dimasukkan ke dalam wadah.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas, lalu diamati di bawah mikroskop.
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979.
3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan Metode Sentrifugasi
Sebanyak 2 gram krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi lalu disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam dengan interval waktu
pengamatan setiap 1 jam. Diamati apakah terjadi pemisahan fase minyak dan fase air dalam setiap interval pengamatan Lachman, 1994.
3.5.3 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar pH netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu
dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml akuades. Kemudian
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH
sediaan Rawlins, 2003.
Universitas Sumatera Utara
3.5.4 Penentuan Viskositas Sediaan
Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer bolah jatuh. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung gelas dalam, kemudian dimasukkan
bola dengan demikian posisi bola berada di puncak tabung gelas dalam. Waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh di antara dua tanda diukur dengan teliti.
Dihitung nilai viskositasnya Moechtar, 1989.
3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan metil biru. Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi ma, tetapi bila hanya berupa bintik-bintik biru, berarti sediaan tersebut tipe emulsi am.
3.7 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Uji iritasi terhadap sukarelawan dilakukan dengan cara : sediaan Formula II dioleskan pada tempat yang tidak mudah terlihat yaitu di belakang telinga,
kemudian dibiarkan selama 24 jam, dilihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran Wasitaatmadja, 1997.
3.8 Penentuan Nilai SPF Sediaan
Penentuan nilai SPF sediaan dilakukan dengan cara melarutkan sampel dalam isopropanol dengan konsentrasi 40 ppm.
Ditimbang 50 mg sediaan dan dilarutkan dengan pelarut isopropanol dalam labu tentukur 25 ml. Dari larutan tersebut dipipet 5 ml dan dimasukkan ke
dalam labu tentukur 25 ml, selanjutnya diencerkan dengan isopropanol hingga
Universitas Sumatera Utara
garis tanda. Kemudian dipipet 2,5 ml dari larutan kedua dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, selanjutnya diencerkan dengan isopropanol sampai garis
tanda. Larutan yang terakhir diukur serapannya dengan spektrofotometer pada rentang panjang gelombang 290 nm sampai 360 nm. Luas area di bawah kurva
dihitung dari jumlah serapan pada λ
n
dan serapan pada λ
n+1
dibagi 2, dikalikan dengan selisih
λ
n+1
dengan λ
n
. Lalu dihitung nilai log SPF dengan cara membagi jumlah seluruh luas area di bawah kurva dengan selisih
λ
max
dan λ
min
lalu dikalikan dua. Selanjutnya nilai log SPF diubah menjadi nilai SPF. Dilakukan
perlakuan yang sama sebanyak 6 kali untuk masing-masing formula.
3.9 Analisa Data