Air Menjadi Tidak Bermanfaat Lagi Air Menjadi Penyebab Penyakit Efek Toksik Terhadap Alat Pencernaan Efek Toksik Terhadap Alat Pernapasan

masalah rutin dimana-mana, sehingga menimbulkan beberapa kerugian terhadap air seperti :

a. Air Menjadi Tidak Bermanfaat Lagi

Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran air merupakan kerugian yang terasa secara langsung oleh manusia. Kerugian langsung ini pada umumnya disebabkan oleh terjadinya pencemaran air oleh berbagai macam komponen pencemar air. Bentuk kerugian langsung ini antara lain berupa : a. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga b. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan Industri c. Air Tidak Dapat Digunakan Untuk Keperluan Pertanian

b. Air Menjadi Penyebab Penyakit

Air lingkungan yang bersih sangat didambakan oleh setiap orang. Air lingkungan yang bersih saat ini termasuk barang langka yang harus dijaga kelestariannya. Untuk mendapatkan air lingkungan yang bersih orang harus menebusnya dengan cara merawat lingkungan agar tetap bersih. Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Pencemaran air dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian dapat terjadi karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi penyebab berbagai macam penyakit Wardhana, 2001. Universitas Sumatera Utara

2.2 Logam

Istilah logam biasanya diberikan kepada semua unsur-unsur kimia dengan ketentuan atau kaidah-kaidah tertentu. Unsur ini memiliki sifat mengkilap dan umumnya merupakan penghantar listrik dan penghantar panas yang baik. Unsur- unsur logam umumnya berwujud padat pada suhu dan tekanan normal, kecuali raksa yang berwujud cair. Pada umumnya unsur logam dapat ditempa sehingga dapat dibentuk menjadi benda-benda lainnya. Unsur logam di dalam kondisi suhu kamar, tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair. Logam-logam cair, contohnya adalah air raksa atau hdragyrum Hg, serium Ce dan gallium Ga Palar, 2008.

2.2.1 Logam Berat

Istilah logam berat sebenarnya telah dipergunakan secara luas, terutama dalam perpustakaan ilmiah, sebagai suatu istilah menggambarkan bentuk dari logam tertentu. Logam berat adalah unsur alami dari kerak bumi. Logam ini stabil dan tidak bisa rusak atau hancur, oleh karena itu mereka cenderung menumpuk dalam tanah dan sedimen. Banyak istilah logam berat telah diajukan, berdasarkan kepadatan, nomor atom, berat atom, sifat kimia atau racun Palar, 2008. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi racun bagi tubuh makhluk hidup apabila melampaui ambang batas yang diizinkan. Namun sebagian dari logam berat tersebut memang dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup dalam jumlah tertentu sedikit, yang juga apabila Universitas Sumatera Utara tidakterpenuhi akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari makhluk hidup tersebut Ernawati, 2010. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk juga manusia. Adapun yang termasuk logam berat yang sering mencemari lingkungan dan mempunyai efek toksik bagi manusia ialah Hg, Cr, Cd, As, dan Pb Am.geol. Inst., 1976.

2.2.1.1 Krom Valensi 6 Cr

+6 Logam berat kromium Cr merupakan logam berat dengan berat atom 51,996 gmol, berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu yang tinggi, mengkilat, keras, memiliki titik cair 1.857 ˚C dan titik didih 2.672˚C, bersifat paramagnetik sedikit tertarik oleh magnet, membentuk senyawa- senyawa berwarna, memiliki bebrapa bilangan oksidasi yaitu +2,+3,+6, dan stabil pada bilangan oksidasi +3. Senyawa kromium pada bilangan oksidasi +6 merupakan oksidan yang kuat Widowati, 2008. Sesuai dengan tingkat valensi yang dimilikinya, logam atau ion kromium yang telah membentuk senyawa, mempunyai sifat-sifat yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat ionitasnya. Senyawa yang terbentuk dari logam Cr +2 akan bersifat basa. Senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr +3 bersifat amfoter dan senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr +6 akan bersifat asam. Ion kromat CrO 4 2- dalam suasana asam, akan menimbulkan sifat sebagai reduksi oksidator yang sangat kuat Palar, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.2.1.2 Sumber

Kromium Cr termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mgkg. Kromium yang ditemukan pada perairan adalah kromium trivalent Cr +3 dan kromium heksavalen Cr +6 namun pada perairan yang memilki pH lebih dari 5, kromium trivalent tidak ditemukan. Apabila masuk perairan, kromium trivalent akan dioksidasi menjadi kromium heksavalen yang lebih toksik. Kromium trivalent biasanya terserap ke dalam partikulat, sedangkan kromium heksavalen tetap berada dalam bentuk larutan. Dalam badan perairan, kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Masuknya kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktifitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga Widowati dan palar.2008. Umumnya sumber Cr VI dihasilkan dari proses industri, industri yang memproduksi kromat, produksi stainlees-steel, chrome plating, serta industri leather tanning dan yang lain bisa berasal dari emisi peralatan yang menggunakan katalisator atau bahan Cr, pecahan puing asbes, debu semen, tembakau rokok yang mengandung Cr sebesar 0,24-14,6 mgkg, serta berbagai bahan pangan yang tercemar Cr Widowati, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.2.1.3 Efek Toksik

Krom valensi 3 merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup, tetapi bersifat toksik dalam dosis tinggi. Cr III dibutuhkan untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Cr III bisa menyebabkan hiperglisemia, glukosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh, menurunnya berat badan tubuh, munculnya penyakit kardiovaskuler, menurunnya umlah sperma dan menyebabkan infertilitas. The National Academy of Sciences menetapkan kebutuhan intake Cr III untuk orang dewasa sebesar 50-200 µghari Widowati, 2008. Toksisitas Cr ditentukan oleh bilangan oksida Cr, paparan Cr VI bersifat karsinogenik, dan bisa menyebabkan kanker paru. Cr III memilki potensi yang sama dengan Cr VI dalam menimbulkan kanker dikarenakan oleh intake Cr III yang secara aktif akan dimetabolisme dan berkaitan dengan asam nukleat inti sel. Ikatan Cr III akan memengaruhi genetis sehingga menyebabkan mutagenesis Widowati, 2008. Krom valensi 6 Cr +6 juga mempunyai beberapa efek toksik terhadap manusia, antara lain:

a. Efek Toksik Terhadap Alat Pencernaan

Toksisitas akut Cr melalaui alat pencernaan bisa menyebabkan knekrosis tubulus renalis. Cr VI bersifat toksik karena memiliki kemampuan mengurangi ketersediaan Cr III dan Cr VI sehingga membentuk kompleks makromolekul intraselular. Mencerna makanan yang mengandung kadar Cr VI tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung, muntah, dan Universitas Sumatera Utara perdarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar, bahkan dapat menyebabkan kematian Widowati, 2008.

b. Efek Toksik Terhadap Alat Pernapasan

Alat pernafasan merupakan organ target utama dari Cr VI, baik akut maupun kronis, melalui inhalasi. Gejala toksisitas akut Cr VI meliputi nafas pendek, batuk-batuk serta kesulitan bernafas. Sementara toksisitas kronis Cr VI berupa lubang dan ulserasi septum nasal, bronchitis, penurunan fungsi paru-paru, dan berbagai gejala pada alat pernafasan. Ulserasi kronis permukaan kulit bisa menyebabkan kanker paru-paru. Apabila terinhalasi Cr lewat saluran pernafasan, maka akibatnya adalah iritasi dan kanker paru-paru Widowati, 2008.

c. Efek Toksik Terhadap Kulit dan Mata