Bunyi Vokal Bahasa Gayo Dialek Gayo Lut

Halaman 1
Bunyi Vokal Bahasa Gayo Dialek Gayo Lut

❏ Dardanila

BUNYI VOKAL
BAHASA GAYO DIALEK GAYO LUT
Dardanila
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan bunyi vokal bahasa
Gayo dialek Lut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode simak,
metode cakap dan metode padan. Landasan teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Marsono (1993) yang
membagi bunyi vokal atas tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang
bergerak, striktur dan bentuk bibir. Dalam bahasa Gayo dialek Gayo Lut
terdapat delapan bunyi vokal yaitu: [a, i, I, u, U, ∂, ε, o].

1. Pendahuluan
Bahasa yang diteliti adalah bahasa Gayo dialek
Gayo Lut yang masih hidup dalam masyarakat

Gayo di Indonesia, khususnya di Aceh Tengah.
Penelitian ini berjudul Bunyi Vokal Bahasa Gayo
Dialek Gayo Lut.
Pengkajian bahasa daerah merupakan salah satu
pelestarian bahasa daerah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Halim (1983: 24-25) mengatakan bahwa:
Pelestarian dan pengembangan bahasa daerah
termasuk juga pemeliharaan sumber bahasa
Indonesia tetap dapat terlaksana. Hal ini sesuai
dengan Undang-undang Dasar 1945 Bab XV Pasal
36 yang menyatakan bahwa bahasa-bahasa yang
dipakai sebagai alat penghubung hidup dan dibina
oleh masyarakat penuturnya, dipelihara dan
dilindungi oleh negara karena merupakan bagian
dari kebudayaan yang hidup.
Dilihat dari fungsinya, bahasa Gayo dialek Gayo
Lut mempunyai fungsi sebagai lambang
kebanggaan dan identitas daerah serta merupakan
sarana untuk mengembangkan dan mendukung
kebudayaan daerah.

Sebagai lambang kebanggaan dan identitas daerah,
penutur bahasa Gayo dialek Gayo Lut memerlukan
dan menggunakan bahasanya sebagai sarana
komunikasi.
Melihat fungsi dan kedudukan bahasa Gayo dialek
Gayo Lut yang cukup penting dari jumlah penutur
yang cukup banyak, peranan bahasa Gayo dialek
Gayo Lut sebagai alat komunikasi antarwarga
masyarakat Gayo dan alat pendukung kebudayaan
masih sangat besar seperti tercermin dalam
kehidupan sehari-hari warga masyarakat Gayo
tersebut.
Penelitian fonologi merupakan suatu penelitian
yang mendasar untuk mengetahui striktur suatu

bahasa. Dalam penelitian fonologi dibicarakan
aspek fonem dan aspek bunyi sebuah bahasa.
Untuk menentukan status bunyi bahasa apakah
sebagai sebuah fonem atau bukan diperlukan suatu
penelitian yang melibatkan berbagai teori fonologi.

Bunyi vokal bahasa Gayo Dialek Gayo Lut perlu
diteliti untuk mengetahui status bunyinya.
Ada beberapa fenomena yang menarik dalam
vokal bahasa Gayo dialek Gayo Lut yang menjadi
latar belakang dipilihnya bunyi vokal yaitu adanya
variasi bunyi [u] dan [U], [i] dan [I], [ε] dan [∂].
Misalnya bunyi vokal [I]: [lIm∂], berbeda
pengucapannya dengan [lεm∂] yang mempunyai
arti yang sama yaitu ‘kutu yang terdapat di kasur’.
Tetapi, cara pengucapan seorang penutur dapat
berbeda karena faktor lingkungan dan kebiasaan
atau alat ucap yang mengalami gangguan. Hal ini
yang menarik peneliti untuk mengadakan
penelitian tentang bunyi vokal dalam bahasa Gayo
dialek Gayo Lut.

2. Metode dan Teknik Penelitian
2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data lisan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode simak dan metode cakap (Sudaryanto
1993: 133). Metode simak digunakan untuk
menyimak hasil tutur informan. Metode cakap
merupakan metode yang dilakukan dengan
percakapan dan kontak langsung antara peneliti
dan penutur.
Sesuai dengan jenis data yang digunakan, teknik
yang dipakai dalam pengumpulan data adalah
teknik sadap, teknik pancing, dan teknik catat
(Sudaryanto 1993: 137-139). Kedua metode ini
mengharuskan peneliti hadir pada saat wawancara.
2.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data
adalah metode padan dengan teknik pilah unsur

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Volume I No. 1 April Tahun 2005


Halaman 2
❏ Dardanila
penentu dengan daya pilih sebagai pembeda organ
wicara
(Sudaryanto
1993).
Teknik
ini
mengharuskan peneliti memahami betul teori
artikulatoris untuk membedakan jenis-jenis bunyi
yang dituturkan oleh informan.
Data yang sudah diperoleh kemudian disesuaikan
dengan bunyi-bunyi bahasa dan dibuat transkripsi
fonetisnya.
Contoh:
[∂]
: [ t∂naη ] ‘pingsan'
[ε]
: [ gεh ] ‘datang’
[a]

: [ aηuk ]‘angguk’
[i]
: [ ipon ] ‘gigi’
[I]
: [ tuIs ] ‘rebung’
Daya pilih yang akan digunakan oleh peneliti akan
sangat membantu untuk membedakan bunyi-bunyi
tersebut,
setelah
bunyi-bunyi
tersebut
diidentifikasikan.

3. Landasan Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori fonologi yang meninjau pemakaian jenisjenis vokal yang disesuaikan dengan bunyi-bunyi
bahasa.
Bunyi-bunyi bahasa dihasilkan oleh alat-alat ucap
yang secara garis besar alat-alat ucap tersebut
terdiri dari bibir, gigi dan lidah yang melakukan

kegiatan. Bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan
konsonan. Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan melibatkan pita suara tanpa
penyempitan atau penutupan apa pun pada daerah
artikulasi mana pun. Bunyi vokal terjadi apabila
pita suara terbuka dan menghasilkan getaran.
Getaran ini terjadi karena dilalui arus udara dari
paru-paru dan keluar melalui rongga mulut. Jadi,
bunyi vokal adalah bunyi yang bersuara karena
dihasilkan melalui pita suara yang terbuka sedikit.
Lyons (1995: 102) menjelaskan bahwa vokal
umumnya diklasifikasikan menurut tiga dimensi
artikulatoris: tingkat terbukanya mulut; posisi
bagian lidah yang tertinggi; dan posisi bibir. Jadi,
bunyi tertentu mungkin dideskripsikan sebagai
vokal rapat, depan, dan bundar dan bunyi lain
sebagai rapat, depan, dan tak bundar. Contoh vokal
depan tak bundar /i/ : [lidah].
Selanjutnya, Chaer (1994: 113) membagi vokal
berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi

lidah dapat bersifat vertikal dan dapat bersifat
horizontal, sedangkan bentuk mulut dibedakan
adanya vokal bundar dan vokal tidak bundar.
Seperti terlihat dalam tabel berikut:

Bunyi Vokal Bahasa Gayo Dialek Gayo Lut
Tabel 1

Tinggi
Tengah
Rendah

Depan
TB B
i
I
e
ε

Pusat

TB B



Belakang
TB
B
u
U
o

a

Secara vertikal dibedakan adanya vokal tinggi /i/
dan /u/, vokal tengah /e/ dan /∂/, vokal rendah /a/.
Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan
/I/ dan /e/, vokal pusat /∂/, vokal belakang /u/ dan
/o/. Kemudian pada diagram terdapat vokal bundar
yaitu /o/ dan vokal /u/. Vokal tidak bundar yaitu /i/
dan /e/.

Marsono (1986: 29-34) mengklasifikasikan vokal
berdasarkan:
a. Tinggi rendahnya lidah, vokal terbagi atas:
vokal tinggi [i, u], vokal madya [e, ε, ∂, o],
vokal rendah [a].
b. Bagian lidah yang bergerak, vokal dibedakan
menjadi: vokal depan [i, e, ε, a], vokal tengah
[∂], vokal belakang [u, o, , a].
c. Striktur yaitu keadaan hubungan posisional
artikulator aktif dengan artikulator pasif
(Lapoliwa, 1981: 18 dalam Marsono). Vokal
dibedakan atas: vokal tertutup yaitu vokal yang
dibentuk dengan lidah diangkat setinggi
mungkin mendekati langit-langit dalam batas
vokal. Vokal tertutup ini terletak pada garis
yang menghubungkan antara [i] dengan [u],
vokal semi tertutup yaitu vokal yang dibentuk
dengan lidah diangkat dalam ketinggian
sepertiga di bawah tertutup atau duapertiga di
atas vokal yang paling rendah, terletak pada

garis yang menghubungkan antara vokal [e]
dengan [o], vokal semi terbuka yaitu vokal
yang diangkat dalam ketinggian sepertiga di
atas vokal yang paling rendah terletak pada
garis yang menghubungkan vokal [ε] dengan
[⊃], vokal terbuka yaitu vokal yang dibentuk
dengan lidah dalam posisi serendah mungkin,
kira-kira pada garis yang menghubungkan
antara vokal [a].
d. Bentuk bibir, berdasarkan bentuk bibir waktu
vokal diucapkan (Jones, 1958: 16 dalam
Marsono), vokal dapat dibedakan atas: vokal
bulat yaitu vokal yang diucapkan dengan
bentuk bibir bulat seperti vokal [⊃] posisi bibir
terbuka bulat, vokal [o, u] posisi bentuk bibir
tertutup bulat, vokal netral yaitu vokal yang
diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi
netral seperti vokal [⊃] vokal tak bulat yaitu
vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir
terbentang lebar seperti vokal [i, e, ∂, ε, a].

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Volume I No. 1 April Tahun 2005

Halaman 3
Bunyi Vokal Bahasa Gayo Dialek Gayo Lut

❏ Dardanila
Setelah diuraikan beberapa pendapat para ahli
mengenai vokal maka landasan teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendapat
yang dikemukakan oleh Marsono yang membagi
vokal berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian
lidah yang bergerak, striktur, dan bentuk bibir.

Vokal agak tinggi
[I] :
[b∂tIh] ‘mengetahui’
[tImuk] ‘tumbuk’
[tIro] ‘minta’
[U] :
[bUlaη] ‘topi’
[belUh] ‘pergi’
[kUsi] ‘ke mana’

4. Pembahasan
4.1 Bunyi Vokal
Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan melibatkan pita suara tanpa penyempitan
atau penutupan apa pun pada daerah artikulasi
mana pun. Bunyi vokal terjadi apabila pita suara
terbuka dan menjadi bergetar ketika dilalui arus
udara yang dipompakan dari paru-paru dan arus
udara, keluar melalui rongga mulut tanpa
mendapat hambatan, kecuali bentuk rongga mulut
yang berbentuk sesuai dengan jenis vokal yang
dihasilkan. Jadi bunyi vokal semuanya bersuara
sebab dihasilkan dengan pita suara yang terbuka
sedikit.
4.2 Identifikasi Bunyi Vokal
Menurut Marsono (1986: 29-34) vokal dapat
diklasifikasikan berdasarkan:
a. Tinggi rendahnya lidah
b. Bagian lidah yang bergerak
c. Bentuk bibir
d. Striktur
4.2.1 Tinggi Rendahnya Lidah
Bahasa Gayo dialek Gayo Lut mempunyai delapan
bunyi vokal yaitu: [I, i, a, u, U, ε, ∂, o].
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah vokal bahasa
Gayo dialek Gayo Lut dapat dibedakan atas :
a. vokal tinggi, yaitu
: [i, u]
b. vokal agak tinggi, yaitu : [I, U]
c. vokal sedang, yaitu
: [ε, ∂, o ]
d. vokal rendah, yaitu
: [a]
Bunyi vokal dalam bahasa Gayo dialek Gayo Lut
berdasarkan tinggi rendahnya lidah dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Tinggi
i
Agak tinggi I
Sedang
ε
Rendah
Contoh:
Vokal tinggi
[i]:
[ipon]
[lip∂]
[uki]
[u] :
[ules]
[buet]
[ulu]


a

‘gigi’
‘ular’
‘ekor’
‘selimut’
‘kerja’
‘kepala’

u
U
o

Vokal sedang
[ε] :
[εηon]
[kurεn]
[kalε]
[∂] :
[∂mis]
[j∂roh]
[o] :
[osah]
[roa]
[k∂ro]

‘lihat’
‘periuk’
‘rindu’
‘nyenyak’
‘bagus’
‘beri’
‘dua’
‘nasi’

vokal rendah
[a] :
[aka]
‘kakak’
[subaη] ‘kerabu’
[jema] ‘orang’
4.2.2 Bagian Lidah yang Bergerak
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak, vokal
bahasa Gayo dialek Gayo Lut dapat dibedakan:
a. vokal depan, yaitu
: [i, I, ε]
b. vokal tengah, yaitu
: [∂, a]
c. vokal belakang, yaitu : [u, U, o]
Pembagian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

Depan
i
I
ε

Contoh:
Vokal depan
[i]:
[ilaη]
[tim∂]
[tabi]
[I] :

Tabel 3
Tengah Belakang
u
U
o

a

‘merah’
‘timba’
‘maaf’

[kamIη] ‘kambing’
[nIru] ‘berjemur di api’
[sIhen] ‘yang mana’

[ε] :
[εrah] ‘lihat’
[bεloh] ‘pergi’
[kitε] ‘tangga’
Vokal tengah
[∂] :
[∂ntoη] ‘jenguk’
[j∂m∂n] ‘dahulu’

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Volume I No. 1 April Tahun 2005

Halaman 4
❏ Dardanila

Bunyi Vokal Bahasa Gayo Dialek Gayo Lut

Vokal belakang
[u] :
[ulak] ‘pulang’
[turah] ‘harus’
[jalu] ‘bertanding’
[U] :
[rUp] ‘cuci muka’
[m∂tUh] ‘jatuh’
[lUh] ‘air mata’
[o] :
[okeη] ‘kejam’
[jεroh] ‘bagus’
[s∂lo] ‘kapan’
4.2.3 Bentuk Bibir
Berdasarkan bentuk bibir, vokal bahasa Gayo
Dialek Gayo Lut dapat dibedakan atas:
a. Bulat, yaitu: [o, u, U]
b. Tidak bulat, yaitu: [i, I, ε, ∂, a]
Bulat
u
U
o

Tabel 4
Tidak Bulat
i
I
ε, ∂
a

Contoh:
Vokal bulat
[ u ] : [uak] ‘obat’
[tulak] ‘tolak’
[ayu] ‘baru’
[U] :
[dabUh] ‘mulai’
[m∂rtUh] ‘bintil-bintil di kulit’
[tanarUh] ‘telor’
[o] :
[osah] ‘beri’
[tora] ‘sisa’
[tiro]
‘minta’
Vokal tidak bulat
[i] :
[ilεt]
‘curang’
[sip∂t] ‘ukur’
[uki]
‘ekor’
[I] :
[gelIh] ‘potong’
[gεlIs] ‘habis’
[k∂dIk] ‘tertawa’
[∂] :
[∂mpus] ‘kebun’
[b∂ηi] ‘dingin’
[ε] :
[εsot] ‘bergeser perlahan-lahan’
[bεp] ‘kantong’
[gulε] ‘ikan’
[a] :
[awin] ‘tarik’
[rara] ‘api’
[ara]
‘ada’
4.2.4
Striktur
Striktur adalah keadaan hubungan posisional
artikulator pasif dengan artikulator aktif (Lapoliwa
1981: 18 dalam Marsono 1986). Artikulator aktif
adalah artikulator yang berperan dalam
mengucapkan bunyi, sedangkan artikulator pasif

adalah artikulator yang tidak berperan dalam
mengucapkan bunyi. Striktur untuk bunyi vokal
ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit.
Maka bahasa Gayo dialek Gayo Lut juga mengenal
striktur sehingga vokal dalam bahasa Gayo dialek
Gayo Lut dapat dibedakan atas:
a. Vokal tertutup, yaitu [i] dan [u], dalam
bunyi tertutup ini artikulator aktif adalah
lidah yang diangkat setinggi mungkin
sehingga hampir mendekati langit-langit.
Contoh:
[i] :
[iyok] ‘ulat’
[genit] ‘tali pinggang’
[bεbuli] ‘botol’
[u] :
[ugah] ‘korengan’
[bujaη] ‘perjaka’
[naru] ‘panjang
b. Vokal semi tertutup, yaitu: [∂], [I] dan [U].
Bunyi semi tertutup ini dibentuk oleh lidah
yang diangkat dalam ketinggian 1/3.
Contoh:
[∂] :
[∂lup] ‘masuk’
[c∂rak] ‘perkataan’
[I] :
[b∂tIh] ‘tahu’
[k∂dIk] ‘tertawa’
[U] :
[t∂mUn] ‘subur’
[k∂mUl] ‘genggam’
c. Vokal semi terbuka yaitu: [ε] dan [o], bunyi
vokal ini dibentuk dengan lidah yang diangkat
dalam ketinggian 2/3.
Contoh:
[ε] :
[εles] ‘sayat’
[k∂mεl] ‘malu’
[panε] ‘pandai’
[o] :
[ogoh] ‘bodoh’
[sεkot] ‘ambil sampai tuntas’
[cico] ‘sibuk’
d. Vokal terbuka yaitu: [a], bunyi vokal ini
dibentuk dengan lidah dalam posisi yang
rendah.
Contoh:
[a] :
[∂ngkap] ‘ambil’
[jantar] ‘sayur’
[rεta] ‘harta’
Bunyi vokal bahasa Gayo dialek Gayo Lut
berdasarkan striktur di atas digambarkan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 5
Striktur
Tertutup
Semi tertutup
Semi terbuka
Terbuka

i, u
∂, I, U
ε, o
a

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Volume I No. 1 April Tahun 2005

Halaman 5
Bunyi Vokal Bahasa Gayo Dialek Gayo Lut

❏ Dardanila

Dengan demikian secara keseluruhan peta bunyi
vokal bahasa Gayo dialek Gayo Lut dapat
digambarkan pada tabel berikut ini:

Tinggi
Agak
tinggi
Sedang

Depan
TB B
i

Tabel 6
Tengah Belakang
TB B TB B
u

I

U

ε

o


Rendah

a

Striktur
Terbuka
Semi
tertutup
Semi
terbuka
Semi
tertutup
Terbuka

Tabel di atas memperlihatkan bahwa posisi bunyi
vokal bahasa Gayo dialek Gayo Lut inu memiliki
delapan bunyi vokal yaitu [i, I, ε, ∂, a, u, U, o].
Setiap bunyi vokal tersebut terletak pada posisinya
masing-masing yaitu: bunyi [i] termasuk vokal
tinggi, posisi lidah di depan dan bentuk bibir tidak
bulat, termasuk striktur terbuka. Bunyi [I]
termasuk vokal agak tinggi, posisi lidah di depan
dan bentuk bibir tidak bulat, termasuk striktur
tertutup. Bunyi [ε] termasuk vokal sedang, posisi
lidah di depan dan bentuk bibir tidak bulat,
termasuk striktur semi terbuka. Bunyi [∂] termasuk
vokal sedang, posisi lidah di tengah dan bentuk
bibir tidak bulat, termasuk striktur semi tertutup.
Bunyi [a] termasuk vokal rendah, posisi lidah di
tengah dan bentuk bibir tidak bulat, serta termasuk
striktur terbuka. Bunyi [u] termasuk vokal tinggi,
posisi lidah di belakang dan bentuk bibir bulat,
termasuk striktur terbuka. Bunyi [U] termasuk
vokal agak tinggi, posisi lidah di belakang dan
bentuk bibir bulat, termasuk striktur tertutup.
Bunyi [o] termasuk vokal sedang, posisi lidah di
belakang dan bentuk bibir bulat, termasuk striktur
semi terbuka.

Ayatrohaedi.
1983.
Dialektologi
Sebuah
Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Baihaqi, A. K., dkk. 1981. Bahasa Gayo. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Chaer, Abdul. 1987. Linguistik Suatu Pengantar.
Bandung: Angkasa.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik.
Bandung: Erasco.
Hakim, A. 1983. Kongres Bahasa Indonesia III.
Jakarta:
Pusat
Pembinaan
dan
Pengembangan Bahasa.
Kridalaksana, Harimurti, 1984. Kamus Linguistik.
Jakarta: Gramedia.
Lyons, Jhon. 1995. Pengantar Teori Linguistik.
Jakarta: Gramedia.
Marsono. 1993. Fonetik. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Robins. 1992. Linguistik Umum Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik
Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Verhaar. 1981. Pengantar Linguistik. Yogyakarta.
UGM Press.
Verhaar. 1996. Asas-asas Linguistik Umum.
Yogyakarta: UGM Press.
Wirjo Soedarmo, Soekono. 1987. Tata Bahasa
Indonesia. Surabaya: Sinar Wijaya.

5. Simpulan
Simpulan yang dapat dikemukakan adalah:
Dalam bahasa Gayo dialek Gayo Lut ini terdapat
delapan bunyi vokal yaitu: [a, i, I, u, U, ∂, ε, o].
Bunyi-bunyi vokal ini dapat diklasifikasikan
berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah
yang bergerak, bentuk bibir, dan striktur.

Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
A. Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan
Bahasa.
Yogyakarta:
Gajah
Mada
University Press.

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Volume I No. 1 April Tahun 2005