Peramalan Forecasting Hasil Penelitian Terdahulu

tersebut dapat diupayakan berapa pun nilai nominal yang bisa diperoleh. Semakin kecil nilai perolehan dari kredit macet, semakin besar risiko recovery. Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan recovery dari kredit macet. 2.5.Analisis Tren Tren adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata atau mulus Suharyadi dan Purwanto, 2008. Tren data berkala bisa berbentuk tren yang meningkat dan menurun secara mulus. Untuk melakukan peramalan dengan analisis tren terdapat beberapa cara yaitu: a. Metode semi rata-rata semi average method Metode semi rata-rata membuat tren dengan cara mencari rata-rata kelompok data. b. Metode kuadrat terkecil least square method Tren dengan metode kuadrat terkecil diperoleh dengan menentukan garis tren yang mempunyai jumlah terkecil darikuadrat selisih data asli dengan data pada garis tren. c. Metode tren quadratis quadratic trend method Untuk tren yang sifatnya jangka pendek dan menengah, kemungkinan tren akan mengikuti pola linear. Namun, dalam jangka panjang pola bisa berubah tidak linear. Salah satu metode yang tidak linear adalah metode kuadratis. d. Metode tren eksponensial exponential trend method Tren eksponensial adalah suatu tren yang mempunyai pangkat atau eksponen dari waktunya.

2.6. Peramalan Forecasting

Peramalan forecasting adalah ilmu dan seni dalam memprediksi kejadian di masa depan dengan menggunakan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Menurut Reksohadiprodjo 1999, peramalan berdasar analisa time series dapat dikelompokkan menjadi beberapa yaitu: a. Forecast dengan ekstrapolasi sederhana untuk jangka pendek b. Forecast dengan memanfaatkan indikator-indikator ekonomi untuk jangka pendek c. Forecast dengan ekstrapolasi trend untuk jangka panjang d. Forecast berdasar exponential smoothing untuk jangka pendek dan metode- metode yang kompleks untuk jangka menengah. 2.7.Value at Risk VaR Value at risk VaR memberikan keleluasaan bagi bank untuk menggunakan formulasinya sendiri dan mengembangkan model sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam mengukur risiko kredit. Value at Risk adalah pengukuran suatu risiko yang dilakukan secara kuantitatif dengan memperkirakan potensi maksimum kerugian yang mungkin terjadi dengan suatu tingkat keyakinan tertentu. Inti dari VaR itu sendiri adalah volatilitas. Volatilitas adalah keragaman perubahan faktor risiko. Secara statistika, volatilitas ini sama dengan simpangan baku Jorion dalam Setianingsih, 2008.

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu

Setianingsih 2008, meneliti tentang analisis risiko kredit dan penanganan kredit bermasalah pada Bank Jabar Studi Kasus Bank Jabar Cabang Kuningan. Hasil penelitian yaitu jumlah kredit bermasalah Bank Jabar Kuningan cenderung naik seiring dengan meningkatnya jumlah kredit yang diberikan. Namun kondisi kredit bermasalah tersebut masih di bawah batas maksimum kredit bermasalah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kebijakan kredit Bank Jabar Kuningan ditetapkan untuk mengurangi risiko kredit yang mungkin terjadi. Sriwahyuni 2009, meneliti tentang analisis risiko kredit pegawai bermasalah pada PD. BPR Sukabumi cabang Kalapanunggal. Hasil penelitiannya yaitu jumlah kredit yangdisalurkan dari tahun 2004-2007 terus meningkat dan perkembangan kredit pegawai bermasalah mengalami peningkatan sebesar 13,33 persen pada bulan Desember 2008 dan 17,94 persen pada bulan Maret 2009. Peningkatan kredit bermasalah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya tenaga kerja untuk pembinaan dan pengawasan terhadap debitur, faktor eksternal debitur, dan faktor eksternal lingkungan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode VaR dapat diketahui bahwa kemungkinan kerugian maksimum kredit pegawai pada bulan April 2009 dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 848.498.756 atau 22,97 persen dari total baki debet. Sedangkan dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 1.198.183.092 atau 32,43 persen dari total baki debet. Yoga 2009, meneliti tentang analisis kredit di PD BPR BKK Pati Kota kantor Kas Margoyoso. Hasil penelitiannya yaitu kredit yang disalurkan PD BPR BKK Pati Kota Kantor Kas Margoyoso mengalami kredit bermasalah dengan nilai NPL 26,53 persen. Faktor penyebabnya adalah seksi pemasaran kredit yang kurang teliti, debitur dan monitoring kredit kurang insentif, serta keadaan ekonomi makro terutama fluktuasi. Kerugian maksimum yang dihadapi per Desember 2008 dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 329.271.901,56 atau 21,05 persen dari total baki debet, dan dengan tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 464.971.836,74 atau 29,72 persen dari total baki debet. III.METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Tahapan Pemikiran Perkembangan industri non perbankan terus menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Hal ini terjadi pula pada PT ABC Finance yang usahanya terus berkembang hingga saat ini telah memiliki 43 cabang yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Pada tahun 2011 ini perusahaan berencana untuk menambah cabang sebanyak 14 cabang. Semakin luasnya jaringan usaha PT ABC Finance diiringi pula dengan bertambahnya jumlah nasabah PT ABC Finance. Penyaluran kredit kepada nasabah mengandung risiko yang dapat mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan. Risiko merupakan hal penting yang harus dihindari agar tidak berpengaruh besar terhadap keadaan perusahaan. Risiko yang tinggi dapat menyebabkan kerugian yang tinggi pula. Risiko yang terjadi dari penyaluran kredit adalah risiko gagal bayar yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Perusahaan perlu menyelesaikan dan menangani risiko yang timbul agar keadaan keuangan perusahaan semakin baik. Terlebih dahulu perusahaan perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit pada PT ABC Finance. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap risiko. Pengukuran risiko merupakan salah satu cara dalam teknik pengelolaan risiko sehingga dapat menentukan prosedur penanganan risiko yang bisa diterapkan. Pengukuran risiko dilakukan dengan perhitungan Value at Risk VaR sehingga perusahaan dapat mengetahui potensi maksimum kerugian yang mungkin terjadi. Perhitungan VaR menggunakan metode credit metrics. Sedangkan untuk menentukan prosedur penanganan kredit bermasalah dilakukan dengan analisis deskriptif.

3.2. Alur Pemikiran