Minyak pelumas sintetik memiliki sifat lebih unggul dalam hal stabilitas termalnya, sifat alirnya, indeks viskositas, dan stabilitas
penguapannya. Oleh karena itu minyak pelumas sintetik memberikan unjuk kerja yang lebih baik daripada minyak pelumas mineral Suhardono,
dkk. Mulyana dan Tjahjono, 2003.
3. Bahan Dasar Pelumas Sintetik
Bahan dasar pembuatan pelumas oli sintetik antara lain poly- alpha-olefin PAO, polyalkylene glycols PAG, alkylated napthalenes
AN, alkyklated benzenes, dan synthetic esters misalnya: diesters, polyolesters,
silicate esters,
phospate esters
en.wikipedia.orgwikiSynthetic oil dan en.wikipedia.orgwiki lubricant. Miller dalam Justiana dan Hardanie, 2007 menemukan bahan dasar baru
untuk membuat pelumas sintetis yaitu dari limbah plastik jenis polietilena.
Poly-alpha-olefin PAO yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pelumas khususnya pelumas sintetik mesin kendaran adalah
yang memiliki berat molekul rendah www.wikipedia.com. Polialfaolefin adalah sebuah polimer yang dibuat dari polimerisasi alfaolefin α-olefin.
α-olefin merupakan suatu alkena yang ikatan rangkap karbon-karbon terletak diantara atom karbon nomor 1 dan 2. Umumnya α-olefin
digunakan sebagai ko-monomer pada golongan cabang polimer alkil seperti pada 1-heksena berikut.
Banyak polialfaolefin memiliki golongan cabang alkil yang fleksibel pada setiap karbon dari rantai polimernya. Golongan alkil ini dapat membentuk dirinya dalam
berbagai konformasi. Hal ini menyebabkan golongan ini “ very difficult for the polimer molecules to line themselves up side-by-side in an orderly way”
www.wikipedia.com. Oleh karena itu, banyak polialfaolefin yang tidak mengkristal atau tidak menjadi padatan dengan mudah dan dapat tetap berminyak,
cairan kental pada temperatur rendah. Biasanya kopolimer polietilena dari alfa olefin yang memiliki berat molekul kecil misalnya seperti 1-heksena, 1-oktena
lebih fleksibel daripada polietilena rantai lurus dengan densitas tinggi. Golongan cabang metil pada polimer polipropilena tidak cukup lama membuat tipe
propilena secara komersial lebih fleksibel dibandingkan polietilena.
Salah satu bahan kimia yang banyak dipakai sebagai bahan dasar minyak pelumas sintetis adalah polyolester. Mulyana dan Tjahjono 2003
dalam risetnya telah berhasil mensintesis suatu senyawa polyolester dimana berdasarkan hasil analisa viskositas dan densitas terlihat bahwa
senyawa tersebut menyerupai pelumas hidolik dengan tipe VG 5 atau PG 10 jenis pelumas dari pertamina. Tahap-tahap reaksi yang terjadi dalam
proses pembuatan senyawa polyolester yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pelumas sintetik adalah: metanolisis, produksi asam
peracetate, epoksidasi, dan hidrolisis. Parameter yang diobservasi adalah konsentrasi dan komposisi reaktan, katalis dan waktu reaksi.
Plastik jenis polietilena dapat dibuat sebagai bahan dasar pembuatan pelumas. Dalam penelitiannya, Miller dalam Justiana dan
Hardanie, 2007 telah berhasil membuat senyawa yang mirip hidrokarbon cair yang dapat diubah menjadi pelumas. Adapun proses pembuatannya
adalah sebagai berikut: plastik polietilena dipanaskan dengan menggunakan metode pirolisis, kemudian terbentuk suatu senyawa
hidrokarbon cair yang memiliki bentuk mirip lilin wax, sifat kimia senyawa hidrokarbon cair hasil pemanasan limbah plastik tersebut mirip
dengan senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak mentah sehingga dapat diolah menjadi minyak pelumas. Proses selanjutnya adalah
mengubah senyawa hidrokarbon cair menjadi pelumas dengan menggunakan metode hidroisomerisasi.
4. Sifat-Sifat Pelumas Sintetik