Lokasi dan Waktu Alat dan Bahan Kerangka Penelitian

13

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dengan topik “Analisis Kebutuhan Irigasi Padi Berdasarkan Metode KP-01 dan CROPWAT 8 ” dilaksanakan selama 7 bulan, dimulai pada bulan Januari hingga Juli 2012. Penelitian dengan data sekunder dilakukan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan air irigasi padi, yaitu data iklim sekunder 10 tahun suhu maksimum, suhu minimum, kelembaban udara, kecepatan angin, sinar matahari dan curah hujan, komputer Intel R Core TM2 Duo, program Microsoft Excel, CROPWAT 8, RAINBOW, FAO Irrigation dan Drainage Paper no 56 guidelines for computing crop water requirements, peraturan yang berlaku di Indonesia terkait dengan standar perencanaan kebutuhan air irigasi dan panduan program CROPWAT 8.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan air irigasi padi meliputi tahap pengumpulan dan pengolahan data serta tahap analisis data. Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, kemudian dilakukan perbandingan parameter dari kedua perhitungan tersebut baik dengan menggunakan KP-01 maupun CROPWAT 8.

3.3.1. Pengumpulan Dan Pengolahan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu data iklim yang terdiri dari data suhu maksimum, suhu minimum, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari dan curah hujan selama 10 tahun yang didapat dari stasiun pengukur. Data iklim 10 stasiun yang diambil selama 10 tahun, yaitu tahun 1980-1989 meliputi stasiun Darmaga, Japura Rengat, Dabo Singkep, Beranti Tanjung Karang, Surabaya Maritim, Curug Tangerang, Solerejo, Sempor, Cilacap dan Semarang Maritim. Data suhu maksimum, suhu minimum, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari diolah untuk menentukan besarnya nilai ETo baik dengan metode Penman Modifikasi maupun Penman-Monteith. Data curah hujan digunakan untuk menentukan besarnya hujan efektif yang terjadi.

3.3.2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian meliputi beberapa parameter yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi, yaitu evapotranspirasi tanaman acuan, hujan efektif, pengolahan tanah, data tanah dan tanaman. Parameter tersebut diperlukan untuk menentukan besarnya kebutuhan air irigasi padi berdasarkan metode 14 yang diterapkan dalam KP-01 dan CROPWAT 8 dari tahap pengolahan tanah hingga tahap akhir. Perhitungan kebutuhan air irigasi dalam KP-01 dilakukan secara manual dengan program Microsoft excel.

3.4 Kerangka Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam menentukan kebutuhan air irigasi padi sawah pada KP-01 dan CROPWAT 8. Kemudian dilakukan pencarian berbagai literatur yang terkait dengan penelitian kebutuhan air irigasi. Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul kemudian dilakukan perbandingan antara beberapa parameter yang digunakan pada KP-01 dan CROPWAT 8. Setelah dilakukan perbandingan dari parameter-parameter yang dibutuhkan, kemudian dilakukan perhitungan dan analisis kebutuhan air irigasi padi sawah. Penjelasan mengenai parameter-parameter tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Dalam memudahkan pengolahan data dibuat diagram alir penelitian dengan metode KP-01 dan CROPWAT 8 seperti yang dijelaskan pada Gambar 1 dan Gambar 2. 15 Gambar 1. Diagram Alir Metode KP-01 Pengumpulan Data Data Tanaman Kc Data Iklim Data Tanah Evapotranspirasi Tanaman Acuan ETo Metode Penman Modifikasi Suhu Maksimum Suhu Minimum Kelembaban Udara Kecepatan Angin Curah Hujan Lama Penyinaran Evapotranspirasi Tanaman Hujan Efektif Re Kebutuhan Irigasi Tahap Awal hingga Akhir Pengolahan Tanah LP Metode Van de Goor dan Zijlstra Kebutuhan Air Pengolahan Tanah 16 Gambar 2. Diagram Alir CROPWAT 8 Pengumpulan Data Data Tanaman Kc Data Iklim Data Tanah Evapotranspirasi Tanaman Acuan ETo Metode Penman- Monteith Suhu Maksimum Suhu Minimum Kelembaban Udara Kecepatan Angin Curah Hujan Lama Penyinaran Evapotranspirasi Tanaman Hujan Efektif Re Hujan Andalan Kebutuhan Irigasi Tahap Awal hingga Akhir Pengolahan Tanah LP Pra Pelumpuran dan Pelumpuran Kebutuhan Air Pengolahan Tanah 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan

Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode irigasi. Sebagian besar penyerapan air tanaman dari tanah hilang sebagai proses evapotranspirasi tanaman. Evapotranspirasi tanaman adalah sejumlah air yang hilang sebagai bentuk penguapan dari tanah dan transpirasi tanaman. Evapotranspirasi tanaman dapat diukur berdasarkan pendekatan Kc koefisien tanaman dimana evapotranspirasi tanaman dihitung menggunakan evapotranspirasi tanaman acuan dan koefisien tanaman spesifik. Dalam pengukuran evapotranspirasi tanaman acuan secara langsung dengan menggunakan lisimeter bertimbang dibutuhkan biaya kerja yang mahal, sulit dan pengukuran ini hanya berlaku pada kondisi tempat yang diukur. Karena metode langsung tidak praktis digunakan dalam skala besar, maka dikembangkan metode dari persamaan Penman. Persamaan Penman tidak relatif pada tanaman karena penguapan yang dihasilkan didasarkan pada permukaan yang basah jenuh sehingga taksiran kebutuhan air tanaman menjadi tinggi. Model Penman kemudian dimodifikasi berdasarkan konsep perlawanan resistensi dan dikembangkan oleh Monteith dengan konsep “big leaf surface” mengenai resistensi kanopi dan aerodinamis. Menurut hipotesis, kanopi dapat dianggap sebagai daun tunggal yang besar dengan menganggap sumber panas dan fluks uap ditemukan pada lapisan yang sama. Kombinasi persamaan sebelumnya mengarah pada perkiraan evapotranspirasi tanaman acuan yang dikenal dengan persamaan Penman-Monteith. Faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi tanaman acuan ETo adalah parameter iklim yang dapat diketahui dari data cuaca. ETo yang diukur pada lokasi dan musim yang berbeda dapat dibandingkan karena mengacu pada evapotranspirasi dari permukaan referensi yang sama dengan asumsi tinggi tanaman 12 cm, permukaan resistansi tanaman tetap 70 detm, albedo 0.23, menyerupai evapotranspirasi rumput dengan ketinggian yang seragam, tumbuh subur dengan ketersediaan air yang cukup. Setelah dilakukan perhitungan ETo dari parameter-parameter yang dibutuhkan dalam metode Penman-Monteith dan Penman Modifikasi, maka didapatkan nilai ETo dari kedua metode tersebut. Nilai ETo yang dihasilkan pada CROPWAT 8 dan KP-01 memiliki nilai yang berbeda dengan perbandingan persentase ETo Penman Modifikasi terhadap Penman-Monteith sebesar 123.61. Pada CROPWAT 8 digunakan metode Penman-Monteith dan KP-01 menggunakan metode Penman Modifikasi. Selain menggunakan metode tersebut, nilai ETo dapat ditentukan dengan metode lain, yaitu Blaney-Criddle, Panci evaporasi dan radiasi. Sejak tahun 1990 umumnya dalam menentukan ETo para peneliti menggunakan metode Penman-Monteith. Hal ini dikarenakan nilai taksiran yang dihasilkan metode tersebut tidak jauh berbeda dari kondisi di lapangan dibandingkan dengan metode lainnya. Parameter yang digunakan dalam metode ini cukup lengkap, meliputi data iklim suhu maksimum, suhu minimum, kelembaban udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari, sedangkan metode lain seperti metode radiasi digunakan apabila hanya tersedia data suhu dan penyinaran matahari. Metode Blaney- Criddle diusulkan untuk daerah dimana hanya tersedia data suhu udara saja, sehingga berdasarkan keterangan parameter yang dibutuhkan metode Penman-Monteith menghasilkan nilai yang mendekati