intervensi dilanjutkan intervensi dilnjutkan Pengobatan tindakan yang dilakukan Pernah dirawat dioperasi Lama dirawat Alergi Imunisasi Tn. S mengatakan tidak mengetahui tentang imunisasi Saudara kandung Penyakit keturunan yang ada Anggota keluarga yang

12xi A: masalah sebagian teratasi

P: intervensi dilanjutkan

No. Dx Hari tanggal Pukul Tindakan keperawatan SOAP 1 05 juni 2014 15.00 Wib 16.10 wib 16. 35 wib - Menanyakan keadaan - Mengajarkan pasien gerakan aktif  Menggerakan jari-jari tangan, gerakan kaki dan tangan - Memberikan pendidikan kesehatan tentang : Cairan dan minuman yang mengandung gas - Memberikan injeksi Omeprazole injeksi 40mg Suclarfar captopril Allopurinol 1x300mg transamin

S:- O: klien

tampak mengangguk TD: 12080 mmHg HR: 98xi RR : 20 xi T : 36,7 C Pritaltic : 14xi A: Masalah sebagian teratasi

P: intervensi dilnjutkan

No. Dx Hari tanggal Pukul Tindakan keperawatan SOAP 1 06 juni 2014 09.00 Wib - Menanyakan keadaan - Mengukur vital sign - Memantau cairan infuse Nacl 20 tts i - Melakukan pendkes tentang Kebiasaan buang air besar

S: - O: klien

tampak mengangguk dan mengerti TD: 11070 mmHg HR: 80xi RR: 22xi T: 36,9 C Peristaltic : 14xi A:masalah teratasi Universitas Sumatera Utara 2. Kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya agar pasien mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan yang telah diberikan. DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Tarwoto Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 3. Jakrta : Salemba Medika. Tarwoto Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 4. Jakrta : Salemba Medika. Suratun Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta : TIM. Universitas Sumatera Utara

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian-uraian dari bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut :

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan pelaksanaan “Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Masalah prioritas Eliminasi Bowel” adalah suatu tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan gangguan eliminasi bowel mulai dari pengkajian data, menyusun dan menentukan prioritas masalah keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan dan terakhir melakukan evaluasi keperawatan. Pengkajian sudah dapat dilakukan pada Tn. S dengan metode wawancara, pengamatan dan observasi, dan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah melakukan pengkajian pada Tn. S prioritas masalah yaitu Gangguan Eliminasi Bowel : Konstipasi berhubungan dengan menurunnya mobilitas intestinal PSMBA di tandai dengan menurunnya bising usus, perubahan konsistensi feses dan frekuensi buang air besar. Rencana keperawatan pada Tn. S sudah disusun dengan baik. Tindakan keperawatan pada Tn. S sudah dilaksanakan pada tanggal 03-06 juni 2014. Dan setelah melakukan tindakan kemudian melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. S dengan hasil evaluasi yaitu prioritas masalah mampu teratasi dan intervensi dapat dihentikan.

3.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan study kasus mengenai Asuhan Keperawatan Eliminasi Bowel adalah : 1. Kepada masyarakat pada umumnya kepada pasien yang telah mempunyai gejala ataupun diagnose penyakit dari dokter atau tenaga kesehatan lain, baik itu serius ataupun tidak sebaiknya tetaplah menjaga pola hidup yang sehat dan mengontrol penyakit agar tidak menjadi lebih parah. Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Bowel

2.1.1. Defenisi eliminasi bowel

Makanan yang sudah dicerna kemudian sisanya akan dikeluarkan dalam bentuk feses. Eleminasi bowel adalah proses pengeluaran sisa pencernaan melalui anus. System pencernaan merupakan saluran panjang kurang lebih 9 meter yang terlihat dala proses mencerna makanan, mulai dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh dan mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair melalui proses pencernaan, baik dengan cara mengunyah, menelan, dan mencampur dengan zat-zat besi. tarwoto wartonah, 2010 Anatomi dan fisiologi  Saluran gastrointestinal bagian atas Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi di mulut di lambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam bentuk chime didorong ke usus halus.  Saluran gastrointestinal bagian bawah Saluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri dari atas duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 Universitas Sumatera Utara cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk chime setengah padat dari lambung untuk mengabsorpsi air, nutrisi, dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat, dan enzim. Chyme bergerak karena adanya peristaltic usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : o Haustral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu absorpsi air o Kontraksi haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan semi padat sepanjang kolon o Gerakan peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan maju ke anus. tarwoto wartonah, 2006 Dorongan juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter 24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO 2, metena, H 2 S, O 2 dan Nitrogen. Feses terdiri atas 75 air dan 25 materi padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek tapi berbentuk. tarwoto wartonah, 2006. Defikasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan platus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.tarwoto wartonah, 2006. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yaitu terletak di medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar mengucup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi system saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defikasi, berbagai otot lain membantu prses tersebut, seperti otot-otot dinding perut, diafragma, dan Universitas Sumatera Utara otot-otot dasar pelvis. Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulose yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses yang normal terdiri atas massa padat dan berwarna coklat karena disebabkan oleh mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil. . Alimul, 2006 Dalam buku tarwoto wartonah, 2006 menyebutkan ada dua macam reflex yang membantu proses defekasi, yaitu : a. Reflex defekasi instinstik Reflex ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi. b. Reflex defekasi parasimpatis Reflex ini berawal dari feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intensifnya peristaltic, relaksasi spinter interna, maka terjadilah defekasi.

2.1.2. Factor-faktor yang mempengaruhi proses defekasi

1. Usia Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut control defekasi menurun 2. Diet Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi. 3. Intake cairan Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat. 4. Aktivitas Universitas Sumatera Utara Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon. 5. Fisiologis Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristalik, sehingga menyebabkan diare. 6. Pengobatan Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi, seperti penggunaan laksansia atau antasida yang terlalu sering. 7. Gaya hidup Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar. 8. Prosedur diagnostic Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuasakan atau dilakukan klisma dulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan. 9. Penyakit Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi, seperti gastroenteritis atau penyakit infeksi lainnya. 10. Nyeri Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktus ospubis, epesiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar. 11. Kerusakan sensorik dan motorik Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan meenimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

2.1.3. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian keperawatan

1. Pola defekasi dan keluhan selama defekasi Universitas Sumatera Utara Pengkajia ini antara lain : bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama defekasi. Secara normal, frekuensi normal pada bayi sebanyak 4-6 kali hari, sedanakan orang dewasa adalah 2-3 kali hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 150 g. 2. Keadaan feses meliputi : No Keadaan Normal Abnormal Penyebab 1. Warna Bayi: kuning Putih, hitam atau merah Kurangnya kadar empedu, perdarahan saluran cerna bagian atas atau perdarahan saluran cerna bagian bawah Dewasa : coklat Pucat berlemak Malabsorpsi lemak 2. Bau Khas feses dan dipengaruhi oleh makanan Amis dan perubahan bau Darah dan infeksi 3. Konsist ensi Lunak dan berbentuk Cair Diare dan absorpsi kurang 4. Bentuk Sesuai diameter rectum Kecil, bentuknya seperti pensil Obstruksi dan peristaltik Universitas Sumatera Utara cepat 5. Konstit uan Makanan yang tidak dicerna, bakteri yang mati, lemak, pigmen empedu, mukosa usus, air. Darah, pus, benda asing, mukus atau cacing Internal bleeding, infeksi, tertelan benda, iritasi, atau inflamasi 3. Faktor yang mempengaruhi eleminasi bowel Faktor yang mempengaruhi eleminasi bowel antara lain perilaku atau kebiasaan defekasi, diet makanan yang memengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak, cairan jumlah dan jenis minumanhari aktivitas kegiatan sehari-hari, kegiatan yang spesifik, penggunaan obat, stress, pembedahan penyakit menetap dan lain sebagainya. 4. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik meliputi keadaan abdomen seperti ada atau tidaknya distensi, simetris atau tidak, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, dan tenderness. Kemudian, pemeriksaan rectum dan anus dinilai dar ada atau tidaknya tanda inflamasi, seperti perubahan warna, lesi, fistula, hemorroid, dan massa. Alimul, 2006 5. Pemeriksaan diagnostik dalam tarwoto wartonah, 2006 : a. Anuskopi b. Proktosigmoidoskopi c. Rontgen dengan kontras.

2.1.4. Analisa Data

Universitas Sumatera Utara Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah- masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah- masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit Intial assessment, selama klien dirawat secara terus menerus Ongoing assasment serta pengkajian ulang untuk menambah melengkapi data re-assesment. Tujuan pengumpulan data : 1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien 2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien 3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien 4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya Tipe data 1. Data Subjektif Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatusituasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainnya. 2. Data Objektif Data yang didapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera lihat, dengar, cium, sentuh raba Universitas Sumatera Utara selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan ,tekanan darah, brat badan dan tingkat kesadaran.

2.1.5. Masalah-masalah umum pada eliminasi bowel

Konstipasi : Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkanoleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia. a. Fecal imfaction : Masa feses yang keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot. b. Diare : Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat cepatnya chyme melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat diakibatkan karena stres fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon dan iritasi intestinal. c. Inkontinensia bowel : Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus. Penyebabna karena penyakit-penyakit neuromuskular, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna. d. Kembung : Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal, mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi. e. Hemorroid : Pelebatan vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas. tarwoto wartonah, 2006 Universitas Sumatera Utara

2.1.6. Perencanaan Keperawatan

1 Gangguan eliminasi bowel : konstipasi actual risiko Defenisi : kondisi dimana seseorang mengalami perubahan pola yang normal dalam berdefekasi dengan karakteristik menurunnya frekuensi buang air besar dan feses yang keras. Kemungkinan berhubungan dengan : a. Imobilisasi b. Menurunnya aktivitas fisik c. Ileus d. Stress e. Kurang privasi f. Menurunnya mobilitas intestinal g. Perubahan atau pembatasan diet Kemungkinan data yang ditemukan : a. Menurunnya bising usus b. Mual c. Nyeri abdomen d. Adanya massa pada abdomen bagian kiri bawah e. Perubahan konsistensi feses, frekuensi buang air besar. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Anemia b. Hipotiriodisme c. Dialisa ginjal d. Pembedahan abdomen e. Paralisis f. Cedera spinal cord g. Imobilisasi yang lama Tujuan yang diharapkan : a. Pasien kembali ke pola normal dari fngsi bowel Universitas Sumatera Utara b. Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan factor penyebab konstipasi Intervensi Rasional 1. Catat dan kaji kembali warna, konsistensi, jumlah dan waktu buang air besar 2. Kaji dan catat pergerakan usus 3. Jika terjadi fecal imfaction :  Lakukan pengeluaran manual  Lakukan gliserin klisma 4. Konsultasikan dengan dokter tentang :  Pemberian laksatif  Enema  Pengobatan 5. Berikan cairan adekuat 6. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi 7. Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif 8. Berikan pendidikan kesehatan tentang : cairan dan makanan yang mengandung gas 1. Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel 2. Deteksi dini penyebab konstipasi 3. Membantu mengeluarkan feses 4. Meningkatkan eliminasi 5. Membantu feses lebih lunak 6. Menurunkan konstipasi 7. Meningkatkan pergerakan usus 8. Mengurangimenghindari inkontinensia 2 Gangguan Eliminasi : diare Defenisi : kondisi dimana terjadi perubahan kebiasaan buang air besar dengan karakteristik feses cairan. Kemungkinan berhubungan dengan : a. Inflamasi, iritasi, dan malabsorpsi b. Pola makan yang salah c. Perubahan proses pencernaan d. Efek samping pengobatan Kemungkinan data yang ditemukan : a. Feses berbentuk cair b. Meningkatnta frekuensi buang air besar Universitas Sumatera Utara c. Meningkatnya peristaltic usus d. Menurunnya nafsu makan Kondisi klinis kemungkinan terjadi : a. Peradangan bowel b. Pembedahan saluran pencernaan bawah c. Gastritis enteritis Tujuan yang diharapkan : a. Pasien kembali buang air besar ke pola normal b. Keadaan feses berbentuk dan lebih keras Intervensi Rasional 1. Monitor kaji kembali konsistensi, bau feses, pergerakan usus, cek berat badan setiap hari 2. Monitor dan cek elektrolit, intake dan output cairan 3. Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan IV, oral, dan makanan lunak 4. Berikan anti diare, tingkatkan intake cairan 5. Cek kulit bagian parineal dan jaga dari gangguan integritas 6. Kolaborasi dengan ahli diet tentang diet rendah serat dan lunak 7. Hindari stress dan lakukan istirahat cukup 8. Berikan pendidikan kesehatan :  Cairan  Diet  Obat-obatan  Perubahan gaya hidup 1. Dasar memonitor kondisi 2. Mengkaji status dehidrasi 3. Mengurangi kerja usus 4. Mempertahankan status hidrasi 5. Frekuensi buang air besar yang menigkat menyebabkan iritasi kulit sekitar anus 6. Menurunkan stimulasi bowel 7. Stress meningkatkan stimulasi bowel 8. Meningkatkan Universitas Sumatera Utara pengetahuan dan mencegah diare 3 Gangguan Eliminasi bowel : inkontinensia Defenisi : kondisi dimana pasien mengalami perubahan pola dalam buang air besar dengan karakteristik tidak terkontrolnya pengeluaran feses. Kemungkinan berhubungan dengan : a. Menurunnya tingkat kesadaran b. Gangguan spinter anus c. Gangguan neuromuscular d. Fecal imfaction Kemungkinan data yang ditemukan : a. Tidak terkontrolnya pengeluaran feses b. Baju yang kotor oleh feses Data klinis kemungkinan terjadi pada : a. Injuri spinal cord b. Pembedahan usus c. Pembedahan ginekologi d. Stroke e. Trauma pada daerah pelvis f. Usia tua Tujuan yang diharapkan : a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran feses b. Pasien kelbali pada pola eliminasi normal Intervensi Rasional 1. Tentukan penyebab inkontinensia 2. Kaji masalah penurunan masalah 1. Memberikan data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan 2. Pasien terganggu ADL Universitas Sumatera Utara ADL yang berhubungan dengan masalah inkontinensia 3. Kaji jumlah dan karakteristik inkontinensia 4. Atur pola makan dan sampai berapa lama terjadinya buang air besar 5. Lakukan bowel training dengan kolaborasi fisioterapis 6. Lakukan latihan otot panggul 7. Berikan pengobatan dengan kolaborasi dokter karena takut buang air besar 3. Menentukan pola inkontinensia 4. Membantu mengontrol buang air besar 5. Membantu mengontrol buang air besar 6. Menguatkan dasar otot pelvis 7. Mengontrol frekuensi buang air besar

2.2. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

I. BIODATA

Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 53 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Tukang Jahit wiraswasta Universitas Sumatera Utara Alamat : Dusun II Jl. Pasar Lama Gg. Mistar Tanggal Masuk RS : 01 Juni 2014 No. Register : 00.92.76.29 Ruangan Kamar : XXI karar 1 no. 5 Golongan Darah : O Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2014 Tanggal Operasi : Tidak Ada Rencana Operasi Diagnosa Medis : Suspensi PSMBA

II. KELUHAN UTAMA

Tn. S mengatakan perutnya terasa tidak nyaman, sperti masuk angin, buang air besar terkhir bercampur darah dan hitam serta encer.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG a. Provocative Palliative

1. Apa penyebabnya - Tn. S mengatakan tidak mengetahui apa penyebabnya 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan - Tn. S mengatakan hanya minum obat yang dberi dokter untuk dapat meredakan sakitnya, yaitu :  Omeprazole injeksi 40 mg  Sucralfar captopril  Alopurinol 1x300 mg  ISDN 3x5 mg, klitabs transamin

b. Quantity quality

1. Bagaimana dirasakan Tn. S mengatakan jika terlalu lama duduk perutnya akan terasa ngilu dan sakit 2. Bagimana dilihat Tn. S terlihat lemah dan sekali-kali memegang perutnya

c. Region

Universitas Sumatera Utara 1. Dimana lokasinya Tn. S mengatakan lokasi sakitnya berada dibagian atas dekat ulu hati 2. Apakah menyebar Tn. S mengatakan tidak menyebar

d. Severity

Tn. S mengatakan sangat mengganggu aktivitas karena klien tidak bisa terlalu bebas bergerak bila perutnya sakit e. Time Tn. S mengatakan waktunya tidak jelas, bisa jadi pada waktu istirahat dan bisa jadi pada saat santai.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Tn. S mengatakan penyakit ini pernah terjadi pada dirinya sekitar sebulan yang lalu, klien juga mempunyai riwayat penyakit Asam Urat dan Hipertensi Tekanan Drah Tinggi .

B. Pengobatan tindakan yang dilakukan

Tn. S mengatakan penyembuhan penyakit yang saat ini hanya minum obat dari dokter, tapi untuk penyakit asam urat dan hipertensi minum obat tradisional yaitu dedaunan.

C. Pernah dirawat dioperasi

Tn. S mengatakan pernah dirawat dirumah sakit Adam Malik, namun klien tidak pernah menjalani operasi.

D. Lama dirawat

Tn. S mengatakan dirawat selama satu minggu

E. Alergi

Tn. S mengatakan ada riwayat alergi makanan seperti ikan tongkol Universitas Sumatera Utara

F. Imunisasi Tn. S mengatakan tidak mengetahui tentang imunisasi

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Tn. S mengatakan tidak mengetahui adanya riwayat penyakit

B. Saudara kandung

Tn. S mengatakan ada riwayat hipetensi

C. Penyakit keturunan yang ada

Tn. S mengatakan tidak tahu, tapi saya mengambil kesimpulan penyakit keturunan yang ada yaitu hipertensi, karena Tn. S dan saudara kandungnya mengalami penyakit yang sama yaitu hipertensi.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tn. S mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa

E. Anggota keluarga yang meninggal

Tn. S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal, semua masih sehat wal’afiat

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Tn. S mengatakan yakin pasti akan sembuh

B. Konsep Diri