Saran Rainfed areas quality control model based on community empwerment in Ponorogo district

176 Gay LR. 2006. Educational Research. Colombus, Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company. Grootaert C. 1998. Social Capital: The Missing Link? Environmentally and Socially Sustainable Development . The World Bank. Hanifan LJ .1920. The Community Center. Boston: Silver, Burdett Company. Hartrisari. 2007. Sistem Dinamik Konsep Sistem dan Pemodelan Untuk Industri Lingkungan . Bogor: SEAMEOBIOTROP. Hidayat A, Hikmatullah, Santoso. 2000. Potensi dan Pengelolaan Lahan Kering Dataran Rendah. Di dalam: Abdurachman AF, Agus, Amin LI, dan Djaenuddin D [Editor]. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya . Bogor: PUSLITTANNAK, Badan Litbang Pertanian, Deptan. Bogor. Pp. hlm 197-225. Hikmat H. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press. Hong GB, Schuylenborgh JV. 1960. On the Mineral Nutrition of Lowland Rice Oryza sativa. Netherlands Journal of Agricultural Science 8: 305-316. John D MacArthur CT. 1998. Coping Strategies. Research Network on Socioeconomic Status and Health. Psychosocial Working Group. Lazarus RS Susan F. 1987. Transactional theory and research on emotions and coping. European Journal of Personality 1:141 –169. Lazarus, S.R. Folkman, S. 1985. Stress Appraisal and Coping. New York: Publishing Company. Light I. 2004. Social Capital For What? Di dalam: Silverman RM, editor. Community Based Organizations. The Intersection of Social Capital and Local Context in Contemporary Urban Society. Detroit, Michigan. hlm 19-38. Lin N. 2001. Building a Network Theory of Social Capital. Connections 22:28-51. Ma‟arif MS Hendri T. 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif Untuk Manajemen. Jakarta: Gramedia Widiasarana. McArdle J. 1989.Community Development Tools of Trade. Community Quarterly Journal 16. Manetsch TJ GL Park. 1982. System Analysis and Simulation With Application to Economic and Social System . Michigan: Dept. of Electrical Engineering and System Science, Michigan State University, East Lansing. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo. 177 _______. 2007. Teknik dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial. Bogor: IPB PRESS. Monat A Richard SL. 1977. Stress and Coping. New York: Columbia University Press . Moore AB Hill LH. 2000. Models of Community Development Practice. Journal Models of Community Development Practice. Muhammadi EA Budi S. 2001. Analisis Sistem Dinamis, Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen . Jakarta: UMJ Press. Mulatsih S. 2006. Faktor sosial ekonomi dan kondisi lahan yang mempengaruhi penggunaan lahan kering [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Munasinghe M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. The International Bank for Reconstruction and Development, The World Bank, Washington, DC USA. Notodarmojo S. 2005. Pencemaran Tanah Air Tanah. Bandung: Penerbit ITB. Pranadji T. 2005. Model pemberdayaan masyarakat pedesaan untuk pengelolaan agroekosistem lahan kering: Studi penguatan modal sosial dalam desa- desa hulu DAS ex proyek bangun desa, Kabupaten Gunung Kidul dan ex proyek pertanian lahan kering Kabupaten Boyolali [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Pujiharti Y. 2007. Model pengelolaan lahan kering berkelanjutan pada sistem agribisnis tanaman pangan [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Putnam RD. 1995. Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community 2000. Americas Declining Social Capital. ______. 2004. Using Social Capital to Help Integrate Planning Theory, Research, and Practice. Preface of Journal of American Planning Association 70. Rohe WM. 2004. Building Social Capital Through Community Development. Journal of American Planning Association 70. Roseland, M. 2000. Sustainable community development: integrating environmental, economic, and social objectives. Pergamon, Progress in Planning 54 2000 73 –132. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Sitorus SRP. 2001. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan . Bogor: Jurusan Tanah, Faperta IPB. Slamet PH. 2002. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 037. Stuart GW and Sundeen SJ.1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book. 178 Sumarjo Saharudin. 2004. Metode-Metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat. Sussman, Suzzanne K, Gary WP.1999. Handbook of Marriage and the Family. New York: Plenum Press. Syamsuddin. 2001. Model evaluasi keberhasilan usaha tani di lahan kering studi kasus penanaman jambu mete di Kabupaten Lombok Barat [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Syaukat Y Hendrakusumaatmaja S. 2004. Modul Pengembangan Ekonomi Berbasis Lokal. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program Pasca Sarjana, IPB. [UNESCO] United Nations Educational Scientific, and Cultural Organization. 2004. Report of the inter-agency working group on life skills in EFA. Paris. Uphoff N. 1992. Local Institutions and Participation for Sustainable Development . London: Gatekeeper Series SA31. IIED. Walpole RE. 1990. Pengantar Statistika. B. Sumantri. [Penerjemah]. Terjemahan dari: Introduction to Statistics. 3rd edition. Jakarta: Gramedia; 1990. [WCED] World Commission on Environment and Development. 1987. Geneva: Brundtland Commission And Sustainable Development. Winoto J Hermanto S. 2008. Agricultural Development in Indonesia: Current Problems, Issues, and Policies. Analisis Kebijakan Pertanian 6:11-36. Woolcock M Deepa N. 2000. Social Capital: Implications for Development Theory, Research, and Policy . The World Bank Research Observer 15. Woolcock M. 2004. Why and How Planners Should Take Social Capital Seriously. Journal of American Planning Association 70. Lampiran 1 Glossary Sub Model Ekonomi doc PDRB = PDRB Kabupaten Ponorogo doc KPDRB = laju berkurangnya PDRBH doc LPDRB = laju pertambahan PDRB doc FPPK = fraksi pendapatan per kapita doc Ksjhtr = kesejahteraan petani doc Pend_Pet = pendapatan petani lahan kering doc PPerKapita = pendapatan per kapita doc FPP = fraksi pendapatan petani doc Ksm_Pet = rata-rata pengeluaran petani Sub Model Sosial doc IPM = Nilai Index Pembangunan Manusia doc Kesehatan = jumlah scoring terhadap tingkat pendidikan doc PC_Kerja = jumlah penduduk pencari kerja doc Pendidikan = jumlah scoring terhadap tingkat pendidikan doc Penduduk = jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo awal tahun simulasi 2005 doc LIPM = laju pertumbuhan index pembangunan manusia doc LKCK = laju berkurangnya jumlah pencari kerja karena sektor pertanian doc LKshtn = laju pertumbuhan tingkat pendidikan doc LPCK = laju pertumbuhan jumlah pencari kerja doc LPdk = laju pertumbuhan tingkat pendidikan doc Pert_Pddk = jumlah pertambahan penduduk setiap tahunnya doc Pgrn_Pddk = jumlah penduduk yang berkurang setiap tahunnya doc PKshtn = laju berkurangnya tingkat pendidikan doc PPdk = laju berkurangnya tingkat pendidikan doc A_Kel = angka kelahiran penduduk doc A_Kem = jumlah angka kematian per tahun doc FB = jumlah penduduk bekerja doc FKT = fraksi kelompok tani terhadap jumlah penduduk doc FLIPM = fraksi laju pertumbuhan index pembangunan manusia doc FLPCK = fraksi laju pertumbuhan pencari kerja doc FPddkM = fraksi penduduk miskin doc FPMK = fraksi penduduk miskin terhadap kesehatan doc FPPdk = fraksi berkurangnya skor terhadap tingkat pendidikan doc Klp_Tani = jumlah kelompok tani Kabupaten Ponorogo doc LPLLT = laju pertumbuhan lahan tani doc Pddk_Miskin = jumlah penduduk miskin doc Persepsi = persepsi masyarakat terhadap pengelolaan lahan kering yang baik doc Pet = jumlah petani lahan kering doc PrPddk_Miskin = persentase jumlah penduduk miskin 180 Lampiran 1 Glosary lanjutan doc APMK = konstanta penduduk miskin terhadap kesehatan doc FLKshtn = fraksi laju pertambahan terhadap skor tingkat pendidikan doc FLPdk = fraksi laju pertambahan terhadap skor tingkat pendidikan doc FLPLLT = laju pertumbuhan lahan tani doc FPKshtn = fraksi berkurangnya skor terhadap tingkat pendidikan Sub Model Ekologi doc FProd = fraksi lahan produktif doc Luas_Lahan_Kering = luas lahan kering di Kabupaten Ponorogo doc Luas_lahan_tani = luas lahan tani di kabupaten ponorogo doc LFP = laju fraksi produktifitas doc LFPP = laju fraksi pengurangan lahan produktif doc LLLK = laju pertambahan luas lahan kering doc LLLT = laju pertambahan luas lahan tani doc Curah_Hujan = angka curah hujan per tahun doc LProd = luas lahan produktif doc OLK = lahan kering optimal dengan curah hujan yang ada doc ALFP = angka laju fraksi lahan produktif doc ALFPP = angka laju fraksi pengurangan lahan produktif doc FLLLK = fraksi laju pertumbuhan luas lahan kering doc FLLLT = fraksi laju pertumbuhan luas lahan tani doc FOLK = fraksi optimal lahan kering dari curah hujan yang ada 181 Lampiran 2 Peta Lokasi Penelitian 182 Lampiran 3 Gambaran kedaan lokasi penelitian Kantor Camat Balong Kantor Desa Koripan Lahan Desa Karangpatihan – Balong Irigasi – Karangpatihan - Balong Lahan Desa Kupuk- Bungkal Ambil Air Bersih, Desa Koripan- Bungkal 183 Kantor Camat Sambit Kantor Camat Sawoo Lahan Desa Ngadisanan – Sambit Hasil Panen Jagung Desa Prayungan – Sawoo Lahan Desa Kupuk- Bungkal Ambil Air Bersih, Desa Koripan- Bungkal 184 Ibu Sukati masyarakat petani lahan kering Desa Karangpatihan Ponorogo 185 Ibu Sunarsih petani lahan kering Desa Kupuk- Ponorogo 186 Bapak Soihin petani lahan kering Desa Kupuk- Ponorogo v ABSTRACT RIMUN WIBOWO. Rainfed Areas Quality Control Model Based on Community Empwerment in Ponorogo District. Under direction of SJAFRI MANGKU- PRAWIRA as a Chairman Committee, ASEP SAEFUDDIN, SUMARJO GATOT IRIANTO as members. To control quality of rainfed areas as well as the farmers‟ welfare has been done by local government Ponogoro. It‟s still not success yet because it is still a partial approach. Therefore, it is very important to research and develop model how to control quality of rainfed based on community empowerment with integrated system approach. Location of this research is in Ponorogo District with 326 respondens, consist of 6 experts, 20 linkage agencies staffs and 300 farmers. Analytical Hierarchy Process AHP, Interpretative Structural Modelling ISM, System, Chi-Square and Structure Equation Model- SEM were implemented to analyzed the problems. Based on the data and information collected and analyzed, model that reflected the the real situation, simulated and validated. The model was established using system approach at community level, local government services and ecology. Based on AHP analysis known that element priority of quality control rainfed in Ponorogo District and then continuing ISM analysis to found key factors of rainfed quality control. Based on these key factors, then formulated scenario condition whether pesimistict, moderate or optimistict. These scenarios applied in the model that have been developed in previous stage with system approach, and resulting policy formulation as follows:1improving cooperation among lingkage agencies and sectors; 2 improving frequency and quality extension and technical guidance to the farmers; 3 improving readiness of farmers to receive better of knowledge, behavior and positive perspective in managing rainfed; 4 Developing ability of farmers in technical skill in managing rainfed quality control. Keyword : rainfed, quality, control, empowerment, model, system, coping strategy. I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini pemerintah dan masyarakat Kabupaten Ponorogo terus melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan pengendalian mutu lahan kering untuk usaha tani di daerahnya. Tujuan yang hendak dicapai adalah proporsi luas lahan kering produktif untuk usaha tani semakin lama semakin naik sehingga pada akhirnya sebagian besar lahan kering yang ada pada saat ini seluas 102.311 Ha yang tersebar di 12 kecamatan dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat petani, serta berdampak positif terhadap pengentasan kemiskinan masyarakat. Luas lahan kering yang digarap untuk usaha tani, hingga tahun 2010, baru mencapai 30.203 ha atau 29,52 dari jumlah lahan kering seluruhnya BPS Kabupaten Ponorogo 2010. Lahan kering mempunyai potensi besar untuk pengembangan pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman tahunan atau perkebunan. Pengembangan berbagai komoditas pertanian di lahan kering merupakan salah satu pilihan strategis untuk meningkatkan produksi dan mendukung ketahanan pangan nasional Balai Penelitian Tanah Bogor 2006. Program rutin yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk membina para petani lahan kering antara lain program penyuluhan pertanian sebagai suatu rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha dalam hal konservasi lahan, baik dengan motode vegetatif atau metode mekanik sesuai dengan ketentuan-ketentuan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Sejalan dengan upaya pengendalian mutu lahan kering tersebut, pada periode tahun 2001-2008, Kabupaten Ponorogo mendapat bantuan program Participatory Integrated Development in Rainfed Areas PIDRA dalam bentuk kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan IFAD International Fund for Agriculture Development di 12 desa dalam empat kecamatan, dengan perincian: pada tahun 2001 dikembangkan di tiga desa; pada tahun 2002 di tiga desa; dan pada tahun 2003 di enam desa. Bantuan dari IFAD tersebut berakhir pada tahun 2008.Tujuan 2 dari program ini ialah meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lahan kering di daerahnya untuk mendukung terwujudnya tingkat kesejahteraan masyarakat sesuai harapan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo 2010. Hasil positif dari program-program pengendalian mutu lahan kering yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat pada dasarnya telah cukup banyak, tetapi belum sepenuhnya memadai. Hal ini sesuai dengan keterangan dari pejabat Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo bahwa hasil produksi lahan kering di 12 desa dalam empat kecamatan Bungkal, Balong, Sawoo, Sambit dalam tiga tahun terakhir masih di bawah target yang ditentukan. Realisasi hasil panen beberapa komoditi tanaman per tahun tidak mencapai target kabupaten, bahkan dalam periode waktu tersebut ada delapan desa yang mengalami kejadian gagal panen. Hasil panen padi per hektar per tahun rata-rata hanya 59,39 dari target; hasil panen jagung rata-rata 44,58; hasil panen ubi rata-rata 67,76 dari target; dan hasil panen kacang tanah rata-rata 78,13. Selain tingkat produktivitas belum optimal, juga tingkat kerusakan atau degradasi lahan kering di beberapa desa tersebut masih terjadi pada kisaran satu sampai dua persen per tahun Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo 2010. Penyebab dari belum optimalnya hasil pengendalian mutu lahan kering di Kabupaten Ponorogo tersebut diduga berhubungan dengan banyak faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain yaitu: 1 faktor pengetahuan dan keterampilan petani tentang pengendalian mutu lahan kering yang belum optimal; 2 faktor layanan pemerintah yang belum optimal; 3 faktor sumberdaya alam dan lingkungan belum dimanfaatkan secara berkelanjutan termasuk penerapan teknologi pertanian. Semua ini merupakan masalah sekaligus tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pemerintah, masyarakat, dan para stakeholder , khususnya pemerhati dan ilmuwan bidang pertanian dan kehutanan. Masalah-masalah yang kompleks ini perlu diselesaikan dengan pendekatan sistem berbasis pemberdayaan masyarakat. Masalah-masalah tersebut perlu dianalisis untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dampak negatif dari masalah, faktor-faktor pendukung berkembangnya masalah, serta menemukan alternatif cara penyelesaiannya. Pendekatan sistem digunakan mengingat masalah yang dihadapi adalah masalah sistemik, tidak sederhana, dan rumit. Pemberdayaan 3 masyarakat mutlak pula diwujudkan untuk lebih menjamin pengelolaan lahan kering bersifat lestari karena berbasis prinsip: dari, oleh, dan untuk masyarakat. Masyarakat yang berdaya, dalam arti memiliki pengetahuan, sikap, motivasi, disiplin, dana, sarana, keterampilan, dan perilaku positif yang memadai akan turut menentukan kesuksesan dan efektivitas program yang dijalankan. Tujuan yang perlu diwujudkan oleh pemerintah dan masyarakat adalah tercukupinya kebutuhan pangan, papan, terciptanya lapangan kerja dan berusaha, menurunnya angka kemiskinan, serta terjaganya kelestarian lingkungan hidup secara berkelanjutan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah terbangunnya model pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut ialah: 1 menganalisis peranan kependudukan, lingkungan, layanan pemerintah, dan teknologi dalam pengendalian mutu lahan kering; 2 menganalisis kebutuhan stakeholder dalam pengendalian mutu lahan kering; 3 membangun model dan merumuskan alternatif kebijakan dan strategi yang tepat dalam pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo.

1.3. Kerangka Pemikiran

Tanah atau lahan sebagai bagian dari sumberdaya alam dan lingkungan mempunyai peranan penting dalam kehidupan pada masa kini dan masa yang akan datang. Karena itu pendayagunaan lahan harus cermat, tepat, dan terkendali sedemikian rupa sehingga senantiasa bermutu baik, berfungsi atau tidak rusak. Penggunaan tanah harus sesuai dengan kemampuannya dan memberikan perlakuan kepada tanah sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tidak rusak dan dapat dipergunakan serta dapat tetap produktif untuk waktu yang tidak terbatas Arsyad 1985. Pendayagunaan lahan atau tanah yang kurang tepat akan menyebabkan lahan atau tanah rusak kritis dan kehilangan fungsinya. Luas tanah yang rusak di Indonesia diperkirakan bertambah sekitar satu sampai dua persen setiap tahun Hong 1976. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang optimum, dan meminimalkan dampak negatif dari aktivitas manusia.