yang terjadi selama waktu uji EC
50
– 48 Jam Sanusi dan Sugeng 2009. Menurut Philp 2001 EC
50
adalah dosis efektif yang menyebabkan 50 perubahan efek maksimum dari hewan uji.
Gambar 5 LC
50
Menggambarkan nilai tengah respon dari populasi.
Selain hal tersebut diatas juga digunakan evaluasi seperti NOEC No Observed Effect Concentration yaitu konsentrasi tertinggi yang tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap hewan uji dari control. LOEC lowest observed effect concentrations yaitu konsentrasi terendah yang secara signifikan
berpengaruh terhadap ketahanan, pertumbuhanreproduksi dari hewan uji terhadap kontrol Wrigh dan Pamela 2002, untuk mengevaluasi tingkat bahan toksik
khususnya PAH.
2.7.2 Toksisitas PAH
Material organik di perairan alami mempunyai efek yang kuat pada ketersediaan pencemar organik. Ketersediaan dari beberapa pencemar organik
meningkat dengan peningkatan konsentrasi materi organik yang terlarut di air Kukkonen 1991 diacu dalam Tuvikene 1995. Toksisitas adalah senyawa yang
dapat bersifat racun yang dapat membahayakan makhluk dan lingkungan disekitarnya pada konsentrasi tertentu. PAH termasuk senyawa organik yang
bersifat toksik. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas PAH antara lain
adalah karakteristiknya, kadar PAH, jenis biota laut, aktivitas mikroba dan lama pemaparannya Sanusi dan Sugeng 2009.
Kelimpahan alkil PAH yang lebih banyak terutama pada sumber petrogenik persisten untuk waktu yang lebih lama, dan beberapa lebih toksik dari
senyawa utamanya. Metilfenantrena lebih toksik dari pada fenantrena. PAH yang terurai tidak berarti mengurangi potensi dampaknya secara biologi terhadap
komponen biologi, PAH yang terurai dapat lebih berbahaya Irwin 1997. Menurut karakteristik senyawa PAH, toksisitasnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Senyawa PAH dengan jumlah karbon rendah C
8
-C
14
memberikan toksisitas akut 2.35-970 µgl di perairan Irwin 1997 terhadap biota laut.
Hal ini dikarenakan kelarutan dari senyawa tersebut tinggi K
OW
2. Senyawa PAH dengan jumlah karbon tinggi C
1.40- 4.15.
14
memberikan toksisitas kronis 10-710 µgl di perairan Irwin 1997 terhadap biota laut, karena
kelarutan dari senyawa tersebut rendah K
OW
4.15-6.20.
2.7.3 Dampak PAH terhadap Organisme
PAH yang terakumulasi dalam tubuh organisme, dapat mempengaruhi kehidupannya. Beberapa PAH, yang terakumulasi dalam biota, mempunyai
kemampuan untuk menyerap energi cahaya ultraviolet UV yang dapat mempengaruhi sifat toksisitasnya seperti antrasena dan fluorantena. Peningkatan
potensi toksisitas bersamaan dengan pemaparan cahaya disebut fototoksisitas Irwin 1997. Efek toksik PAH pada biota laut bersifat lokal dan sementara dan
tidak berdampak nyata dalam jangka panjang, Selain itu, efeknya juga dapat pulih kembali reversible. Perbedaan jenis individu maupun campuran senyawa PAH,
lama pemaparan, besaran dan efeknya berbeda pada masing-masing biota, baik yang bersifat akut maupun Kronis Tabel 9.
2.7.4 Jenis PAH Bersifat Racun