Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Terdapat tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan operasional haji sehingga pembinaan, pelayanan dan perlindungan berlangsung lancar dan
sukses. Pertama Legalitas, UU No.17 Tahun 1999. Kedua adalah menyangkut
fasilitas yang baik 10 asrama haji embarkasi yang ada serta kesiapan Kementrian Agama dan Kementrian Kesehatan dalam penyiapan atau
penyediaan fasilitas pendukung maupun fasilitas lainnya di Arab Saudi.
Ketiga petugas haji harus professional.
3
Bagi bangsa Indonesia, penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional karena disamping menyangkut nama baik dan martabat bangsa
Indonesia di luar negeri, khusunya di Arab Saudi. Mengingat pelaksanaannya bersifat massal dan berlangsung dalam waktu yang terbatas, penyelenggaran
ibadah haji memerlukan manajemen yang baik agar tertib, aman dan lancar. Pendidikan
dan pelatihan
manasik haji
diupayakan melalui
penyempurnaan sistem dan manajemen penyelenggaraan haji. Penyempurnaan sistem dan manajemen tersebut dimaksudkan agar calon jama’ah haji lebih
siap dan mandiri dalam menunaikan ibadah haji sesuai dengan tuntunan agama sehingga diperoleh haji mabrur. Peningkatan dan penyempurnaan
tersebut dilaksanakan agar tidak terulang kembali kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Untuk tercapainnya maksud tersebut, diperlukan adanya suasana yang kondusif bagi warga negara yang akan melaksanakan ibadah haji. Suasana
3
Bulletin Al-Mabrur, Menuju Haji Mabrur, Jakarta, Departemen Agama RI, 2004, No.05desember2004 M1425H.
kondusif tersebut apabila pihak penyelenggara ibadah haji mampu memberikan pembinaan, pelayanan kepada calon jama’ah haji.
4
Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Menurut Hisyam
Alie, yang dikutip oleh Rafi’udin, strategi yang disusun dirumuakan dan dikonsepsikan yang baik dan membuahkan pelaksanaan yang disebut strategis.
Menurutnya untuk mencapai strategi yang strategis harus memperhatikan hal – hal berikut:
1. Kekuatan, yaitu memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasannya menyangkut manusia,
2. Kelemahan, yaitu memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan menyangkut aspek-aspek sebagaimana kekuatan.
3. Peluang, yaitu melihat seberapa besar yang mungkin tersedia diluar hingga peluang yang sangat kecil sekalipun dapat diterobos.
4. Ancaman, yaitu memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman dari luar.
5
Mengamati profil jemaah haji Indonesia dari tahun ketahun sebagian besar adalah rakyat biasa dari daerah terpencil, berpendidikan rendah, belum
berpengalaman bepergian jauh, tidak berpengalaman dengan alat-alat modern, hidup dalam kultural lokal, tidak dapat membaca dan tidak dapat berbahasa
4
Kementrian Agama RI, Perundang-Undang Tentang Penyelenggaraan Haji, Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2002 h,19-20
5
Rafi’udin dan Maman Abd Jaliet, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung : Pustaka Setia h, 77
asing. Kondisi pelaksanaan ibadah haji memaksa mereka untuk berhadapan dengan suatu kenyataan yang bahkan tidak pernah dibayangkan, yaitu harus
melakukan perjalanan antarnegara dengan peralatan modern, memasuki kota internasional dan berinteraksi dengan jemaah haji dari berbagai bangsa dengan
sistem sosial, peradaban dan struktur kemasyarakatan yang berbeda satu sama lain. Perubahan situasi yang cepat dan harus dihadapi dengan waktu ini
menimbulkan kekagetan budaya –cultural shock- dan disamping itu harus menghadapi kesulitan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, antara lain
keterbatasan ruang gerak, menu makanan, perlakuan dari bangsa lain, udara dan suasana, persedian air, pemondokan, fasilitas dan akomodasi yang serba
terbatas serta suasana ibadah haji yang sangat berbeda bahkan bertolak belakang dengan keseharian jemaah haji di tanah air.
6
Melihat kondisi tersebut, maka pendidikan dan pelatihan bagi calon jama’ah haji sangat penting, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan berbagai
hal yang dapat menimbulkan kekagetan budaya tersebut sangat diperlukan sejak dini bahkan sebelum calon jama’ah haji mendaftarkan diri untuk
menunaikan ibadah haji. Pendidikan dan pelatihan ibadah haji yang dilakukan pemerintah adalah rangkaian kegiatan yang mencakup penerangan,
penyuluhan, pembimbingan tentang ibadah haji. Pendidikan dan pelatihan manasik haji dilakukan demi keselamatan, kelancaran, ketertiban dan
kesejahteraan jama’ah haji serta kesempurnaan ibadah haji.
6
Achmad Nidjam, A.Latif Hanan,Manajemenen Haji. Studi Kasus danTela’ah Implementasi.Jakarta : Zikrul Hakim,2001hal 72
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi calon jama’ah haji dilakukan secara terus menerus dengan berbagai metode. Metode direktif
tatap muka, ceramah , Tanya jawab, praktek, metode non direktif penerbitan buku-buku pedoman manasik haji. Sebelum masa pendaftaran manasik haji,
calon jama’ah haji di berikan penyuluhan haji dan di berikan jadwal manasik haji serta pedoman manasik haji. Materi pendidikan dan pelatihan bagi
jama’ah haji dapat dikelompokkan dalam enam bahasan pokok, yaitu pengenalan adat istiadat bangsa Arab, hokum, syarat sah haji, thawaf dan
sa’i. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah yang
dilakukan selama ini adalah dengan dua system, yaitu
7
; 1. Pendidikan dan pelatihan manasik massal, dilaksanakan oleh
Kementerian Agama kota Jakarta selatan. 2. Pendidikan dan pelatihan Manasik Klasikal, dilaksanakan di kantor
urusan Agama KUA di masing-masing kecamatan Materi pendidikan dan pelatihan ibadah haji ditetapkan oleh
pemerintah dalam bentuk buku bimbingan dan pola pembinaan yang dijadikan sebagai dasar pembinaan dan bimbingan baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, namun dapat dikembangkan sesuai dengan segmen jama’ah haji yang dibimbingnya. Disamping pembinaan yang dilakukan oleh
pemerintah, upaya ini juga dapat dilakukan secara mandiri atas inisiatif
7
Achmad Nidjam, A.Latif Hanan Manajemenen Haji. Studi Kasus dan Telaah Implementasi.Jakarta : Zikrul Hakim,2001hal73
jama’ah haji sendiri, lembaga sosial keagamaan, organisasi massa Islam, kelompok bimbingan ibadah haji dan majelis taklim, dan tetap merupakan
kesatuan sistem bimbingan jama’ah haji yang mengacu kepada kemandirian jama’ah dan dititikberatkan kepada pemahaman budaya Bangsa Arab dan
pengetahuan perjalanan ibadah haji. Berdasarkan paparan latar belakang masalah diatas, penulis sangat tertarik
untuk mengambil judul “Strategi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Manasik Haji Pada Calon Jama’ah Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Selatan.”