Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

13

3.2 Pembahasan

Pada volume kuning telur ikan botia di awal jam ke-0 didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan P0,05; Gambar 5. Namun pada jam ke-48, jam ke-60, jam ke-108 dan jam ke-120 menunjukkan perbedaan yang nyata antara kontrol dengan perlakuan tiroksin P0,05; Gambar 5. Volume kuning telur mengalami penyusutan dikarenakan larva menggunakan kuning telur sebagai sumber energi. Dilihat dari laju penyerapan kuning telur, didapatkan hasil yang berbeda nyata P0,05, antara perlakuan tiroksin 0,01 mgL dan 0,1 mgL dengan kontrol 0 mgL terutama pada jam ke-48, jam ke-60, jam ke-72, jam ke- 108 dan jam ke-120. Penyerapan kuning telur terus semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur larva, dan seiring dengan itu panjang total larva juga mengalami peningkatan Gambar 6. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Nacario 1993 bahwa pemberian hormon tiroksin dengan dosis tinggi dapat memacu laju penyerapan kuning telur. Laju penyerapan kuning telur yang tinggi diakibatkan karena kandungan tiroksin yang tinggi dalam tubuh, yang mengakibatkan metabolisme meningkat. Peningkatan metabolisme memerlukan energi, sehingga kuning telur lebih cepat menyusut. Hal ini menunjukkan bahwa tiroksin efektif dalam meningkatkan laju metabolisme tubuh sehingga penggunaan kuning telurpun akan semakin meningkat Affandi dan Tang 2002. Namun pada jam ke-78, jam ke-84, jam ke-90 dan jam ke-96 bila dilihat dari laju penyerapan kuning telurnya, tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0,05; Gambar 6. Diduga bahwa differensiasi jaringan pada larva ikan botia tidak mempengaruhi peningkatan metabolisme. Hal ini berdasarkan Turner dan Bagnar 1976 dalam Astutik 2002 yang melaporkan bahwa adanya stadium-stadium tertentu pada metamorfosis yang digiatkan oleh hormon tiroid tanpa dipengaruhi peningkatan laju metabolisme membuktikan bahwa kemampuan hormon tiroid dalam meningkatkan differensiasi jaringan tidak meningkatkan secara langsung aksi kalorigenik. Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan larva ikan botia yang diberi hormon tiroksin lebih cepat bila dibandingkan pada larva ikan kontrol Gambar 7. Perkembangan sirip ekor dan bintik mata pada perlakuan tiroksin 14 0,01 mgL terjadi pada jam ke-48 setelah menetas, lebih cepat 12 jam dari larva ikan kontrol. Dengan demikian diduga pada masa ini larva botia yang diberi perlakuan tiroksin mengalami proses pembentukan organ yang lebih cepat dibandingkan dengan kontrol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lam dan Reddy 1992 bahwa pemberian tiroksin mempercepat proses differensiasi dan pertumbuhan pada sirip ikan mas koki serta memacu pembentukan jari-jari sirip dorsal dan anal. Serta Astutik 2002 menyatakan bahwa larva gurame yang diberi perlakuan tiroksin 1 ppm pada hari ke-2 mulai menampakkan adanya sirip kaudal, sedangkan pada kontrol belum. Pada larva ikan botia yang direndam di dalam tiroksin 0,01 mgL, pigmen lebih cepat menyebar keseluruh tubuh. Pigmentasi larva ikan botia selama pengamatan mulai terjadi pada jam ke-72 setelah menetas, yang mana lebih cepat 6 jam dari perlakuan perendaman tiroksin 0,1 mgL. Gelembung renang larva ikan botia yang diberi tiroksin 0,01 mgL dan 0,1 mgL sudah memperlihatkan pembentukan pada jam ke-60 yang lebih cepat 12 jam dibandingkan kontrol. Lam dan Reddy 1992 menyatakan bahwa pemberian tiroksin dapat mempercepat terbentuknya bintik mata dan pigmen kulit yang berwarna hitam pada ikan mas koki. Selain itu, menurut Norfirdaus 1997 pembentukan bintik mata, gelembung renang, dan pigmentasi lebih cepat terjadi pada larva ikan betutu yang diberi hormon tiroksin konsentrasi 0,1 mgL. Peran tiroksin dalam differensiasi organ yaitu sebagai pengaktivasi enzim polimerase yang digunakan untuk transkripsi DNA. Tiroksin terlebih dahulu dikonversi menjadi triiodotironin. Peningkatan sintesis RNA terutama mRNA dari hasil transkripsi tersebut memacu proses sintesa protein, protein digunakan untuk differensiasi dan penambahan jaringan Djojosoebagio 1996. Sehingga proses perkembangan larva yang diberi tiroksin lebih cepat bila dibandingkan dengan kontrol. Hasil pengamatan terhadap kelangsungan hidup awal larva ikan botia yang dipelihara 7 hari di ruang inkubasi, menunjukkan bahwa perlakuan perendaman hormon tiroksin 0,01 mgL dan 0,1 mgL berbeda nyata terhadap kontrol P0,05; Gambar 8. Hal ini dikarenakan pada perlakuan tiroksin, ikan lebih cepat melewati masa kritisnya. Masa kritis pada ikan merupakan masa peralihan endogenus 15 feeding ke eksogenus feeding. Pada masa kritis tersebut ada kemungkinan larva masih belum siap untuk mengambil makanan dari lingkungannya, hal ini dapat diakibatkan karena belum sempurnanya proses differensiasi organ dan jaringan. Oleh karena itu pemberian tiroksin berfungsi untuk mempercepat pembentukan jaringan, sehingga setelah kuning telur habis larva dapat memanfaatkan makanan dari lingkungannya. Pada minggu pertama, penurunan tingkat kelangsungan hidup diduga terjadi karena masa kritis larva ikan yaitu pada saat kuning telur habis dan larva harus mengambil pakan dari luar. Pada saat itu kemampuan larva mengkonsumsi pakan dari luar sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pakan yang dimakan sangat sedikit. Perlakuan dengan perendaman hormon tiroksin 0,01 mgL memiliki tingkat kelangsungan hidup ikan botia paling tinggi yaitu sebesar 64 Gambar 9. Hal ini diduga disebabkan penyerapan kuning telur yang optimum, sehingga dapat menyebabkan perkembangan pada organ tubuh ikan berjalan dengan baik. Selain itu, berkaitan dengan kecepatan differensiasi jaringan pada ikan uji. Pada dosis 0,01 mgL differensiasi jaringan lebih cepat, terutama pada bukaan mulut sehingga larva lebih cepat dalam menggunakan pakan dari luar untuk melewat masa kritisnya. Dalam tahap awal dari daur hidup ikan terutama dalam stadia larva terdapat masa kritis yang terletak pada saat, sebelum dan sesudah pengisapan kuning telur dan masa transisi mulai mengambil makanan dari luar Setyono 2009. Pada hari ke-40, akhir pemeliharaan di akuarium didapatkan tingkat kelangsungan hidup benih ikan botia untuk kontrol; 0,01 mgL dan 0,1 mgL berturut-turut adalah 13, 39 dan 29 Gambar 10. Nilai kelangsungan hidup benih ikan botia yang direndam tiroksin 0,01 mgL dan 0,1 mgL lebih besar dari nilai larva yang tanpa direndam tiroksin P0,05. Rendahnya kelangsungan hidup pada akhir pemeliharaan diduga dipengaruhi oleh rendahnya DO pada akhir pemeliharaan ikan uji yaitu berkisar 3,89-6,93 ppm dan derajat keasaman antara 7,6-7,9. Satyani et al. 2007 menyatakan bahwa kandungan oksigen yang baik untuk pemeliharaan ikan botia berkisar 5,5-8,0. Sedangkan nilai pH yang baik untuk pemeliharaan ikan botia berkisar 6,5-7,5. 16 Menurut Matty 1985 pada umumnya hormon tiroksin berpengaruh meningkatkan daya tahan larva terhadap lingkungannya pada dosis yang rendah. Hasil penelitian Lam 1980 yang menggunakan hormon tiroksin pada ikan mujair dengan kadar 0,1 ppm diperoleh tingkat kelangsungan hidup lebih baik dibandingkan kontrol. Selain itu, Megahanna 2010 menyatakan bahwa perendaman larva dalam larutan tiroksin 0,1 ppm terhadap larva ikan gabus memberikan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dibandingkan dengan kontrol. Adanya perbedaan uji kelangsungan hidup larva ikan perlakuan dengan kontrol menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian hormon tiroksin terhadap kelangsungan hidup larva ikan botia. Perlakuan perendaman larva ikan botia dengan hormon tiroksin 0,01 mgL dan 0,1 mgL memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang total larva botia Gambar 10. Hal ini menunjukkan bahwa hormon efektif dalam meningkatkan pertumbuhan. Hormon tiroksin berperan dalam meningkatkan retensi protein atau pemanfaatan protein dalam tubuh, tiroksin menyebabkan pemasukan nitrogen protein yang lebih banyak dibandingkan dengan nitrogen yang dikeluarkan dari dalam tubuh Djojosoebagio 1996. Hal inilah yang menyebabkan tingginya pemanfaatan protein bagi tubuh. Selain meningkatkan retensi protein, tiroksin juga berfungsi meningkatkan laju metabolisme. Etherge 1993 dalam Daneyanti 2001 melaporkan bahwa, pemberian hormon tiroksin dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Sehingga diduga pada perendaman dosis 0,01 mgL dan 0,1 mgL larva mengalami metabolisme yang lebih tinggi dibandingkan tanpa perendaman tiroksin. Dengan peningkatan metabolisme tubuh dapat menyebabkan larva ikan botia yang direndam dengan hormon tiroksin memiliki tingkat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa perendaman tiroksin. 17

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemberian hormon tiroksin meningkatkan perkembangan, kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan botia. Dosis terbaik yaitu 0,01 mgL karena memiliki perkembangan tercepat, tingkat kelangsungan hidup tertinggi 39±6,54 dan pertumbuhan tertinggi 1,06±0,14 cm.

4.2 Saran

Perendaman hormon tiroksin terhadap larva ikan botia disarankan digunakan pada pembenihan ikan botia untuk meningkatkan produktivitas.

Dokumen yang terkait

ANALYSIS OF GROWTH AND SURVIVAL RATE BAGRID CATFISH LARVAE (Mystus nemurus) WITH DIFFERENT OF EARLY FEED

0 8 8

Growth and survival of white shrimp post-larvae administered recombinant growth hormone by different immersion time

1 4 80

THE EFFECT OF THE GROWTH OF THE GROSS DOMESTIC AND THE GROWTH OF THE INTEREST RATE ON THE GROWTH OF THE TOTAL SAVINGS IN INDONESIA (2009.1-2017.4 PERIOD)

0 0 12

THE EFFECT OF DIFFERENT NATURAL FEED FOR GROWTH AND SURVIVAL RATE OF BIAWAN FISH (Helostoma temmincki) LARVAE Rachimi

0 0 8

RESPON PEMBERIAN DOSIS MINYAK SEREH (Cymbopogon citratus) UNTUK ANESTESI IKAN BOTIA (Chromobotia Macracanthus Bleeker) DENGAN METODE TRANSPORTASI TERTUTUP RESPONSE OF OIL LEMONGRASS (Cymbopogon citratus) FOR BOTIA FISH (Chromobotia Macracanthus Bleeker) A

0 0 6

THE EFFECT OF NATURAL FEED ARE DIFFERENT ON THE GROWTH AND SURVIVAL RATE TENGADAK FISH LARVAE ( Barbonymus schwanenfeldii )

0 0 6

The Effect of Different Doses of EM4 Probiotic on Survival Rate of Clown Fish Larvae (Amphiprion percula)

0 0 10

The Effect of Feed Differences on Growth and Survival of Clown Fish (Amphiprion ocellaris) Evi Fitrianingsih

0 0 6

Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda dalam Sistem Akuaponik terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Lele (Clarias sp.) Effect Addition of Different Probiotic in Aquaponic Systems Towards The Growth Rate and Survival Rate of Catfish (Clarias sp.)

0 0 9

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN TENGADAK ( Barbonymus schwanenfeldii ) THE EFFECT OF NATURAL FEED ON THE GROWTH AND SURVIVAL RATE TENGADAK FISH LARVAE ( Barbonymus schwanenfeldii )

0 0 8