masing-masing proses dengan metrik kinerja Order fulfillment lead time Jumlah hari dari menerima pesanan sampai pengiriman pada pelanggan.
3. Supply chain flexibility merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghadapi pasar dengan metrik kinerja Supply chain response time Jumlah hari rantai pasokan untuk merespon perubahan permintaan
signifikan yang tidak terencana tanpa biaya pinalti dan Production flexibility Jumlah hari untuk meraih 20 perubahan pesanan yang tidak
terencana tanpa biaya pinalti.
4.5. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.
2
a. Reliability
Variabel penelitian terbagi atas dua jenis, yaitu variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah tiga atribut kinerja yang terdapat dalam pendekatan SCOR, yaitu:
Reliability terdiri atas metrik kinerja delivery performance dan perfect order fulfillment.
b. Responsiveness
Responsiveness terdiri atas metrik kinerja order fulfillment lead time. c.
Flexibility
2
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cetakan Keenam Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2005, h. 123.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Penggambaran Proses Supply chain Perusahaan
PT. Guna Kemas Indah telah memilih supplier atas kriteria harga, kualitas, dan syarat pembayaran. Misalnya, supplier asal Thailand telah memenuhi seluruh
kriteria untuk pemesanan bahan polypropilene pada bulan Januari, maka supplier tersebut yang dipilih untuk pemesanan bahan polypropilene.
Tabel 5.1. Dua Negara Asal Supplier PT. Guna Kemas Indah Negara dan Kota Asal
Jenis Bahan
Thailand Polypropilene dan Titanlene
Malaysia Polypropilene dan Titanlene
Sumber: Data Sekunder dari PT. Guna Kemas Indah
5.1.1.1.Penggambaran Proses Bisnis dengan SCOR Geography Map
Ada dua jenis pemetaan yang akan dilakukan yaitu pemetaan secara geografis geographic map dan pemetaan diagram thread diagram. Kedua
pemetaan digunakan untuk memperlihatkan aliran material dan informasi dari pemasok sampai konsumen.
Universitas Sumatera Utara
1 = Thailand 2 = Malaysia
3 = Pematangsiantar 4 = Medan
5 = Tangerang 6 = Bekasi
7 = PT. Guna Kemas Indah Proses bisnis yang menunjukkan hubungan antara supplier, perusahaan PT.
PDM Indonesia, dan customer dijelaskan sebagai berikut: P1 = Plan supply chain
P2 = Plan source
P3 = Plan make P4 = Plan deliver
P5 = Plan return S1 = Source stocked product
M2 = Make to order D2 = Deliver made to order product
DR1 = Return defective product SR1 = Return defective product
Berikut adalah penjelasan masing-masing: 1.
Plan Plan Supply Chain P1 adalah proses mengambil data permintaan aktual dan
Universitas Sumatera Utara
membangun suatu rencana pasokan untuk rantai pasok, didefinisikan oleh ruang lingkup rencana metrik rantai pasok. Langkah-langkah dasar memerlukan :
a. Unit peramalan yang biasa untuk pemasaran dan penjualan.
b. Rencana pasokan yang menbatasi peramalan berdasarkan ketersediaan atau
sumber daya, seperti persediaan, kapasitas produksi dan transportasi. c.
Suatu langkah seimbang dimana pengecualian demandsupply diselesaikan dan diperbarui pada sistem.
Plan Source P2 adalah proses membandingkan persyaratan total material dengan batasan peramalan P1 yang dibuat dan membangun sebuah perencanaan sumber daya
persyaratan material berdasarkan P3 untuk memuaskan landed cost dan tujuan persediaan menurut tipe komoditas. Perubahan bentuk menjadi suatu material ini melepaskan jadwal
yang membiarkan pembeli mengetahui berapa banyak produk yang harus terbeli berdasarkan pesanan biasa, persediaan dan persyaratan ke depan. Hal ini dilakukan untuk
item pada tagihan material dan dikelompokan berdasarkan pemasok atau tipe komoditas. Tipe proses planning ini berhubungan dengan memulai praktek perencanaan persyaratan
material. Plan make P3 adalah proses membandingkan pesanan produksi aktual sekaligus
pesanan replenishment yang berasal dari P4 terhadap perkiraan terbatas P1 yang telah dihasilkan dan menghasilkan rencana sumber jadwal induk produksi untuk memenuhi
pelayanan, biaya dan tujuan persediaan. Ini berarti bahwa keperluan material, P2 berdasarkan item dan jadwal induk produksi. Hal ini dilakukan untuk setiap lokasi pabrik
dan bisa digabungkan menurut tipe daerah atau tipe geografi lainnya. Tipe proses planning ini sangat dekat dengan praktek-praktek penjadwalan induk produksi.
Universitas Sumatera Utara
Plan deliver P4 adalah proses membandingkan pesanan aktual yang telah disepakati dengan P1 dan mengembangkan rencana sumber distribusi untuk memenuhi
pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini merupakan kebutuhan replenishment yang menginformasikan plant manager seberapa banyak produk yang direncanakan, P3
dan visibilitas dalam inventory yang telah dijanjikan. P4 dilakukan untuk tiap lokasi gudang dan dapat digabungkan ke tingkat regional atau tipe geografi lainnya. Tipe proses
planning ini berhubungan dengan praktek dari perencanaan kebutuhan distribusi. Plan return P5 adalah proses menggabungkan pengembalian yang telah
direncanakan dan menghasilkan rencana sumber pengembalian untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini memiliki arti bahwa kebutuhan
pengembalian yang menginformasikan tipe, volume, dan jadwal pengembalian yang telah direncanakan dan pengembalian yang tidak direncanakan tetapi telah diketahui kepada
tim pabrikasi, tim perawatan dan tim logistik. P5 dilakukan untuk tiap gudang dan pengembalian perawatan dan dapat digabungkan pada tingkat regional atau tipe geografi
lainnya. 2.
Source Tipe proses source level 2, terdiri dari source stocked product S1, source make-
to-order-product S2 dan source engineer-to-order product S3, mencirikan suatu perusahaan dalam membeli bahan baku dan barang jadi. Faktor utama dalam menentukan
tipe proses source memicu kejadian dari plan, make, dandeliver dan keadaan barang di pemasok ketika pemesanan dilakukan.
S1 dibuat untuk persediaan, berdasarkan persyaratan peramalan dari plan, make atau deliver dan pada pemasok telah bersedia item dalam persediaan barang jadi sebelum
Universitas Sumatera Utara
pesanan pembelian. S2 dibuat untuk pesanan, berdasarkan persyaratan pesanan pelanggan yang spesifik dari make atau deliver dan supplier harus mengubah bahan baku atau
barang setengah jadi dalam merespon suatu pesanan pembelian. S3 untuk rekayasa pesanan, berdasarkan pesanan pelanggan dan desain yang spesifik dari make atau deliver.
Pemasok yang memenuhi syarat harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum pesanan dilakukan, jumlah pesanan pembelinya tergantung pada jumlah pesanan pelanggan yang
spesifik dan sering hanya dilakukan sekali. Make
Tipe proses make level 2, yaitu make-to-stock M1, make-to-order M2
dan engineered-to-order M3, mencirikan suatu perusahaan dalam mengubah status bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan kemudian menjadi barang jadi. Faktor
utama dalam menentukan tipe proses make memicu kejadian dari plan atau deliver dan keadaan material ketika pemesanan dilakukan.
M1 dipicu oleh peramalan atau keperluan penambahan stok dari plan. Proses pengubahan dilakukan sebelum pesanan pelanggan. Jumlah pesanan yang dikerjakan
tidak bergantung pada jumlah pesanan pelanggan tertentu, tetapi berkaitan dengan skala ekonomis produksi. M2 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan tertentu dari deliver,
yaitu pengubahan bahan mentah atau barang setengah jadi dilakukan sebagai reaksi atas pesanan pelanggan. Jumlah pesanan yang dikerjakan sama dengan jumlah pesanan
pelanggan. M3 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan dan desain yang spesifik dari deliver. Spesifikasi teknik pabrikasi harus diselesaikan sebelum pengerjaan pesanan
dilakukan, Jumlah pesanan yang dikerjakan tergantung pada jumlah pesanan pelanggan
Universitas Sumatera Utara
yang spesifik dan biasanya dilakukan satu kali. 4.
Deliver Tipe proses deliver level 2, yaitu deliver stocked product D1, deliver make-to-
order product D2 dan deliver engineer-to-order D3, mencirikan bagaimana suatu perusahaan memproses barang jadi dalam merespon pesanan pelanggan.
D1 dipicu oleh peramalan dari plan yang menempatkan barang jadi dalam persediaan di atas basis yang dijanjikan ada sebelum pesanan pelanggan. Tingkat
persediaan tidak bergantung pada jumlah pesanan pelanggan tertentu. D2 biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu pada barang jadi yang
direncanakan untuk diubah, dikumpulkan atau dibentuk setelah penerimaan pesanan pelanggan. D3 biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu dan
desain atau spesifikasi manufaktur yang sudah lengkap sebelum penjualan pesanan dilakukan. Jumlah penjualan pesanan sama dengan jumlah pesanan pelanggan dan
biasanya hanya sekali dilakukan. 3.
Returm Tipe proses return level 2, yaitu return defective product R1, return
maintenance repair and overhoul MRO product R2 dan deliver return excess product R3, mencirikan suatu perusahaan dalam mengembalikan barang jadi dalam merespon
hak pengembalian pelanggan. Proses return seringkali terdapat pada gudang, tetapi dapat pula diterapkan pengiriman langsung pada pabrikan atau pemasok.
Ada dua perspektif terbentuk dalam tipe proses return, yaitu return form customer DRx dan return to suppliers SRx. Faktor utama dalam menetukan tipe proses memicu
kejadian plan pelanggan dan keadaan barang ketika pesanan pelanggan dilakukan. R1
Universitas Sumatera Utara
dipicu oleh warranty claim oleh pelanggan yang skalanya kecil dan product recall oleh sumber daya internal yang skalanya besar. Keduanya, pelanggan dan sumber daya
internal, melaksanakan langkah proses dalam plan return. R2 dipicu oleh kejadian pemeliharaan yang direncanakan oleh plan return atau kejadian pemeliharaan yang tidak
direncanakan oleh engineering, maintenance atau technical resources lain. R3 dipicu oleh pengembalian persediaan yang direncanakan berdasarkan perjanjian kontrak dengan
pelanggan khusus atau pengembalian persediaan yang tidak direncanakan berdasarkan kategori data manajemen untuk ruang yang tidak dibutuhkan bagi retail atau distributor.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Pengukuran Supply Chain PT. Guna Kemas Indah
Pengukuran kinerja supply chain bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perusahaan saat ini. Model yang digunakan untuk melakukan pengukuran tersebut
adalah pendekatan SCOR Supply chain operation reference. Menurut I Nyoman Pujawan, SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain.
Aplikasi SCOR Model diawali dengan mengetahui unsur-unsur proses SCOR
seperti plan, source, make, deliver, dan return pada PT. Guna Kemas Indah. Setelah mengetahui unsur proses SCOR lalu mendefinisikan tujuan perusahaan. Hal ini dilakukan
agar evaluasi kinerja rantai pasok fokus pada tujuan yang ingin dicapai.Tujuan bisnis dari perusahaan adalah memberikan tingkat layanan yang terbaik dan meningkatkan
keuntungan perusahaan. Untuk mengetahui seberapa baik tujuan tersebut telah dicapai, dilakukan
pengukuran terhadap empat metrik dalam SCOR yang bersesuaian dengan tujuan bisnis. Rekapitulasi pengukuran kinerja supply chain perusahaan dengan pendekatan SCOR
dapat dilihat pada Tabel 6.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.1. Rekapitulasi Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan dengan SCOR
Metrik Kinerja Target
Perusahaan
Benchmark Supply Chain
Council
Pencapaian Rata-rata
Keterangan
Delivery Performance
95 93
94,73 Belum Tercapai
Perfect order fulfillment lead
time 90
92,4 78,68
Belum Tercapai Order fulfillment
leadtime 25 Hari
135 Hari 15 Hari
Tercapai Supply chain
response time 5 Hari
- 6 Hari
Belum Tercapai Production
flexibility 4 Hari
- 4 Hari
Tercapai Sumber : Data Sekunder dan Perhitungan Berdasarkan Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 6.1, diketahui bahwa metrik kinerja yang belum mencapai target perusahaan dari Supply Chain Council adalah delivery performance, perfect order
fulfillment, dan supply chain response time. Akan tetapi, untuk metrik kinerja order fulfillment leadtime, perlu dilakukan evaluasi terhadap pencapaian leadtime maksimum
yang memiliki perbedaan yang sangat signifikan terhadap rata-rata leadtime. Oleh karena itu, metrik kinerja ini juga termasuk dalam metrik kinerja yang belum mencapai target.
Kelima metrik kinerja tersebut merupakan customer facing yang dapat ditingkatkan dengan cara memenuhi kepuasan pelanggan.
Dan diagram fisbone membantu menganalisis sebab terjadinya terjadi masalah dalam proses pengiriman.
a Penyebab delivery performance belum tercapai dipengaruhi 4 faktor umum dan 7
faktor spesifik penyebab keterlambatan.
Universitas Sumatera Utara
1. Mesin : Kurangnya training pada operator mesin yang baru, breakdown mesin.
2. Metode :Adanya rework pada bagian penyortiran, adanya pelayana FCFS
3. Transportasi : Kurangnya jumlah transportasi.
4. Material : Kualitas bahan seengah jadi yang tidak memenuhi standar,
keterlambatan bahan baku b
Penyebab Perferct Order Fullfilment belum tercapai dipengaruhi 6 faktor umum
dan 17 faktor spesifik penyebab keterlambatan. 1.
Manusia: kurangnya konstentrasi, operator kurang paham tentang kualitas produk, tidak adanya program training untuk inspeksi
2. Mesin : Kurangnya training pada operator mesin yang barumenyebabkan
settingan mesin terkadang salah, breakdown mesin, kurangnya jumlah mesin. 3.
Metode : Metode inspeksi yang kurang baik, adanya rework pada bagian penyortiran, adanya pelayana FCFS
4. Transportasi : kurangnya jumlah transportasi, kendaraan mesin tua
5. Material : Kualitas bahan seengah jadi yang tidak memenuhi standar,
keterlambatan bahan baku 6.
Maintenance: tidak terjadwalnya bagian perawatan mesin pembersihan tiap proses tidak dilakukan dan tidak terjadwalnya perawatan mesin kendaraan.
c Penyebab Supply Chain Reponse Time belum tercapai dipengaruhi 4 faktor umum
dan 12 faktor spesifik penyebab keterlambatan. 1.
Lingkungan : Libur 2.
Metode : adanya rework pada bagian penyortiran, adanya pelayana FCFS
Universitas Sumatera Utara
3. Transportasi : Kurangnya jumlah transportasi
4. Manusia : Kurangnya jumlah operator inspeksi
Universitas Sumatera Utara
No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-06B Edisi: 02; Tgl. Efektif : 02 Juli 2012; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan