NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM TORTOR MANGALEHEN GOAR PADA MASYARAKAT MANDAILING DI KABUPATEN LABUHAN BATU.

(1)

NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM TORTOR

MANGALEHEN GOAR PADA MASYARAKAT

MANDAILING DI KABUPATEN

LABUHAN BATU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Meja Hijau

Oleh:

ASRAMILASARI PANJAITAN

2123340005

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNUVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

ASRAMILASARI PANJAITAN, NIM 2123340005 Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing Di Kabupaten Labuhan Batu. Jurusan : Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Tari. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.2016

Penelitian ini membahas tentang Tortor Mangalehen Goar yang terdapat pada masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu bertujuan untuk mengetahui struktur penyajian dan nilai pendidikan moral yang terdapat dalam Tortor Mangalehen Goar.

Untuk membahas tujuan penelitian diatas, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti pengertian Mangalehen Goar, pengertian Tortor, dan Nilai Pendidikan Moral.

Waktu penelitian yang digunakan dalam membahas Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing Di Kabupaten Labuhan Batu selama 2 (dua) bulan yaitu pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2016. Tempat lokasi penelitian adalah dusun Padang Haloban Kecamatan Bilah Barat. Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Mandailing, tokoh-tokoh adat, dan peristiwa Mangalehen Goar. Analisis data pada penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Nilai Pendidikan Moral yang terdapat dalam Tortor Mangalehen Goar adalah nilai yang terkandung dalam ragam gerak tortor mangalehen goar adalah : Sesuatu nilai yang diinginkan yang dihargai, yang berguna, yang terkait dengan tanggung jawab baik terhadap orang lain maupun diri sendiri yang menjadi satu kebiasaan dalam suatu budaya khususnya masyarakat Mandailing. Pendidikan moral yang terdapat pada pelaku tortor

mangalehen goar adalah tanggung jawab terhadap sesama manusia, yaitu

tanggung jawab terhadap orang lain antara lain : a) Melindungi b) tolong menolong c) Menginspirasi d) tanpa pamrih dan tanggung jawab terhadap diri sendiri antara lain : a) terlindungi b) Terinspirasi c) Memenuhi d) mendukung.

Kata Kunci : Nilai, Pendidikan Moral, Tortor Mangalehen Goar, Masyarakat


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, penulis ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas perlindungan dan karunianya-Nya. Penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul “Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing Di Kabupaten Labuhan Batu” Terlintas dipikiran penulis adalah bagaimana mengangkat judul ini dengan tuntas dengan dukungan dan respon yang maksimal dari berbagai pihak. Dari tahapan-tahapan penelitian yang penulis kerjakan, akhirnya sungguh diluar dugaan. Dukungan mengalir untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada,

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni. 3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, Ketua Jurusan Sendratasik.

4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si, Ketua Program Studi PendidikanTari. 5. Dra. Rr. R.H.D.Nugrahaningsih, M.Si, Dosen Pembimbing skripsi I. 6. Iskandar Muda M.Sn, Dosen Pembimbing skripsi II.

7. Dra. Tuti Rahayu, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik

8. Dosen Staf pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada peneliti selama proses perkuliahan maupun ketika penelitian.

9. Orang tua penulis yang paling teristimewa yaitu Ayahanda Muhammad Rojali Panjaitan dan Ibunda Asro Rambey, S.Pd yang telah memberikan kasih sayang, serta dukungan baik secara moral maupun material, dalam menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan. Abang tercinta


(8)

iii

Muhammad Aspan Tarnando Panjaitan, S.E dan adik kesayangan Asliansyah Putra Panjaitan yang selalu mendoakan dan membantu penulis.

10. Amir Harahap, pengarah dan narasumber yang dengan suka rela memberikan informasi kepada penulis dalam penelitian, Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing Di Kabupaten Labuhan Batu. 11. M. Arjunsyahputra Harahap, terima kasih atas motivasi, support dan kasih

sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

12. Sonang Rambe sebagai narasumber yang banyak memberikan informasi tentang Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing Di Kabupaten Labuhan Batu dan seluruh masyarakat Mandailing yang ada di Dusun Padang Haloban Kecamatan Bilah Barat, yang banyak membantu penulis dalam mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan.

13. Ajar, Muna, Usi, Kiteng (ali), Kiki, Nurul, dan Cekdam’s teman-teman satu kos yang memberikan support dan doa yang telah diberikan. Semangat dan dukungan kepada penulis dari Arvika, Vivi, Nisa, Rindi, Fika, Cici, Mak Yudi sehingga bersama-sama menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Medan. Teman-teman Seni Tari Stambuk 2012 lainnya yang banyak memberikan semangat, motivasi ,dukungan, doa dan rela memberikan informasi kepada penulis selama peneltian ini berlangsung.

Akhir kata penulis mengucapkan syukur, terima kasih dan sangat berharap menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan tulisan pada Skripsi ini ke depan hari.

Medan, 2016 Penulis,

Asramilasari Panjaitan NIM. 2123340005


(9)

iv DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... .5

C. Pembatasan Masalah ... ...5

D. Rumusan Masalah ... ...6

E. Tujuan Penelitian ... ...7

F. Manfaat Penelitian ... ...7

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL ... 9

A. Landasan Teoritis ... ...9

1. Pengertian Mangalehen Goar ... ...9

2. Pengertian Tortor ... ...10

3. Nilai Pendidikan Moral ... ...11

4. Pengertian Struktur ... 12

B. Kerangka Konseptual ... ...13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... ...16

B. Populasi Dan Sampel ... ...16

C. Teknik Pengumpulan Data ... ...17


(10)

v

2. Observasi ... ...20

3. Wawancara ... ...21

4. Dokumentasi ... 22

E. Teknik Analisis Data ... ...22

BAB IV PEMBAHASAN ... 23

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 23

1. Letak Geografis ... 23

2. Masyarakat Mandailing ... 25

a. Sistem Kekerabatan Masyarakat Mandailing ... 25

b. Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Mandailing ... 29

c. Sistem kepercayaan Masyarakat Mandailing ... 29

d. Upacara Adat ... 30

B. Upacara Mangalehen Goar ... 31

a). Tahapan Dalam Upacara Mangalehen Goar ... 32

b). Isi Cerita Tortor Mangalehen Goar ... 35

C. Struktur Penyajian Tortor Mangalehen Goar ... 37

a). Ragam Gerak Tortor Mangalehen Goar ... 37

b) Tortor Mangalehen Goar... 44

D. Nilai pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar... 47

1. Tanggung Jawab Terhadap Orang Lain ... 47

a). Melindungi ... 47

b). Tolong Menolong... 47

c). Menginspirasi ... 47

d). Tanpa Pamrih ... 48

2. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri ... 48

a). Terlindungi ... 48

b). Terinspirasi ... 48

c). Memenuhi ... 48


(11)

vi

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Batas wilayah Kabupaten Labuhan Batu... 24

Tabel 4.2. Tahapan Penyajian Upacara Mangalehen Goar ... 32

Tabel 4.3. Struktur Penyajian Tortor Mangalehen Goar ... 37


(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 15

Gambar 4.1. Kepala kerbau syarat Mangalehen Goar ... 32

Gambar 4.2. Rancangan pemberian gelar kepada pengantin ... 32

Gambar 4.3. Mangido izin tu Harajaon aso Manortor ... 33

Gambar 4.4. Manortor ... 33

Gambar 4.5. Kata Sambutan Hatobangon ... 34

Gambar 4.6. Kata Sambungan Harajaon ... 34

Gambar 4.7. Mangalehen Goar ... 35

Gambar 4.8. Tortor Mangalehen Goar oleh Harajaon ... 45

Gambar 4.9. Tortor Mangalehen Goar oleh Kahanggi ... 45

Gambar 4.10. Tortor Mangalehen Goar oleh Mora ... 46


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumatera Utara merupakan salah satu pulau besar yang terletak di sebelah Barat Indonesia dan memiliki suku yang berbeda-beda serta bahasa yang beragam. Salah satu daerah yang menjadi bagian dari Sumatera Utara adalah Kabupaten Labuhan Batu, dengan mayoritas suku Mandailing. Salah satunya desa Padang Haloban kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu. Edi Nasution (2012 : 1) “Mengatakan bahwa Mandailing merupakan bagian dari Suku Batak, namun pihak lainnya berpendapat bahwa Mandailing merupakan kelompok masyarakat yang berbeda. Hal ini terlihat dari perbedaan sistem sosial, asal usul, dan kepercayaan”. Setiap suku memiliki upacara adat masing-masing, tidak terkecuali pada masyarakat Mandailing memiliki upacara adat tersendiri, salah satu dari upacara adat di mandailing adalah upacara Mangalehen Goar dan dilakukan dengan manortor.

Tortor yang dilaksanakan dalam upacara adat perkawinan masyarakat

Mandailing memiliki struktur atau urutan susunan panortor, dalam arti ketika

Horja sedang berlangsung tidak sembarangan dalam menyusun urutan panortor

dan pangayapi. Urutan tersesbut telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu pada masyarakat Mandailing sudah dikenal sejak berabad-abad lalu dan terus dilestarikan hingga sekarang. Semua tata cara kehidupan masyarakat Mandailing telah diatur sedemikian rupa dan tidak dapat dilepaskan dari sistem kekerabatan Dalihan Na


(15)

2

Tolu. Sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu begitu kental tercermin pada setiap

kegiatan yang dilaksanakan masyarakat Mandailing mulai dari: (a) Horja Siulaon (Upacara Adat Berkarya) (b) Horja Siluluton (Upacara Adat Kematian) (c)

Hasosorang ni Daganak (Upacara Adat Kelahiran) (d) Haroan Boru (Upacara

adat Perkawinan) jadi dari keempat upacara adat tersebut tortor mangalehen goar dilaksanakan ketika Horja Siriaon pada upacara adat dan perkawinan. Struktur penyajian Tortor Mangalehen Goar mematuhi aturan dan norma yang diatur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, yang terdiri dari Kahanggi (yaitu saudara dari pihak ayah laki-laki), Mora (yaitu pihak dari keluarga isteri atau keluarga pemberi anak perempuan), dan Anak Boru (yaitu pihak keluarga yang mengambil isteri atau keluarga penerima anak perempuan). Bahwa dalam setiap susunan urutan Panortor haruslah disusun dalam sistem kekerabatan Dalihan Na

Tolu.

Keberadaan Tortor Mangalehen Goar ini masih sering diadakan di masyarakat Mandailing Kabupaten Labuhan Batu hingga sekarang, keberadaan

tortor ini dilaksanakan pada saat upacara adat. Bagi masyarakat Mandailing tortor mangalehen goar seringkali ditampilkan pada upacara adat perkawinan (haroan boru) upacara adat tersebut seperti menyambut menantu perempuan. Dalam setiap

penyajiannya tortor mangalehen goar selalu diiringi dengan alat musik tradisional Mandailing seperti gondang, suling, tali sasayat, doal, dan ogung terlihat dari sering diadakannya dalam pesta perkawinan (haroan boru) dan tortor mangalehen


(16)

3

Sama halnya seperti suku-suku lain yang terdapat di Indonesia, suku Mandailing juga mempunyai berbagai macam kesenian yang menyertai upacara adat. Kesenian dan upacara adat yang beragam ini merupakan warisan leluhur masyarakat Mandailing yang diwariskan secara turun temurun. Salah satu upacara adat suku Mandailing adalah Mangalehen Goar. Mangalehen Goar atau memberi gelar adat adalah memberikan gelar kebangsawanan seperti sutan atau baginda kepada pengantin laki-laki, karena memiliki hubungan sebagai keluarga kerajaan yang mempunyai gelar adat di Mandailing, yang pelaksanaannya dilakukan dengan manortor sehingga tortor tersebut disebut tortor mangalehen goar. Gelar yang diberikan biasanya sesuai dengan gelar yang dimiliki oleh kakek dari pengantin laki-laki. (Wawancara dengan Bapak Amir Harahap sebagai narasumber 13 Maret 2016).Upacara ini memiliki beberapa syarat dan tahap-tahap dalam pelaksanaannya, antara lain mangkoyok horbo yang artinya memotong kerbau, panaek gondang yang artinya menaikkan gendang, serta manortor. Demikian juga dalam Tortor Mangalehen Goar memiliki tahapan-tahapan atau urutan-urutan pelaksanaannya

Tortor dalam kehidupan masyarakat Mandailing konteks adat, di iringi

oleh gondang dan onang-onang. Setiap orang yang hadir dalam upacara adat tersebut dapat manortor dan mengambil bagian di dalamnya, diartikan sebagai bentuk penghargaan dan rasa persaudaraan yang erat (solkot) para tamu kepada tuan rumah atau orang yang di beri gelar. Selain panortor ada pula yang disebut sebagai paronang-onang (penyair). Paronang-onang dalam Tortor Mangalehen Goar berfungsi untuk membacakan kisah si panortor atau orang yang manortor


(17)

4

pada saat itu. Paronang-onang berada pada posisi di belakang atau di samping

panortor.

Pada upacara perkawinan (haroan boru) bagi keluarga yang berasal dari keluarga raja-raja, wajib melaksanakan acara mangalehen goar yang, disampaikan dengan manortor, sehingga tortor tersebut dinamakan tortor Mangalehen Goar. Tidak semua masyarakat Mandailing yang melaksanakan perkawinan menyertakan tortor mangalehen goar menjadi bagian adat yang dijalankan. Hanya jika berasal dari keturunan raja-raja seperti sutan atau baginda, yang boleh dan wajib melaksanakan acara adat Mangalehen Goar yang disampaikan dengan

manortor.

Menurut Nugriyantoro (dalam Rahman 2007 : 13) kata moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral merupakan ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia dengan dasar-dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi manusia. Sedangkan Piaget dan Kohlberg (dalam Adisusilo 2014 : 2) beranggapan bahwa perilaku moral hanya memiliki nilai moral jika perilaku itu dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional, atas dasar kemauan sendiri secara sadar sebagai implikasi dari pemahaman atas nilai-nilai yang dipelajari sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis memilih Tortor Mangalehen Goar sebagai topik kajian untuk dituliskan dalam bentuk skripsi dengan judul penelitian “Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing Di Kabupaten Labuhan Batu”.


(18)

5

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berasal dari uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah yang akan diteliti dan lingkup permasalahan yang lebih luas. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah serta mencakup masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Menurut pendapat Hadeli (dalam Jwita 2014 : 8) mengatakan bahwa : “Identifikasi masalah adalah situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan dan lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan”. Berdasarkan pendapat di atas serta melihat latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana Keberadaan Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu?

2. Bagaimana Struktur Penyajian Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu?

3. Bagaimana Nilai Pendidikan moral dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah tadi untuk mempersingkat cakupan keterbatasan waktu, dana, kemampuan penulis, lalu penulis mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan


(19)

6

pendapat Sukardi (2003 : 30) yang mengatakan bahwa “dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung kepada kesenangan peneliti. Oleh karena itu, perlu hati-hati dan jeli dan mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas”.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masal di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Struktur Penyajian Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu?

2. Bagaimana Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu?

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban. Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Struktur Penyajian Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu?


(20)

7

2. Bagaimana Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu?

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, pada umumnya pasti mempunyai tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu tujuan tertentu yang jelas maka kagiatan tersebut tidak dapat terarah karena tidak tahu apa yang ingin dia capai dari kegiatan yang dilaksanakan terlihat pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan Sruktur Penyajian Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu.

2. Mendeskripsikan Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pengembangan sebuah teori, baik untuk kepentingan pengembangan teori itu sendiri maupun untuk kepentingan praktis didalam masyarakat (Achmadi 2001 : 10). Sebuah penelitian diharapkan dapat menanamkan kesadaran, dan membangkitkan keinginan pada generasi muda.

Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat seperti berikut ini:


(21)

8

1. Sebagai bahan informasi bagi pembaca.

2. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen

Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya bidang pendidikan tari.

4. Sebagai motivasi kepada masyarakat khususnya generasi muda masyarakat Mandailing sebagai satu-satunya pewaris budaya bangsa untuk terus melestarikan kesenian Mandailing khususnya pada Tortor

Mangalehen Goar.

5. Sebagai bahan perbandingan bagi penulis yang berminat melakukan penelitian, mengenai Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen

Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu ini lebih


(22)

50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang sudah dilakukan di lapangan dan berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan mulai dari latar belakang sampai dengan pembahasan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dari keseluruhan hasil penelitian terhadap tortor mangalehen goar pada masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu.

1. Mangalehen Goar atau memberi gelar adat adalah memberikan gelar kebangsawanan seperti Sutan atau Baginda kepada pengantin laki-laki, karena memiliki hubungan sebagai keluarga kerajaan yang mempunyai gelar adat di Mandailing, yang pelaksanaannya di lakukan dengan

Manortor sehingga Tortor tersebut di sebut Tortor Mangalehen Goar.

2. Struktur Penyajian Tortor Mangalehen Goar mematuhi aturan-aturan

panortor yang di atur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu yang

terdiri dari Kahanggi, Mora dan Anak Boru

3. Tortor Mangalehen Goar hanya bisa dilaksanakan apabila sudah mengadakan sidang adat semua unsur-unsur (lembaga-lembaga) adat diundang, baik yang ada di huta (kampung) tersebut maupun yang ada diluar huta, seperti Raja-rajaTorbing Balok, Raja-raja dari desa na walu dan Raja Panusunan.


(23)

51

5. Dalam pelaksanaan Mangalehen Goar selalu harus menjunjung sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu yang terdiri dari Mora, Kahanggi, dan Anak

Boru. Ketiga sistem kekerabatan tersebut adalah unsur terpenting dalam

setiap kegiatan Tortor pada masyarakat mandailing dilaksanakan.

6. Nilai pendidikan Moral yang terkandung dalam Tortor Mangalehen Goar adalahbagian-bagian ragam gerak yang menjadikan nilai dalam manortor menjadi bermakna seperti halnya teori dari Sutarjo Adisusilo yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai dan bagian-bagian dari orang yang memiliki peran dalam tortor mangalehen goar teori dari Dharma Kesuma mencakup tanggung jawab terhadap sesama manusia, yaitu tanggung jawab terhadap orang lain antara lain : a) Melindungi b) tolong menolong c) Menginspirasi d) tanpa pamrih dan tanggung jawab terhadap diri sendiriantara lain : a) terlindungi b) Terinspirasi c) Memenuhi d) mendukung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan diatas, maka penulis dapat memberi beberapa saran, antara lain sebagai berikut :

1. Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka peneliti berharap sangat besar kepada masyarakat Mandailing yang berada di Dusun Padang Haloban Kabupaten Labuhan Batu ataupun yang berada di daerah lain, agar tetap menjaga dan melaksanakan macam-macam Tortor , sehingga tidak begitu saja hilang karena terkikis oleh kebudayaan modern.


(24)

52

2. Diharapkan kepada Masyarakat Mandailing tetap melaksanakan Tortor

Mangalehen Goar, tanpa menghilangkan aturan-aturan adat yang berlaku.

3. Dengan penelitian ini juga sangat diharapkan agar Tortor Mangalehen

Goar tetap trerlaksana, sehingga tidak mengurangi makna yang


(25)

53

DAFTAR PUSTAKA

Adisutarjo, Susilo.2014. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta : Rajawali Pers.

Avena Matondang.2011. Tek-tek Ni Gondang Somba Mula Ni Tor-tor, visual

etnograf musical Batak-Mandailing.

Dalimunthe, Deni Eva Masida.2012. Tortor Pada Upacara Adat Perkawinan

Masyarakat Tapanuli Selatan. Skripsi, FBS Universitas Negeri

Medan.

Jwita, Eva.2014. Bentuk dan Makana Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing

di Desa Aek Bayur Padang Sidempuan. Skripsi, FBS Universitas

Negeri Medan.

Kesuma, Dharma.2011. Pendidikan Karakter. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nasution, Pandapotan.2005. Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman.

Prov.Sum.Utara : FORKALA SU.

Nova, Elpawati Tampubolon.2007. Peranan Onang-onang dalam Upacara

Perkawinan adat Nagodang pada Masyarakat Angkola di Bunga Bondar Sipirok. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan.

Nugrahaningsih, RHD dan Adlin Nasution, Dilinar.2014. Tortor Mandailing dan

Pengembangannya. Medan : Unimed Press.

Nurani, Cut.2004. Permukiman Suku Batak Mandailing. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Pohan, Fitriani.2012. Tortor Tepak Pada Upacara Adat Perkawinan Horja

Godang Masyarakat Mandailing di Labuhan Batu. Skripsi, FBS

Universitas Negeri Medan.

Purba dan Yusnadi.2013. Filsafat Pendidikan. Medan : Unimed Press.

Rahman, Abdul.2007. Analisis Nilai-nilai Moral Dalam Sastra Anak Pada Surat

Kabar Harian Kompas Edisi Maret 2013. Skripsi, FBS Universitas

Negeri Medan.

Roisyah, Sheila.2014. Interaksi Simbol Namora Pule Dalam Upacara Horja

Godang Haroan Boru Pada Masyarakat Angkola di Desa Aek Bayur Padang Sidempuan. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan


(26)

54

Sari, Putri Norma.2015. Makna Tortor Daganak Tubu Pada Masyarakat Angkola

di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan.

Soehartono, Irawan.2004. Metode Penelitian Sosial. PT.Remaja rosdakarya.Bandung

(https://hindualukta.blogspot.co.id/2010/01/proposal-penelitian-lengkap.html?m=1)

(https://april04thiem.wordpress.com/2010/11/12/studi-kepustakaan). (https://id.m.wikipedia.org/wiki/suku_mandailing).

(mardilis.blogspot.co.id/2015/05/metode-penelitian-kerangka-konseptual.html?m=1)

(nursalam.www.sarjanaku-com/2012/01/pengertian-populasi-sampel-dan-sampling.html)

(http://sukardi.blogspot.co.id/2012/05/penelitian-dan-perumusan-masalah-dalam.html?m=1)


(1)

1. Sebagai bahan informasi bagi pembaca.

2. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya bidang pendidikan tari.

4. Sebagai motivasi kepada masyarakat khususnya generasi muda masyarakat Mandailing sebagai satu-satunya pewaris budaya bangsa untuk terus melestarikan kesenian Mandailing khususnya pada Tortor Mangalehen Goar.

5. Sebagai bahan perbandingan bagi penulis yang berminat melakukan penelitian, mengenai Nilai Pendidikan Moral Dalam Tortor Mangalehen Goar Pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu ini lebih lanjut.


(2)

50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang sudah dilakukan di lapangan dan berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan mulai dari latar belakang sampai dengan pembahasan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dari keseluruhan hasil penelitian terhadap tortor mangalehen goar pada masyarakat Mandailing di Kabupaten Labuhan Batu.

1. Mangalehen Goar atau memberi gelar adat adalah memberikan gelar kebangsawanan seperti Sutan atau Baginda kepada pengantin laki-laki, karena memiliki hubungan sebagai keluarga kerajaan yang mempunyai gelar adat di Mandailing, yang pelaksanaannya di lakukan dengan Manortor sehingga Tortor tersebut di sebut Tortor Mangalehen Goar. 2. Struktur Penyajian Tortor Mangalehen Goar mematuhi aturan-aturan

panortor yang di atur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu yang terdiri dari Kahanggi, Mora dan Anak Boru

3. Tortor Mangalehen Goar hanya bisa dilaksanakan apabila sudah mengadakan sidang adat semua unsur-unsur (lembaga-lembaga) adat diundang, baik yang ada di huta (kampung) tersebut maupun yang ada diluar huta, seperti Raja-rajaTorbing Balok, Raja-raja dari desa na walu dan Raja Panusunan.


(3)

5. Dalam pelaksanaan Mangalehen Goar selalu harus menjunjung sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu yang terdiri dari Mora, Kahanggi, dan Anak Boru. Ketiga sistem kekerabatan tersebut adalah unsur terpenting dalam setiap kegiatan Tortor pada masyarakat mandailing dilaksanakan.

6. Nilai pendidikan Moral yang terkandung dalam Tortor Mangalehen Goar adalahbagian-bagian ragam gerak yang menjadikan nilai dalam manortor menjadi bermakna seperti halnya teori dari Sutarjo Adisusilo yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai dan bagian-bagian dari orang yang memiliki peran dalam tortor mangalehen goar teori dari Dharma Kesuma mencakup tanggung jawab terhadap sesama manusia, yaitu tanggung jawab terhadap orang lain antara lain : a) Melindungi b) tolong menolong c) Menginspirasi d) tanpa pamrih dan tanggung jawab terhadap diri sendiriantara lain : a) terlindungi b) Terinspirasi c) Memenuhi d) mendukung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan diatas, maka penulis dapat memberi beberapa saran, antara lain sebagai berikut :

1. Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka peneliti berharap sangat besar kepada masyarakat Mandailing yang berada di Dusun Padang Haloban Kabupaten Labuhan Batu ataupun yang berada di daerah lain, agar tetap menjaga dan melaksanakan macam-macam Tortor , sehingga tidak begitu saja hilang karena terkikis oleh kebudayaan modern.


(4)

52

2. Diharapkan kepada Masyarakat Mandailing tetap melaksanakan Tortor Mangalehen Goar, tanpa menghilangkan aturan-aturan adat yang berlaku. 3. Dengan penelitian ini juga sangat diharapkan agar Tortor Mangalehen

Goar tetap trerlaksana, sehingga tidak mengurangi makna yang terkandung dalam Tortor Mangalehen Goar.


(5)

53

DAFTAR PUSTAKA

Adisutarjo, Susilo.2014. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta : Rajawali Pers.

Avena Matondang.2011. Tek-tek Ni Gondang Somba Mula Ni Tor-tor, visual etnograf musical Batak-Mandailing.

Dalimunthe, Deni Eva Masida.2012. Tortor Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Tapanuli Selatan. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan.

Jwita, Eva.2014. Bentuk dan Makana Ende Sitogol Pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padang Sidempuan. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan.

Kesuma, Dharma.2011. Pendidikan Karakter. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nasution, Pandapotan.2005. Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman.

Prov.Sum.Utara : FORKALA SU.

Nova, Elpawati Tampubolon.2007. Peranan Onang-onang dalam Upacara Perkawinan adat Nagodang pada Masyarakat Angkola di Bunga Bondar Sipirok. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan.

Nugrahaningsih, RHD dan Adlin Nasution, Dilinar.2014. Tortor Mandailing dan Pengembangannya. Medan : Unimed Press.

Nurani, Cut.2004. Permukiman Suku Batak Mandailing. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Pohan, Fitriani.2012. Tortor Tepak Pada Upacara Adat Perkawinan Horja Godang Masyarakat Mandailing di Labuhan Batu. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan.

Purba dan Yusnadi.2013. Filsafat Pendidikan. Medan : Unimed Press.

Rahman, Abdul.2007. Analisis Nilai-nilai Moral Dalam Sastra Anak Pada Surat Kabar Harian Kompas Edisi Maret 2013. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan.

Roisyah, Sheila.2014. Interaksi Simbol Namora Pule Dalam Upacara Horja Godang Haroan Boru Pada Masyarakat Angkola di Desa Aek Bayur Padang Sidempuan. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan


(6)

54

Sari, Putri Norma.2015. Makna Tortor Daganak Tubu Pada Masyarakat Angkola di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi, FBS Universitas Negeri Medan.

Soehartono, Irawan.2004. Metode Penelitian Sosial. PT.Remaja rosdakarya.Bandung

(https://hindualukta.blogspot.co.id/2010/01/proposal-penelitian-lengkap.html?m=1)

(https://april04thiem.wordpress.com/2010/11/12/studi-kepustakaan). (https://id.m.wikipedia.org/wiki/suku_mandailing).

(mardilis.blogspot.co.id/2015/05/metode-penelitian-kerangka-konseptual.html?m=1)

(nursalam.www.sarjanaku-com/2012/01/pengertian-populasi-sampel-dan-sampling.html)

(http://sukardi.blogspot.co.id/2012/05/penelitian-dan-perumusan-masalah-dalam.html?m=1)