1
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan pangan, salah satunya kebutuhan protein akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia. Ikan
merupakan sumber protein yang sangat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan protein, khususnya yang bersumber dari budidaya karena dapat dikontrol
jumlah dan ketersediaannya. Sementara disisi lain dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan menyebabkan ketersediaan
lahan dan air untuk proses akuakultur semakin terbatas. Untuk itu, dibutuhkan berbagai teknologi budidaya yang lebih intensif dengan sumber lahan dan air
terbatas, salah satunya dengan menggunakan sistem resirkulasi dan akuaponik. Sistem air resirkulasi adalah suatu metode pemeliharaan ikan dalam wadah
terkontrol dengan menggunakan kembali air bekas setelah melalui proses penyaringan secara fisik dan biologi. Sistem air resirkulasi ini telah diprakt ikkan
secara komersial dalam pemeliharaan ikan mas di Jepang sejak 1951. Metode ini dapat menghemat ruang dan air. Air bekas dipompakan ke bak penyaring sebelum
dipakai kembali. Bak saringan berfungsi menyaring material kasar dan material halus secara fisik dan biologi Jangkaru, 2002.
Satu sistem terpadu yang mulai dikembangkan sejak tahun 2000-an oleh BRPBAT adalah sistem akuaponik. Akuaponik merupakan bio-integrasi yang
menghubungkan akuakultur
berprinsip resirkulasi
dengan produksi
tanamansayuran hidroponik Diver, 2006, dimana ikan dan tanaman tumbuh dalam satu sistem yang terintegrasi dan mampu menciptakan suatu simbiotik
diantara keduanya Pramono, 2009. Sistem akuaponik dalam prosesnya menggunakan air dari tangki ikan, kemudian disirkulasikan kembali melalui suatu
pipa tempat ditumbuhkannya tanaman. Jika dibiarkan di dalam tangki, air justru akan menjadi racun bagi ikan-ikan di dalamnya. Kemudian tanaman ini akan
berfungsi sebagai filter vegetasi yang akan mengasimilasi nutrien dan suplai oksigen pada air yang digunakan untuk memelihara ikan. Sistem ini sangat
menguntungkan karena selain panen ikan, petani juga dapat memanen sayuran atau buah-buahan organik tanpa pupuk kimia Nugroho, 2008.
Ikan nila merupakan jenis ikan yang tumbuh dengan baik dan paling umum digunakan dalam sistem akuaponik Rakocy, 2006. Ikan nila merupakan ikan
2 ekonomis penting di dunia karena cara budidaya yang mudah, rasa yang digemari,
harga relatif terjangkau, dan memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan Gustiano dan Arifin, 2010. Pada tahun 2004 di pasar internasional, produksi
ikan nila di Indonesia berada pada peringkat ke-4 dengan total produksi sebesar 139.651 mt ton FAO, 2005, sedangkan pada tahun 2008 produksi ikan nila
Indonesia naik menjadi peringkat ke-2 setelah China dengan nilai sebesar 336.000 mt ton FAO, 2009.
Budidaya ikan lele Clarias batrachus telah berkembang dengan pesat di masyarakat. Selain pertumbuhannya yang cepat, ikan ini bisa hidup di lumpur
atau di perairan dengan kadar oksigen terlarut rendah hingga 3 ppm Khairuman dan Amri 2003. Keistimewaan hal ini karena lele termasuk kelompok ikan air
breather. Organ insang tambahan labyrinth yang dimiliki lele memungkinkan ikan tersebut dapat mengambil oksigen di udara. Lele dapat dipeliharan pada
bermacam-macam wadah, seperti kolam beton, bak fibre, kolam tanah dan lain- lainnya. Selain keistimewaan tersebut kegiatan budidaya ikan lele seringkali
mendapat julukan budidaya ikan kotor. Diperlukan suatu pengembangan kegiatan budidaya yang dapat mengeliminir julukan ―negatif‖ terhadap ikan lele .
Meningkatnya produksi dari ikan nila dan lele tersebut, maka terdapat banyak pula limbah-limbah dari hasil budidaya nila dan lele. Limbah budidaya
umumnya langsung dibuang ke perairan bebas dan sering dianggap mencemari perairan karena mengandung bahan-bahan organik dan anorganik yang tinggi dan
dapat menyebabkan pengkayaan perairan eutrofikasi. Bahan-bahan organik dan anorganik yang tinggi sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan
mikroorganisme yang
dapat dijadikan
sumber makanan
bagi ikan.
Mikroorganisme yang dihasilkan dari limbah budidaya dapat dimanfaatkan untuk mengurangi penggunaan pakan komersial yang diberikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengolahan air limbah dengan sistem resirkulasi dan akuaponik sehingga terbentuk nutrien yang akan diasimilasi oleh tanaman air dan
fitoplankton. Pemilihan komoditas budidaya merupakan hal penting yang harus
dilakukan, khususnya dalam hal pemanfaatan fitoplankton sehingga air limbah bersih kembali dan bisa digunakan untuk budidaya. Salah satu ikan yang cocok
3 digunakan dalam sistem budidaya ini ialah ikan nilem. Ikan nilem merupakan
komoditas asli Indonesia yang sudah dibudidayakan sejak lama, khususnya di Priangan, Jawa Barat. Data statistik perikanan 2005 menunjukkan bahwa
produksi ikan nilem di Jawa Barat tercatat lebih dari 13.000 ton. Dari jumlah tersebut; 94,20-nya berasal dari Priangan. Selama 20 tahun terakhir dalam Pelita
IV tercatat kontribusi nilem sekitar 83. Ikan ini mempunyai potensi yang cukup besar dalam industri perikanan budidaya air tawar ikan konsumsi dan produk-
produk olahan seperti pengolahan telur, pindang, ukuran 3-5 g diproduksi untuk produk baby fish. Selain memiliki keunggulan komparatif, pasarnya pun terbuka
lebar Nugroho, 2008. Harga anak ikan nilem berukuran 5-7 cm di Tasikmalaya adalah Rp 18.000,00kg Trubus, 2009. Melihat kondisi dan peluang usaha yang
cukup prospektif maka perlu dikembangkan teknologi budidayanya. Selain itu, ikan nilem merupakan jenis ikan yang dapat memanfaatkan mikroorganisme
seperti fitoplankton yang dihasilkan dari bahan-bahan organik limbah budidaya. Dengan pemanfaatan ikan nilem dalam sistem budidaya ini dapat meningkatkan
produktivitas budidaya. Kepadatan jumlah ikan budidaya nila dan lele yang berbeda dalam sistem
resirkulasi dan akuaponik akan berpengaruh terhadap jumlah limbah, sehingga diperlukan penebaran jumlah ikan nilem yang berbeda agar pemanfaatan limbah
lebih efisien. Pada umumnya petani budidaya nilem menggunakan padat penebaran 10-20 ekorm
3
sebagai padat penebaran dalam budidaya pendederan ikan nilem tanpa pemanfaatan limbah Nugroho, 2008. Oleh karena itu
dibutuhkan kajian untuk melihat produksi budidaya ikan nilem dengan memanfaatkan hasil limbah budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
produksi ikan nilem yang optimum dari air limbah hasil budidaya ikan nila.
4
II. BAHAN DAN METODE