Development strategy for community based park in Pontianak Kota District, West Kalimantan

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PERTAMANAN

BERBASIS KOMUNITAS

DI KECAMATAN PONTIANAK KOTA, KALIMANTAN BARAT

EKA KURNIAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan Pertamanan Berbasis Komunitas di Kecamatan Pontianak Kota, Kalimantan Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2010

Eka Kurniawati

NRP. A451080021


(3)

EKA KURNIAWATI. Development Strategy for Community-Based Park in Pontianak Kota District, West Kalimantan. Under supervision of SITI NURISJAH and FREDIAN TONNY NASDIAN.

District of Pontianak Kota has 22 urban parks to accommodate 104.769 people to socialize as well as, recreate. However, only two parks can be utilized and others in the form of traffic islands, greenways, street lines and small pocket parks. Besides, the two park also poor in quality, amenity as well as management. Urban park, actually, should accommodate the regulrement of city population for using their leisure and recretional time. Good urban park can increasing the quality of the city as well as people. The aims of study was to develop a strategic plan for community-based urban park. Content analysis, Correlation analysis and descriptive analysis was carried out to drawing park condition. It is found that the number and distribution of park are not suitable for the city, park policy is still unrecoqnize by people, and the park management is still dominated by the government. it also found that community have their own choices for park design such as park distance, park benches, type of vegetation, and security post. It is concluded that strategy for community-based park development in district of Pontianak Kota could be implemented by increasing collaboration of each of stakeholders by generating integrated park management program and distribution of park available to meet necessity of people in district of Pontianak Kota.

Keywords: City Park,Community Development, Greenery Open Space Policy


(4)

EKA KURNIAWATI. Strategi Pengembangan Pertamanan Berbasis Komunitas Di Kecamatan Pontianak Kota, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh SITI NURISJAH dan FREDIAN TONNY NASDIAN.

Kecamatan Kota Pontianak memiliki 22 taman baik itu yang dikelola pihak masyarakat, pihak pemerintah, dan pihak swasta dengan berbagai macam kategori sesuai dengan keperluannya. Tetapi hanya ada 2 taman yang dapat digunakan masyarakat dengan jumlah penduduk sebesar 104.769 jiwa untuk sosialisasi, rekreasi, dan lain sebagainya sedangkan sisanya merupakan pulau jalan, jalur hijau, dan taman kantong. Kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hendaknya memperhatikan jumlah penduduk yang semakin hari semakin bertambah, agar kebutuhan taman dapat terpenuhi. Selain mencangkup dengan kebutuhan akan ruang terbuka permasalahan lain juga sering muncul pada pertamanan seperti fasilitas taman yang kurang terpelihara, kondisi taman yang tidak nyaman untuk dikunjungi seperti panas, dan kurangnya kerjasama dalam pengelolaan taman terutama dari segi biaya.

Tujuan penelitian ini yaitu merencanakan Strategi Pengembangan Pertamanan Berbasis Komunitas di Kecamatan Pontianak Kota dengan menganalisis kondisi fisik pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota, menganalisis aspirasi pengguna taman mengenai pertamanan yang ada di Kecamatan Pontianak Kota, menganalisis pengelolaan pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota, menganalisis kebijakan yang terkait dengan pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota dan rekomendasi strategi pengembangan pertamanan berbasis komunitas di Kecamatan Pontianak Kota.

Metode analisis yang digunakan yaitu analisis isi (content analysis) digunakan untuk menganalisis kebijakan/peraturan yang berlaku mengenai pertamanan dengan melihat peraturan-peraturan/kebijakan yang terkait dengan pertamanan dan beberapa artikel/berita yang membahas tentang pertamanan di Kota Pontianak. Analisis korelasi peringkat Spearman (rank-spearman

correlation) digunakan untuk mengetahui pengaruh pengguna taman dalam menggunakan taman yang ada dan analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis kondisi fisik pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota, aspirasi pengguna taman mengenai pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota, pengelolaan taman, membuat rekomendasi strategi pengembangan pertamanan berbasis komunitas di Kecamatan Pontianak Kota.

Hasil Penelitian mendapatkan (a) distribusi taman yang ada di Kecamatan Pontianak Kota tidak tersebar merata dan ketersediaan taman yang ada tergolong rendah; (b) taman yang diinginkan pengguna di Kecamatan Pontianak Kota yaitu jarak taman dekat dengan rumah, tersedianya fasilitas penunjang seperti tempat bermain, bangku-bangku, lapangan olahraga, kios-kios, trek lari, trek terap, dan lain sebagainya, jauh dari sumber kebisingan, menggunakan pos penjagaan seperti pos satpam pada area taman, penggunaan tanaman seperti penggunaan pohon kecil/pohon sedang, semak, perdu, dan penutup lantai, menggunakan pagar pembatas seperti pagar semi permanen (penggunaan vegetasi sebagai pagar) dan pagar permanen (beton, besi, dan kayu), memiliki ciri khas tersendiri seperti taman yang didisain berbeda dengan taman-taman yang lainnya dalam segi disain contohnya penggunaan simbol seperti patung dan air mancur; (c) kurangnya kerjasama antar stakeholder di Kecamatan Pontianak Kota dalam hal pengelolaan pertamanan; (d) kebijakan yang mengatur


(5)

perencanaan pembangunan Kota Pontianak khususnya di Kecamatan Pontianak Kota mengenai pertamanan yang ada dilakukan secara terpisah oleh masing-masing dinas sesuai dengan kewenangan yang ada sehingga pengembangan pertamanan berbasis komunitas tidak dapat tercapai dengan baik (e) strategi pertamanan yang dapat dilakukan di Kecamatan Pontianak Kota dengan cara meningkatkan kolaborasi antar stakeholder dengan memberikan rekomendasi program rencana strategi pengembangan pertamanan berbasis komunitas di Kecamatan Pontianak Kota dan distribusi penyebaran pertamanan yang ada di Kecamatan Pontianak Kota.

Kata Kunci : Penggembangan Berbasis Masyarakat, Peraturan Tata Ruang Hijau, Taman dan Taman Kota,


(6)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(7)

NRP : A451080021 Program Studi : Arsitektur Lanskap

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS


(8)

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Judul Tesis dalam penelitian ini adalah “Strategi Pengembangan Pertamanan Berbasis Komunitas di Kecamatan Pontianak Kota, Kalimantan Barat”. Tesis ini merupakan syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih disertai penghargaan kepada :

1. Komisi Pembimbing Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA dan Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan, saran sekaligus perhatian yang berharga kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan tesis ini.

2. Dr.Ir.Nurhayati HS Arifin, MSc dan Dr.ir. Aris Munandar, MS selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan saran dalam menyempurnakan tesis ini.

3. Staf dosen dan staf akademik Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu yang bermanfaat, arahan dan pelayanan yang baik selama penulis tesis di IPB.

4. Pimpinan dan staff dari instansi-instansi di Pemerintah Daerah Kota Pontianak yang berhubungan dengan tesisini

5. Pimpinan dan staff dari Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. 6. Pimpinan dan staff dari Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. 7. Bapak Iskandar Zulkarnain yang telah memberikan bantuan informasi dan

dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Pimpinan dan staff dari instansi di Pemerintah Daerah Kota Pontianak khususnya di Kecamatan Pontianak Kota, Kelurahan Sungai Jawi, Kelurahan Sungai Bangkong, Kelurahan Mariana, Kelurahan Tengah, dan Kelurahan Darat Skip yang telah memberikan bantuan dan informasi selama penulis berada di lokasi penelitian.

9. Ibu Mira Sophia Lubis ST, MT atas dukungan, doa dan segala bantuan yang diberikan selama penulis menyelesaikan tesis ini.


(9)

11. Teman satu angkatan di Arsitektur Lanskap IPB 2008, mba Yuni, mas Isrok, mba Aan, Prima dan Titi atas kebersamaannya selama kuliah dan segala bantuan selama penulis studi hingga menyelesaikan tesis ini.

12. Teman penulis di Pontianak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu atas dukungan, doa dan segala bantuan yang diberikan selama penulis menyelesaikan tesis ini.

13. Teman penulis di Malea atas dukungan, doa dan segala bantuan yang diberikan selama penulis menyelesaikan tesis ini.

Tak lupa karya ilmiah ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua tercinta (Bapak dan Ibu), atas kasih sayang, semangat, dukungan, dan doa yang tiada henti. Abang dan Adik tersayang atas dukungan moral dan spiritual. Dalam penyusunan tesis ini penulis sadar bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan bagi penulis dalam memperkaya khasanah keilmuan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Amin, terima kasih.

Bogor, Oktober 2010


(10)

Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 16 Desember 1984 sebagai anak kedua dari empat bersaudara merupakan putri dari Bapak Yakop dan Ibu Julaiha.

Penulis menyelesaikan pendidikan SD, SLTP, SLTA di Kota Pontianak. Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswi Universitas Tanjungpura Pontianak pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik melalui jalur SPMB. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1 pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan Srata-2 di Sekolah Pascasarjana IPB pada mayor Arsitektur Lanskap.


(11)

i

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Permasalahan ... 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pertamanan Kota ... 7

2.1.1. Pengertian Pertamanan Kota ... 8

2.1.2. Pengelompokan Pertamanan ... 10

2.2. Pengembangan Perencanaan Berbasis Komunitas ... 13

2.2.1. Perencanaan ... 13

2.2.2. Berbasis Komunitas ... 17

2.2.3. Tujuan Perencanaan Partisipatif ... 19

2.3. Analisis Isi (Content Analysis) ... 20

2.4. Analisis Korelasi Peringkat Spearman (Rank-Spearman) ... 21

2.5. Analisis Deskriptif ... 21

3. KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI... 25

4.1. Keadaan Umum Kecamatan Pontianak Kota ... 25

4.1.1. Letak Geografis dan Administratif ... 25

4.1.2. Iklim ... 27

4.1.3. Topografi ... 27

4.1.4. Hidrologi ... 28

4.2. Kondisi Sosial Ekonomi ... 29

4.3. Tata Guna Lahan ... 33

4.3.1. Penggunaan Lahan ... 33


(12)

ii

5.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

5.1.1. Lokasi Penelitian ... 40

5.1.2. Waktu Penelitian dan Alat Penelitian ... 41

5.2. Teknik Pengumpulan Data ... 41

5.2.1. Data Primer ... 41

5.2.2. Data Sekunder ... 42

5.3. Teknik Pengambilan Sampel... 42

5.3.1. Populasi dan Sampel ... 42

5.3.2. Variabel, Skala, dan Pengkategorian yang Digunakan dalam Pertanyaan Kuesioner dan Analisis Kondisi Taman ... 44

5.4. Metode Analisis Data ... 48

5.4.1. Analisis Isi (Content Analysis) ... 48

5.4.2. Analisis Korelasi Peringkat Spearman (Rank-Spearman) ... 48

5.4.3. Analisis Deskriptif ... 48

5.5. Teknik Penyajian Data ... 49

5.6. Batasan Penelitian ... 51

6 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

6.1. Kondisi Fisik Pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota ... 53

6.1.1. Distribusi Pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota .... 53

6.1.2. Kebutuhan Taman di Kecamatan Pontianak Kota ... 61

6.2. Aspirasi Pengguna Taman Mengenai Pertamanan yang ada di Kecamatan Pontianak Kota ... 67

6.2.1. Aspirasi Pengguna Taman Mengenai Penataan Taman .. 67

6.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Berkunjung ke Taman ... 69

6.3. Pengelolaan Taman ... 70

6.4. Kebijakan yang Mengatur Pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota ... 73

6.5. Strategi Pengembangan Pertamanan Berbasis Komuinitas .... 79

7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 86


(13)

iii

DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN ... 92


(14)

iv

Halaman

1 Standar Kebutuhan Taman Pada Daerah Perkotaan ... 8

2 Luas Wilayah Kecamatan Pontianak Kota Menurut Kelurahan, 2008 ... 25

3 Nama-Nama Sungai/Parit yang dapat Dilalui Sampan dalam menunjang Perekonomian di Kecamatan Pontianak Kota, 2008 ... 28

4 Kepadatan Penduduk Kecamatan Pontianak Kota, 2008 ... 29

5 Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Pontianak Kota, 2008 .... 31

6 Mata Pencaharian Kecamatan Pontianak Kota, 2009 ... 32

7 Penggunaan Lahan dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008 Berdasarkan RUTR Kota Pontianak ... 33

8 Perbandingan Luas Lahan Terbangun Dengan Luas Wilayah dan Penduduk di Kota Pontianak ... 34

9 Jumlah dan Luasan Taman di Kota Pontianak ... 37

10 Perbandingan Luas Lahan dengan Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Pontianak Tahun 2008 ... 37

11 Perbandingan Luas Jalur Hijau dengan Luas Kecamatan Tahun 2008 ... 37

12 Perbandingan Luas RTH dengan Luas Kota Pontianak Tahun 2008 ... 38

13 Ruang Terbuka yang Dikelola Pihak Pemerintah ... 39

14 Ruang Terbuka yang Dikelola Pihak Swasta dan Masyarakat ... 39

15 Alat Penelitian ... 41

16 Sampel Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43

17 Sampel Pemerintah Berdasarkan Jumlah Kepegawaian ... 43

18 Sampel Swasta Berdasarkan Perwakilan Perusahaan ... 44

19 Variabel dan Kategori untuk Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Seseorang dalam Menggunakan Taman ... 46

20 Variabel dan Kategori untuk Mengetahui Kepadatan Penduduk dan Luas Wilayah ... 48


(15)

v

22 Taman yang Dikelola Pihak Masyarakat ... 53

23 Taman yang Dikelola Pihak Pemerintah ... 54

24 Taman yang Dikelola Pihak Swasta ... 56

25 Kategori/Klasifikasi Kepadatan Penduduk ... 57

26 Kategori/Klasifikasi Luas Wilayah ... 57

27 Kepadatan Penduduk, Luas Wilayah, dan Lokasi Taman Kecamatan Pontianak Kota Menurut Kelurahan, 2008 ... 59

28 Taman yang Dikelola oleh Tiga Stakeholder ... 61

29 Luas Taman yang Dibutuhkan Pada Lingkungan/Permukiman di Kecamatan Pontianak Kota... 66

30 Persentasi Pengguna Menurut Keinginan Terhadap Penataan Taman ... 68

31 Koefisien Korelasi Stakeholder antara Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, Usia Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Berkunjung Ketaman... 70

32 Pengelolaan dan Pembiayaan Taman di Kecamatan Pontianak Kota ... 71

33 Harapan Mengenai Pengelolaan Taman dan Peran Aktif Stakeholder Terhadap Taman di Kecamatan Pontianak Kota ... 72

34 Keterkaitan Peran Kebijakan dalam Pertamanan ... 74

35 Artikel/Berita yang Membahas Tentang Pertamanan ... 75

36 Rencana Program Pengembangan Pertamanan Berbasisi Komunitas di Kecamatan Pontianak Kota ... 82


(16)

vi

Halaman

1 Kondisi Taman Alun-Alun Kapuas ... 3

2 Kondisi Taman Karimata ... 3

3 Interaksi Lingkungan, Perilaku, dan Perencanaan ... 14

4 Makna Partisipasi dalam Perencanaan Partisipatif ... 18

5 Pendekatan Konseptual Monitoring dan Evaluasi Partisipatif Komunitas... 19

6 Kerangka Pikir Penelitian ... 24

7 Peta Administrasi Kecamatan Pontianak Kota ... 26

8 Peta Lahan Terbangun Kecamatan Pontianak Kota ... 30

9 Lahan Terbangun Kota Pontianak ... 35

10 Penggunaan Lahan Kota Pontianak ... 36

11 Peta Lokasi Penelitian ... 40

12 Tahapan Penelitian ... 50

13 Peta Kepadatan Penduduk di Kecamatan Pontianak Kota ... 58

14 Peta Luasan Lahan di Kecamatan Pontianak Kota ... 58

15 Peta Penyebaran Taman di Kecamatan Pontianak Kota ... 60

16 Pengetahuan Tentang Taman ... 67

17 Aspirasi Pengguna Taman Mengenai Pertamanan ... 67

18 Aspirasi Pengelola Taman ... 72

19 Aspirasi Peran Aktif didalam Pengelolaan Taman ... 72


(17)

vii

Halaman

1 Iklim ... 92

2 Taman yang Dikelola oleh Stakeholder ... 95

3 Contoh Surat Perjanjian kerjasama Pengelolaan Taman Antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan Salah Satu Pihak Swasta ... 100

4 Kebijakan ... 103

5 Kuesioner ... 114


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan interaksi sistem lingkungan, sistem ekonomi, sosial, dan budaya berlangsung. Kota dengan perkembangan pembangunannya yang relatif sangat cepat telah dirasakan dampaknya, baik itu dampak positif ataupun dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan oleh kemajuan sebuah kota yaitu sebagai wadah dimana keseluruhan interaksi sistem lingkungan, sistem ekonomi, sosial, dan budaya berlangsung.

Hal ini terlihat jelas pada aktivitas pembangunan perkotaan selain dampak positif terdapat juga dampak negatif dari perkembangan kota yaitu jika dilihat dari aspek kebutuhan ruang terbuka yang semakin hari semakin berkurang seperti kebutuhan masyarakat akan pertamanan.

Pengurangan ruang terbuka ini karena pembangunan sarana dan prasarana ekonomi yang secara fisik yang mengkonuersi lahan terbuka tersebut. Beberapa permasalahan yang terkait dengan pertamanan kota yaitu minimnya upaya pemeliharaan taman, taman yang dibiarkan terbengkalai atau kurangnya pemeliharaan, rusaknya beberapa fasilitas taman akibat ulah dari pengunjung taman itu sendiri seperti vandallisme, dan lain sebagainya.

Pertamanan kota, secara umum, diketahui mempunyai fungsi ganda bagi lingkungan perkotaan seperti fungsi sosial yaitu sebagai wadah interaksi manusia dengan manusia dan lingkungannya, sebagai tempat rekreasi masyarakat perkotaan, tempat pendidikan lingkungan, dan lain-lain; fungsi ekonomi seperti meningkatkan pendapatan masyarakat dengan aktivitas didalamnya, meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan taman kota, dan lain-lain; fungsi budaya masyarakat salah satunya yaitu dapat mengkonservasi situs alami sejarah lingkungan; fungsi ekologis yaitu perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan (contoh air bersih), membangun jejaring habitat kehidupan liar (contoh untuk burung) dan lain-lain; serta fungsi estetika yaitu meningkatkan kerapian dan keteraturan kota, meningkatkan kenyamanan kota, meningkatkan keindahan kota dan lain-lain (Nurisjah, 2007).


(19)

Walaupun memiliki fungsi ganda tetapi keberadaan taman di kota sering tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan fungsi-fungsi pertamanan tersebut serta masalah-masalah yang dihadapi maka penataan pertamanan harusnya direncanakan dengan baik dan memperhitungkan beberapa faktor pembentuknya. Perubahan fungsi-fungsi pertamanan itu sendiri sebagai ruang publik bagi masyarakat untuk bersosialisasi, rekreasi, dan sebagainya mulai bergeser fungsinya sebagai lahan yang terbangun dan jika pun terdapat taman-taman didalamnya tidak dapat berfungsi secara optimal dan kurang terpelihara dengan baik, sehingga banyak pertamanan seperti taman kota, taman lingkungan, taman raya, taman interaksi, taman kantong, dan sebagainya tidak berfungsi secara optimal.

Hal yang sama juga terjadi di Kota Pontianak yang merupakan Ibukota Propinsi Kalimantan Barat. Kota ini belum mempunyai taman-taman kota yang memadai dalam jumlah, luasan, dan penyebarannya. Bahkan taman-taman yang telah dibangun juga kurang dimanfaatkan secara maksimal oleh warga kota. Kecamatan Pontianak Kota yang merupakan kecamatan yang terletak dipusat kota merupakan bagian kota yang akan diteliti. Kecamatan ini memiliki 22 taman baik itu yang dikelola masyarakat, pemerintah, dan swasta dengan berbagai macam kategori sesuai dengan keperluannya. Tetapi hanya ada dua taman yang dapat digunakan masyarakat untuk sosialisasi, rekreasi, dan lain sebagainya dengan jumlah penduduk 104.769 jiwa yaitu Taman Alun-Alun Kapuas dan Taman Karimata sedangkan sisanya merupakan pulau jalan dan jalur hijau. Kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hendaknya memperhatikan jumlah kepadatan penduduk yang semakin hari semakin bertambah agar kebutuhan taman dapat terpenuhi khususnya di Kecamatan Pontianak Kota.

Selain mencangkup dengan kebutuhan akan ruang terbuka seperti taman permasalahan-permasalahan lain juga sering muncul seperti yang terjadi di Taman Alun-Alun Kapuas beberapa fasilitas taman yang kurang terpelihara dan kondisi taman yang tidak nyaman untuk dikunjungi seperti panas sehingga menyebabkan pengunjung lebih ramai pada pagi dan malam hari dari pada siang hari. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan pada Taman Karimata dapat dikatakan taman ini tidak lagi difungsikan sebagai sarana bermain anak-anak dan sosialisasi warga sekitar dikarenakan kondisi dan fasilitas taman yang kurang terpelihara dengan baik dan hanya dijadikan hiasan kota saja. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.


(20)

(a) Fasilitas yang kurang terpelihara

(b) Aktifitas ramai pada malam hari

(c) Aktifitas sepi pada siang hari

Gambar 1 Kondisi Taman Alun-Alun Kapuas

Gambar 2 Kondisi Taman Karimata

Menurut Undang-Undang tentang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 salah satu bentuk tata ruang kota yang perlu direncanakan yaitu perencanaan ruang publik seperti pertamanan kota. Pada Kota Pontianak, Kalimantan Barat khususnya Kecamatan Pontianak Kota tata ruang diatur dalam perda No. 4 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak Tahun 2002-2012. Peraturan tersebut memuat kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah yang disusun dan ditetapkan untuk menyiapkan ruang bagian-bagian kota, yang dapat dilakukan oleh pihak masyarakat, pihak pemerintah, dan pihak swasta. Dari penjelasan peraturan tersebut maka perencanaan ruang publik seperti pertamanan sangatlah penting dengan kerjasama antara tiga pihak yaitu masyarakat, pemerintah, dan swasta guna terwujudnya penataan ruang yang baik.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan maka penelitian ini dimaksudkan agar dapat membuat Strategi Pengembangan Pertamanan berbasis komunitas di Kecamatan Pontianak Kota. Bagian wilayah


(21)

ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena Kecamatan Pontianak Kota memiliki kepadatan bangunan perumahan relatif tinggi, dengan kondisi rumah yang didominasi bangunan permanen dengan intensitas penggunaan lahan paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain. Kecamatan Pontianak Kota ini juga memiliki tingkatan heterogenitas yang lebih tinggi pada kondisi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakatnya dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Selain itu Kecamatan Pontianak Kota merupakan bagian pusat kota yang memiliki interaksi yang lebih kompleks (RTRW Kota Pontianak Tahun 2002-2012, 2009).

1.2. Rumusan Permasalahan

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2002-2012 (2009) pada tahun 2008 luas Kecamatan Pontianak Kota 15,98 km² sedangkan kepadatan penduduk di Kecamatan Pontianak Kota tahun 1980 sebesar 4.130 jiwa/km² dan tahun 2008 sebesar 6.556 jiwa/km². Dengan jumlah kepadatan penduduk yang semakin bertambah setiap tahun, secara tidak langsung, akan meningkatkan kebutuhan akan ruang terbangun dan terbuka seperti permukiman, fasilitas olahraga, rekreasi, dan ruang terbuka. Menurut data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak (2009) luasan taman yang dikelola di Kota Pontianak sebanyak 37 lokasi dengan luasan 38.621,63 m², sedangkan untuk Kecamatan Pontianak Kota itu sendiri memiliki 12 lokasi taman dengan berbagai macam kategori sesuai dengan keperluannya dengan luasan 2.704,1 m². Jumlah ini tidak termasuk dengan luas taman yang dikelola oleh pihak masyarakat dan swasta. Dari data tersebut maka luasan taman juga mempengaruhi dalam kebutuhan akan lahan terbuka.

Pertambahan penduduk yang semakin hari semakin meningkat di Kota Pontianak khususnya Kecamatan Pontianak Kota berkontribusi mempertinggi intensitas kegiatan sosial, ekonomi, budaya, ekologis, dan estetika kota tersebut dan secara bersamaan hal tersebut membutuhkan semakin banyak lahan untuk pembangunan. Pada kenyataannya banyak pertamanan yang direncanakan tidak mendukung intensitas kegiatan tersebut. Perubahan fungsi-fungsi pertamanan itu sendiri sebagai ruang publik bagi masyarakat untuk bersosialisasi, rekreasi, dan sebagainya mulai bergeser fungsinya sebagai lahan yang terbangun dan jika pun terdapat taman-taman didalamnya tidak berfungsi secara optimal dan kurang terpelihara dengan baik. Salah satu contoh terdapat di Kecamatan Pontianak Kota yang taman kotanya seperti Taman Alun-Alun Kapuas dan Taman Karimata


(22)

yang tidak berfungsi secara optimal. Pada Taman Alun-Alun Kapuas aktifitas hanya lebih banyak dilakukan pada pagi dan malam hari sehingga pada siang hari taman tersebut cenderung tidak ada aktivitas karena kondisi taman yang panas serta beberapa fasilitas yang kurang terawat. Sedangkan pada Taman Karimata juga mengalami hal yang sama tidak ada kegiatan didalamnya serta beberapa fasilitas bermain juga mengalami kerusakan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut dipaparkan diatas maka penelitian ini dimaksudkan agar dapat mengetahui :

a. Bagaimana kondisi fisik pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota?

b. Bagaimana aspirasi pengguna taman mengenai pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota?

c. Bagaimana pengelolaan pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota? d. Bagaimana kebijakan mengenai pertamanan?

e. Bagaimana strategi pengembangan pertamanan berbasis komunitas di Kecamatan Pontianak Kota?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah merencanakan Strategi Pengembangan Pertamanan Berbasis Komunitas di Kecamatan Pontianak Kota. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

a. Menganalisis kondisi fisik pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota.

b. Menganalisis aspirasi pengguna taman mengenai petamanan di Kecamatan Pontianak Kota.

c. Menganalisis pengelolaan pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota. d. Menganalisis kebijakan mengenai pertamanan.

e. Rekomendasi strategi pengembangan pertamanan berbasis komunitas di Kecamatan Pontianak Kota.


(23)

1.3.2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kawasan Pemerintah Daerah

(1) Sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah Kota Pontianak dalam merencanakan, menata, dan mengarahkan pertamanan yang berbasis komunitas.

(2) Memberi masukan bagi proses penyusunan strategi pengembangan pertamanan yang lebih rinci dan lebih detail sebagai pelengkap rencana dan peraturan yang telah ada mengenai pertamanan.

(3) Memberikan suatu bahan studi perbandingan dalam strategi pengembangan pertamanan berbasis komunitas.

b. Bagi Masyarakat

(1) Memberikan dan menyediakan pertamanan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat di Kecamatan Pontianak Kota.

(2) Memberikan manfaat bagi masyarakat di Kecamatan Pontianak Kota dalam memproteksi dan melestarikan kehidupan lokal dan lingkungannya. (3) Menanamkan kesadaran masyarakat di Kecamatan Pontianak Kota untuk berpartisipasi membangun, menjaga, dan melestarikan lingkungan sekitar agar dapat mewujudkan suatu pertamanan kota yang fungsional dengan baik bagi masyarakat dan lingkungan.

c. Bagi Perguruan Tinggi

(1) Memberikan sumbangan pemikiran mengenai strategi pengembangan pertamanan yang berbasis komunitas sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat khususnya di Kecamatan Pontianak Kota.

(2) Menjadi bahan kajian ilmiah dalam penelitian mengenai pengembangan kawasan pertamanan berbasis komunitas khususnya di Kecamatan Pontianak Kota.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertamanan Kota

Menurut Jayadinata (1992) terdapat berbagai definisi mengenai kota yang membedakannya yaitu makna dan fungsi kota pada skala makro dan mikro. Secara makro kota merupakan bagian dari sistem kota global, dengan semua resiko dan manfaatnya yang terkandung, serta sebagai akibat globalisasi dari kehidupan masyarakat yang semakin mantap. Faham ini perlu dilengkapi dengan kejelasan mikro, yaitu:

(a) Kota merupakan sistem dari beragam sarana fisik dan non fisik yang diadakan oleh dan untuk warga masyarakat, serta untuk merangsang dan memfasilitasi aktivitas, serta kreativitas warga dalam mewujudkan cita-cita politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan lingkungan hidupnya.

(b) Kota membuka dan memberi peluang yang sama bagi semua lapisan masyarakat dalam mencapai kehidupan yang sesuai dengan cita-citanya secara adil dan demokrasi. Kota-kota di Indonesia berkembang pesat dan direncanakan sesuai dengan standar kota-kota lain di dunia, namun disisi lain kota harus mampu mengedepankan kekhasan lokal. Baik yang fisik maupun non fisik dalam dimensi kemanusiaan yang alami.

Menurut Nurisjah (2001) kebutuhan terhadap suatu pertamanan kota tergantung dari kondisi kota itu sendiri yang antara lain adalah topografi, luas kota, jumlah penduduk, kebiasaan sosial masyarakat, dan kebijakan pemerintah setempat. Tabel 1 memperlihatkan standar yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan pertamanan di wilayah perkotaan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.


(25)

Tabel 1 Standar Kebutuhan Taman Pada Daerah Perkotaan

No Jenis

Pertamanan Minimal Penduduk (Jiwa) Lokasi Luas Tanah (m²) % Terhadap Daerah yang Dilayani Standar (m²/org)

1 Taman

tempat main 250

Ditengah kelompok perumahan

250 2.000 1.0

2 Taman

tempat main 2.500

Di pusat

kegiatan RW 1.250 1.040 0.5

3 Taman tempat main, Lap.OR 30.000 Dikelompokan dengan sekolah

9.000 0.625 0.3

4 Taman tempat main, Lap.OR 120.000 Dikelompokan dengan sekolah

24.000 0.416 0.2

5 Taman tempat main, Lap.OR 480.000 Di pusat wilayah, zona non pusat wilayah 124.00

0 0.830 0.3

6 Jalur hijau Menyebar n.a n.a 15.0

Sumber: Kepmen PU No.378/KPTS/1987

2.1.1. Pengertiaan Pertamanan Kota

Taman (Garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, Gan berarti melindungi atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan berpagar, Oden berarti kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan Secara lengkap dapat diartikan taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan dan kenyamanan (Laurie, 1986).

Taman dibagi menjadi dua aktifitas adalah taman buatan (artificial) yang berupa taman aktif dan taman pasif. Taman aktif yaitu taman yang didalamnya di bangun suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan fasilitas didalamnya. Taman pasif yaitu taman yang dibentuk agar dapat dinikmati keindahan visualnya, sebagai aksentuasi untuk menarik perhatian, dan karena kerindangannya, tetapi tanpa mengadakan aktifitas di dalamnya, seperti taman yang berada di pertigaan, di perempatan, taman median di perkotaan dan lainnya.

Menurut Eckbo (1964) taman kota adalah ruang terbatas penggunaannya dan lentur bentuknya yang dikembangkan dengan struktur yang minimal dan didominasi oleh elemen yang dipergunakan untuk tempat santai secara umum. Taman kota (city park) merupakan ruang terbuka yang menyediakan sarana rekreasi di area terbuka (outdoor recreation) bagi masyarakat suatu perkotaan, baik didekat ataupun yang relatif agak jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.


(26)

Taman kota adalah fasilitas kota yang dibuat dengan fungsi sebagai sarana rekreasi, berolahraga, bersosialisasi, dan penambah keindahan visual kota (elemen estetika kota). Adapun fungsi taman kota adalah sebagai berikut:

(a) Fungsi arsitektur, fungsi ini bisa ditentukan dengan melihat taman kota sebagai wajah kota. Taman kota berfungsi sebagai penambah keindahan visual wajah kota (elemen estetik kota).

(b) Fungsi sosial, fungsi taman kota sebagai sarana masyarakat kota bersosialisasi.

(c) Fungsi ekonomi, fungsi taman kota sebagai tempat untuk kegiatan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kegiatan ekonomi di dalam taman.

(d) Fungsi ekologis, fungsi taman kota sebagai ruang untuk kepentingan kelestarian ekologi.

Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) secara garis besar fasilitas taman dibagi dua kategori yaitu:

(a) Lapangan olahraga dapat berbentuk lapangan tenis, bola basket, voli, atletik, renang, bumi perkemahan harian, teater terbuka, pusat rekreasi, dan Nature center.

(b) Pusat rekreasi terbuka, museum, kebun binatang, bumi perkemahan, dan kombinasi kolam indoor-outdoor.

Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) fasilitas yang disediakan taman kota disesuaikan dengan fungsinya dan fasilitas pendukung lainnya, meliputi: (a) Fasilitas rekreasi (fasilitas bermain anak, tempat bersantai, panggung, dan

lain-lain).

(b) Fasilitas olahraga (jogging track, kolam renang, lapangan bola, lapangan tennis, basket, volly, badminton, dan fasilitas refleksi).

(c) Fasilitas sosialisasi (ruang piknik, ruang/fasilitas yang memungkinkan untuk sosialisasi baik untuk kelompok kecil maupun besar).

(d) Fasilitas jalan, entrance, tempat parkir, mushola, tempat berjualan (tidak dominan), drainase, air, listrik/penerangan, penampungan sampah, dan toilet. Lokasi taman ini biasanya adalah lokasi yang strategis mudah diakses dari berbagai penjuru kota. Penanggungjawab taman kota adalah pemerintah kota meskipun demikian dalam pengelolaan dapat berkolaborasi dengan pihak-pihak swasta (Arifin dkk, 2007).


(27)

2.1.2. Pengelompokan Pertamanan

Menurut Nurisjah (2001) taman dapat dikelompokkan berdasarkan sifat kepemilikannya yaitu:

(a) Taman publik (umum) yaitu taman yang bisa digunakan oleh umum, contohnya taman ketetanggaan, taman lingkungan, taman kota, taman regional, resort, airport, jalur hijau dan pemakaman.

(b) Taman semi publik yaitu taman milik pribadi yang dapat digunakan oleh umum atau dapat digunakan secara bersama-sama, contohnya taman hotel, taman rumah sakit, taman sekolah, taman industri, dll.

(c) Taman pribadi yaitu taman milik pribadi yang tidak dapat digunakan oleh umum, contohnya taman rumah, taman villa, dll

Menurut Nasrullah (2008) taman dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Taman regional (regional park) adalah taman yang melayani luasan setingkat

kota dan pengunjung dari kota sekitar, digunakan terutama untuk rekreasi, tempat olah raga dan tempat pelaksanaan event sosial budaya dan ekonomi berskala besar dengan pengunjung yang banyak seperti pelaksanaan festival, karnaval, dan ekspo.

(b) Taman kota (city park) adalah kategori taman yang melayani luasan setingkat kecamatan yang bersangkutan, dan warga dari bagian lainnya. Taman ini menjadi tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat melaksanakan event

sosial budaya berskala kota seperti festifal tanaman/bunga.

(c) Taman lingkungan (community park) adalah taman yang melayani luasan setingkat satu kelurahan, digunakan warga dari sejumlah RW yang terdapat dalam keseluruhan tersebut. Taman ini menjadi tempat rekreasi, olah raga dan sewaktu-waktu menjadi tempat pelaksanaan even sosial budaya yang berskala lebih besar seperti kegiatan memeriahkan peringatan hari kemerdekaan.

(d) Taman ketetanggaan (neighborhood park) adalah kategori taman yang melayani luasan setingkat satu RT, secara khusus digunakan oleh penghuni terdekat. Taman ini menjadi tempat bermain anak, tempat istirahat, tempat olah raga, tempat warga RW berinteraksi sehari-hari, dan menjadi tempat pelaksanaan event-event sosial budaya.

(e) Taman khusus, taman yang di kategorikan taman khusus yaitu taman lalu lintas, taman air, taman kantong, arboretum, dan lain sebagainya.


(28)

Kegiatan yang dilakukan pemakai taman yaitu (a) taman untuk rekreasi aktif yaitu pertamanan yang dilengkapi dengan sarana kegiatan, kesegaran jasmani seperti olah raga; (b) taman untuk rekreasi pasif yaitu taman yang bertujuan untuk kesegaran rohani atau mental misalnya taman-taman hanya untuk duduk-duduk; dan (c) taman untuk rekreasi aktif dan pasif yaitu biasa dilakukan pada taman kota yang luas.

Menurut Nurisjah (2001) beberapa faktor yang akan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan ruang, termasuk dalam taman kota ini yaitu: (a) Sifat atau perilaku seseorang apakah dia ingin melakukan kegiatan itu sendiri

atau bersama dengan orang lain.

(b) Penataan yang terkait dengan kegiatan yang ingin dilakukan. (c) Keterkaitan yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. (d) Pertimbangan keamanan, kenyamanan, dan estetika.

(e) Kepemilikan simbolis. (f) Kebijakan pengguna. (g) Pertimbangan biaya.

Menurut Laurie (1986) membagi taman kota berdasarkan luas dan jarak jangkauan yang dapat dicapai dari daerah pemukiman sebagai berikut:

(a) Small park :taman ini mempunyai luas ± 2 ha dan dapat dicapai dari daerah

pemukiman dengan berjalan kaki.

(b) Inrermediate park :taman ini mempunyai luas ± 2 ha dan terletak 1.5 km dari daerah pemukiman

(c) Large purk :taman ini mempunyai luas minimal 60 ha dan terletak 8 km dari

daerah pemukiman.

Berdasarkan tata letaknya dalam kota, taman kota ini dikategorikan antara lain taman pertokoan, taman untuk kegiatan industri, taman lingkungan, taman pemukiman, dan taman-taman rekreasi umum (Eckbo, 1964).

Elemen-elemen taman terdiri dari :

a. Material landscape atau vegetasi, yang termasuk dalam elemen landscape

antara lain :

1) Pohon : tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon ini adalah asam kranji, lamtorogung, akasia, dan lainnya.


(29)

2) Perdu : tenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang termasuk dalam jenis perdu adalah bougenvillle, kol banda, kembang sepatu, dan lainnya. 3) Semak : tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau

merambat. Yang termasuk dalam jenis semak adalah teh-tehan dan lainnya.

4) Tanaman penutup tanah : tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun dan berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias, dan lainnya.

5) Rumput : jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang, rumput gajah, dan lainnya.

b. Material pendukung atau elemen keras, yang termasuk dalam material pendukung adalah :

1) Kolam : kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Kolam sering dipadukan dengan batuan tebing dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada permainan air didalamnya. Taman dengan kolam akan mampu meningkatan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk lingkungan.

2) Tebing buatan : tebing buatan atau artificial banyak diminati oleh penggemar taman. Tebing ini dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu dengan alam, tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan pada saat matahari bersinar sepanjang siang. Penambah air kolam terjun pada tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan nyaman.

3) Batuan : batuan tidak baik bila diletakkan di tengah taman, sebaiknya diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian batu yang terpendam di dalam tanah akan memberi kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman akan terlihat lebih indah bila ada penambahan koloni taman pada sela-sela batuan.

4) Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan


(30)

bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan ditempatkan di gazebo atau tempat-tempat teduh untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan gazebo atau bangku taman tidak perlu berkesan mewah tetapi lebih ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam suasana santai, akrab, dan tidak resmi. Gazebo atau bangku taman bisa terbuat dari kayu, bambu, besi atau bahan lain yang lebih kuat dan tahan terhadap kondisi taman. Atapnya dapat bermacam-macam, mulai dari genting, ijuk, alang-alang, dan bahan lain yang berkesan tahan sederhana.

5) Jalan setapak (stepping stone) : jalan setapak atau steppig stone dibuat agar dalam pemeliharaan taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman.

6) Perkerasan : perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya. Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai pembatas.

7) Lampu taman : lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan dipergunakan untuk menunjang suasana dimalam hari. Lampu berfungsi sebagai penerang taman dan sebagai nilai eksentrik pada taman.

2.2. Pengembangan Perencanaan Berbasis Komunitas 2.2.1. Perencanaan

Menurut Porteus (1977) perencanaan (planning) pada dasarnya berusaha mempromosikan hubungan yang lebih baik antara kebutuhan-kebutuhan perilaku manusia dengan elemen-elemen lingkungan dimana dia tinggal. Pada Gambar 3 menjelaskan bagaimana interaksi antara lingkungan (environment), perilaku (behavior) dan perencanaan (planning).


(31)

Gambar 3 Interaksi Lingkungan, Perilaku, dan Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan atau pengendalian terhadap proses pengembangan dan pembangunan. Perencanaan berorientasi kepada kepentingan masa depan terutama untuk mendapatkan suatu bentuk social good dan umumnya dikategorikan sebagai pengelolaan (Nurisjah, 2000). Perencanaan bukanlah sekedar persiapan akan tetapi merupakan proses kegiatan yang secara terus-menerus mewarnai dan mengikuti kegiatan sampai pada pencapaian tujuan.

Menurut Knudson (1980) mengemukakan perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah, dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Perencanaan merupakan proses yang rasional untuk mencapai tujuan dan sasaran dimasa mendatang berdasarkan kemampuan sumberdaya alam yang ada serta pemanfaatannya secara efektif dan efisien (Sujarto, 1985).

Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan kawasan yang tersedia, antara lain: (1) potensi dan kendala sumberdaya yang tersedia; (2) potensi pengunjung; (3) kebijakan peraturan yang terkait; (4) dampak dari perencanaan dan pelaksanaan; (5) pantauan perencanaan dasar dari berhasilnya rencana dapat dicapai bila perencana tahu dan mengerti akan alam. Pengguna atau pemakai taman adalah masyarakat yang ada di sekitar lokasi keberadaan taman tersebut. Pola interaksi sosial masyarakat perkotaan dalam observasi, seseorang dapat mengidentifikasi dan mengkarakteristikan pola dari kondisi-kondisi perilaku, sehingga dapat diketahui bahwa suatu lokasi dimana perilaku-perilaku sosial tersebut terjadi berulang-ulang, akan memiliki keterkaitan dengan kondisi/kedudukan spasial.


(32)

Analisis perilaku seperti ini akan secara langsung berkaitan dengan analisis fisik lokasi (Lynch, 1991).

Dalam proses perencanaan suatu pertamanan disuatu wilayah hal yang penting adalah upaya membangun partisipasi masyarakat untuk proses mobilisasi pemahaman, pengetahuan, argumen dan ide menuju terbangunnya sebuah kesepakatan tentang taman. Didalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 (direvisi menjadi Undang-Undang 32 Tahun 2005 tentang Otonomi Daerah, memberikan wewenang yang lebih besar kepada daerah untuk menentukan kebijakan termasuk dalam pengaturan RTRW. Pada Perda Nomor 4 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak Tahun 2002-2012, memuat rumusan kebijakan dan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah yang disusun dan ditetapkan untuk menyiapkan perwujudan ruang bagian-bagian kota yang dapat dilakukan masyarakat, pemerintah dan swasta (Perda Kota Pontianak, 2002).

Masyarakat merupakan pengguna dari fasilitas tersebut dimana setiap masyarakat memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam hal mengartikan taman dan menginginkan taman seperti apa yang baik dan yang mereka sukai. Keinginan itu sendiri merupakan suatu pandangan, pengamatan, pengertian, penilaian serta interpretasi individu manusia secara berulang-ulang terhadap suatu objek yang diinformasikan kepada dirinya dan lingkungan tempat ia berada. Menurut Porteus (1977) persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu nilai-nilai dalam diri setiap individu dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indra, sedangkan faktor eksternalnya yang mempengaruhi persepsi yaitu: (a) umur dan jenis kelamin; (b) latar belakang pendidikan; (c) pekerjaan; (d) asal dan status; (e) tempat tinggal; (f) status ekonomi; (g) waktu luang; (h) fisik dan intelektual.

Faktor internal ini akan dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial kemudian menjadi respon dalam tindakan. Pola perilaku dapat terdiri atas beberapa perilaku secara bersama yaitu: perilaku emosional, perilaku untuk menyelesaikan masalah, aktivitas motorik, interaksi interpersonal, dan manipulasi objek. Interaksi sosial lebih mudah terjadi bilamana kebutuhan-kebutuhan sosial masyarakat dapat diimbangi dengan privasi setiap individu. Ruang-ruang yang tidak menunjukkan dengan jelas batas-batas antara publik dan privat cenderung mengurangi interaksi. Ruang pribadi merupakan


(33)

persyaratan dari sebagian besar interaksi sosial, karena ruang pribadi akan menciptakan kondisi yang menyediakan lebih banyak pilihan (Lang, 1987).

Lingkungan binaan pada setiap skala adalah merupakan lingkungan budaya, yang mencerminkan organisasi sosial yang telah menciptakannya. Seperti halnya persepsi yang menyatakan terjadinya perubahan-perubahan fungsi sosial, demikian pula halnya dengan bentuk-bentuk lingkungan fisik. Lingkungan binaan mencerminkan konsep-konsep normatif mengenai pola-pola perilaku masa lalu dan masa kini. Dengan demikian terdapat suatu hubungan timbal balik dimana pola-pola organisasi sosial ikut membentuk pola-pola lingkungan binaan dan kemudian organisasi sosial yang mengalami perubahan harus kembali beradaptasi dengan lingkungan binaan. Dalam usaha mereka untuk beradaptasi, mereka mengubah lagi lingkungan binaan tersebut. Mereka sering tidak sepenuhnya sadar, karena kurangnya pengetahuan tentang diri mereka sendiri dan pengetahuan terhadap hubungan antara lingkungan binaan dengan pola kebiasaan mereka. (Lang, 1987)

Kenyataan-kenyataan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan perkotaan dan elemen-elemen lingkungan fisik perkotaan, industri, perdagangan, jalur komunikasi, dan lalulintas, harus bersikap tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan sosial manusia yang ada di dalamnya. Di kawasan pusat kota, pada umumnya tingkat heterogenitas masyarakat cukup tinggi dan ini membentuk suatu pola interaksi sosial yang memiliki karakteristik berbeda dengan kawasan lainnya. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa interaksi sosial antara orang-orang dengan latar belakang yang banyak berbeda, baik itu latar belakang pendidikan, suku, budaya, dan sebagainya, akan membawa mereka pada perubahan-perubahan sikap yang positif dan lebih baik dibanding sebelumnya. Selain tingkat heterogenitas yang tinggi, kontak-kontak sosial yang terjadi di kawasan pusat kota ini sangat beragam jenisnya, karena pusat kota merupakan bagian wilayah kota yang sangat dinamis dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta disini terkonsentrasi berbagai jenis kegiatan. Taman sebagai salah satu elemen fisik kota juga dituntut untuk mampu menunjang kegiatan interaksi sosial yang heterogen dan dinamis tersebut.


(34)

2.2.2. Berbasis Komunitas

Menurut Nasdian (2009) komunitas mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Ada empat komponen utama dalam memahami komunitas yaitu : (1) masyarakat; (2) tempat atau wilayah; (3) Interaksi sosial; dan (4) ada ikatan psikologis.

Secara garis besar, komunitas berfungsi sebagai ukuran untuk menggaris bawahi hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Pengembangan sumberdaya masyarakat, pembangunan pedesaan, pengembangan ekonomi masyarakat, revitalisasi pedesaan, dan pembangunan berbasis masyarakat atau community development

menggambarkan makna yang penting dari dua konsep:

(a) Community, bermakna kualitas hubungan sosial; dan

(b) Development, perubahan ke arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual.

Komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu berdasarkan lokalitas, perasaan sewarga, dan solidaritas (Park, 1936 dalam Nasdian, 2009).

Menurut Nasdian (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi warga komunitas yaitu pengetahuan, kemampuan, status, dan gender. Dimensi komunitas dibagi menjadi tiga yaitu teritorial dan fungsional; struktur dan kultur; dan ekologi. Partisipasi komunitas adalah suatu proses bertingkat dari pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar pada hidup mereka sendiri. Proses partisipasi membutuhkan waktu yang lama dan komitmen jangka panjang dari berbagai stakeholder

(governance system) dan partisipasi juga memiliki makna berbeda pada konteks

yang berbeda. Tiga kata kunci “partisipatif” yaitu (a) kesadaran dan kemauan untuk datang; (b) ikut aktif; (c) dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Pada Gambar 4 menjelaskan makna partisipasi dalam perencanaan antara pihak pemerintah, masyarakat, dan swasta/pribadi dengan tiga tipe partisipasi.


(35)

Gambar 4 Makna Partisipasi dalam Perencanaan Partisipatif

Menurut Nasdian (2009) partisipasi komunitas merupakan proses partisipasi yang meliputi perubahan relasi subyek-obyek yang ada antara pemerintah dan institusi lainnya dengan komunitas menjadi relasi yang lebih dialogis (subyek-subyek). Proses partisipasi mengubah cara pandang para praktisi pembangunan dengan mentransformasikan kepentingan kelas mereka dan melibatkan komunitas dalam proses partisipatif atau merupakan suatu proses yang bertingkat yang membutuhkan komitmen jangka panjang dari berbagai stakeholder untuk mendukung proses tersebut. Pada Gambar 5 menjelaskan pendekatan konseptual dalam proses monitoring dan evaluasi partisipasitif komunitas. Diperlukan membangun pemahaman akan kompleksitas relasi kekuasaan dan visi yang lebih dinamis tentang komunitas. Mengembangkan partisipasi ditingkat komunitas dan perencanaan partisipatif dapat dilakukan dengan cara:

(a) Cara mengembangkan partisipasi warga komunitas.

(b) Mengatasi skeptisme: memberikan kesempatan yang tulus; perlu proses yang lambat; mempunyai arti penting; dan perlu kegiatan dan kerja terus-menerus.

(c) Mengatasi kooptasi.

(d) Warga komunitas menetapkan isu-isu dan aktivitas penting. (e) Tindakan yang akan dilakukan akan membawa perubahan. (f) Perbedaan bentuk partisipasi harus diakui.

(g) Didukung oleh lingkungannya. (h) Perlu metode-metode partisipatif.

Adapun pendekatan, monitoring, dan evaluasi partisipasi stakeholder untuk mewujudkan suatu good governance dapat dilihat pada Gambar 5.

Ket:

M = Masyarakat G = Pemerintah P = Pribadi

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3

Program Masyarakat

Respons Pemerintah


(36)

Good Governance

Pemerintah Swasta

Masyarakat

Gambar 5 Pendekatan Konseptual Monitoring dan Evaluasi Partisipatif Komunitas

Proses partisipatif masyarakat tergantung dari kemampuan dan potensi yang ada. Berdasarkan potensi tersebut dikenal 7 bentuk partisipasi, yaitu: (1) konsultasi atau pemikiran; (2) sumbangan (barang, uang); (3) sumbangan dalam bentuk kerja yang biasanya dilakukan oleh tenaga setempat; (4) waktu; (5) aksi masa; (6) mengadakan pembangunan dikalangan keluarga dalam masyarakat setempat; dan (7) mendirikan proyek yang dibiayai oleh sumbangan dari luar lingkungan masyarkat setempat. Proses pelaksanaan partisipatif masyarakat dapat dilakukan secara:

(a) Horizontal, jika masyarakat mempunyai kemampuan untuk berprakarsa dalam melakukan pengelolaan secara mandiri maupun berkerjasama dengan pihak lain

(b) Profesional, jika masyarakat melakukan seluruh kegiatan pengelolaan yang ada di wilayahnya.

2.2.3. Tujuan Perencanaan Partisipatif

Menurut Nasdian (2009) perencanaan partisipatif merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang sistematis menggunakan berbagai informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber dengan melibatkan berbagai stakeholder

dalam proses tersebut dan dalam keseluruhan proses manajemen dalam suatu siklus manajemen. Adapun pengertian perencanaan partisipatif yaitu sebagai berikut:

(a) Agar masyarakat dapat membangun opini dan menentukan keberpihakan publik, maka diperlukan suatu mekanisme yang memberikan ruang kepada


(37)

masyarakat untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan.

(b) Proses perencanaan partisipatif berusaha menguatkan kapasitas masyarakat sekaligus mengupayakan kerjasama/kemitraan yang lebih erat antar

stakeholder (pelaku pembangunan) dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan

pembangunan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat.

(c) Strategi perencanaan partisipatif yang dilakukan adalah untuk menjadikan partisipasi masyarakat bukan sebagai kesempatan yang diberikan oleh pemerintah tetapi sebagai suatu pelayanan dasar yang harus tersedia dan merupakan bagian yang menyatu dalam pengelolaan pembangunan.

Adapun tujuan perencanaan partisipatif yaitu:

(a) Mengurangi berbagai hambatan yang memisahkan antara masyarakat dengan pemerintahnya atau dengan kata lain mengubah hubungan dari politik oposisi ke dialog dan pembagian kewenangan yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

(b) Mendorong masyarakat dan aparat pemerintah (lintas sektoral) secara bersama-sama untuk mencari jalan keluar dari berbagai masalah umum yang mereka hadapi, sekaligus berkontribusi dalam pembangunan demokrasi. (c) Membangun kapasitas lokal untuk mendorong pengelolaan pembangunan

secara partisipatif, sebagai hasil dari pendekatan yang diupayakan.

2.3. Analisis Isi (Content Analysis)

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian (http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/metode-analisi-isi-reliabilitas-dan-validitas-dalam-metode-penelitian-komunikasi/).

Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat


(38)

terdiri atas 2 macam, yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer Program.

Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut.

a) Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).

b) Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.

c) Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian kebijakan dengan kondisi dilapangan/daerah penelitian yang terkait dengan taman di Kecamatan Pontianak Kota.

2.4. Analisis Korelasi Peringkat Spearman (Rank-Spearman)

Menurut Santoso (2010) analisis korelasi peringkat spearman ( rank-spearman) biasanya digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non-parametrik (data bisa ordinal). Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan usia terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang ingin mengunjungi taman. Analisis ini didasari pada hasil kuisioner yang diberikan kepada stakeholder yang tinggal di lokasi penelitian yaitu Kecamatan Pontianak Kota.

2.5. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2003) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Metode statistik deskriptif ini memiliki elemen statistik yaitu populasi dan sampel dimana populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh polulasi tersebut (Sugiyono, 2003).


(39)

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan beberapa cara, menurut Sugiyono (2003) teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan secara skematis. Teknik pengambilan sampel pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan

nonprobabiliti sampling. Probability sampling meliputi simple random,

proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area

random. Sedangkan nonprobabiliti sampling meliputi sampling sistematis,

sampling kuota. Sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan

snowball sampling.

Tipe data statistik di bedakan menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Kuantitatif adalah datanya berwujud angka-angka yang diperoleh dari pengukuran langsung maupun hasil perubahan dari kualitataif menjadi kuantitatif. Data kuantitatif bersifat obyektif dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang, yang termasuk kedalam data kuantitatif adalah data interval dan data rasio. Tipe data kualitatif adalah datanya berhubungan dengan kategorisasi dalam bentuk pernyataan atau kata-kata, yang termasuk ke dalam data ini yaitu data nominal dan data ordinal.

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui kondisi pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota, aspirasi stakeholder, pengelolaan taman, Kebijakan yang terkait berdasarkan dari analisis isi dan faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan ke taman yang diperoleh dari analisis korelasi pringkat spearman sehingga pada akhirnya diperoleh stategi pengembangan pertamanan berbasis komunitas di Kecamatan Pontianak Kota. Analisis ini berdasarkan pada hasil wawancara dengan dinas-dinas atau instansi yang terkait, key person serta data-data yang terkait dengan literatur pertamanan.


(40)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Menurut Nurisjah (2007) pertamanan kota secara umum diketahui mempunyai fungsi ganda bagi lingkungan perkotaan seperti fungsi sosial, fungsi budaya, fungsi ekologis, dan fungsi estetika. Tetapi ketersediaannya dan keberadaannya serta pengelolaannya di perkotaan sering tidak diperhatikan. Seperti kurangnya pemeliharaan taman sehingga banyaknya lampu-lampu taman yang rusak, vandallisme, infrastruktur yang kurang baik, dan jumlah ketersediaanya juga tidak mencukupi. Hal ini merupakan masalah yang sering dihadapi pada pertamanan yang ada di kota-kota di Indonesia.

Selain itu dalam pengelolaan taman yang ada diperlukan kerjasama yang baik antara para stakeholder agar taman yang ada dapat terjaga dan terpelihara dengan baik. Untuk mewujudkan kerjasama terhadap stakeholder diperlukan peran serta dengan kesadaran dan kemampuan untuk mengelola dan menjaga taman-taman kota, ikut aktif dalam pengelolaan, pembiayaan, dan pengawasan taman-taman tersebut dan terlibat langsung dalam pengambilan keputusan demi kemajuan taman tersebut.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk merencanakan Strategi Pengembangan Pertamanan Berbasis Komunitas yang sesuai dengan lingkungan perkotaan seperti di Kecamatan Pontianak Kota dengan melihat bebebrapa hal yang berkaitan dengan pertamanan yaitu:

(a) Kondisi fisik pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota.

(b) Aspirasi pengguna taman yaitu mengenai keinginan setiap pengguna taman untuk mengunjungi taman-taman yang ada di Kecamatan Pontianak Kota dan melihat tingkat keinginan pengunjung taman dengan melihat latar belakang pengunjung dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan usia.

(c) Pengelolaan pertamanan yaitu pengelolaan pertamanan yang ada di Kecamatan Pontianak Kota yang terkait dengan pemeliharaan, pembiayaan, dan pengawasan yang dikelola oleh stakeholder.

(d) Kebijakan yang terkait dalam pertamanan baik itu yang dikelola oleh pihak masyarakat, pihak pemerintah, dan pihak swasta.


(41)

KECAMATAN PONTIANAK KOTA

Kebijakan dan peraturan yang terkait dengan pertamanan Kondisi fisik

pertamanan Kecamatan

Pontianak Kota

Aspirasi pengguna

taman-taman kota

Pengelola pertamanan

kota

Pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota

STRATEGI PENGEMBANGAN PERTAMANAN BERBASIS KOMUNITAS

Gambar 6 Kerangka Pikir Penelitian

Pada Gambar 6 menjelaskan empat aspek yang diperlukan untuk dapat membuat Strategi Pengembangan Pertamanan Berbasis Komunitas di Kecamatan Pontuianak Kota, Kalimantan Barat. Sehingga dapat merangkum semua harapan stakeholder mengenai pertamanan yang diinginkan kedepannya agar menjadi lebih baik.


(42)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4.1. Keadaan Umum Kecamatan Pontianak Kota 4.1.1. Letak Geografis dan Administratif

Kota Pontianak merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Barat. Luasnya 107,82 Km² yang terdiri dari 6 kecamatan dan 29 kelurahan. Kota Pontianak dilintasi oleh garis khatulistiwa yaitu pada 0° 02’ 24” Lintang Utara sampai dengan 0° 05’ 37” Lintang Selatan dan 109° 16’ 25” Bujur Timur sampai dengan 109° 23’ 01” Bujur Timur. Ketinggian Kota Pontianak berkisar antara 0.8-1,5 m diatas permukaan laut. Di dalam wilayah Kota Pontianak banyak terdapat sungai-sungai dan parit-parit yang keseluruhannya berjumlah 33 sungai-sungai/parit. Sungai/Parit tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk keperluan sehari-hari dan sebagai penunjang sarana transportasi.

Dari enam kecamatan yang terdapat di Kota Pontianak yang merupakan daerah penelitian yaitu Kecamatan Pontianak Kota yang merupakan pusat kota dari Kota Pontianak. Pada Tabel 2 menjelaskan luas wilayah berdasarkan kelurahan dengan kepadatan dari tahun 1980 sampai tahun 2008 yang terdapat pada daerah penelitian. Pada Gambar 7 menjelaskan peta batasan adaministrasi Kecamatan Pontianak Kota yang merupakan daerah penelitian (BPS Kota Pontianak, 2009).

Tabel 2 Luas Wilayah Kecamatan Pontianak Kota Menurut Kelurahan, 2008

Kepadatannya/Km²

No Kecamatan

Kelurahan

Luas (Km²)

1980 1990 2000 2007 2008

1.

Kelurahan Sungai Bangkong

6,20 4.639 5.446 5.710 7.046 7.155

2. Kelurahan

Darat Skip 1,31 13.317 11.879 9.396 8.354 8.485 3. Kelurahan

Tengah 0,95 11.574 11.574 8.328 8.626 8.761 4. Kelurahan

Mariana 0,50 24.222 23.264 18.358 17398 17.670 5. Kelurahan

Sungai Jawi 7,02 - - - 4.507 4.578

Kecamatan

Pontianak Kota 15,98 4.130 5.326 5.987 6.455 6.556


(43)

Gambar 7 Peta Administrasi Kecamatan Pontianak Kota

Menurut BPS Kota Pontianak (2009) Kecamatan Pontianak Kota merupakan salah satu dari enam Kecamatan yang ada di Kota Pontianak. Kecamatan Pontianak Kota memiliki kepadatan yang terus meningkat dari tahun 1980 sampai 2008 yaitu dari 4.130 jiwa sampai dengan 6.556 jiwa dan luas Kecamatan Pontianak Kota yaitu 15,98 Km². Selain itu Kecamatan Pontianak Kota memiliki kepadatan bangunan perumahan relatif tinggi, dengan kondisi rumah kebanyakan permanen dengan intensitas penggunaan lahan paling tinggi dibandingkan kecamatan lain. Kecamatan Pontianak Kota ini juga memiliki tingkatan heterogenitas lebih tinggi pada masyarakat, ekonomi, sosioal, budaya dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Selain itu Kecamatan Pontianak Kota merupakan bagian pusat kota dimana interaksi sosial, ekonomi, dan budaya lebih kompleks (RTRW Kota Pontianak Tahun 2002-2012, 2009).


(44)

Berdasarkan data diatas maka dalam perencanaan pertamanan khususnya di Kecamatan Pontianak Kota yang merupakan pusat Kota Pontianak dengan intensitas penggunaan lahan paling tinggi dibandingkan kecamatan lain maka dalam perencanaan pertamanan di Kecamatan Pontianak Kota haruslah memperhatikan ketersediaan lahan yang ada terutama di Kecamatan Pontianak Kota dan jumlah kepadatan penduduk yang semakin tahun semakin bertambah.

4.1.2. Iklim

Menurut BPS Kota Pontianak (2009) hasil pencatatan dari Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan angin di Pontianak dan sekitarnya pada tahun 2008 adalah 5 sampai 6 knots per jam, sedangkan temperatur suhu udara rata-rata berkisar antara 26,5°C-27,1°C. Pada tahun 2008 hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 25 hari, dengan curah hujan sebesar 426,1 mm. Tekanan udara berkisar antara 1008,4 milibar (mb). Rata-rata kelembaban Nisbi selama tahun 2008 yang tercatat di Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak berkisar antara 84% sampai dengan 95%. Lembab Nisbi yang terbesar terjadi pada bulan Februari (95%). Untuk mengetahui keadaan iklim Kota Pontianak (lima tahun) terakhir disajikan pada Lampiran 1.

Secara kenyamanan Kecamatan Pontianak Kota yang merupakan bagian dari Kota Pontianak termasuk kota dalam kategori kurang nyaman baik dari suhu dan kelembabannya. Menurut Laurie (1984) iklim yang ideal menurut kenyamanan manusia berkisar antara suhu 10°C-26,7°C dan kelembaban antara 40%-75%. Perencanaan pertamanan hendaknya memperhatikan iklim yang ada sehingga kenyamanan pengunjung dapat dicapai.

4.1.3. Topografi

Kecamatan Pontianak Kota yang merupakan bagian dari Kota Pontianak memiliki ketinggian sekitar 0.8-1,5 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lahan berkisar 0%-2%, selain itu Kota Pontianak mempunyai fisik alami yaitu wilayahnya sebagian besar dipengaruhi oleh pasang surut air laut/sungai. Sekitar 5.227,36 ha (48,48%) dari luas Kota Pontianak merupakan lahan yang terpengaruh oleh pasang surut air laut/sungai (tergenang periodik), kawasan yang selalu tergenang 3,25 ha (0,03%), tidak terpengaruh oleh pasang surut air seluas 5.020,92 ha (46,57%), dan selebihnya yaitu 530,48 ha (9,92%) merupakan daerah perairan sungai/saluran (BPS Kota Pontianak, 2009).


(45)

4.1.4. Hidrologi

Kota Pontianak terletak diantara dua buah sungai yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak dengan lebar bervariasi berkisar antara 170-1.400 m. Badan air Sungai Kapuas terdiri dari 3 bagian yaitu; (1) Sungai Kapuas Besar dengan panjang 5,7 km dan lebar 600-1150 m dan lebar rata-rata 787 m, keadaan lebih dangkal dibandingkan bagian hulu yaitu 7-12 m atau rata-rata 8,3 m, (2) Sungai Kapuas Kecil dengan panjang 4,8 km, lebar 190-245 m dan lebar rata-rata 217 m, kedalaman sungai antara 15-17 m atau rata-rata 16 m, (3) Sungai Landak dengan panjang 4,6 km, lebar rata-rata 253 m, kedalaman sungai 7-12 m atau rata-rata 8,3 m. Sungai Kapuas berfungsi sebagai sarana transportasi, mata pencarian masyarakat, sumber air bersih, river cathment dan sebagai drainase kota. Pada Tabel 3 menjelaskan ada empat lokasi kelurahan di daerah penelitian yang dilalui Sungai/parit yaitu sebagai beikut (BPS Kota Pontianak, 2009).

Tabel 3 Nama-Nama Sungai/Parit yang Dapat Dilalui Sampan Dalam Menunjang Perekonomian di Kecamatan Pontianak Kota, 2008

No Kelurahan Nama sungai/parit Kecamatan/Kelurahan yang dilalui

1.

Kelurahan Sungai Bangkong

Sungai Bangkong Kelurahan Sungai Bangkong Kelurahan Tengah

2. Kelurahan

Tengah Sungai Bangkong

Kelurahan Sungai Bangkong Kelurahan Tengah

3. Kelurahan

Mariana Sungai Jawi

Kelurahan Sungai Jawi Kelurahan Mariana 4. Kelurahan

Sungai Jawi Sungai Jawi

Kelurahan Sungai Jawi Kelurahan Mariana

Sumber BPS Kota Pontianak, 2009

Kondisi hidrologi permukaan Kota Pontianak ditentukan oleh sungai–sungai dan parit-parit yang yang terdapat di kota tersebut. Kota Pontianak berada dalam DAS Sungai Kapuas, tepatnya di sub-DAS bagian muara Sungai Kapuas. Adapun sungai-sungai yang melintasi Kota Pontianak dengan debit air yang cukup besar. Sebagai akibat dari luas dan panjangnya daerah aliran sungai (DAS) adalah Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Sedangkan sungai-sungai yang menjadi anak-anak sungai dari kedua sungai tadi dengan debit air yang tidak terlalu besar terdiri dari Sungai Jawi dan Sungai Bangkong yang termasuk kedalam Kecamatan Pontianak Kota, Sungai Raya, dan Sungai Nipah Kuning.


(46)

Sementara itu, hampir di seluruh pelosok kota terdapat pula parit-parit yang memiliki beberapa fungsi seperti untuk kebutuhan sehari-hari.

Keadaan hidrologi ini mempengaruhi keadaan fisik lingkungan pemukiman dalam kota dan pola perkembangan fisik kawasan terbangun kota. Pengaruh pasang surut yang terjadi menyebabkan terjadinya intrusi air laut pada musim kemarau yang mengakibatkan kualitas air tanah kurang baik untuk dikonsumsi langsung dan hanya dipergunakan untuk MCK (mandi, cuci, kakus), sedangkan konsumsi air diperoleh dengan menampung air hujan atau dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum).

Berdasarkan data tersebut maka pemanfaatan air yang ada di Kecamatan Pontianak Kota hanya bisa dipergunakan untuk MCK dan parit-parit yang ada di dalam lokasi penilitian dapat dipergunakan sebagai saluran drainase yang nantinya direncanakan dalam perencanaan pertamananan agar air yang ada di lokasi terutama yang bersumber dari air hujan dapat mengalir langsung ke parit-parit yang ada sehuingga resiko banjir akibat pasang surut yang sering terjadi dapat dikurangi.

4.2. Kondisi Sosial Ekonomi

Menurut BPS Kota Pontianak (2009) jumlah penduduk tetap Kota Pontianak tahun 2008 hasil proyeksi yang menggunakan data survey sosial ekonomi nasional (Susenas) tahun 2008 berjumlah 521.569 jiwa yang tersebar pada enam wilayah Kecamatan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi di Kecamatan Pontianak Kota dapat dilihat dari Tabel 4 sampai dengan Tabel 6 yang menjelaskan kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.

Tabel 4 Kepadatan Penduduk Kecamatan Pontianak Kota, 2008 Jumlah (Jiwa) Kecamatan

Kelurahan Luas (km²) Laki-laki Perempuan

Sungai Bangkong 6,20 15.615 16.520

Darat Skip 1,31 21.269 23.091

Tengah 0,95 5.288 5.828

Mariana 0,50 4.084 4.239

Sei Jawi 7,02 4.292 4.543

TOTAL 15,98 50.549 54.220

Sumber: BPS Kota Pontianak, 2009

Pada Tabel 4 dapat dilihat jumlah pendududk tertinggi berada di Kelurahan Darat Skip tetapi memiliki luas lahan dengan urutan tiga terendah. Sedangkan


(47)

luas kecamatan yang paling tinggi terdapat pada Kelurahan Sungai Jawi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebaran penduduk di tiap kelurahan yang ada di Kecamatan Pontianak Kota belum terbagi merata.

Menurut RPIJM 2009-2013, 2008 pada dasarnya pola ruang yang ada di Kota Pontianak merupakan pola pita (ribbon development), dengan keberadaan sungai dan jalan sebagai penarik utama berkembangnya suatu kawasan. Pemanfaatan ruang berkembang dengan intensitas yang cukup tinggi di sekitar tepian sungai dan jalan. Semakin jauh dari sungai dan jalan kian mengecil intensitasnya. Mengingat Kecamatan Pontianak Kota merupakan pusat Kota Pontianak maka kepadatan banyak terjadi pada kawasan Sungai Kapuas. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8. Pada gambar ini memperlihatkan banyaknya lahan terbangun yang berada di sekitar pusat kota dan yang dilalui aliran sungai.

Kecamatan Pontianak Kota

Tidak Berskala


(48)

Tabel 5 Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Pontianak Kota, 2008 Pendidikan

Yang Ditamatkan

Kelurahan Sungai Bangkong

Kelurahan Darat Skip

Kelurahan Tengah

Kelurahan Mariana

Kelurahan Sungai

Jawi

Tidak Sekolah

7.164 1.226 1.186 1.366 5.690

Belom Tamat SD

5.943 1.350 993 1.300 4.672

SD 5.524 1.739 1.381 1.487 5.572

SLTP Umum 6.303 2.052 1.463 1.761 5.384

SLTA Umum 1.6732 4.446 3.020 3.335 12.222

Akademi D1 dan D2

765 227 128 92 490

Akademi D3 2.325 639 361 302 1.371

S-1 5.168 901 694 528 3.011

S-2 356 51 47 25 205

S-3 25 5 2 5 8

Sumber: BPS Kota Pontianak, 2009

Menurut RPIJM 2009-2013 (2008) penduduk yang besar dan berkualitas di suatu daerah akan menjadi modal dasar pembangunan, akan tetapi apabila sumber daya manusianya rendah akan menjadi beban bagi suatu daerah. Berdasarkan data dari Tabel 5 terlihat tingkat pendidikan yang terbanyak di lima kelurahan yang ada di Kecamatan Pontianak Kota yaitu tingkat pendidikan SLTA sedangkan terendah adalah ditingkat pendidikan S-3, tetapi jika dibandingkan dengan masyarakat yang tidak sekolah kualitas pendidikan yang ada di Kecamatan Pontianak Kota sudah baik. Sehingga dalam hal sosialisasi mengenai pentingnya ruang terbuka seperti pertamanan dapat dikatakan mudah agar dapat diterima dengan baik oleh penduduk yang ada di Kecamatan Pontianak Kota.

Menurut RPIJM 2009-2013 (2008) penduduk Kota Pontianak didominasi oleh mereka yang bekerja disektor perdagangan, hotel dan restoran baik pada tahun 1986 maupun 1996. Proporsinya bahkan meningkat yaitu dari 37,82% pada tahun 1986 menjadi 42,91% pada tahun 1996. Posisi sektor-sektor lainnya dapat dilihat pada Tabel 6.


(1)

85


(2)

DAFTAR PUSTAKA

[anonim]. Metode Analisi Isi, Reliabilitas dan Validitas dalam Metode Penelitian Komunikasi. http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/metode-analisi-isi-reliabilitas-dan-validitas-dalam-metode-penelitian-komunikasi/. (18 Mei 2010)

[anonim]. Ribuan orang terjebak Macet di Taman Alun-Alun Kapuas. Pontianak Post. (18 Mei 2010)

[anonim]. Sampah Naik 25 Persen. Pontianak Post. http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=30464# . (18 Mei 2010)

[anonim]. Taman "PKL" Alun-Alun Kapuas. Media Pontianak. http://www.mediapontianak.com/2009/11/taman-pkl-alun-alun-kapuas.html. (18 Mei 2010)

[anonim]. Tebang Pohon, IMB Ditahan. Pontianak Post. (18 Mei 2010)

[anonim]. Tugu Kota Diresmikan. Equator http://www.equator news.com/index.php?mib=berita.detail&id=19473#. (18 Mei 2010)

[anonim]. Usulkan Dana Rp 1 M untuk Taman Untan Pontianak. Tribun. (18 Mei 2010)

[anonim]. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. [anonim]. Undang-Undang Persero Terbatas No.40 Tahun 2007.

Arifin dkk. 2007. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau : Buku panduan Penataan Taman Umum, Penanaman Tanaman, Penanganan Sampah dan Pemberasyarakat. Jakarta. 188 hal.

Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Pontianak. 2008. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Bidang Pu/Cipta karya Tahun 2009-2013 Kota Pontianak. Pontianak: PU

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pontianak. 2009. Revisi Rencana Tata Ruang Kota Pontianak 2002-2012: Pontianak: Bappeda. Badan Pusat Statistik Kota Pontianak (BPS). 2009. Kota Pontianak Dalam

Angka. Pontianak: BPS.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pontianak. 2009. Pedoman Penyusunan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Tahunan Pembangunan di Kota Pontianak.

Pontianak: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pontianak. Dahl, B. Dan Molnar. 2003. Anatomy of a Park-Essentials of Recreation Area


(3)

89

Departement Dalam Negri Republik Indonesia Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor: 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. 2009. Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota Pontianak. Pontianak: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. 2009. Renstra Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak Tahun 2010-2014. Pontianak: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota.

Dinas Kependududkan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak. 2009. Databese Rekapitulasi Server Kependudukan per 31 Desember 2009. Pontianak: Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil.

Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Disign. McGraw-Hill inc. New York.

Hakim, R dan Utomo, H. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap Prinsip-Unsur dan Aplikasi Disain. Jakarta: Bumi Aksara.

Jayadinata, Johara T. 1992. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Perkotaan danWilayah. Bandung: Penerbit ITB.

Keputusaan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:KEP-236/MBU/2003 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Ysaha kecil dan Program Bina Lingkungan.

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Knudson, DM. 1980. Outdoor Recreation. London: Mac Millan Publishing Co.,Inc. Lang, Jon.1987. Creating Architectural Theory:The Role of The Behavioral Sciences in Environmental Design.Van Nostrand Reinhold Company. New York.

Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitrktur Pertamanan (terjemahan). Intermatra. Bandung. 133p.

Lynch, Kevin. 1991. Managing The Sense of a Region. The MIT Press. 1991. Nasrullah, N. 2008. Perencanaan Penanaman Taman private (garden) dan

Taman Publik (Park). Bogor: Program Arsitektur Lanskap, IPB.

Nurisjah, Siti. dan Pramukanto, Q. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lansekap. Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budidaya Pertanian IPB Bogor 57 hal.

Nurisjah, S. 2000. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia 2000.


(4)

Nurisjah, Siti. 2001. Studi Kebutuhan dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Taman-Taman Kota di Wilayah Jakarta Pusat. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Sekolah Pascasarjana, IPB.

Nurisjah, Siti. 2006. Materi kuliah: Sistem Pertamanan Kota. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Sekolah Pascasarjana, IPB.

Nurisjah, S. 2007. Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pada Kota-kota Yang Rentan Bahaya Lingkungan, Makalah Seminar Penggalangan dan Pengembangan Ruang terbuka Hijau Kota. Dinas Pertamanan DKI.

Pemerintah Kota Pontianak. 2009. Rencana Kerja pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pontianak Tahun 2010. Pontianak: pemerintah Kota Pontianak.

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomorr : 05/PRT/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH Di kawasan Perkotaan.

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedeoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan.

Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tatacara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.

Porteus, J. Douglas (1977). Environment and Behavior: Planning & Everyday Urban Life. Addison-Wesley Publishing Company Reading. Massachusetts. 1977.

Simonds, JO. 1983. Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Book Co. Sitohang, P. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Jakata: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sujarto, D. 1985. Beberapa Pengertian Tentang Perencanaan Fisik. Jakarta: Bharata Karya Aksana

Sunyoto, Danang. 2002. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: Media Pressindo

Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Kanisius Press.

Syiddatul A, Lely. 2008. Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif. Bogor: Departemen Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana, IPB.


(5)

91

Untermann, R. and R. Small. 1986. Perencanaan Tapak dan Perumahan (terj).


(6)