3
2. METODE
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental secara deskriptif menggunakan data primer berupa isolat bakteri dari pus pasien penderita gangren diabetik. Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu: alat-alat gelas Pyrex, autoklaf My Life, Hirayama, api bunsen, deglass, flakon, inkubator Memmert, LAF Laminary Air Flow, mikropipet Socorex, mikroskop
Olympus CX21, objek glass¸ose, oven, penangas air, penjepit kayu, pinset, pipet tetes, incubator shaker New Brunswick Scientific, spyderglass, yellow tipe. Bahan yang digunakan sebagai sampel
yaitu isolat bakteri dari pasien yang terdiagnosis gangren diabetik. Media yang digunakan antara lain media NA Nutrien Agar, media BHI, dan media MH Mueller Hinton. Pewarnaan bakteri
dilakukan menggunakan cat gram A, cat gram B, cat gram C, dan cat gram D. Larutan salin sebagai pengencer untuk menyesuaikan standart kekeruhan Mc Farland. Disk antibiotik yang digunakan
meliputi amoksillin, seftazidim, siprofloksasin, eritromisin, trimetoprim, tetrasiklin, gentamisin, meropenem, oksasiklin, dan tazobaktam. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer
berupa isolat bakteri penderita gangren diabetik yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit X Surakarta. Bakteri dibiakkan pada media NA miring. Dilakukan identifikasi bakteri
dengan pengecatan Gram pada bakteri Gram positif dan Gram negatif untuk mengamati morfologi sel dari masing-masing bakteri. Diambil 3 koloni bakteri menggunakan ose steril dan disuspensikan
ke dalam 5 ml BHI cair, kemudian diinkubasi pada inkubator shaker dengan kecepatan 230 rpm dan suhu 37
o
C selama 2-3 jam, suspensi bakteri selanjutnya diencerkan menggunakan larutan salin hingga setara dengan kekeruhan Mc Farland 1,5 x 10
8
CFUmL. Diambil sebanyak 150 µl suspensi bakteri dan ditanam pada permukaan agar MH hingga rata. Disk antibiotik 3-4 macam diletakkan di
atas media dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 19-24 jam, kemudian diukur diameter zona hambat yang terbentuk pada media Mueller Hinton. Analisis data dari hasil uji resistensi bakteri
terhadap antibiotik dilihat dengan mengukur zona hambat dari masing-masing antibiotik kemudian interpretasi data dilakukan dengan mengacu standar yang telah ditetapkan oleh Clinical and
Laboratory Standards Institute CLSI apakah bakteri tersebut tergolong sensitif S, intermediet I, atau resisten R.
3. HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Distribusi pemeriksaan pus pasien
Data demografi pemeriksaan terhadap 10 pasien gangren diabetik berdasarkan penggolongan usia menurut Depkes RI tahun 2009 dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1. Distribusi hasil kultur
paling banyak dilakukan pada rentang usia 60-64 tahun sebanyak 28,5 dan mayoritas pasien yang diperiksaan berjenis kelamin laki-laki 71 dan pasien perempuan 29.
4
Tabel 1. Distribusi penggolongan usia dan jenis kelamin pada pasien gangren diabetik di Rumah Sakit X Surakarta bulan Februari-Maret 2016
Usia Jumlah pasien n
Persentase 45-49 tahun
1 14,3
50-54 tahun 1
14,3 55-59 tahun
1 14,3
60-64 tahun 2
28,5 65-69
70-74 1
14,3 75
1 14,3
Jumlah 7
100 Jenis Kelamin
Jumlah pasien n Persentase
Laki-laki 5
71 Perempuan
2 29
Jumlah 7
100 Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit diabetes melitus pada usia lebih dari 50 tahun
disebabkan karena adanya penurunan fungsi fisiologis tubuh misalnya penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh kurang optimal terhadap pengendalian glukosa
darah yang tinggi. Kerja insulin yang kurang optimal dalam menurunkan glukosa dalam tubuh menyebabkan keberadaan glukosa dalam tubuh menjadi tidak terkendali Akbar, Karimi,
Anggraini, 2014.
3.2 Distribusi bakteri yang diisolasi dari spesimen pus
Setelah dilakukan kultur dari 10 isolat bakteri pada bulan Februari-Maret 2016, diperoleh dua jenis bakteri bakteri Gram positif dan Gram negatif yang terdiri dari 6 isolat Gram positif dan 4 isolat
Gram negatif Tabel 2. Staphylococcus aureus merupakan bakteri terbanyak yang ditemukan dari spesimen pus pasien gangren diabetik.
Tabel 2. Jumlah isolat bakteri pada penderita gangren diabetik Jenis Gram
Bakteri Jumlah isolat
Isolat nomor Persentase
Gram positif
Staphylococcus aureus 6
4,5,6,7,8, 11 60
Gram negatif
Shewanella putrefaciens 1
2 10
Pseudomonas fluorescens 1
3 10
Providencia stuartii 1
9 10
Pseudomonas aeruginosa 1
10 10
Total 10
100
5
Distribusi bakteri pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Chudlori et al. 2012, hasil isolasi bakteri dari spesimen pus terbanyak ditunjukkan oleh bakteri Gram positif yaitu
Staphylococcus aureus 30,19, diikuti bakteri Gram negatif Acinetobacter Baumanni 15,09 dan Escherichia coli 15,09, Klebsiella pneumonia 11,33, dan Pseudomonas aeruginosa
5,66. Penelitian yang dilakukan oleh Priya et al. 2014 pada Juli 2013 dengan 50 sampel penderita
gangren diabetik di daerah Kanyakumari, Tamil Nadu, India, menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus lebih dominan dibandingkan dengan bakteri lainnya dengan jumlah isolat 23
46, diikuti Klebsiella pneumoniae sebanyak 19 isolat 38 dan Pseudomonas aeruginosa 6 isolat 12.
Gambar 1. Distribusi bakteri Gram positif dan negatif pada spesimen pus pasien gangran diabetik bulan Februari-Maret 2016
Staphylococcus aureus termasuk bakteri aerob. Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen yang sering ditemukan pada spesimen pus pasien gangren diabetik, penyebarannya sebagai
flora normal pada permukaan kulit dan tumbuh subur pada daerah yang terinfeksi. Staphylococcus aureus memproduksi koagulase yang mengkatalisis perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan
membantu organisme ini untuk membentuk barisan perlindungan. Infeksi kulit dapat terjadi pada kondisi hangat yang lembab atau saat kulit terbuka akibat infeksi atau penyakit. Penyebarannya
dapat melalui udara dan tangan dari tenaga medis. Jika sudah mengetahui faktor penyebabnya, maka dapat diusahakan untuk memperbaiki cara pengobatan maupun mencegah terjadinya ulkus atau
gangren Priatiwi, 2015.
3.3 Identifikasi bakteri Gram positif dan Gram negatif