ditimbang untuk mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi udang setiap hari selama masa pemeliharaan.
2. Uji Daya Cerna Pakan
Pengujian daya cerna pakan dilakukan secara terpisah dari uji pertumbuhan. Pakan yang akan digunakan dihaluskan menjadi serbuk dan ditambahkan 0,6
Cr
2
O
3
sebagai indikator kecernaan dan CMC sebesar 20 gkg pakan sebagai perekat Watanabe 1988. Selanjutnya pakan serbuk dibuat pelet lagi dan
dikeringkan. Pakan diberikan pada udang selama seminggu dan pada hari ketujuh dilakukan pengumpulan feses udang dengan cara menyipon akuarium dengan
selang kecil dan ditampung dalam ember. Selanjutnya disaring dan feses yang terkumpul ditempatkan pada botol film untuk selanjutnya dianalisa Lampiran 3.
Feses yang terkumpul dikeringkan dalam oven bersuhu 110 °C selama 4-6 jam.
Selanjutnya dilakukan analisa kandungan Cr
2
O
3
terhadap feses yang sudah dikeringkan Lampiran 4.
Nilai kecernaan dihitung berdasarkan Takeuchi 1988 : Kecernaan protein = 1-a’a b’b x 100
Kecernaan Total = 1-a’a x 100 Keterangan :
a = Cr
2
O
3
dalam pakan a’ = Cr
2
O
3
dalam feses b’ = protein dalam feses
b = protein dalam pakan
3. Uji Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan
Uji aktivitas enzim dilakukan pada saluran pencernaan udang di akhir penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari
penambahan probiotik pada pakan yang diberikan dibandingkan kontrol. Udang diambil sebanyak 6 ekor dari setiap akuarium kemudian dibedah untuk diambil
saluran pencernaannya. Preparasi ekstrak enzim saluran pencernaan udang ini dilakukan pada suhu 4
°C. Saluran pencernaan udang kemudian dicuci dengan akuades dan dikeringkan dengan kertas penghisap. Selanjutnya usus ditimbang
dan dihomogenkan dengan menambahkan larutan buffer 10 ml. Setelah homogen lalu disentrifuse selama 20 menit pada 1200 rpm untuk mendapatkan supernatan
yang akan digunakan pada pengujian selanjutnya yaitu aktivitas enzim Lampiran 3.
Analisis Data
Data hasil isolasi dan seleksi bakteri kandidat probiotik serta aktivitas enzim saluran pencernaan udang dianalisa secara deskriptif sedangkan data hasil uji
pertumbuhan dan kecernaan dianalisa secara statistika. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dan menggunakan analisa
ragam dengan tingkat kepercayaan 95 dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan Steel dan Torrie 1993.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik dari Saluran Pencernaan Udang
Hasil isolasi bakteri kandidat probiotik dari saluran pencernaan udang didapat total sebanyak 30 isolat bakteri untuk diseleksi lebih lanjut. Isolat bakteri
ini diambil berdasarkan koloni yang berbeda. Morfologi koloni isolat bakteri yang didapat adalah bulat sedang, tidak beraturan, warna krem; bulat besar
menipis ke pinggir, tepian bergerigi, warna krem; bulat melebar, tepi berserabut, warna bening; bulat, menipis ke tepi, warna bening.
Seleksi Bakteri Kandidat Probiotik 1. Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik
Hasil uji aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik terhadap bakteri kandidat probiotik disajikan pada Gambar 2. Hasil uji aktivitas proteolitik
ditandai dengan adanya zona bening di sekeliling koloni isolat, aktivitas lipolitik ditunjukkan dengan adanya warna hijau di sekeliling koloni isolat dan aktivitas
amilolitik ditandai zona kuning bening di daerah isolat yang ditumbuhkan.
aktivitas proteolitik aktivitas lipolitik aktivitas amilolitik Gambar 2 Hasil aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik.
Hasil pengukuran luas diameter hasil aktivitas disajikan pada Gambar 3 dan Lampiran 5. Dari hasil pengukuran diameter hidrolisis protease didapatkan tiga
isolat dengan diameter tertinggi sebesar 20 mm yaitu K9, K19 dan Z1. Isolat yang mampu menghidrolisis lipase paling tinggi yaitu isolat Z5 dengan diameter
12 mm disusul Z3 diameter 9 mm dan isolat yang mampu menghidrolisis amilase paling tinggi yaitu M1 dan M2 dengan diameter 15 mm. Isolat-isolat tersebut
selanjutnya diuji lanjut berdasarkan tahapan seleksi bakteri probiotik. Adanya kemampuan menghidrolisis protease, lipase dan amilase ini menunjukkan bahwa
isolat-isolat tersebut mampu memanfaatkan sumber energi yaitu kasein, lemak dan pati yang ditambahkan pada media menjadi sumber karbon.
Gambar 3 Diameter hidrolisis enzim oleh isolat proteolitik, lipolitik dan amilolitik.
2. Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu
Toleransi terhadap asam merupakan salah satu syarat penting suatu isolat untuk dijadikan kandidat probiotik. Hasil dari pengujian ketahanan terhadap asam
lambung dan garam empedu disajikan pada Gambar 4, Gambar 5 dan Lampiran 6
Gambar 4 Selisih log CFUml antara jumlah isolat pada pH 2,5 dengan pH normal setiap periode pengamatan.
Gambar 5 Selisih log CFUml antara jumlah isolat pada pH 7,5 dengan pH
normal. Hasil pengujian terhadap asam lambung menunjukkan bahwa isolat S3 dan
K9 memiliki selisih terkecil yang berarti lebih tahan terhadap pH asam lambung dibandingkan isolat lainnya. Isolat harus tahan terhadap pH asam lambung untuk
mampu bertahan hidup dalam saluran pencernaan. Apabila sel bakteri terpapar pada kondisi yang sangat asam maka membran sel dapat mengalami kerusakan
dan berakibat pada hilangnya komponen-komponen intraseluler seperti Mg, K dan lemak dari sel tersebut. Pada akhirnya kerusakan ini dapat mengakibatkan
kematian sel Bender Marquis 1987. Hasil pengujian terhadap garam empedu menunjukkan bahwa isolat K9 merupakan isolat yang paling mampu beradaptasi
karena selisih log populasinya paling kecil diantara semua isolat.
3. Fase Pertumbuhan Bakteri