Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Di Kantor Urusan Agama (Kua) Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2014

(1)

EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN MANASIK HAJI DI

KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN

JAGAKARSA JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Skripsi Dalam

Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

NURFADHILAH NIM: 1110053100005

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014


(2)

JAGAKARSA JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Skripsi Dalam

Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

NURFADHILAH NIM: 1110053100005

Dosen Pembimbing

Drs. Studi Rizal LK. MA NIP: 196404281993031002

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KUA JAGAKARSA JAKARTA SELATAN TAHUN 2014” telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 September 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program Strata I (SI) pada jurusan Manajemen Haji dan Umroh.

Jakarta, 18 September 2014

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota

Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP. 196708181998031002

Penguji I

Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS. NIP. 150183084

Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Sugiharto, MA NIP. 196608061996031001

Penguji II

Drs. H. Hasanuddin, MA NIP. 196606051994031005

.

Pembimbing

Drs. Studi Rizal LK. MA NIP: 196404281993031002


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyarataan untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 September 2014


(5)

i ABSTRAK Nur Fadhilah

Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2014

Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan prorgamnya. Melalui evaluasi ini akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selannjutnya informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program. Begitu juga dengan program bimbingan manasik haji di KUA perlu diadakannya sebuah evaluasi untuk mengukur sejauh mana kesiapan KUA dalam melaksanakan tugasnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya para calon jamaah yang mau berangkat. Bimbingan manasik haji ini sudah merupakan bagian dari pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap jamaah haji yang menjadi salah satu tugas pemerintah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji. DanKantor Urusan Agama Kecamatan merupakan perpanjangan tangan Kantor Kementerian Agama Kabupaten yang langsung berhubungan dengan masyarakat bertugas memberikan pelayanan program bimbingan manasik haji sebaik-baiknya dengan lebih memperhatikan profil dari para calon jamaah, para pembimbing dan materi yang disampaikan.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanaevaluasiinput

berdasarkanklient(jamaah), staff (pembimbing), materi, dan tempat/sarana dalam

bimbingan manasik haji di Kantor Urusan Agama (KUA) Jagakarsa pada tahun 2014. Hal tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan evaluasi input berdasarkan

Klien (calon jamaah) staff (tenagapengajar), materi, dan tempat bimbingan

manasik yang terjadidalam program bimbinganmanasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2014.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif deskriptif yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan; yaitu teknik pengumpulan data melalui sumber tertulis. Penelitian lapangan; yaitu teknik pengumpulan data dengan metode observasi (pengamatan langsung), dan wawancara dengan pimpinan KUA dan staf/pembimbing manasik haji sehingga mendapatkan data-data yang akurat yang dibutuhkan dalam proses penelitian.

Dari hasil penelitian ini ternyata pihak KUA kecamatan Jagakarsa sebagai lembaga pemerintah dalam memberikan pelayanan bimbingan manasik haji kepada para calon jamaah haji sudah cukup baik dalam pelayanannya. Tetapi hanya saja dari sekian banyaknya jumlah calon jamaah haji yang tersebar di Kecamatan Jagakarsa berdasarkan dari latar belakang usia, jenis kelamin, pendidikan dan profesi tidak seluruhnya dapat mengikuti bimbingan manasik haji yang diselenggarakan di KUA Jagakarsa. Untuk kualitas para pembimbing manasik haji berdasarkan pendidikan dan pengalaman kerja sudah memenuhi


(6)

ii


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirrobil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat anugrah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji di KUA Kecamatan Jagakarsa Jakarta-Selatan 2014. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, serta umatnya yang selalu istiqomah menjalankan ajarannya.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana komunikasi islam bagi mahasiswa program S1 pada program studi Manajemen Haji dan Umrah di Universitas Islam Negri Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima terutama kepada : 1. Ayahanda Muhammad Mujar dan Ibunda Mansiah, yang telah mendidik dan

membesarkan dengan penuh kasih sayang dan ketulusan hati demi masa depan seorang anak yang dicintainya baik secara materil maupun moril, serta tidak pernah luput selalu menghantarkan lantunan do’a untuk penulis.

2. Dr. Arief Subhan MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Suparto, M.Ed, Ph, D, selaku Wakil Dekan 1 (satu) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

iv

5. Dr. Sunandar, MA, selaku Wakil Dekan 3(tiga) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD).

7. H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

8. Drs. Study Rizal LK, MA, selaku Pembimbing Skripsi yang telah sangaat banyak membantu dan memberikan informasi dikala penulis berkonsultasi, serta membimbing dan mengarahkan penulis agar menghasilkan skripsi yang baik dan benar.

9. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang selama ini memberikan ilmunya dengan tulus, semoga segala ilmu yang bermanfaatnya dapat terbalaskan baik di dunia dan akhirat kelak nanti.

10.Seluruh Staf petugas Perpustakaan baik Perpustakaan Umum maupun Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

11.H. Lukman Hakim, SH.MA selaku Kepala KUA Jagakarsa Jakarta Selatan yang telah banyak membantu penulis untuk mendapatkan informasi guna penulisan skripsi ini.

12.H. Sulaiman S.Ag, Hj. Riyadhi Jannah, Ustad Lukman yang telah memberikan penulis banyak informasi dan pemahaman mengenai penelitian guna penulisan skripsi.


(9)

v

13.Kepada saudara-saudaraku Santi Uridawati, Reza Darmawan, Farhan yang selalu mendoakan untuk keberhasilan penulis

14.Avan Senapraja, mahasiswa Al Azhar Kairo Mesir yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam hal moril. Terimakasih atas kesetiaannya selama ini.

15.Sahabat-sahabatku “TRALALATRILILI” Fildzah Salsabil Rasyiqah, Ajeng Tania, Ulfaning Dwi N, dan Ayu Mayurohyang selalu memberikan keceriaan, semangat, dan motivasi untuk penulis. Serta tidaklupa pula rekan-rekanseperjuangan di Manajemen Haji danUmrah 2010 terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini .

16.Atik, Putri, Umi, ilham dan semua teman-temanku yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih untuk semua kalian yang sudah berteman baik dengan penulis.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini dengan melimpahkan rahmat dan karunianya. Semoga karya penelitian tugas akhir ini dapat memberikan kemaslahatan.

Jakarta, 28 Agustus 2014


(10)

vi

ABSTRAK ………... . i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR GAMBAR………... . vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan danPerumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metode Penelitian ... 7

1. Metode Penelitian ... 7

2. Subjek dan penelitian ... 8

3. Sumber Data ... 8

4. Tehnik Pengambilan Data ... 8

5. Teknis Analisi Data ... 10

6. Teknis penulisan ... 11

7. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

E. Tinjauan Pustaka... 12

F. SistematikaPenulisan... 13

BAB IILANDASAN TEORI A. Evaluasi Program ... 15

1. Pengertian Evaluasi Program... 15

2. Jenis-jenis Evaluasi Program ... 19

3. Tujuan Evaluasi Program... 21

B. Bimbingan Manasik Haji ... 23

1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji... 23

2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji... 27

3. Metode dan Bentuk Bimbingan Manasik Haji... 29

BAB IIIGambaranUmum Kantor Urusan Agama Kota Administrasi Jakarta Selatan A. Sejarah dan Perkembangannya... 33

B. Visi, Misi, danTujuan... 34

C. Struktur Organisasi... 35


(11)

vii

BAB IVAnalisisEvaluasi Penyelenggaraan Manasik Haji di Kantor Urusan Agama Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan 2014

A. Analisis EvaluasiKlient (Calon Jamaah Haji)... 41

1. Klient (Calon Jamaah Haji) Berdasarkan Jenis Kelamin... 42

2. Klient (Calon Jamaah Haji) Berdasarkan Usia... 43

3. Klient (Calon Jamaah Haji) Berdasarkan Pendidikan... 45

4. Klient (Calon Jamaah Haji) Berdasarkan Profesi./pekerjaan... 46

B. Analisis Evaluasi Staff (Pembimbing)... 48

1. Staff (Pembimbing) BerdasarkanPendidikan... 49

2. Staff (Pembimbing) Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 50

C. Analisis Evaluasi Materi... 52

1. Materi Bimbingan Manasik Haji berdasarkan Metode... 52

2. Materi Bimbingan Manasik Haji Berdasarkan Waktu ... 53

D. Analisi Evaluasi Sarana/Tempat ... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 63

B. Saran... 64

Daftar Pustaka Lampiran


(12)

viii

1. Gambar 1.1Calon Jamaah Haji Berdasarkan Jenis kelamin... 2. Gambar 1.2 Calon Jamaah Haji Berdasarkan Usia... 3. Gambar 1.3 Calon Jamaah Haji Berdasarkan Pendidikan... 4. Gambar 1.4 Calon Jamaah Haji Berdasarkan Profesi/Pekerjaan ...


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian 2. Surat Keterangan

3. Hasil Penelitian Wawancara

4. Data Jamaah Haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2014 Persyaratan Umum dan Khusus untuk Calon Petugas haji PPIH Arab Saudi

5. Materi Bimbingan Manasik Haji Masal dan Kelompok


(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan bimbingan manasik haji merupakan bagian dari pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap jamaah haji yang menjadi salah satu tugas pemerintah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji.

Pemerintah sebagai penanggung jawab penyelenggaraan ibadah haji dari tahun ke tahun telah berupaya meningkatkan sistem manajemen, pembinaan, pelayanan, perlindungan serta akuntabilitas penyelenggaraan ibadah haji secara komprehensif. Dalam hal bimbingan manasik haji, selain yang difasilitasi oleh pemerintah, setiap jamaah haji secara mandiri perlu meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta wawasan tentang ibadah haji dari berbagai aspeknya sehingga memperoleh haji mabrur yang tercermin dalam prilaku sehari-hari.1

Setiap jamaah pasti mendambakan haji-nya akan menjadi mabrur, untuk menuju kearah kemabruran tidak akan tercapai manakala tidak didukung pemahaman jamaah haji terhadap manasik dan ibadah lainnya serta dapat melaksanakannya sesuai tuntunan ajaran agama Islam, hal ini menjadi prasyarat kesempurnaan ibadah haji untuk memperoleh haji mabrur oleh karena itu maka diperlukan pembelajaran

1

Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,


(15)

2

praktek haji atau dengan yang biasa disebut dengan bimbingan manasik haji .

Selanjutnya ibadah haji memerlukan persiapan fisik dan mental yang sungguh-sungguh, dan tidak hanya diperlukan ilmu (mengenai manasik, Ilmu Fiqh dan lain-lainnya) tapi juga pengetahuan mengenai bagaimana melakukan praktek manasik tersebut, mulai persiapan selama di tanah air, apa dan bagaimana selama di Asrama Haji, di Pesawat, di bandara, bahkan hingga bagaimana menyiasati situasi di Tanah Suci yang luar biasa.2

Agar bisa beribadah haji dengan sebaik-baiknya dan menjadi haji mabrur, disamping harus ikhlas kita harus memiliki ilmu yang cukup seputar bagaimana menjalankan ibadah haji sesuai dengan tuntunan Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu cara belajar haji adalah dengan

manasik haji. Oleh karena itu, proses belajar melalui manasik haji harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Oleh karena itu Kementerian Agama senantiasa menyampaikan informasi tentang haji kepada masyarakat, yang lebih diarahkan pada pembentukan kualitas jemaah haji mandiri, maka peran Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan dalam pemberian penyuluhan dan pembinaan haji merupakan pola strategis sesuai tuntutan dan dinamika yang berkembang dewasa ini.

2

Gus Arifin, Peta Perjalan Haji dan Umrah,(Jakarta:PT Elex Media Komputindo, 2012), h.1


(16)

Kantor Urusan Agama Kecamatan merupakan perpanjangan tangan Kantor Kementerian Agama Kabupaten yang langsung berhubungan dengan masyarakat.

Kantor Urusan Agama (KUA) yang merupakan Instansi pemerintah yang menangani masalah agama mempunyai peranan penting dalam memberikan pelatihan bimbingan manasik haji yang mencakup Panduan Perjalanan Haji, Bimbingan Kesehatan Dalam Pelaksanaan Ibadah Haji, Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji, Bimbingan Manasik Haji

Mengenai Tawaf dan Sa’i, Wukuf di Arafah dan Praktek, Bimbingan

Manasik Haji Mengenai Mabit di Musdalifah, Mina, Melontar Jumrah, Tawaf Ifada dan Tawaf Wada, serta Praktek Lapangan. bimbingan manasik haji kepada para calon jamaah. 3

Bedasarkan Undang-undang No. 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji mengamanatkan bahwa kebijakan dan pelaksanaan penyelenggaran ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah yang dikoordinasikan oleh Mentri Agama dan bekerja sama dengan masyarakat, departemen dan instansi terkait lainnya.

Maka untuk memenuhi undang-undang diatas Pemerintah berkewajiaban melakukan pembinaan kepada para jamaah haji dari persiapan berangkat sampai pulang ke Indonesia. Sebagai upaya peningkatan pelayanan ibadah haji dan keselamatan, kelancaran,

3


(17)

4

ketertiban, dan kesejahteraan jamaah haji demi kesempurnaan ibadah, maka pemerintah melalui Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan berkewajiban melakukan pembinaan jamah haji dengan mengadakan bimbingan manasik haji.

Akan tetap pembimbingan manasik haji di KUA yang sudah diatur oleh Kementrian Agama dalam pasal-pasal yang telah disebutkan sebelumnya, pada kenyataanya masih kurang dimanfaatkan oleh para calon jamaah haji dan juga masih kurang profesional yang dilakukan oleh KUA, sehingga harapan untuk menyiapkan haji yang mandiri yang memang merupakan tujuan yang dicanangkan oleh kementrian agama itu tidak terpenuhi sehingga kepercayaan terhadap KUA menjadi kian menurun. Wajar jika kemudian para calon jamaah haji lebih memilih untuk mengikuti bimbingan manasik di yayasan-yayasan atau KBIH.

Oleh sebab itu, setiap penyelenggaraan sebuah kegiatan, dibutuhkan sebuah sistem evaluasi. Begitu juga dalam penyelenggaraan bimbingan manasik haji ini perlu diadakannya sebuah sistem evaluasi untuk mencari penyebab suatu masalah dan mengatasi semua masalah yang timbul serta merancang sebuah gagasan atau solusi agar pada saat penyelenggaraan bimbingan manasik haji selanjutnya bisa berlangsung dengan keadaan yang lebih baik.

Maka melihat dari profil calon jamaah haji yang sangat beragam serta pengetahuan tentang manasik yang terbatas dan materi bimbingan yang luas menjadi masalah yang kerap terjadi dalam bimbingan manasik.


(18)

Dan dari semua rangkaian bimbingan manasik yang intinya adalah evaluasi penyelenggaraan ini dirasa kurang diperhatikan maka penulis dalam hal ini mengambil judul evaluasi bimbingan manasik. Penelitian ini lebih diarahkan untuk memfokuskan kepada suatu KUA yang ada di Kecamatan khususnya Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan periode 2014.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pada proses evaluasi terdapat 3 (tiga) unsur yaitu evaluasi input, proses, dan output. Dalam penelitian ini penulis membatasi kepada evaluasi input. Kenapa input, karena evaluasi input ini merupakan salah satu unsur penting yang terjadi dalam proses bimbingan manasik haji. Dalam proses evaluasi input ini pun penulis membatasinya lagi hanya kepada bagian klient (calon jamaah), staff (pembimbing), materi, dan tempat/sarana.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah secara umum adalah “bagaimana evaluasi penyelenggaraan manasik haji di KUAKecamatan Jagakarsa periode 2014?”. Rumusan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

a. Bagaimana evaluasi input dalam hal klient (jamaah) yang terjadi dalam penyelenggaraan bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2014?


(19)

6

b. Bagaimana evaluasi tenaga pengajar yang terjadi dalam penyelenggaraan bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2014?

c. Bagaimana evaluasi materi yang terjadi dalam penyelenggaraan bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2014?

d. Bagaimana evaluasi tempat yang terjadi dalam penyelenggaraan bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2014?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Bedasarkan pada pokok permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah mendeskripsikan evaluasi input dalam penyelenggaraan bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan 2014.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendeskripsikan evaluasi input dalam hal klient (jamaah) yang terjadi dalam bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatantahun 2014.

b. Mendeskripsikan evaluasi input dalam hal staff (tenaga pengajar)yang terjadi dalam bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatantahun 2014.


(20)

c. Mendeskripsikan evaluasi input dalam hal materi kurikulum yang terjadi dalam bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatantahun 2014.

d. Mendeskripsikan evaluasi input dalam hal tempat/sarana yang terjadi dalam bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2014.

Adapun manfaat dari penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Toritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan dibidang manasik khususnya dalam kurikulum manasik haji

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru dan memberikan motivasi bagi para praktis yan kongkret terhadap pengembangan penyelenggaraan manasik haji serta dapat memberikan motivasi kepada Kantor Urusan Agama maupun KBIH-KBIH lainya.

D. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Loxy Moleong menyatakan bahwa metode dengan menggunakan pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur


(21)

8

peneliti yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.4

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji

3. Sumber Data

Sumber data ini sangat penting untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan benar atau tidaknya suatu penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan :

a. Data Primer

Merupakan data utama yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara, serta dokumentasi dari pihak Kantor Urusan Agama (KUA) Jagakarsa. b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang tertulis yang terdapat dalam buku dan literature terkait.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

4

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009). Cet . X. Hal.3


(22)

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung kelapangan dengan mendatangi narasumber yakni pada Kantor Urusan Agama Jagakarsa Jakarta Selatan, hal ini guna mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi pada lokasi penelitian berkaitan dengan penyelenggaraan bimbingan manasik haji dalam memberikan kepuasan terhadap jamaah Haji.

b. Wawancara

Pada wawancara penulis mengadakan komunikasi langsung dan mengajukan beberapa pertanyaan ke beberapa pihak yang bersangkutan baik secara lisan dan mendengarkan langsung keterangan atau informasi dari pihak Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan dan menggali data tentang sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan manasik haji khususnya dalam hal evaluasi input manasik haji yang ada di KUA kecamatan Jagakarsa. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Bapak Lukman Hakim, staf pegawai Kantor Urusan Agama Kecamatan Jagakarsa khususnya penyelenggara Haji dan umrah, pembimbing manasik haji Ustadzah Riyadhi Jannah dan Bapak Sulaeman, selain pembimbing dan para staff penulis juga membutuhkan sumber pendukung yaitu calon jamaah haji tahun


(23)

10

2014 yang mengikuti bimbingan manasik haji di KUA Kecamatan Jagakarsa.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.5 Penulis menggunakan data dan sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. Data-data ini penulis peroleh dari buku-buku, profil company, arsip-arsip maupun diktat-diktat bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa Jakarta Selatan, yang dapat mendukung serta berkaitan dengan masalah penelitian. Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut penulis berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai obejk sesuai yang ditulis dengan memahami seksama kemudian memberikan interpresentasi sesuai kecenderungan dan

frame of think..

5. Teknis Pengelolaan Data

Teknik pengelolaan data yang penulis gunakan dalam mengolah data penelitian in adalah dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan bahan pustaka dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni peneliti mencoba memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian menganalisa data dengan berpedoman dengan sumber-sumber tertulis.

5

Husain Umar dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara , 2003) cet ke 4 h.73


(24)

6. Teknis penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desartasi)”, karangan Hamid Nasution dkk, CeQDA UIN Syarif

Hidayatullah,2007.6

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kantor Urusan Agama (KUA) Jagakarsa Jakarta Selatan, yang beralamatkan di Jl sirsak No.97 Kel. Jagakarsa Jakarta Selatan Telp. (021) 7865026. Dan waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2014 dan berakhir pada bulan Juni 2014.

E. Tinjauan Pustaka

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan Instansi pemerintah yang menangani masalah agama mempunyai peranan penting dalam memberikan pelatihan bimbingan manasik haji yang mencakup Panduan Perjalanan Haji, pembekalan dalam melaksanakan rukun, wajib, dan tata cara ibadah haji.

Tapi pengamatan penulis, terdapat banyak penelitian yang membahas tentang bimbingan manasik haji. Seperti “Manajemen Pembinaan Bimbingan Manasik Haji pada KBIH Ulul Albab-Tangerang.” Yaitu skripsi dari Tirta Wijaya dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi program studi Manajemen Dakwah. Sampai saat ini sejauh penelusuran peneliti belum ada penelitian yang membahas tetang Evaluasi Program

6

Hamid Nasution dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (CeQDA (Center for Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007), cet:Pertama


(25)

12

Bimbingan Manasik Haji di KUA Kecamatan. Oleh karena itu penulis menganggap perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan latar belakang masalah di atas.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan skripsi adalah merupakan hal yang penting karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab yang saling berkaitan dan berurutan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam penyusunannya, sehingga terhindar dari kesalahan ketika penyajian pembahasan masalah. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I, pada bab awal ini berisi tentang pendahuluan penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II, merupakan konsep dan kerangka teori penelitian. Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian evaluasi menurut para ahli, evaluasi program dan pengertian dari bimbingan manasik haji.

BAB III, pada bab tiga berisi tentang data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jagakarsa. Dan data tersebut meliputi profil Kantor Urusan Agama (KUA) Jagakarsa Jakarta Selatan.

BAB IV merupakan inti dari proses penelitian itu sendiri. Yang berisi tentang analisis dari data-data yang telah terkumpul dan tersaji


(26)

dalam bab tiga. Didalamnya berisi tentang evaluasi inputpenyelenggaraan manasik haji di Kantor Urusan Agama (KUA) Jagakarsa

BAB V : Merupakan bagain penutup didalamnya berisi kesimpulan dan saran-saran.


(27)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi Program terdiri dari dua kata yaitu evaluasi dan program. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “evaluasi” artinya penilaian atau hasil.1 Sedangkan menurut istilah M Chabib Thaha berpendapat bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan suatu instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.2

Lalu H. D. Sudjana dalam bukunya yang berjudul Evaluasi

Program Pendidikan Luar Sekolah menyatakan, “evaluasi merupakan

kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan telah tercapai, apakah pelaksanakan program sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi setelah program ditentukan3

Sedangkan Arikunto berpendapat bahwa evaluasimerupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), cet ke-1 h. 138

2

M. Chabib Thaha Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),

h. 1.

3

H. D. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Falah Production, 2000), h. 283


(28)

evaluasi adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program.4

Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa evaluasi itu adalah proses pengumpulan informasi tentang sejauh mana suatu rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan dan hasilnya nanti akan menjadi tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Sedangkan program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti suatu rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.5 Secara umum Andi Mappiare menjelaskan bahwa program

adalah kerangka dasar rancangan aktifitas atau kegiatan yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan yang dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas.6

Program juga merupakan unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4

Arikunto Suharsini, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2004), h.12

5

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), cet ke-1 h. 278

6

Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), Ed.1, h.254


(29)

16

4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan. 5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan7

Setelah masing-masing pengertian evaluasi dan program dijabarkan diatas maka evaluasi program mempunyai pengertian tersendiri. Yaitu evaluasi program adalah kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan.

Para pakar ilmuan berpendapat bahwa istilah evaluasi program mempunyai arti lebih luas. Dari pakar psikologi, Wilbur Harris menyatakan bahwa evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi.8

Lalu Syamsu Mappa sebagai pakar pendidikan menjelaskan bahwa evaluasi program sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan suatu program pendidikan.9 Selanjutnya Mugiadi menambahkan bahwa evaluasi program adalah upaya

7

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29235/3/Chapter%20II.pdf, minggu,13 July 2014, 22:15

8

Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008), Ed.2, h.19

9

Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008), Ed.2, h.22


(30)

pengumpulan informasi mengenai program, kegiatan, atau proyek. Informasi tersebut berguna bagi pengambilan keputusan, antara lain untuk memperbaiki program, menyempurnakan kegiatan program lanjutan, menghentikan suatu kegiatan, atau menyebarluaskan gagasan yang mendasari suatu program atau kegiatan. Informasi yang diikumpulkan harus memenuhi persyaratan ilmiah, praktis, tepat guna, dan sesuai dengan nilai yang mendasari dalam setiap pengambilan keputusan.10

Lalu selanjutnya Zaki Mubarak menjelaskan dalam Tesisnya yang berjudul Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat bahwa Evaluasi program dalam pemberdayaan itu didefinisikan sebagai pendekatan evaluasi yang mengarah pada upaya meningkatkan kemungkinan pencapaian keberhasian program pemberdayaan yang lebih baik. Dan juga merupakan proses untuk mendapatkan gambaran diri melalui evaluasi dan refleksi diri dalam tataran individu ataupun grup guna meningkatkan kualitas dirinya melalui inisiatifnya sendiri.11

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi program merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan kegiatan agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran yang dituju sudah tercapai apa belum. Dan hasilnya akan menjadi masukan pengambilan alternatif keputusan. Alternatif keputusan itu antara lain untuk penghentian, perbaikan, modifikasi, peningkatan atau tindak lanjut program.

10

Thoha, M. Chabib Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo PersadaEd 1, Cet.3-, 1996), h. 22.

11

Zaki Mubarak, Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau dari Proses Pengembangan Kapasitas Kegiatan, (Semarang :UNDIP Press, 2010), h.37


(31)

18

2. Jenis-jenis Evaluasi Program

Dalam melaksanakan evaluasi, biasanya dikaitkan dengan jenis-jenis evaluasi yang akan digunakan. Dalam konteks ini penulis akan menggunakan jenis evaluasi seperti yang dikemukakan oleh Isbandi Rukminto yang mengutip pendapat Feuriskin yaitu : evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi hasil.12

a. Evaluasi Input

Evaluasi input memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan program. Menurut Isabndi terdapat tiga unsur (variabel) utama yang terkait dengan evaluasi input adalah :

1) Klien (peserta), meliputi : usia, jenjang pendidikan, dan latar belakang keluarga.

2) Staf (pelaksana), meliputi : aspek demografi, seperti latar belakang pendidikan staf, dan pengalaman propesi staf

3) Program, meliputi : lama waktu layanan yang diberikan, materi, sumber-sumber rujukan yang tersedia dan cara pelaksanaan program.

Terkait dengan evaluasi input program, ada 4 (empat) kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. Kriteria tersebut di antaranya :

a) Tujuan objektif

b) Penilaian terhadap kebutuhan klien c) Standar dari suatu praktek yang baik

12

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi komunitas,


(32)

d) Biaya untuk pelaksanaan program. b. Evaluasi proses

Menurut Wirawan evaluasi proses merupakan evaluasi formatif yang berfungsi mengukur kinerja program untuk mengontrol pelaksanaan program. salah satu cangkupannya adalah mengukur apakah terjadi penyimpangan atau tidak dalam pelaksanaan program. Evaluasi proses memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien (peserta program) dan staf (pelaksana). Evaluasi ini untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang sedang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.13

Sedangkan evaluasi proses menurut Isbandi yang mengutip pendapat Pietrzak yaitu memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisi harus dikaji bedasarkan kriteria yang relevan seperti: standar praktek terbaik, kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasa klien.14

13

Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), h. 2

14

Isbandi Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI, 2001), h. 129


(33)

20

c. Evaluasi Hasil

Evaluasi ini diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak

(overall impact) dari suatu progam terhadap penerimaan layanan

(recipients). Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah:

bila suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia menerima layanan tersebut? Bedasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu program.15

Evaluasi hasil mengukur dan menginterpretasi pencapaian program selama program dan akhir program. evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tentang seberapa jauh tujuan yang di rencanakan telah dapat dicapai dengan baik

3. Tujuan Evaluasi Program

Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan evaluasi program menurut Wirawan adalah :

a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat. Program

dirancang dan dilaksanakan sebagai layanan atau intervensi sosial (social intervention) untuk menyelesaikan masalah dan keadaan yang dihadapi masyarakat. Program juga diadakan untuk mengubah keadaan masyarakat yang dilayani.

b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Setiap program direncanakan dengan teliti dan pelaksanaanya harus sesuai dengan rencana tersebut. Akan tetapi, pada pelaksanaannya suatu program dapat melenceng.

15

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi komunitas, (Jakarta : FEUI,2001), h.131


(34)

c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar. Setiap program dirancang dan dilaksanakan bedasarkan standar tertentu.

d. Evaluasi program dapat mengidentifikasikan dan menemukan mana

dimensi program yang jalan, dan mana yang tidak berjalan.

e. Pengembangan staf program. Evaluasi dapat dipergunakan

mengembangkan kemampuan staf garis depan yang langsung menyajikan layanan kepada masyarakat. Evaluasi memberikan masukan kepada manajer program mengenai kinerja staf dalam melayani masyarakat.

f. Memenuhi ketentuan undang-undang. Suatu program dirancang dan

dilaksanakan bedasarkan ketentuan undang-undang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.

g. Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency. Untuk melaksanakan

suatu program diperlukan anggaran yang setiap organisasi mempunyai keterbatasan jumlahnya.

h. Mengambil keputusan mengenai program. Salah satu tujuan evaluasi

program untuk mengambil keputusan mengenai program.

i. Accountabilitas. Evaluasi dilakukan juga untuk

mempertanggungjawabkan pimpinan dan pelaksana program. Apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, sesuai dengan standar atau tolak ukur keberhasilan atau tidak. Apakah program telah mencapai tujuan yang direncanakan atau tidak. Semua hal tersebut perlu dipertanggungjawabkan oleh penyelenggara program.16

Sedangkan tujuan evaluasi menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feuriskin, ia menyatakan ada 10 alasan mengapa suatu evaluasi program diperlukan :

a) Untuk melihat apa yang sudah dicapai

b) Melihat kemajuan, dikaitkan dengan objektif (tujuan) program c) Agar tercapai manajemen yang baik

d) Mengidentifikasikan kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat program

e) Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu program

f) Untuk merencanakan kegiatan program tersebut lebih baik

16

Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), h. 24.


(35)

22

g) Melihat apakah usaha yang dilakukan secara efektif h) Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup rasionable17

Jadi setelah dilihat dari tujuan yang telah disebutkan oleh masing-masing pakar diatas, hampir memiliki kesamaan yang intinya melihat kepada dampak atau hasil yang diperoleh setelah dilakukannya evaluasi program dan apakah sudah sesuai dengan rencana yang diharapkan.

B. Bimbingan Manasik Haji

1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji

Bimbingan manasik haji terdiri dari tiga kata yaitu Bimbingan, Manasik dan Haji. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa

inggris yaitu “guidance”. Kata guidance dalam masalah pendidikan disebut bantuan, selain itu bimbingan dapat diartikan arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance berasal dari kata dasar (to) guide, yang artinya menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan, menuntun orang kejalan yang benar.18

Bimbingan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk sampai pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak setiap bantuan dapat diartikan bimbingan. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas dibawah ini penulis akan memaparkan pendapat dari para pakar yang telah disebutkan sebelumnya oleh Siti nurjannah di antaranya :19

17

Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta: FEUI Press, 2003), h.187-188

18

H. M. Umar, Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia 1998), Cet. Ke-1, h.9

19

Siti Nurjanah, Strategi Bimbingan Agama Dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Di Kantor Kementrian Agama (Jakarta: FDK Press, 2013), h.23


(36)

a. Jear Book of education, mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu atau kelompok untuk mengembangkan kemampun agar memperoleh kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial

b. Miller, mengemukakan bimbingan adalah proses terhadap individu

untuk mencapai pemahaman dan pengarahan yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal.

c. Wingkel, mengemukakan bahwa bimbingan yaitu memberikan

informasi, petunjuk dan nasehat kepada seseorang atau kelompok maka atas dasar pengetahuan tersebut orang dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

d. Dewa Ketut Sukardi, menyatakan bahwa bimbingan adalah proses

bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi-potensi (bakat, minat, dan kemampuan) yang dimiliki, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.20

Bedasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah suatu usaha manusia untuk mengarahkan dan membantu seseorang atau kelompok untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan mempunyai pemahaman yang lebih. Dalam bimbingan juga harus dilakukan secara sistematis dan terarah supaya tercapai tujuan yang diinginkan.

20

Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) cet ke-1, hal.19


(37)

24

Sedangkan untuk pengertian manasik adalah tata cara pelaksanaan ibadah haji. Kata manasik merupakan bentuk jamak dari kata mansak yang memiliki makna perbuatan dan syiar dalam ibadah haji.21 Lalu menurut

Kamus Istilah Haji dan Umrah, manasik adalah hal-hal peribadatan yang

berkaitan dengan ibadah haji: melaksanakan ihram dari miqat yang telah

ditentukan, thawaf, sa’i, wuquf diarafah, mabit dimuzdalifah, melempar

jumrah, dan lain sebagainya.22

Jadi manasik merupakan tatacara pelaksanaan ibadah baik haji maupun umrah sesuai syariah, dan merupakan hak yang tidak bisa diabaikan bagi seorang muslim yang akan melaksanakan ibadah haji, dilakukan sebelum perjalanan haji. Dengan mengikuti manasik, setiap calon jemaah haji akan m\endapatkan pengetahuan tata cara beribadah haji yang sesuai dengan anjuran Rasulullah.

Lalu untuk pengertian haji itu sendiri adalah menurut bahasa berarti menyengaja. Dalam bahasa Arab, haji dibaca dengan hajj atau hijj, meskipun pada dasarnya kata haji sering dibaca hajj. Jika dibaca hajj, berarti keterikatan kemampuan dengan gerakan-gerakan khusus. Jika dibaca hijj, haji berarti gerakan-gerakan khusus. Jadi, najul mahjuj berarti laki-laki yang menyengaja. Hanya saja kata hajj dan hijj kemudian biasa

21

Dede Imadudin, Mengenal Haji, (Jakarta: PT Mitra Aksara Panaitan, 2011), h. 18

22

DR. H. Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2008), h. 362


(38)

diartikan sebagai sengaja pergi ke Makkah untuk melangsungkan manasik haji.23

Adapun menurut istilah, haji artinya sengaja mengunjungi Baitullah (Kabah) untuk melaksanakan ibadah haji dengan syarat dan ketentuan yang telah ditentukan Allah dan rasul-Nya. Oleh karena itu, seseorang yang pergi ke Makkah untuk bekerja belum tentu ia dapat berhaji.24

Haji merupakan perjalanan spiritual yang diperintahkan oleh Allah SWT. Kewajiban tersebut ditujukan bagi umat Islam yang mampu secara fisik dan mental. Di samping itu, dalam pelaksanaanya jamaah haji harus memahami ilmu manasik. Dengan pemahaman tersebut diharapkan jamaah dapat menunaikan ibadah sesuai ketentuan syariat islam dan memperoleh haji mabrur.

Lalu kata manasik dan haji itu selalu berkaitan satu sama lain sehingga menjadi sebuah kata Manasik Haji yang mempunyai makna tersendiri. Depag RI merumuskan pengertian manasik haji sebagai suatu ilmu yang mempelajari syarat, rukun dan wajib haji yang harus diketahui

oleh setiap jama‘ah yang akan berangkat. Dari uraian tersebut di atas,

dapat disimpulkan bahwa manasik haji adalah suatu aktivitas yang dengan

23

Al-jawhari, al-shahhah, Jilid I, h. 303 (al-jawhari, Ismail ibnHammad, al-Shahhah Taj al-Lughah wa Shahhah al-‘Arabiyyah, (Kairo, 1376 H – 1957 M )

24


(39)

26

sengaja memodifikasi berbagai kondisi yang di arahkan untuk tercapainya suatu tujuan dalam hal ini tentang manasik Haji.25

Manasik haji merupakan bentuk/petunjuk bimbingan kepada calon jamaah haji tentang tata cara perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji dengan maksud agar calon jamaah haji dapat melaksanakan seluruh kegiatan ibadah haji secara mandiri dan memperoleh haji mabrur.

Jadi bimbingan manasik haji itu adalah proses pembekalan, arahan, petunjuk, dan pedoman untuk menuntun para calon jamaah haji dalam melaksanakan rukun, wajib dan tata cara ibadah haji lainya dengan baik dan benar.

Melalui kegiatan manasik haji ini, jamaah akan mendapatkan pengetahuan tentang aturan ibadah umrah dan haji, alur kegiatan perjalanan, ziarah dan mengenal tanah suci, tips kesehatan, tuntunan zikir dan doa, memantapkan praktek ibadah sehari-hari, meningkatkan akhlak dan dapat membangun kebersamaan.

2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji

Bimbingan manasik haji itu mempunyai fungsi dan tujuan, menurut Latif Hasan fungsi dari bimbingan manasik haji adalah :

a. Agar semua calon jemaah mampu memahami semua informasi tentang pelaksanaan ibadah haji, tuntunan perjalanan, petunjuk kesehatan dan mampu mengamalkanya pada saat pelaksanaan ibah haji di tanah suci

25

Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji,2011, hal 16


(40)

b. Agar jemaah haji dapat mandiri dalam meaksanakan ibadah haji, baik secara mandiri regu atau rombongan

c. Agar para jemaah haji mempunyai kesiapan menunaikan ibadah haji baik mental, fisik, kesehatan maupun petunjuk ibadah haji yang lain.26

Adapun Tujuan Bimbingan Manasik Haji yaitu :

Tujuan dalam bimbingan manasik adalah supaya jemaah yang niat berangkat menunaikan ibadah haji merasa aman, tertib dan sah. Aman dalam arti jemaah tidak merasa khawatir terhadap dirinya dan harta bendanya. Tertib dalam arti melaksanakan dan memenuhi syarat, rukun, dan wajib sesuai dengan tuntutan agama. Sah dalam arti tidak ada kekurangan dalam menjalankan ibadah dan manasik.27

Sedangkan menurut Departemen Kementrian Agama fungsi dan tujuan dari Bimbingan Manasik Haji adalah menjadikan jamaah haji yang mandiri, tidak bergantung kepada seseorang dalam pelaksanaan ibadah, dapat beribadah haji secara benar, sah, tertib, bimbingan terprogram dan berkesinambung dan dapat mencapai target haji yang mabbrur dan di ridhoi Allah SWT.28

Tujuan lainya agar masyarakat umumnya dapat memahami manasik haji, disamping itu diharapkan calon jama’ah haji dapat

26

Latif Hasan Dan Nidjam Ahmad, “Manajemen Haji” (Jakarta : Zikrul Hakim,2003) cet ke-2 hal.17

27

Latif Hasan Dan Nidjam Ahmad, “Manajemen Haji” hal. 19

28

KUA Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, Jadwal kegiatan Bimbingan Manasik Haji Calon Jamaah Haji Tahun 1435 H/2014 m


(41)

28

memahami tentang proses pelaksanaan haji dan dapat mempraktekkan

manasik haji secara benar sesuai dengan syari’at Islam.

3. Bentuk dan Metode Bimbingan Manasik haji

Bentuk dan metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan agar tercapai tujuan seperti yang telah ditentukan dan diharapkan. Dalam hal bimbingan manasik haji pun terdapat bentuk dan metode yang digunakan.

Bimbingan jama’ah haji dikelompokan menurut bentuknya, seperti

dikemukakan Direktur Pembinaan Haji, bahwa bimbingan manasik haji oleh pemerintah menurut jenjang organisasi pelaksana yaitu : (a) Bimbingan kelompok yang dilaksanakan oleh KUA Kecamatan, (b) Bimbingan massal yang dilaksanakan Kabupaten / Kota.29

A. Bentuk Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.30

Dalam bentuk bimbingan kelompok dilaksanakan di setiap KUA Kecamatan yang dilakukan dalam 7 (tujuh) kali pertemuan.

29

Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,

Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, (Jakarta:2013, h.8)

30

H.Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 178.


(42)

Adapun jenis metode yang dipakai dalam bimbingan kelompok ini di antaranya metode ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi.31

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.32 Dalam hal manasik haji metode ceramah selalu menjadi unggulan para pembimbing dalam menjelaskan atau menerangkan materi tentang haji.

2) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif.33

Dalam bimbingan manasik haji metode ini dapat dikatakan baik karena dapat menggali pengetahuan lebih dalam lagi dari para jamaah tentang materi manasik haji yang telah disampaikan. 3) Metode Tanya Jawab

31

Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, (jakarta:2014. h.7)

32

Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002), h. 21

33

Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta:Dpartemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002), h. 21


(43)

30

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi. Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru.34

Dalam bimbingan manasik haji, metode ini merupakan strategi untuk mengukur sejauh mana pemahaman calon jamaah terhadap materi yang telah disampaikan oleh pembimbing, serta dapat membangkitkan respon para calon jamaah.

4) Metode Simulasi

Dalam metode simulasi Udin Syaefudin menyatakan bahwa adalah simulasi merupakan replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.35

Dalam bimbingan manasik haji, metode simulasi merupakan metode yang tepat untuk mengkondisikan keadaan pada saat berhaji seperti melaksanakan rukun dan wajib haji.

34

Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudyaan , 2002), h. 17

35

Syaefudin, Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 129


(44)

Metode ini sangat membantu para jamaah dalam menambah pengetahuannya serta dapat mempunyai gambaran apa saja yang akan dilakukan selama ditanah suci.

B. Bentuk Bimbingan Massal

Bentuk bimbingan massal dilaksanakan di Kabupaten/Kota oleh Kementrian Agama Kabupaten/Kota. Bimbingan massal ini dilakukan selama 3 (tiga) kali pertemuan.36 Adapun metode yang digunakan dalam bimbingan massal ini hampir sama dengan metode yang dipakai oleh bentuk bimbingan kelompok yang telah disebutkan sebelumnya. Metode bimbingan massal hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Dikarenakan bentuk bimbingan massal ini merupakan bentuk bimbingan umum yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah tingkat Kota/Kabupaten

36

Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,


(45)

32 BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

A. Sejarah Singkat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan bagian dari sistem Kementerian Agama. Kementerian Agama mempunyai tugas yaitu menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan di bidang Agama. Dan Kantor Urusan Agama (KUA) juga merupakan bagian dari unsur pelaksana sebagian tugas Kementerian Agama yang berhubungan langsung dengan masyarakat di wilayah Kecamatan. Sebagaimana ditegaskan dalam Keputusan Menteri Agama Nomor : 571 Tahun 2001, bahwa Kantor Urusan Agama bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama.

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jagakarsa sudah berdiri sejak tanggal 22 oktober 1992 dan berkantor di Kecamatan Jagakarsa sejak pertengahan tahun 1994 sampai dengan tahun 1995. Pada saat itu lokasi kantor masih kontrak di daerah Lenteng Agung. Lalu tahun 1996 KUA Jagakarsa pindah dan sudah mempunyai kantor sendiri yang berlokasi di jalan Sirsak Kecamatan Jagakarsa.

Dan untuk pelayanan bimbingan manasik haji, KUA Kecamatan Jagakarsa baru di mulai pada tahun 2006 lalu. Seblumnya para calon


(46)

jamaah haji hanya mengikuti bimbingan manasik haji di tingkat Kota/Kabupaten. Baru setelah tahun 2006 KUA Kecamatan Jagakarsa mulai mengadakan bimbingan manasik haji di tingkat KUA Kecamatan.

B. Visi, Misi dan Tujuan

Adapun visi dari KUA Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan adalah : 1. Visi

Mewujudkan Pelayanan Prima dan Memuaskan Dalam Bidang Keagamaan dan Urusan Agama Islam di Wilayah Kecamatan Jagakarsa

2. Misi

a. Meningkatkan kualitas pelayanan nikah dan rujuk

b. Meningkatkan kualitas pelayanan di bidang pembinaan keluarga sakinah

c. Meningkatkan pelayanan dan bimbingan produk halal

d. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pembinaan sarana ibadah sosial

e. Meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan kemitraan umat islam f. Meningkatkan kualitas pelayanan perwakafan

g. Meningkatkan pelayanan dan bimbingan ibadah haji 3. Tujuan

a. Meningkatkan hubungan yang harmonis dan koordinatif antar aparatur / pegawai di KUA Kec. Jagakarsa


(47)

34

b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan penyelenggaran ibadah haji c. Meningkatkan kualitas dan skill individu tertentu dalam bidang

pernikahan, zakat, wakaf, ibadah sosial, dan administrasi perkantoran modern serta kemitraan

d. Meningkatkan hubungan lintas sektoral yang harmonis dan dinamis dengan instansiterkait, ormas-ormas dan lembaga-lembaga keagamaan yang ada di Kec. Jagakarsa

e. Meningkatkan sarana prasarana serta mengefektifkan fungsi pelayanan kepada masyarakat menuju pelayanan prima yang lebih profesional.

f. Meningkatkan pelayanan kehidupan umat beragama serta memantapkan kualitas pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama.

C. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Jagakarsa

KARYAWAN-KARYAWATI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

NO N A M A NIP GOL J A B A T A N

1 H. Lukman Hakim, SH, MA 1960080219 87021001

III/d Kepala

2 Abdul Kholil, S.Sos.I 150182621 III/c Penghulu sebagai Koordinator IBSOS dan Mal

3 Samlawi, S.Ag 150248324 III/b Penghulu sebagai Koordinator


(48)

4 Drs. H. A Rahman N 150298693 III/b Penghulu sebagai Koordinator

Pengadministrasi Pangan Halal

5 Abdullah Musa, S.Ag 150249908 III/b Penghulu sebagai Koordinator BP-4 6 Rokib, S.HI 150243738 III/a Penghulu sebagai

Koordinator Zakat dan Wakaf

7 H. Abdullah 150213709 III/b Pengadministrasi Keuangan NR 8 Bahijah Hidayati 150196741 III/b Pelaksana Kemitraan 9 Reflidarwati 150225223 III/a Pelaksana Kemitraan 10 Nur Atikah 150228824 III/a Pengadministrasi NR 11 Aisyah Zahara Malawat, S.Sos 150332814 III/a Pengadministrasi NR

12 Riadi Jannah Siregar, S.Pd.I 150271627 III/a Pengadministrasi Keluarga Sakinah dan BP-4

13 Sidup, S.Hi 150257353 III/a Pelaksana TU

14 H. Anas Malik 150103887 II/d Pangadministrasi NR 15 Ahmad Sanusi 150204572 II/d Pengadministrasi Pangan

Halal

16 Rita Dahlia 150247682 II/d Pengadministrasi IBSOS dan Mal

17 Umaenah 150250812 II/d Pengadministrasi IBSOS dan Mal

18 Romadon Budi Riyanto 150330845 II/a Pengadministrasi Kel Sakinah dan BP-4 19 Muslim, S.Ag 150381478 III/a Calon Pegawai


(49)

36

KARYAWATI HONORER Office Boy : Rohadi Security : Marjan

D. Tugas Pokok dan Fungsi KUA Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan

Keputusan Mentri Agama No. 517 Tahun 2001 Tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, tugas KUA adalah melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten dan Kota dibidang Urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan.

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, maka KUA melaksanakan fungsi :

1) Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi

2) Menyelenggarakan surat menyurat, kearsipan, pengetikan, dan rumah tangga KUA Kecamatan

3) Pelayanan Bidang Pernikahan

Melaksanakan pembinaan dan bimbingan tehnis dalam hal Tertib administrasi pencatatan Nikah dan Rujuk, Mengusahakan pencatatan Nikah dan Rujuk Tepat dan Cepat, Memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap Pembantu Penghulu dan pelayanan Nikah dan Rujuk, Mengatur jadwal pelaksanaan pernikahan di Kantor dan Luar Kantor.

4) Pembinaan Keluarga Sakinah

Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin telah dilaksanakan setiap 2 kali dalam sebulan yang telah dijadwalkan oleh BP-4 Kotamadya Jakarta Selatan


(50)

5) Ibadah Sosial

KUA Kecamatan Jagakarsa turut berperan serta bersama-sam dengan Kecamatan Jagakarsa dalam mensukseskan pengumpulan dana untuk kepentingan Ibadah Sosial maupun kemasyarakatan. Pelaksanaannya adalah dengan cara menghimpun Zakat, Infaq dan shodaqoh yang merupakan salah satu program dari Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta guna memberikan pembelajaran bagi masyarakat untuk kepekaan jiwa sosial maupun untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa. Adapun hasil dari pengumpulan dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh akan dikewnbalikan kembali ke wilayah masing-masing yang akan dimanfaatkan untuk :

 Bantuan bagi Majelis Ta’lim, Masjid dan Musholla.  Merehabilitasi tempat-tempat ibadah

 Bantuan Wajib Belajar dan sarana Pendidikan Agama Islam

 Mengirimkan staff / karyawan pada acara Orientasi Tenaga Instruktur Bina Ibadah Sosial yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Dep. Agama Propinsi DKI Jakarta guna menambaha wawasan dan pengetahuan tentang tehnis Pembinaan masalah Ibadah Sosial masyarakat dalam masyarakat.

6) Pelayanan di Bidang Perwakafan

Dalam rangka melaksanakan peningkatan pelayanan perwakafan untuk masyarakat, KUA Kecamatan Jagakarsa mengadakan :


(51)

38

a) Penyuluhan tentang perwakafan

b) Pembinaan Wakif dan Nadzir sebelum ikrar wakaf dilakukan dengan bekerjasama dengan BPN dalam pelayanan sertifikasi Tanah Wakaf.

c) Pembenahan administrasi Perwakafan..

d) KUA Kecamatan Jagakarsa mendorong masyarakat khususnya

Calon Pengantin untuk wakaf Kitab Suci Alqur’an yang kemudian

didistribusikan ke Masjid, Mushalla, Majelis Ta’lim dan Sekolah -sekolah yang membutuhkan.

7) Pengembangan Kemitraan

a) Melakukan pertemuan-pertemuan baik formal maupun informal di lingkungan instansi pemerintah dan lingkungan masyarakt dalam rangka sosialisasi Pengembangan Kemitraan Umat.

b) Mengirimkan staff / karyawan pada Orientasi Hisab Rukyat yang diselenggarakan oleh Badan Hisab Rukyat Tingkat Propinsi.

c) Mengikuti Rukyatul Hilal penentuan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah Mengirimkan staff / karyawan pada Simulasi Rukyatul Hilal awal bulan Hijriah yang diselenggarakan oleh Badan Hisab Rukyat Propinsi DKI Jakarta.

d) Mengadakan pelayanan di bidang pengukuran arah Kiblat Masjid, Mushalla dan Langgar untuk diterbitkan Sertifikasi Arah Kiblat. 8) Kegiatan Sektoral dan Lintas Sektoral


(52)

1. Mengikuti Rapat Pembinaan Penghulu di Kanwil Departemen Agama Propinsi DKI Jakarta

2. Mengikuti Rapat Koordinasi Kantor Dep. Agama 3. Menghadiri Rapat Tehnis Urais

4. Mengadakan rapat Pembinaan dengan Penyuluh Agama 5. Mengadakan Rapat Koordinasi dengan Pengawas Mapenda 6. Mengadakan Pembinaan Pembantu Penghulu

7. Mengadakan Rapat Pembinaan dengan karyawan / karyawati KUA Kecamatan Jagakarsa.

8. Mengadakan rapat-rapat yang bersifat situasional.

b) Lintas Sektoral

1. Mengadakan kerjasama dengan PUSKESMAS dalam kegiatan Kursus Calon Pengantin

2. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Kecamatan baik kegiatan yang bersifat dinas maupun kegiatan kemasyarakatan

3. Menghadiri Rapat Koordinasi di Kecamatan

4. Bekerjasama dengan BPN dalam rangka Sertifikasi Tanah Wakaf

5. Mengadakan perteremuan dengan pengurus Masjid se Kecamatan Jagakarsa.


(53)

40 BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

Bedasarkan hasil temuan lapangan diperoleh suatu informasi tentang evaluasi program bimbingan manasik haji di Kantor Urusan Agama (KUA) Jagakarsa Jakarta Selatan. Dalam bab ini analisis data dijelaskan melalui jenis evaluasi input yang hanya meliputi : klient (calon jamaah haji), staff (pembimbing), program (materi kurikulum), dan sarana/tempat.

1. Evaluasi Input

A. Evaluasi Klient (Calon Jamaah)

Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Bpk. H.Lukman Hakim selaku kepala KUA dan juga skaligus ketua pelaksana program kegiatan bimbingan manasik haji menjelaskan bahwa profil dari calon jamaah yang tersebar dalam Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan itu sangatlah beragam mulai dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Tercatat sekitar 205 calon jamaah yang berasal dari kecamatan jagakarsa yang berangkat dan mengikuti bimbingan manasik haji.1

Untuk mempermudah pengkajian karakteristik calon jamaah haji yang mengikuti program bimbingan manasik haji ini, maka penulis akan menjelaskan latar belakang dari calon jamaah berdasarkani usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan/profesi.

1

Wawancara Pribadi dengan Kepala KUA Jagakarsa Bpk Lukman Hakim, Jakarta 21 juni 2014


(54)

1) Calon Jamaah Bedasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil data yang penulis dapatkan jumlah calon jamaah yang terdaftar di Kecamatan Jagakarsa sebanyak 205 orang. Dengan perincian 100 orang berjenis kelamin laki-laki, dan 105 berjenis kelamin perempuan. Terlihat tidak begitu jauh perbandingan antara calon jamaah laki-laki dan perempuan. Dan jumlah ini pun juga hampir sama ketika pada saat kehadiran bimbingan manasik haji yang dilaksanakan di KUA Jagakarsa.Dimana kaum perempuan lebih dominan menghadiri dan mengikuti program bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa.

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa kaum perempuan yang terdaftar sebagai calon jamaah di Kecamatan Jagakarsa dan yang mengikuti program bimbingan manasik haji itu lebih dominan dari

laki-Gambar 1.1

Calon Jamaah berdasarkan usia

Laki-laki perempuan


(55)

42

laki. Menurut hasil penelitian penulis, hal ini terjadi disebabkan karena kesibukan pekerjaan yang dijalani oleh para calon jamaah laki-laki sehingga dia tidak bisa mengikuti bimbingan manasik haji yang dilaksanakan tiap minggunya.

2) Calon Jamaah Bedasarkan Usia

Dari hasil data yang penulis dapatkan usia para calon jamaah haji yang terdaftar dan mengikuti bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa itu diisi oleh kebanyakan para orang tua yang sudah menginjak masa lansia awal dan akhir yang usianya sekitar 45-65 tahun.

Usia ini dapat mempengaruhi tingkat kinerja dan kualitas calon jamaah dalam mengikuti proses ibadah haji di Makkah maupun dalam mengikuti bimbingan manasik haji.

Idealnya usia yang bagus dan cocok untuk dapat menjalankan ibadah di tanah suci itu ketika usia kita berada di tingkat dewasa awal dan akhir. Dimana pada usia itu keadaan fisik dan tenaga masih sangat kuat dan segar.2

Untuk melihat grafis calon jamaah haji yang terdaftar di KUA Jagakarsa bedasarkan usianya maka penulis jelaskan dalam bentuk gambar seperti dibawah ini :

2

Wawancara Pribadi Kepada Ustadzah Riyadhi Jannah Selaku Pembimbing manasik haji di KUA Jagakarsa, Tanggal 21 Agustus 2014


(56)

Darigambar diatas tercatat sekitar 2 orang remaja yang terdaftar sebagai calon jamaah haji di Kecamatan Jagakarsa, 6 orang dewasa awal, 30 orang dewasa akhir, 89 orang lansia awal, 67 orang lansia akhir dan 11 orang yang termasuk manula.

Jadi dari sumber yang penulis dapatkan kenapa para jamaah haji itu lebih banyak diisi oleh para lansia diakibatkan karena baru tercukupkanya biaya atau ongkos naik haji para jamaah. Dan kemudian ditambah dengan

waiting list atau daftar tunggu sehingga para calon jamaah semakin

bertambah tua. Hal ini yang merupakan penyebab dari banyaknya calon jamaah haji yang sudah tua atau lansia.3

3

Wawancara Pribadi Kepada Bpk Sulaiman Selaku staff dari Kemenag Jak-sel, Tanggal 21 Agustus 2014, pukul 14.30

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

17-25 26-35 36-45 46-55 56-65

65-seterusnya

Gambar 1.2

Calon Jamaah Haji Bedasarkan Usia


(57)

44

Kategori usia menurut Departemen Kesehatan RI terbagi menjadi 9 (sembilan) yaitu :

1. Masa balita = 0-5 tahun 2. Masa kanak-kanak = 5-11 tahun 3. Masa remaja awal = 12-16 tahun 4. Masa remaja akhir =17-25 tahun 5. Masa dewasa awal = 26-35 tahun 6. Masa dewasa akhir = 36-45 tahun 7. Masa lansia awal = 46-55 tahun 8. Masa lansia akhir = 56-65 tahun

9. Masa manula = 65-sampai seterusnya4

3) Calon Jamaah Bedasarkan Pendidikan

Berbicara soal pendidikan, Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam 4 jenjang yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Dari data yang penulis dapatkan peserta calon jamaah yang mengikuti bimbingan manasik haji di KUA memiliki jenjang pendidikan yang berbeda-beda.

Di bawah ini ditampilkan gambar 1.3 data peserta bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa bedasarkan jenjang pendidikan.

4

http://ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/kategori-umur.html,Selasa, 12 Agustus 2014, Pukul 20.30 WIB


(58)

Hasil yang dapat dijelaskan melalui gambar 1.3 adalah bahwa mayoritas calon jamaah haji didominasi oleh peserta yang telah menjalani jenjang pendidikan menengah yakni 98 calon jamaah, 27 orang berpendidikan dasar, dan 80 orang berpendidikan tinggi. Dilihat dari angka yang telah disebutkan diatas bahwa calon jamaah haji yang mengikuti bimbingan manasik haji ini mempunyai latar pendidikan yang bagus sehingga tidak terjadi suatu masalah yang berarti dalam penyampaian materi ataupun kurikulum yang diberikan oleh pembimbing.

4) Calon Jamaah bedasarkan Profesi/Pekerjaan

Peserta bimbingan manasik haji yang terdaftar di KUA Jagakarsa memiliki profesi atau pekerjaan yang berbeda-beda. Mulai dari yang berprofesi sebagai petani, pedagang, Pegawai Negri, Wiraswasta, Ibu

0 20 40 60 80 100

Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah

Pendidikan Tinggi

Gambar 1.3

Calon Jamaah Berdasarkan Pendidikan


(59)

46

Rumah Tangga, Pelajar/Mahasiswa, sampai pensiunan. Untuk melihat lebih jelasnya penulis tampilkan dalam berupa gambar 1.4 sebagai berikut

Gambar 1.4

Calon Jamaah Berdasarkan Profesi/Pekerjaan

Dari gambar di atas menjelaskan bahwa kebanyakan dari calon jamaah yang terdaftar sebagai peserta bimbingan manasik haji di KUA ini berprofesi sebagai Ibu rumah tangga yang berjumlah 71 orang, kemudian disusul oleh para calon jamaah yang berprofesi sebagai pegawai swasta berjumlah 65 orang. PNS dengan jumlah 49 orang, pedagang 7 orang, petani 4 orang, pelajar 4 orang, dan pensiunan sebanyak 5 orang.

Dan dari data tersebut, dengan beragamnya profesi/pekerjaan para calon jamaah haji menjadikan program bimbingan manasik haji ini sepi dan jarang diikuti oleh calon jamaah tiap pertemuannya lantaran kesibukan dari masing-masing pekerjaannya. Hal ini juga disampaikan oleh bapak Sulaiman selaku petugas haji dari Kantor Kementrian Agama Jakarta Selatan bahwa “banyak tidak hadirnya peserta calon jamaah haji pada saat 0

10 20 30 40 50 60 70 80

Series 1


(60)

program bimbingan manasik haji itu disebabkan karena kesibukan yang dimiliki oleh para calon jamaah yang memang latar belakang profesi yang berbeda-beda sehingga dia tidak bisa mengikuti bimbingan manasik ini di setiap minggunya hanya beberapa pertemuan saja, kemudian ditambah lagi adanya jamaah yang memang sudah mengikuti bimbingan manasik di KBIH/Yayasan sehingga dia merasa tidak perlu lagi untuk mengikuti

bimbingan manasik haji di KUA.”5

Bapak Abdul Rakib salah satu calon jamaah haji yang berprofesi sebagai wiraswasta menyatakan bahwa dirinya baru dua kali mengikuti bimbingan manasik haji di laksanakan di KUA Jagakarsa padahal saat penulis temui sedang berlangsung bimbingan manasik haji pada pertemuan yang ke 6. Dia beralasan karena kesibukan pekerjaannya.

Berbeda dengan Ibu Sulastri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, saat penulis wawancarai dia menyatakan bahwa selalu menghadiri bimbingan manasik haji di setiap pertemuannya dengan alasan karena bimbingan manasik haji ini penting sebagai bekal pada saat kita berada di Mekkah karena itu dia selalu rajin menghadiri bimbingan manasik haji di samping itu memang lokasi tempat tinggal nya tidak terlalu jauh dengan KUA Jagakarsa.6

5

Wawancara Pribadi Kepada Bapak Sulaiman Selaku Staff dari Kemenag Jak-sel, Tanggal 7 Juni 2014, pukul 10.00

6


(61)

48

B. Evaluasi Staff (Pembimbing)

Sehubungan dengan pelaksanaan proses pembelajaran dalam kegiatan bimbingan manasik haji di KUA Kecamatan akan dipengaruhi oleh beberapa komponen yang sangat menentukan keberhasilan atau tidaknya dalam kegiatan tersebut. Oleh karena Kepala KUA sebagai manajerial pelaksanaan proses pembelajaran, perlu mencari tutor / pembimbing yang profesional dalam penyampaian materi kepada jama’ah. Di antara yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran itu adalah metode mengajar pembimbing yang relevan dengan kondisi jamaah, dan kualitas pembimbing nya.

Saat ini untuk menjadi seorang pembimbing manasik haji, pemerintah menetapkan standar bahwa seseorang yang ingin menjadi pembimbing manasik haji di tingkat Kabupaten/Kota dan KUA Kecamatan itu harus minimal lulus sarjana S1 atau sederajat, sudah pernah melaksanakan ibadah haji, mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab, memeliki kemampuan leadership, dan diutamakan telah lulus sertifikasi oleh Kementrian Agama atau Institusi lain yang diketahui oleh Kementrian Agama.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan selama mengikuti bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa terdapat hanya dua orang staff (Pembimbing) yang bertugas membimbing dan mengisi materi manasik di KUA Jagakarsa. Dan untuk mempermudah pengkajian karakteristik para Staff/pembimbing manasik haji di KUA Jagakarsa maka penulis akan


(62)

menjelaskan latar belakang profil pembimbing berdasarkan pendidikan dan pengalaman kerja di bidang haji.

1. Staff Berdasarkan Pendidikan

Staff atau pembimbing manasik haji yang berada di KUA

Jagakarsa berjumlah 2 orang pembimbing terdiri dari satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Masing-masing pembimbing didatangkan dari tempat yang berbeda. Contohnya Bapak Sulaiman, dia yang ditugaskan langsung dari Kantor Kementrian Agama Jakarta Selatan. Kemudian Ustadzah Riyadhi Jannah, dia merupakan seorang Ustadzah setempat.

Untuk melihat seperti apa latar belakang pendidikan para staff/pembimbing, maka penulis menampilkannya sebagai berikut :

No Nama Latar Belakang Pendidikan

1. Sulaiman  S1 lulusan IAIN Sunan Kalijaga Jogyakarta jurusan Sastra Arab

 S2 lulusan PTIQ jurusan Tafsir

2. Riyadhi Jannah  S1 Lulusan Universitas Negri Jakarta, jurusan Komunikasi

 S2 Lulusan Universitas Islam Jakarta

Tabel 1.1

Staff/Pembimbing Berdasarkan Pendidikan

Penjelasan dari tabel diatas bahwa latar belakang pendidikan para pembimbing memiliki pendidikan yang bagus. Terlebih Ibu Riyadhi Jannah seorang ustadzah yang memungkinkan memudahkan untuk dia


(63)

50

membimbing dan memberi penjelasan tentang materi manasik kepada para calon jamaah.

2. Staff Berdasarkan Pengalaman Kerja

Dari data pembimbing yang penulis dapatkan, Bapak Sulaiman selaku pembimbing yang di datangkan langsung dari Kantor Kementrian Agama Jakarta Selatan dilihat dari segi pengalamannya dia pernah menjadi PPIH Arab Saudi, pernah manjadi ketua kloter pada tahun 2012 dan pada setiap tahun nya selalu dilibatkan dalam PPIH di embarkasi.

Meskipun mempunyai pengalaman yang banyak dalam urusan haji, namun penulis melihat untuk pembawaan dan penyampaian materi selama bapak Sulayman mengisi bimbingan manasik haji kurang begitu menarik. Itu terlihat dari banyak nya calon jamaah yang mengantuk dan tidak terlalu memperhatikan apa yang sedang beliau katakan. Penyampaian materinya pun terasa monoton sehingga membuat para jamaah merasa bosan dan jenuh.

Kemudian atas nama Ustadzah Riyadi Jannah Siregar yang juga merupakan pembimbing manasik haji yang mempunyai latar belakang sebagai Ustadzah di Pondok Pesantren Darussalam, guru di sekolah Aliyah, pengajar manasik yang sudah selama 4 tahun dan pernah menjadi petugas TPIHI (Team Pembimbing Ibadah Haji Indonesia).

Dan untuk pembawaan penyampaian materi kurikulum yang dilakukan oleh Ustadzah Riyadhi Jannah ini sangat lah menarik. Dengan


(64)

basic ustadzah dan guru yang beliau miliki menjadikan bimbingan manasik haji ini mudah beliau lakukan. Ini terlihat dari banyaknya antusias para calon jamaah yang memperhatikan dan serius mengikuti materi yang sedang beliau sampaikan. Metode yang dibawakan nya juga sangat menarik membuat suasana menjadi hidup.

Dalam 7 kali pertemuan yang dilaksanakan tiap minggunya hanya mereka sajalah yang mengisi dan menyampaikan materi bimbingan manasik haji secara bergantian. Akan tetapi terkadang dibantu oleh suami dari ustadzah Riyadhi Jannah.

Dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalaman profesi para pembimbing manasik haji yang ditugaskan di KUA Jagakarsa sudah memiliki pendidikan yang bagus dan pengalaman kerja di bidang haji yang baik dan berpengalaman. Akan tetapi bekal semua itu masih terasa kurang apabila tidak didukung dengan kemampuan komunikasi yang baik, pembawaan yang menarik, dan keluasan ilmunya dalam bidang haji.

C. Evaluasi Materi Bimbingan Manasik Haji

Materi adalah hal yang sangat penting untuk disampaikan kepada calon jamaah haji dalam bimbingan manasik haji karena dengan penyampaian materi calon jamaah haji lebih memudahkan dalam pelaksanaan ibadah haji. Diantara materi yang disampaikan pengenalan budaya adat istiadat Bangsa Arab dengan pengenalan budaya Arab diharapkan calon jamaah dapat lebih mandiri di tanah suci kelak. Materi


(65)

52

lainya adalah akhlakul karimah dan pemahaman ibadah haji bertujuan agar

calon jamaah haji dapat lebih khusu’ dalam menunaikan ibadah nya. Materi bimbingan manasik haji yang diberikan oleh pihak KUA manapun pasti akan sama karena materi/kurikulum itu didapatkan langsung dari kantor Kementrian Agama. Baik dalam metode, waktu dan pokok bahasannya yang sudah ditetapkan. Yang membedakan nya tergantung dari sang pembimbing yang membawakan serta menyampaikan materi-materi tersebut menjadi lebih menarik untuk disimak.

Meskipun materi bimbingan manasik haji sudah ditetapkan oleh pihak Kemenag, tetapi KUA Jagakarsa juga membuat atau mengeluarkan sendiri materi bimbingan manasik haji dengan jadwal dan materi yang sudah lebih di padatkan.

1) Materi Bimbingan Manasik Berdasarkan Metode

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi bimbingan manasik haji yang telah ditetapkan oleh pihak Kemenag yaitu berupa metode ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi, dan praktik. Akan tetapi pada kenyataannya selama penulis mengikuti program bimbingan manasik haji di KUA Jagakarsa ini materi yang seharusnya menggunakan metode simulasi dipakai dengan cara metode ceramah, materi yang seharusnya menggunakan metode praktik dipakai menggunakan metode ceramah dan tanya jawab lagi.


(66)

Adapun untuk metode praktik di KUA Jagakarsa itu sendiri dilakukan diakhir pertemuan yaitu praktik manasik yang dilaksanakan di Asrama Haji Pondok Gede.

Jika penyemapaian manasik haji dengan cara monolog seperti pengajian dan ceramah saja akan sangat sulit difahami oleh calon-calon jamaah haji karena penyampaian materi saja tanpa dibarengi dengan media-media interaktif sangatlah sulit difahami. Padahal materi manasik tersebut harus bisa dipraktekkan ketika jamaah haji menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Oleh karena itu untuk memudahkan calon jamaah haji dalam menyerap materi-materi manasik perlu disajikan pula beberapa media interaktif seperti video-video dan buku yang berkenaan dengan materi tersebut.

2) Materi Bimbingan Manasik Haji Berdasarkan Waktu

Adapun waktu yang digunakan selama bimbingan manasik haji di KUAselama 7 (tujuh) kali pertemuan, dilaksanakan pada setiap hari sabtu dan minggu dengan durasi 4 jam di setiap pertemuannya.

Untuk di KUA Jagakarsa, bimbingan manasik haji ini dimulai pada minggu, 1 juni 2014 dan berakhir pada minggu 22 juni 2014. Dan materi bimbingan manasik ini dimulai pada pukul 08.00 pagi sampai 12.00 siang.

Dari waktu yang telah ditetapkan dengan durasi 4 jam di setiap pertemuannya sudah sangat pas dan tepat. Karena apabila terlalu lama juga dapat membuat para peserta yang mengikuti bimbingan manasik haji ini merasa bosan dan mengantuk. Jadi dengan durasi waktu 4 jam yang


(67)

54

diberikan di setiap pertemuannya dapat membantu para calon jamaah untuk menjadi jamaah yang mandiri dan tercapainya tujuan-tujuan manasik haji seperti dapat menyebutkan syarat, rukun, wajib haji, melafadzkan niat ihram dan talbiyah, mempraktikan pelaksanaan thawaf,

sa’i, melontar jumrah, dan tahalul.

D. Evaluasi Tempat/Sarana

Kantor Urusan Agama (KUA) mempunyai tugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam hal bimbingan manasik haji. Bimbingan manasik haji yang dilakukan oleh pihak KUA Jagakarsa dilaksanakan di Aula KUA. Untuk kondisi aula tersebut sudah cukup layak untuk dijadikan sebagai tempat bimbingan manasik dengan daya tampung sampai 100 orang. Dengan ditambah fasilitas belajar seperti bangku dan papan tulis.

Tetapi alat praga untuk mendukung jalannya proses bimbingan

manasik haji seperti miniatur ka’bah dan lainya masih sangat minim. Proses kegiatan bimbingan ini hanya dilakukan di Aula saja tidak ada kegiatan yang dilakukan di luar ruangan.

Dari keadaan yang seperti itu menjadikan proses bimbingan manasik haji kurang maksimal. Karena tidak didukungnya dengan fasilitas yang lengkap yang dapat membantu kelancaran proses.Seperti alat infocus saja harus dari pihak pembimbing yang menyediakan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)