EFEK PROCESS-ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA SMA NEGERI 1 KUALA LANGKAT TP. 2015/2016.

(1)

(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Siska Watyna Br Sembiring (NIM: 8146175035). Efek Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Menggunakan Macromedia Flash Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa SMA Negeri 1 Kuala Langkat TP. 2015/2016.

Penelitian ini bertujuan untuk: membandingkan kemampuan berpikir kritis (KBK) fisika siswa yang dibelajarkan dengan POGIL menggunakan macromedia flash dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, membandingkan KBK fisika pada kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata dengan kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata, mengetahui interaksi antara POGIL menggunakan macromedia flash dan pemahaman konsep awal dalam meningkatkan KBK fisika. Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan pretes-posttest control group design. Sampel dalam penelitian adalah kelas XI IPA2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA3 sebagai kelas kontrol dipilih secara sample random sampling. Instrumen yang digunakan tes KBK dan pemahaman konsep awal berbentuk uraian. Data penelitian dianalisis menggunakan anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan: KBK fisika yang dibelajarkan menggunakan POGIL menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, KBK fisika pada kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata, terdapat interaksi antara POGIL menggunakan macromedia flash dengan pemahaman konsep awal terhadap KBK fisika. POGIL dan pemahaman konsep awal saling mempengaruhi untuk meningkatkan KBK fisika.

Kata kunci: POGIL, macromedia flash, pemahaman konsep awal, kemampuan berpikir kritis fisika.


(5)

ii ABSTRACT

Siska Watyna Br Sembiring (NIM: 8146175035). Effect Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Using Macromedia Flash And Initial Conceptual Understanding On Critical Thinking AbilityOf Physichs Students At SMA Negeri 1 Kuala Langkat TP. 2015/2016.

This research aimed to: compare the critical thinking ability (CBA) physics students that learned with POGIL using Macromedia Flash with students that learned with conventional learning, compare the critical thinking ability of physics at a group of students who have an understanding of the original concept above average with a group of students who have an understanding of concepts early in below average, the interaction between POGIL using macromedia flash and understanding of the initial concept to improve critical thinking ability physics. This quasi-experimental study using pretest-posttest control group design. Samples are class XI IPA2 as an experimental class and class XI IPA3 as the control class is selected by sample random sampling. Instruments used test critical thinking ability and understanding of the concept of early form of description. Data were analyzed using ANOVA two paths.

The results showed: critical thinking ability physics that learned to use POGIL using Macromedia Flash better than that learned to conventional learning, critical thinking ability of physics to the group of students who have an understanding of the concept of an early start on average better than the group of students who have an understanding of the concept of early below average, there was an interaction between POGIL using macromedia flash with initial conceptual understanding of the physics of critical thinking ability. POGIL and understanding of the interplay initial concept to enhance the critical thinking ability of physics.

Keywords: POGIL, macromedia flash, initial conceptual understanding,critical thinking ability of physics


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir tesis yang berjudul Efek Process-Oriented

Guided Inquiry Learning (POGIL) Menggunakan Macromedia Flash dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa SMA” ini dapat diselesaikan. Dalam penyusunan tugas akhir tesis ini,

peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku ketua program studi pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi perhatian pada penyempurnaan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Betty M. Turnip, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran, dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si dan ibu Dr. Derlina, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun pada penulisan tesis ini.

4. Ibu Sumarni Sitepu, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kuala Langkat, Bapak Joan Egia Sijabat, S.Pd, selaku wakil kepala sekolah, Bapak Hemat Sitepu, S.Pd, selaku guru fisika di kelas XI dan segenap dewan guru di SMA Negeri 1 Kuala Langkat serta staf administrasi yang telah membantu terlaksananya penelitian ini hingga selesai. Dan juga kepada siswa-siswi kelas XI IPA2 dan XI IPA3 SMA Negeri 1 Kuala Langkat tahun ajaran 2015/2016 atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian.

5. Orang tua penulis, Ayahanda Marem Sembiring dan Ibunda Suratenna, S.Pd, serta adik penulis Maydica Sembiring yang terus memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang kepada penulis. Kepada Bolang dan Nondong penulis yang telah berdoa dan memberikan dukungan selama perkuliahan kepada penulis. Kepada saudara-saudara penulis yang telah memberikan dukungan.


(7)

iv

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada abangda penulis Abas Satria Sinulingga, S.Pd yang telah membantu penulis selama awal hingga akhir perkuliahan.

6. Ibu Pdt. Ernita Hutahaean, S.Th, selaku pimpinan SMA Swasta Methodist Kuala Langkat, Bapak Drs. Antoni Ginting, selaku kepala sekolah SMA, Bapak Drs. Aneka Warna Surbakti, selaku kepala sekolah SMP tempat penulis bekerja saat ini dan seluruh keluarga yang ada di Methodist Kuala Langkat, yang sudah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam membantu penulis selama awal hingga akhir perkuliahan.

7. Seluruh pegawai Pascasarjana yang telah memberikan kemudahan dan bantuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Pascasarjana Unimed.

8. Teman-teman PERMATA GBKP Tj. Langkat yang memberikan doa kepada penulis. Kepada keluarga Reguler A-2 2014, kak Arini, Bima, Envil, kak Fadillah, Fine, Haflah, Irdes, bang Ismadi, Johan, kak Naomi, Nurul, kak Pesta, Putri, kak Aan, dan Tio yang telah menjadi keluarga terhebat penulis selama dikampus tercinta ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya tuliskan satu per satu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2016

Siska Watyna Br Sembiring NIM. 8146175035


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Proses Belajar - Penelitian ... 20

Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan ... 29

Tabel 3.1 Control Group Pretest–Postest Design ... 37

Tabel 3.2 Desain Penelitian (ANAVA 2x2) ... 38

Tabel 3.3 Tabel Validitas Isi Pemahaman Konsep Awal ... 43

Tabel 3.4 Tabel Validitas Isi Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa... 43

Tabel 3.5 Tabel Validitas Tes Pemahaman Konsep Awal ... 44

Tabel 3.6 Tabel Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa... 45

Tabel 3.7 Tabel Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Awal 47 Tabel 3.8 Tabel Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa... 47

Tabel 3.9 Tabel Daya Beda Tes Pemahaman Konsep Awal ... 48

Tabel 3.9 Tabel Daya Beda Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa ... 49

Tabel 3.11 Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalur ... 53

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 57

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes ... 58


(9)

xi

Tabel 4.4 Uji Kesamaan Data Pretes Kelas Kontrol dan

Eksperimen ... 60

Tabel 4.5 Data Pemahaman Konsep Awal ... 61

Tabel 4.6 Data Kelompok Pemahaman Konsep Awal Di Atas Rata-Rata dan Di bawah Rata-Rata-Rata-Rata Pada kelas Kontrol dan Eksperimen ... 62

Tabel 4.7 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 67

Tabel 4.8 Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Pemahaman Konsep Awal... . 68

Tabel 4.9 Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Pemahaman Konsep Awal Pada Masing-Masing Kelas ... 69

Tabel 4.10 Hasil ANAVA ... 71

Tabel 4.11 Statistik ANAVA... 72

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan ANAVA 2 Jalur ... 73

Tabel 4.13 Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Antar Kelompok ... 75


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Bagan Alur Prosedur Penelitian ... 41 Gambar 4.1 Grafik Uji Normalitas Data Pretes ... 59 Gambar 4.2 Hubungan Nilai Postes Siswa Berdasarkan Kemampuan

Berpikir Kritis Terhadap Proses Pembelajaran ... 71 Gambar 4.3 Interaksi Uji Hipotesis ... 74 Gambar 4.5 Hubungan Nilai Rata-Rata Siswa dan Tingkat

Pemahaman Konsep Awal Terhadap Proses

Pembelajaran ... 73 Gambar 4.6 Hubungan Tingkat Pemahaman Konsep Awal Siswa

... 74 Gambar 4.7 Hubungan Nilai Postes Siswa Berdasarkan Kemampuan


(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-1 ... 90

Lampiran 1b Bahan Ajar-1 ... 99

Lampiran 1c Lembar Kerja Siswa-1 ... 102

Lampiran 1d Soal Evaluasi-1... 105

Lampiran 2a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-2 ... 106

Lampiran 2b Bahan Ajar-2 ... 115

Lampiran 2c Lembar Kerja Siswa-2 ... 118

Lampiran 2d Soal Evaluasi-2... 121

Lampiran 3a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-3 ... 122

Lampiran 3b Bahan Ajar-3 ... 131

Lampiran 3c Lembar Kerja Siswa-3 ... 134

Lampiran 3d Soal Evaluasi-3... 137

Lampiran 4a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-4 ... 138

Lampiran 4b Bahan Ajar-4 ... 147

Lampiran 4c Lembar Kerja Siswa-4 ... 148

Lampiran 4d Soal Evaluasi-4... 151

Lampiran 5 Instrumen Tes Pemahaman Konsep Awal ... 153

Lampiran 6 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 159

Lampiran 7 Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 166

Lampiran 8 Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 168


(12)

Lampiran 10 Validitas Tes Pemahaman Konsep Awal ... 174

Lampiran 11 Reliabilitas Tes Pemahaman Konsep Awal... 175

Lampiran 12 Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Awal ... 176

Lampiran 13 Daya Beda Tes Pemahaman Konsep Awal ... 177

Lampiran 14 Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika ... 178

Lampiran 15 Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika... 179

Lampiran 16 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika ... 180

Lampiran 17 Daya Beda Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika ... 181

Lampiran 18 Tabel Tes Pemahaman Konsep Awal Kelas Eksperimen.. 182

Lampiran 19 Tabel Tes Pemahaman Konsep Awal Kelas Kontrol ... 183

Lampiran 20 Tabel Hasil Pretes Kelas Eksperimen... 184

Lampiran 21 Tabel Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 185

Lampiran 22 Tabel Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 186

Lampiran 23 Tabel Hasil Postes Kelas Kontrol... 187

Lampiran 24 Statistik Deskriptif... 188

Lampiran 25 Uji LKS ... 196

Lampiran 26 Rubrik Penilaian Laporan Praktikum ... 197


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu mengenai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis melalui proses penemuan. IPA mempelajari segala sesuatu tentang alam: dari berbagai makhluk hidup hingga benda-benda mati: dari yang terdapat di perut bumi hingga luar angkasa: semuanya dipelajari di dalam IPA. (Sulaeman, 2007:iii). Oleh karena itu, IPA diprogramkan untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan tentang berbagai jenis lingkungan alam dan lingkungan buatan serta pemanfaatannya bagi kehidupan manusia. I Made Alit M, Jenins, Whitefield & Conant (dalam Zulfiani, dkk, 2009:46) menyatakan bahwa“IPA/Sains merupakan rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan dan dikembangkan dari hasil eksperimentasi atau observasi yang sesuai untuk eksperimentasi atau observasi berikutnya”. Melalui proses pembelajaran IPA, siswa diharapkan dapat memahami fenomena yang terjadi di alam sekitar, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi suatu produk yang bermanfaat.

Dalam praktik pendidikan sains, fisika merupakan salah satu cabang IPA yang memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami berbagai macam gejala alam, prinsip dan konsep IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran fisika di sekolah harus benar-benar dikelola dengan baik agar tujuan pembelajaran


(14)

2

dapat tercapai. Dalam proses pembelajaran IPA, khususnya fisika, belajar akan lebih bermakna manakala siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya (Amri & Ahmadi, 2010:21).

Sesuai dengan peraturan pemerintah dalam Badan Standar Nasional pendidikan (BSNP), yang menyatakan bahwa pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang sebagai pelajaran yang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan pertimbangan mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006:159). Fisika merupakan salah satu rumpun dari proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang disusun dalam kurikulum jenjang sekolah menengah. Fisika pada hakikatnya merupakan sebuah ilmu yang memerlukan pemahaman konsep dan model-model ilmiah yang dapat membuat pelajaran fisika menjadi menarik. Dengan begitu dalam proses pembelajaran fisika menekankan pemberian pengalaman langsung melalui kegiatan laboratorium maupun pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Situasi pembelajaran seperti ini akan menantang siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Menurut hasil penelitian dan penilaian menunjukkan bahwa pertama, OECD (2009) Indonesia berada pada diperingkat 22 dari 30 negara untuk kemampuan sains berdasarkan umur 12-14 tahun dengan presentase kurang dari 15%. Kedua, Pada tahun 2012, indonesia berada pada peringkat 121 di dunia dalam Human Development Index yang disusun oleh UNDP (United Nation Development Program) UNDP, 2013 (Sutama, dkk, 2014:3-4). (Sutama, dkk, 2014:3-4). Berdasarkan survei internasional Trends in International Mathematics


(15)

3

and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata Internasional. Hal ini dapat dilihat bahwa Indonesia pada tahun pada tahun 2007 berada di peringkat ke 35 dari 49 negara peserta dan pada tahun 2011 berada di peringkat 40 dari 45 negara peserta dengan memperoleh skor 406 masih jauh dari skor internasional yaitu 500. (Mulis, et al, 2012:55).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah seorang guru Fisika yang mengajar di kelas XI di SMA Negeri 1 Kuala, didapat bahwa proses pembelajaran di kelas masih cenderung berlangsung secara konvensional, pembelajaran yang didapat hanya disimpan dalam memori jangka pendek sehingga informasi tersebut mudah lenyap dan belajar menjadi tidak bermakna. Guru sama sekali tidak pernah menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa tertarik untuk belajar, guru hanya mengelompokkan siswa dan memberi soal untuk dikerjakan.

Guru juga sangat jarang menggunakan laboratorium dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah, dan guru belum optimal melakukan inovasi pembelajaran yang mampu mengakomodasi pembelajaran menuju keterampilan berpikir kritis dan guru hanya mentransfer pengetahuannya ke siswa tanpa membuat siswa paham akan konsep-konsep materi yang diterangkan oleh guru.

Penggunaan media pembelajaran yang di tampilkan melalui laptop tidak pernah diberikan oleh guru, ini di karenakan kurang pahamnya guru mengoperasikan laptop. Dengan masih kurangnya media pembelajaran yang di tampilkan melalui laptop dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, sehingga


(16)

4

siswa cenderung mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak dan menghapal konsep-konsep yang ada tanpa memahami konsep tersebut.

Selama ini guru tersebut hanya menilai hasil belajar siswa tanpa melihat kemana arah penilaiannya. Guru belum pernah melaksanakan penilaian mengenai pemahaman konsep kepada siswa, sehingga guru tersebut tidak tahu seberapa jauh siswa paham mengenai materi yang sudah di pelajari selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian yang mengarah ke dalam kemampuan berpikir kritis juga belum pernah di laksanakan oleh guru tersebut, siswa hanya di hadapkan kepada soal-soal yang di buat guru tanpa megarah ke dalam keterampilan berpikir kritis.

Kenyataan tersebut juga didukung oleh proses pembelajaran yang terjadi saat ini di sekolah. Proses pembelajaran lebih berorientasi pada upaya pengembangan dan menguji daya ingat siswa sehingga kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan mengingat. Selain itu, hal tersebut juga berakibat siswa terhambat dan sulit menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah yang lebih kompleks. Model pendidikan formal tersebut apabila terus dipertahankan akan berfungsi membunuh kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa karena lebih banyak mengedepankan aspek ingatan saja.

Selain minimnya pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan berpikir kritis terutama keterampilan berpikir kritis, pemahaman konsep fisika juga belum mendapat perhatian yang serius selama proses pembelajaran berlangsung. Pemahaman mengenai suatu konsep materi fisika tidak terlepas dari pemahaman konsep awal siswa tentang materi tersebut. Pemahaman konsep awal siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis fisika


(17)

5

karena pemahaman konsep awal merupakan ilmu atau konsep-konsep dari suatu materi dimana konsep tersebut dibutuhkan untuk melakukan rangkaian-rangkaian kegiatan pembelajaran siswa. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru seharusnya mengajak siswa untuk mengingat materi awal yang sudah dipelajari ketika siswa duduk di SMP, sehingga siswa bisa lebih mudah untuk mengaitkan dengan materi yang akan di pelajari di SMA. Rendahnya pemahaman konsep ini disebabkan oleh banyaknya miskonsepsi siswa. Suparno (2005:34) juga mengungkapkan di negara-negara maju selama dua dasa warsa terakhir menunjukkan bahwa salah satu sumber kesulitan belajar siswa adalah miskonsepsi siswa. Kebanyakan siswa secara konsisten mengembangkan konsep fisika yang salah, yang secara tidak sengaja terus-menerus mengganggu pelajaran fisika.

Pentingnya pemahaman konsep awal dan kemampuan berpikir kritis fisika yang sesuai dengan amanat kurikulum dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan kunci dalam pendidikan untuk memecahkan suatu permasalahan. Untuk itu, seharusnya dalam suatu proses pendidikan di sekolah, pendidikan seharusnya menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya secara optimal, sehingga pendidikan dapat mewujudkan diri dan fungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pentingnya keterampilan berpikir kritis juga terdapat dalam arahan program pendidikan. Menurut Fisher & Scriven (dalam Fisher 2009:10), “berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi”.


(18)

6

Berkaitan dengan uraian tersebut maka perlu dipikirkan cara pembelajaran untuk mengatasi permasalahan di atas. Salah satu pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep awal dan kemampuan berpikir kritisnya adalah Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL). POGIL menggunakan belajar dalam tim, menggunakan aktivitas guided inquiry (inkuiri terbimbing) untuk mengembangkan pengetahuan, pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis, memecahkan masalah, melaporkan, metakognisi, dan tanggung jawab individu (Hanson, 2006:3). Untuk mendukung lingkungan belajar berbasis penelitian, POGIL menggunakan tim pembelajaran, kegiatan inkuiri terbimbing untuk mengembangkan pemahaman, pertanyaan untuk mempromosikan kritis dan analitis berpikir, pemecahan masalah, pelaporan, metakognisi, dan tanggung jawab individu. Agar siswa memiliki keterampilan yang efektif maka setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing. Setiap tim terdiri dari manager, spokesperson, recorder, dan strategy analyst. Kegiatan pembelajaran POGIL melibatkan para siswa, mempromosikan restrukturisasi informasi dan pengetahuan, dan membantu siswa mengembangkan pemahaman dengan menggunakan siklus belajar dalam kegiatan inkuiri terbimbing. Siklus belajar terdiri dari tiga tahap atau fase: eksplorasi, penemuan konsep atau pembentukan, dan aplikasi. (Hanson, 2006:5).

Pembelajaran POGIL dapat dibantu dengan menggunakan media pembelajaran seperti video tutorial, animasi flash maupun yang lainnya sehingga mampu mempermudah guru dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Dimana POGIL yang menggunakan macromedia flash adalah pembelajaran


(19)

7

berpusat pada siswa yang bekerja dalam kelompok (disebut belajar dalam tim), yang menggunakan program aplikasi macromedia flash yang membuat ketertarikan siswa dalam belajar.

Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Melalui media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan (joyfull learning), misalnya siswa yang memiliki ketertarikan terhadap warna maka dapat diberikan media dengan warna yang menarik. Begitu juga halnya dengan siswa yang senang berkreasi selalu ingin menciptakan bentuk atau objek yang diinginkannya, siswa tersebut dapat diberikan media yang sesuai, seperti plastisin, media balok bangun ruang, atau diberikan media gambar lengkap dengan catnya (Susilana, 2009:25). Menurut Teguh (2006:2), “macromedia flash merupakan aplikasi interaktif dengan berbagai kelebihan. Beberapa faktor yang mendukung kepopuleran Flash sebagai sebuah aplikasi untuk keperluan desain dan animasi antara lain adalah memiliki format grafis berbasis vektor, kapasitas file hasil yang kecil, memiliki kemampuan tinggi dalam mengatur interaktivitas program, memiliki kelengkapan fasilitas dalam melakukan desain, dan sebagainya”. Dari penjelasan tersebut peneliti pun tertarik untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan POGIL menggunakan macromedia flash untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Proses kemampuan berpikir kritis fisika tidak terlepas dari pemahaman konsep awal siswa. Agar mampu berpikir kritis, maka siswa harus mempunyai pemahaman awal terhadap suatu konsep tertentu sehingga pemahaman konsep yang baik akan sangat menunjang kompetensi berpikir kritis siswa. Menurut Layng (2013:2), “pemahaman konsep berarti bahwa dalam proses pembelajaran,


(20)

8

siswa dibimbing untuk mengetahui sifat-sifat dari setiap contoh konsep”. Oleh karena itu, penanaman konsep yang mendalam perlu dilakukan sejak dini pada struktur kognitif siswa.

Berdasarkan hasil penelitian Barthlow, dkk (2011:254), “bahwa POGIL pedagogi mengakibatkan siswa mencapai skor yang lebih tinggi pada penilaian dari konsepsi alternatif di daerah PNM sekunder siswa kimia dibandingkan dengan siswa diajarkan menggunakan metode tradisional”. Robert Soltis, dkk (2015:1), “bahwa penggunaan strategi POGIL meningkatan kinerja siswa secara keseluruhan pada ujian, meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan memberikan pengaturan kelas interaktif. Simonson, dkk (2013:56), menunjukkan bahwa nilai ujian siswa meningkat sebagai hasil dari peningkatan kinerja pada pertanyaan yang membutuhkan pola berpikir tingkat tinggi seperti aplikasi dan analisis. Siswa menyatakan bahwa keterampilan mereka dalam pemecahan masalah dan berpikir kritis ditingkatkan dengan penggunaan strategi POGIL. Stacy D. Brown (2010:1), dimasukkannya gaya POGIL berdasarkan tim belajar latihan meningkatkan peringkat siswa, mendorong keterlibatan aktif selama waktu pembelajaran yang disediakan. Ningsih, dkk (2012:44), POGIL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Ngertini, dkk (2013:1), bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep dan literasi sains antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pengajaran langsung (Direct Instruction). Şen, dkk (2015:54), bahwa POGIL lebih unggul dari rancangan instruksi kimia tradisional pada keterampilan belajar mandiri siswa. Kurniawati, dkk (2014:36), bahwa


(21)

9

terdapat perbedaan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction, pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, penguasaan konsep siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, dan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional. Wahyudin, dkk (2010:58) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan macromedia flash dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa dalam pembelajaran fisika.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efek Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)

Menggunakan Macromedia Flash Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa SMA”

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat beberapa permasalahan yang diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran di kelas masih berlangsung secara konvensional. 2. Guru sangat jarang menggunakan laboratorium dalam proses

pembelajaran.

3. Penggunaan media pembelajaran juga masih kurang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.


(22)

10

4. Pembelajaran yang diajarkan belum mengarah kepada penilaian pemahaman konsep.

5. Pembelajaran yang diajarkan belum mengarah kepada penilaian kemampuan berpikir kritis.

6. Guru belum pernah mengenal Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL).

7. Guru sama sekali tidak pernah menggunakan model pembelajaran. 1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka dibuatlah suatu batasan masalah yaitu:

1. Pembelajaran yang digunakan adalah Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) menggunakan macromedia flash pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

2. Hal yang akan diteliti mengenai pemahaman konsep awal yang dimiliki oleh siswa.

3. Penelitian memfokuskan pada peningkatan kemampuan berpikir kritis fisika.

1.4 Rumusan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan sebagai dasar penelitian ini, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan berpikir kritis fisika yang dibelajarkan dengan POGIL menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional?


(23)

11

2. Apakah kemampuan berpikir kritis fisika pada kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata?

3. Apakah ada interaksi antara POGIL menggunakan macromedia flash dan pemahaman konsep awal dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk membandingkan kemampuan berpikir kritis fisika yang dibelajarkan dengan POGIL menggunakan macromedia flash dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Untuk membandingkan kemampuan berpikir kritis fisika pada kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata dengan kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata.

3. Untuk mengetahui interaksi antara POGIL menggunakan macromedia flash dan pemahaman konsep awal dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika.


(24)

12

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Guru, dapat memperbaiki kualitas pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika yang juga akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

2. Siswa, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika yang berdampak pada peningkatan hasil belajar fisika melalui kegiatan pembelajaran dengan POGIL menggunakan macromedia flash.

3. Sekolah, dapat memberikan sumbangan dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada mata pelajaran fisika.

1.7 Defenisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam pengertian yang dikehendaki pada penelitian ini, maka peneliti membuat defenisi operasional sebagai berikut:

1. POGIL yang menggunakan macromedia flash adalah pembelajaran berpusat pada siswa yang bekerja dalam kelompok (disebut belajar dalam tim), yang menggunakan program aplikasi macromedia flash yang dalam pelaksanaannya di bimbing oleh guru. Adapun tahapan dalam POGIL meliputi identifikasi kebutuhan untuk belajar, menghubungkan pengetahuan sebelumnya, eksplorasi, pemahaman dan pembentukan konsep, praktik mengaplikasikan pengetahuan, mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konsep baru, refleksi dalam proses. Penggunaan macromedia flash pada proses pembelajaran disajikan pada tahapan yang kedua yaitu menghubungkan pengetahuan sebelumnya.


(25)

13

2. Pemahaman konsep awal adalah kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa pada saat belajar materi tekanan di SMP. Dengan indikator dari pemahaman konsep awal meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

3. KemampuanBerpikir kritis fisikaadalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan tes kemampuan berpikir kritis yang meliputi interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, penjelasan, pengetahuan diri.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan : 1. Kemampuan berpikir kritis fisika yang dibelajarkan menggunakan POGIL

menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan data dari nilai rata-rata siswa, POGIL sebesar 69,98 dan untuk pembelajaran konvensional sebesar 36,57.

2. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa pada kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata. Hal ini dapat di tunjukkan dari data penelitian yaitu kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata sebesar 77,33 dan kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata sebesar 58,94.

3. Terdapat interaksi antara POGIL menggunakan macromedia flash dengan pemahaman konsep awal terhadap kemampuan berpikir kritis fisika siswa. POGIL dan pemahaman konsep awal saling mempengaruhi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika.


(27)

86

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memiliki beberapa saran dalam penerapan POGIL menggunakan macromedia flash sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan POGIL, untuk penentuan kelompok belajar sebaiknya membagi kelompok dengan baik, yaitu siswa yang memiliki nilai pretes lebih tinggi dibagi terhadap beberapa kelompok agar pada saat pembelajaran lebih efektif dan efisien.

2. Dalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya guru memperhatikan keadaan laboratorium atau kelas karena situasi lingkungan sangat mempengaruhi pengambilan data hasil praktikum.

3. Sebaiknya guru mengkombinasikan POGIL dengan strategi pembelajaran yang lebih efektif agar siswa yang kurang bahkan yang tidak terampil dapat mengikuti kegiatan pembelajaran.


(28)

87

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S., & Iif, K, Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anderson, O. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy For Learning Teaching And Assessing. New York: Addison Wesley Longman.

Ariati, E., 2010. Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Matematika Dan IPA. 5(1): 1-12.

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Barthlow, M. J., & Scott, B. W. 2011. The Effectiveness of Process-Oriented

Guided Inquiry Learning to Reduce Alternative Conceptions in Secondary Chemistry. Journal Of School Science and Mathematics, 114(5): 246-255. Brown, D. Stacy. 2010. A Process-Oriented Guided Inquiry Approach to

Teaching Medicinal Chemistry. Journal Of American Journal of Pharmaceutical Education, 74(7): 1-6.

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: BSNP.

Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Publisher.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Fauzia, L. A. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Diskusi Kelas terhadap Penurunan Miskonsepsi Siswa pada Pembelajaran Fisika SMA Materi IPBA. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). 04: 26-29.

Hane, E., N. 2007. Use of an inquiry-based approach to teaching experimental design concepts in a general ecology course. Teaching Issues and Experiments in Ecology, 5:1-19.

Hanson, M. D. 2006. Instructor’s Guide to Process-Oriented Guided Learning. Departement of Chemistery: Stony Book University.

Hasanah, A. 2004. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Berbasis Masalah yang Menekankan pada Representasi Matematik. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.


(29)

88

Jelantik, A. A. Ketut. 2015. Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional Panduan Menuju PKKS. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Joyce, Bruce. 2011. Model Of Teaching: Model-Model Pengajaran. Jogjakarta: Pustaka Belajar.

Kanginan, M. 2006. Fisika SMA Kelas XI A. Cimahi: Erlangga.

Kuhlthau, C. C., & Leslie, K. M,. Ann, K. C. 2007. Guided Inquiry Learning In The 21STCentury. America: Libraries Unlimitied.

Kurniawati, I. D., Wartono & M. Diantoro. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10: 36-46.

Layng. T. V. J. 2013. Understanding Concepts: Implications for Science Teaching. Mimio: Learning Science.

McGregor, D. 2007. Developing Thinking Developing Learning. Buckingham: Open University Press.

Mulis, Ina, V. S., Michael, O, Martin., Pierre, F., Alka, A. 2012. TIMSS 2012 International Results In Mathematics. Boston: TIMSS & PIRLS International Study Center.

Ngertini, N., & Sadia, M.Y. 2013. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Literasi Sains Siswa Kelas X Sma Pgri 1 Amlapura. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan. 4: 1-11.

Ningsih, S. M., Bambang, S., & A. Sopyan. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Unnes Physics Education Journal, 1(2): 44-52.

Ramadhan, Arief. 2004. Seri Pelajaran Komputer Macromedia Flash MX. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Şen, Ş., Ayhan, Y., & Ömer, G. 2015. The Effects Of Process Oriented Guided

Inquiry Learning Environment On Students’ Self-Regulated Learning Skills. Problems Of Education In The 21st Century, 66: 54-65.

Setiawan, T., Satutik, R., Hikmawati. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Science Technology And Society Dengan Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Viii Smpn 1 Labuapi Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Pijar MIPA. X: 64-68.


(30)

89

Simonson, S. R. 2013. Implementing Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) in Undergraduate Biomechanics: Lessons Learned by a Novice. Journal of STEM Education, 14(1): 56–62.

Susilana, R., & Cevi, R. 2009. MEDIA PEMBELAJARAN: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.

Soltis, R., Nathan, V., Nicholas, K., Ailey, C., Tiffany, T. 2015. Process-Oriented Guided Inquiry Learning Strategy Enhances Students’Higher Level Thinking Skills in a Pharmaceutical Sciences Course. American Journal of Pharmaceutical Education, 79(1): 1–8.

Sulaeman, M. 2007. IPA. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sutama, I. N., Ida, B. P. A., & Ida, B. J. S. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dan Kinerja Ilmiah Pada Pelajaran Biologi Kelas Xi Ipa Sma Negeri 2 Amlapura. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 4: 1-14.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suparno, P. 2005. Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik & Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.

Wahyono, T. 2006. Animasi Dengan Macromedia Flash 8. Jakarta: PT Gramedia. Wahyudin, S., & Isa, A. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia

Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6: 58-62. Winataputra, Udin, S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Wirawan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.

Zulfiani, Tonih, F., Kinkin, S. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.


(1)

2. Pemahaman konsep awal adalah kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa pada saat belajar materi tekanan di SMP. Dengan indikator dari pemahaman konsep awal meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

3. KemampuanBerpikir kritis fisikaadalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan tes kemampuan berpikir kritis yang meliputi interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, penjelasan, pengetahuan diri.


(2)

85 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan : 1. Kemampuan berpikir kritis fisika yang dibelajarkan menggunakan POGIL

menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan data dari nilai rata-rata siswa, POGIL sebesar 69,98 dan untuk pembelajaran konvensional sebesar 36,57.

2. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa pada kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata. Hal ini dapat di tunjukkan dari data penelitian yaitu kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata sebesar 77,33 dan kelompok siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di bawah rata-rata sebesar 58,94.

3. Terdapat interaksi antara POGIL menggunakan macromedia flash dengan pemahaman konsep awal terhadap kemampuan berpikir kritis fisika siswa. POGIL dan pemahaman konsep awal saling mempengaruhi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis fisika.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memiliki beberapa saran dalam penerapan POGIL menggunakan macromedia flash sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan POGIL, untuk penentuan kelompok belajar sebaiknya membagi kelompok dengan baik, yaitu siswa yang memiliki nilai pretes lebih tinggi dibagi terhadap beberapa kelompok agar pada saat pembelajaran lebih efektif dan efisien.

2. Dalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya guru memperhatikan keadaan laboratorium atau kelas karena situasi lingkungan sangat mempengaruhi pengambilan data hasil praktikum.

3. Sebaiknya guru mengkombinasikan POGIL dengan strategi pembelajaran yang lebih efektif agar siswa yang kurang bahkan yang tidak terampil dapat mengikuti kegiatan pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S., & Iif, K, Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anderson, O. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy For Learning Teaching And Assessing. New York: Addison Wesley Longman.

Ariati, E., 2010. Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Matematika Dan IPA. 5(1): 1-12.

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Barthlow, M. J., & Scott, B. W. 2011. The Effectiveness of Process-Oriented

Guided Inquiry Learning to Reduce Alternative Conceptions in Secondary Chemistry. Journal Of School Science and Mathematics, 114(5): 246-255. Brown, D. Stacy. 2010. A Process-Oriented Guided Inquiry Approach to

Teaching Medicinal Chemistry. Journal Of American Journal of Pharmaceutical Education, 74(7): 1-6.

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: BSNP.

Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Publisher.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Fauzia, L. A. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Diskusi Kelas terhadap Penurunan Miskonsepsi Siswa pada Pembelajaran Fisika SMA Materi IPBA. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). 04: 26-29.

Hane, E., N. 2007. Use of an inquiry-based approach to teaching experimental design concepts in a general ecology course. Teaching Issues and Experiments in Ecology, 5:1-19.

Hanson, M. D. 2006. Instructor’s Guide to Process-Oriented Guided Learning. Departement of Chemistery: Stony Book University.

Hasanah, A. 2004. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Berbasis Masalah yang Menekankan pada Representasi Matematik. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.


(5)

Jelantik, A. A. Ketut. 2015. Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional Panduan Menuju PKKS. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Joyce, Bruce. 2011. Model Of Teaching: Model-Model Pengajaran. Jogjakarta: Pustaka Belajar.

Kanginan, M. 2006. Fisika SMA Kelas XI A. Cimahi: Erlangga.

Kuhlthau, C. C., & Leslie, K. M,. Ann, K. C. 2007. Guided Inquiry Learning In The 21STCentury. America: Libraries Unlimitied.

Kurniawati, I. D., Wartono & M. Diantoro. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Instruction Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10: 36-46.

Layng. T. V. J. 2013. Understanding Concepts: Implications for Science Teaching. Mimio: Learning Science.

McGregor, D. 2007. Developing Thinking Developing Learning. Buckingham: Open University Press.

Mulis, Ina, V. S., Michael, O, Martin., Pierre, F., Alka, A. 2012. TIMSS 2012 International Results In Mathematics. Boston: TIMSS & PIRLS International Study Center.

Ngertini, N., & Sadia, M.Y. 2013. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Literasi Sains Siswa Kelas X Sma Pgri 1 Amlapura. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan. 4: 1-11.

Ningsih, S. M., Bambang, S., & A. Sopyan. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Unnes Physics Education Journal, 1(2): 44-52.

Ramadhan, Arief. 2004. Seri Pelajaran Komputer Macromedia Flash MX. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Şen, Ş., Ayhan, Y., & Ömer, G. 2015. The Effects Of Process Oriented Guided Inquiry Learning Environment On Students’ Self-Regulated Learning Skills. Problems Of Education In The 21st Century, 66: 54-65.

Setiawan, T., Satutik, R., Hikmawati. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Science Technology And Society Dengan Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Viii Smpn 1 Labuapi Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Pijar MIPA. X: 64-68.


(6)

Simonson, S. R. 2013. Implementing Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) in Undergraduate Biomechanics: Lessons Learned by a Novice. Journal of STEM Education, 14(1): 56–62.

Susilana, R., & Cevi, R. 2009. MEDIA PEMBELAJARAN: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.

Soltis, R., Nathan, V., Nicholas, K., Ailey, C., Tiffany, T. 2015. Process-Oriented

Guided Inquiry Learning Strategy Enhances Students’Higher Level

Thinking Skills in a Pharmaceutical Sciences Course. American Journal of Pharmaceutical Education, 79(1): 1–8.

Sulaeman, M. 2007. IPA. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Sutama, I. N., Ida, B. P. A., & Ida, B. J. S. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dan Kinerja Ilmiah Pada Pelajaran Biologi Kelas Xi Ipa Sma Negeri 2 Amlapura. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 4: 1-14.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suparno, P. 2005. Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik & Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.

Wahyono, T. 2006. Animasi Dengan Macromedia Flash 8. Jakarta: PT Gramedia. Wahyudin, S., & Isa, A. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia

Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6: 58-62. Winataputra, Udin, S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Wirawan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.

Zulfiani, Tonih, F., Kinkin, S. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.