21
Contoh uji berukuran 100 mm × 100 mm × 15 mm pada kondisi kering udara dibentangkan dengan jarak sangga 8 cm . Pembebanan dilakukan di tengah-tengah jarak
sangga dengan kecepatan pembebanan sebesar 10 mmmenit. Kemudian ukur besarnya beban yang mampu ditahan oleh contoh uji tersebut sampai batas proporsi. Nilai MOE
dihitung dengan rumus[32]:
Keterangan : MOE = Modulus of Elasticity kgcm
2
ΔP = perubahan beban yang digunakan kg L = jarak sangga cm
Δy = perubahan defleksi setiap perubahan beban cm b = lebar contoh uji cm
h = tebal contoh uji cm nilai MOE dikonversi ke Nmm
2
dengan faktor konversi 0,098
Sedangkan untuk uji MOR, pembebanan pada pengujian MOE dilanjutkan sampai contoh uji mengalami kerusakan patah. Nilai MOR dihitung dengan rumus
[32]:
Keterangan : MOR = Modulus of Rupture kgcm2
P = berat beban sampai patah kg L = jarak sangga cm
b = lebar contoh uji cm h = tebal contoh uji cm
Nilai MOR dikonversi ke Nmm2 dengan faktor konversi 0,098
2.5.4 Uji Pengembangan Tebal dengan JIS A 5908-2003
Contoh uji berukuran 50 mm × 50 mm × 15 mm,
direndam dalam air dingin selama 24 jam. Selanjutnyan bahan uji diukur tebalnya. Perhitungan sampel uji
melalui pengukuran tebal sebelum perendaman air t
1
dan tebal setelah perendaman
selama 24 jamt
2
. Rumus untuk menghitung pengembangan tebal [34]:
Universitas Sumatera Utara
22 Keterangan :
PT = Pengembangan tebal t
1
= Tebal bahan uji sebelum perendaman cm t
2
= Tebal bahan uji setelah perendaman cm
2.5.5 Uji Keteguhan Rekat Internal Internal Bond dengan JIS A 5908-2003
Ukuran papan partikel pada uji ini berukuran 50 mm × 50 mm × 15 mm direkatkan pada dua buah median balok aluminium menggunakan perekat epoxy merk
Araldite dan dibiarkan mengering selama selama 24 jam. Kedua median ditarik lurus permukaan contoh uji sampai beban maksimum.
Gambar 2.7 Pengujian Internal Bond [32] Nilai keteguhan rekat internal dihitung dengan rumus[33]:
Keterangan: IB = keteguhan rekat internal kgcm
2
P = beban saat ikatan partikel lepas kg A = luas permukaan contoh uji cm
2
Nilai IB dikonversi ke Nmm2 dengan faktor konversi 0,098
2.5.6 Uji Kekuatan Bentur Impact Strength dengan JIS A 5908-2003
Pada uji kekuatan bentur, contoh uji berukuran 100 mm x 50 mm ×15 mm. Pengujian impak dilakukan untuk mengetahui karakteristik patah dari bahan.
Pengujian ini biasanya mengikuti dua metoda yaitu metoda Charpy dan Izod yang
Universitas Sumatera Utara
23 dapat digunakan untuk mengukur kekuatan impak, yang kadang juga disebut seabgai
ketangguhan ketok notch toughness. Untuk metoda Charpy dan Izod, spesimen berupa bentuk persegi dimana terdapat bentuk V-notch, berikut adalah gambar
specimen V-notch metoda Charpy dan Izod [35].
Gambar 2.8 Spesimen V-Notch Metoda Charpy dan Izod Peralatan untuk melakukan kekuatan impak spesimen V-notch ditunjukkan
pada Gambar 2.8. Beban didapat dari tumbukan pendulum yang dilepas dari ketinggian h. Spesimen diletakkan di dasar seperti pada Gambar 2.8. Ketika dilepas
ujung pisau pada pendulum akan menghantam dan mematahkan spesimen pada titik ketoknya notch yang bekerja sebagai titik tegangan untuk benturan kecepatan
tinggi. Pendulum terus berayun, naik sampai ketinggian maksimum h yang lebih rendah dari h. Energi yang diserap, yang diukur dari perbedaan ketinggian h dan h
merupakan pengukuran kekuatan impak. Perbedaan antara metoda Charpy dan Izod yaitu bergantung pada peletakan
support spesimen seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9 berikut [35].
Gambar 2.9 Skema Pengujian Impak
Universitas Sumatera Utara
24 Perbedaan antara metoda Charpy dengan Izod selain perbedaan peletakan spesimen,
pengujian dengan menggunakan Izod tidak seakurat pada pengujian Charpy, karena pada Izod pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang
terukur bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya dan juga pada metode Izod umumnya hanya dilakukan pada temperatur ruang.
Universitas Sumatera Utara
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 04 Januari – 31 Maret 2016 di
Laboratorium Penelitian, Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas
Sumatera Utara.
3.2 Bahan dan Peralatan
3.2.1 Bahan
Bahan baku yang digunakan sebagai matriks adalah resin poliester dan katalis Methyl Ethyl Keton Peroksida MEKPO yang diperoleh dari PT Justus Kimia Raya
Medan, Indonesia. Sementara sebagai pengisi digunakan serbuk kulit kerang darah yang diperoleh dari beberapa Rumah Makan Sea Food disepanjang Jalan Krakatau,
Kecamatan Medan-Timur, Medan, Indonesia. Berikut merupakan spesifikasi dari bahan yang digunakan :
1. Poliester
Sifat dan Wujud Keterangan
Bentuk Cairan
Warna Kuning terang dan coklat terang
Viskositas 20-50 cp
Densitas 1,05±0,05 gcm
3
Kapasitas pengerasan 140±2
o
C , 2 jam 2.
Metyl Ethyl Keton Peroksida MEKPO
Sifat dan Wujud Keterangan
Wujud dan bau Cairan bening dan sedikit berbau tajam
Titik leleh Cair pada suhu normal
Titik nyala 82
o
C Berat jenis
1,11 gml Kelarutan dalam air
Kurang dari 1 pada 25
o
C Sifat korosif
Tidak korosif
Universitas Sumatera Utara