Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Komunitas Makrozoobenthos di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara.

14 System, Kantong plastik, pinset, baki, pipet tetes, botol sampel, ember plastik, plastik bening, saringan bertingkat, ketas label, kamera digital, buku identifikasi, alat tulis, meteran rol, botol BOD, bola pelampung, stop watch, tali penduga, peralatan titrasi, tali meteran, books pendingin. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel makrozoobenthos, aquades, es batu untuk mengawetkan substrat formalin 10, alkohol 70, air, tissue dan bahan yang digunakan untuk analisis kualitas air adalah bahan kimia untuk titrasi adalah MnSO 4 KOH-KI H 2 SO 4 Na 2 S 2 O 3 dan lain-lain. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Stasiun pengambilan sampel ditentukan dengan metode Purposive Random Sampling yang dibagi menjadi 3 stasiun. Stasiun pengamatan ditetapkan sebanyak 3 stasiun dan masing-masing stasiun dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Lokasi stasiun sebelum bendungan pada bendungan dan sesudah bendungan. Jarak antara stasiun satu ke stasiun dua 2 km dan dari stasiun dua ke stasiun tiga 3 km.

a. Stasiun 1

Stasiun ini terletak di Desa Sipapaga, Kecamatan Panyabungan Barat, Kota Panyabungan. Stasiun ini berada sebelum bendungan yang secara geografis terletak pada 00 47 ’36,66’’ LU 99 34’59,82’’ LS. Lokasi ini memiliki substrat berupa pasir berbatu. Aktivitas yang ada pada stasiun 1 adalah pemukiman dan perkebunan, lokasi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3. Universitas Sumatera Utara 15 Gambar 3. Stasiun 1

b. Stasiun 2

Stasiun ini terletak di Desa Aek Godang, Kecamatan Panyabugan Barat, Kota Panyabungan. Stasiun ini berada pada bendungan yang secara geografis terletak pada 00°4821,96 LU 99°34 ’14,16 LS. Lokasi ini mempunyai substrat lumpur. Aktivitas yang ada pada stasiun 2 adalah bendungan, wisata dan pemukiman. Lokasi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gamabar 4. Stasiun 2

c. Stasiun 3

Stasiun ini terletak di Desa Aek Godang, Kecamatan Panyabugan Kota, Kota Panyabungan. Stasiun ini berada sesudah bendungan yang secara geografis terletak pada 00°52 ’25,2 LU 99°31’10,02 LS. Lokasi ini mempunyai substrat Universitas Sumatera Utara 16 batu berpasir kerikil. Aktivitas yang ada pada stasiun 3 adalah pemukiman, perkebunan, dan galundung. Lokasi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasuin 3 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan dengan menggunakan Eckman grabb dan surber net. Pengambilan sampel dengan Eckman grabb digunakan pada lokasi yang dengan substrat lumpur dan pasir, sedangkan pengambilan sampel dengan menggunakan surber net dilakukan pada lokasi dengan substrat berbatu. Pengambilan sampel dengan Eckman grabb dilakukan dengan cara menurunkannya hingga ke dasar sungai dengan kondisi terbuka, pada saat mencapai dasar sungai tali ditarik sehingga Eckman grabb menutup bersama dengan masuknya substrat, sedangkan pengambilan sampel dengan menggunakan surber net dilakukan dengan meletakkan surber net di dasar sungai, kemudian substrat dikeruk sehingga makrozoobenthos masuk ke dalam jaring. Sampel yang didapat disortir dengan menggunakan metode hand sorting dengan bantuan ayakansaringan bertingkat. Selanjutnya sampel dibersihkan dengan air dan direndam dengan formalin 10 selama 1 hari, kemudian dicuci dan dikeringkan, selanjutnya sampel dimasukkan kedalam botol sampel yang Universitas Sumatera Utara 17 telah diisi alkohol 70 sebagai pengawet, lalu diberi label sebagai tanda. Sampel dibawa ke laboratorium Terpadu Fakultas Petanian Sumatera Utara untuk diidentifikasi. Metode Pengukuran Kepadatan Populasi K Kepadatan populasi merupakan jumlah individu dari suatu spesies yang terdapat dalam satu satuan luas atau volume. Penghitungan kepadatan populasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Brower dkk. 1990 sebagai berikut: K = Jumlah individu suatu jenis Luas Area Kepadatan Relatif KR Perbandingan antara kelimpahan individu tiap jenis terhadap kelimpahan seluruh individu yang tertangkap dalam suatu komunitas, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Brower dkk. 1990 sebagai berikut: KR = Ni Σ N x 100 Keterangan : KR : Kelimpahan Relatif Ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah individu seluruh spesies Frekuensi Kehadiran FK Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies dalam sampling plot yang ditentukan, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Krebs 1989 sebagai berikut : FK = Jumlah titik yang ditempati suatu jenis Jumlah total titik x 100 Universitas Sumatera Utara 18 Keterangan nilai FK : 0-25 = Sangat Jarang 25-50 = Jarang 50-75 = Sering 75 = Sangat Sering Indeks Keanekaragaman H Indeks keanekaragaman menggambarkan keadaan populasi organisme secara matematis agar mempermudah menganalisis informasi jumlah individu masing-masing jenis pada suatu komunitas. Untuk itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Krebs 1989 sebagai berikut : H’ = − ∑ �� �� �� � �=1 Keterangan : H = Indeks Diversitas pi = Jumlah individu masing-masing jenis i=1,2,3,.. s = Jumlah jenis Ln = Logaritma nature Pi = ∑ ��� Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis Keterangan nilai H : 0 H 2,302 = Keanekaragaman rendah 2,302 H 6,907 = Keanekaragaman sedang H 6,907 = Keanekaragaman tinggi Indeks Keseragaman E Untuk mengetahui keseimbangan komunitas digunakan indeks keseragaman, yaitu kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu Universitas Sumatera Utara 19 komunitas. Semakin mirip sama besar jumlah individu antar spesies semakin merata penyebarannya maka semakin besar derajat keseimbangan komunitas, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Krebs 1989 sebagai berikut: E = H ′ H ′maks Keterangan : E = Indeks Keseragaman H = Indeks diversitas Shannon-Wienner H max = Keanekaragaman spesies maximum Keterangan nilai E: 0–1 atau mendekati 1 = penyebaran merata dan keseragaman rendah 1 = penyebaran tidak merata dan keseragaman tinggi Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan Alat dan metode pengukuran parameter fisika kimia perairan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan Metode Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan Parameter Satuan Metode Keterangan Fisika Suhu O C Pemuaian in situ Arus ms Bola Penduga in situ Kedalaman m Tongkat Penduga in situ Kecerahan m Secchi Disk in situ Subtrat - Segitiga Millar ex situ Kimia pH - pH meter in situ DO mgl Metode Winkler ex situ BOD 5 mgl Metode Winkler ex situ Bahan Organik mgl Metode Analisis Abu Laboratorium Keterangan: : Lampiran 1 : Lampiran 2 : Lampiran 3 : Lampiran 4 Universitas Sumatera Utara 20 Analisis Data Deskriptif Data lapangan yang didapatkan meliputi faktor fisika dan kimia perairan, data makrozoobenthos yang diperoleh dari hasil penghitungan data kepadatan populasi, kepadatan relatif, frekuensi kehadiran, indeks diversitas shennon, dan indeks equitabilitas dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskriptifkan atau memberi gambaran terhadap objek yang di teliti melalui data atau sample yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum Sugiono, 2009. Universitas Sumatera Utara 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Klasifikasi Makrozoobentos Berdasarkan hasil penelitian diperoleh klasifikasi makrozoobentos yang didapatkan pada lokasi penelitian terdiri dari 13 genus dalam 4 kelas yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi Makrozoobentos yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Penelitian di Sungai Batang Gadis Sumatera Utara Kelas Ordo Famili Genus Chaetopoda Oligochaeta Tubificidae Branchiura Tubifex Gastropoda Archacegastropoda Helicidae Pila Heterodonta Sphaeriidae Sphaerium Thiaridae Tarebia Mesogastropoda