SUMBANGAN PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENGRAJIN KAIN SONGKET TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TANJUNG PINANG 1 KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN TAHUN 2008

(1)

ABSTRAK

SUMBANGAN PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENGRAJIN KAIN SONGKET TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH

TANGGA DI DESA TANJUNG PINANG 1 KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR

SUMATERA SELATAN TAHUN 2008

Oleh Yulaini

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pendapatan kepala rumah tangga dan tingginya kebutuhan hidup, sehingga perlu adanya sumbangan dari anggota rumah tangga yang lain. Ibu rumah tangga pengrajin kain songket selain bertugas sebagai ibu dalam rumah tangga namun juga berperan dalam membantu meningkatkan ekonomi rumah tangga.

Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui : (1). Berapa besar sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatan rumah tangga (2). Berapa besar pengeluaran rumah tangga pengrajin kain songket (3). Apakah kebutuhan pokok minimum rumah tangga pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 terpenuhi (4). Berapa besar perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dengan pendapatan kepala rumah tangga.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket sebanyak 62 ibu rumah tangga dari 124 populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsional Random Sampling Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dan menggunakan kuesioner dan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait . Analisi data menggunakan persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : Besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajian kain songket terhadap pendapatan total rumah tangga yaitu sebesar 54,05%, besarnya rata-rata pengeluaran rumah tangga perbulan sebesar


(2)

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga pembangunan bidang ekonomi merupakan bidang yang paling penting untuk meningkatkan tarap hidup dan kesejahteraan rakyat. Bidang ekonomi menjadi dinamisator perubahan yaitu berjalan di muka dan menggerakkan perkembangan bidang-bidang lain.

Berdasarkan data BPS pada tahun 2007, sebagian besar penduduk Indonesia masih mengandalkan perekonomian di bidang pertanian, di mana masih sekitar 44 persen penduduk Indonesia bekerja pada sektor tersebut. Oleh karena itu sektor pertanian masih mendapatkan prioritas dalam pengalokasian anggaran pembangunan. Namun dalam proses pertumbuhan secara keseluruhan, peranan di sektor ini semakin merosot, terutama dalam hal kesempatan kerja. Sehingga kesempatan kerja berpindah dari sektor pertanian ke luar pertanian. Faktor penting lain yang berada dibalik pergeseran stuktur perekonomian adalah pertumbuhan sektor industri.

Menurut BPS (1996 : vii) Sektor industri mencakup industri besar (jumlah tenaga kerja 100 orang ke atas), industri sedang atau menengah (jumlah tenaga kerja


(4)

kerajinan rumah tangga atau kerajinan rakyat (jumlah tenaga kerjanya kurang dari 5 orang)

Aspek terpenting yang melekat pada industri kecil dan industri rumah tangga adalah kedua industri ini besar peranannya dalam mengatasi persoalan kemiskinan di Indonesia. Industri kecil dan rumah tangga merupakan salah satu bentuk industri yang paling banyak terdapat di pedesaan. Tumbuhnya sektor baru di pedesaan, yaitu kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga merupakan salah satu potensi penting dalam sistem perekonomian pedesaan sekaligus sebagai alternatif bagi pemecahan masalah kurangnya kesempatan kerja di pedesaan, terutama di sektor pertanian yang semakin surut. Disamping berperan dalam penyediaan lapangan kerja, industri kecil dan industri rumah tangga juga berperan meningkatkan ekonomi masyarakat.

Salah satu industri kerajinan rumah tangga adalah industri kerajinan kain songket. Kain songket adalah kain yang biasanya dipakai atau dikenakan sebagai pembalut bagian bawah pakaian wanita. Biasanya kain songket ini berteman dengan kemban atau selendang. Kain songket biasanya dipakai pada waktu tertentu pada saat perayaan pernikahan. Kain songket merupakan kain warisan tradisional dari nenek moyang masyarakat Sumatera Selatan. Bahan baku kain songket ada berbagai jenis benang seperti benang sutra, benang emas atau perak dan bahan pewarna. Benang emas yang dipakai ada tiga jenis, yaitu benang emas cabutan, benang emas sartibi dan benang emas bangkok. Proses pembuatan kain songket meliputi mencelup benang, sebelum dicelup benang perlu dibersihkan lalu


(5)

dimasukan ke dalam pewarna, benang kemudiannya dikeringkan dan dililit dengan mengunakan alat berupa pemutar rahat, proses selanjutnya yaitu membuat benang loseng yang diregang di alat penenun, benang digulung dengan mengunakan sekeping papan loseng. Setelah itu mengait benang, benang dimasukan ke dalam gigi atau sikat jentera, dua urat benang loseng di kaitkan melalui setiap calah gigi jentera. Selanjutnya mengarak benang, karak dibuat dengan benang lain yang digulung. Benang loseng berangka genap dan ganjil akan diangkat turun naik secara berselang seli ketika menenun, selanjutnya menyongket benang, proses ini dilakukan menggunakan alat yang sebut lidi dengan menyongketkan benang loseng sebanyak tiga atau lima lembar sebelum diikat melalui proses ikat butang, baru setelah itu menenun dengan cara mengunakan alat torak yang diisi dengan benang pakan atau benang emas, dimasukkan ke kiri dan kanan di celah benang loseng mengikut corak yang ditentukan hingga menjadi sekeping kain. Kain yang sudah siap ini dipotong mengikuti ukuran.

Tenaga kerja pada usaha kerajinan kain songket ini adalah tenaga kerja wanita yang mayoritas ibu rumah tangga. Menurut Edy Bastari (1996 : 19) tugas pokok seorang ibu rumah tangga adalah memelihara rumah tangganya, mengatur, berusaha dengan sepenuh hati agar keluarga sebagai sendi masyarakat akan berdiri dengan tegak, megah, aman, tentram, dan sejahtera hidup berdampingan di dalam kehidupan masyarakat ramai. Pekerjaan menenun songket yang dilakukan oleh ibu rumah tangga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga guna memenuhi pengeluaran hidup anggota rumah tangga.


(6)

Ampera, Sungai Musi dan makananya seperti pempek, model dan tekwan. Kain Songket Palembang merupakan salah satu buah tangan yang dapat dibawah dari Kota Palembang. Di Kecamatan Tanjung Batu ada 4 desa penghasil kain songket, keempat Desa itu adalah Desa Tanjung Laut, Desa Tanjung Pinang 1, Desa Tanjung Pinang 2 dan Desa Limbang Jaya. Pekerjaan menenun bagi masyarakat di Kecamatan Tanjung Batu merupakan pekerjaan yang turun temurun diwariskan oleh orang-orang terdahulu.

Di Desa Tanjung Pinang 1 terdapat 124 orang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket. Ibu rumah tangga pengrajin kain songket tidak menggunakan modal sendiri. Ibu rumah tangga pengrajin kain songket melakukan pekerjaan menenunnya dengan mengambil upahan dari pemilik modal atau pemasok kain songket, namun apa bila pengrajin tidak menerima upahan dari pemasok kain songket, pengrajin akan tetap melakukan pekerjaan menenunnya dengan cara mengutang benang pada pihak lain, dan setelah kain songket terjual, pengrajin baru melunasi hutangnya. Biasanya pengrajin menjual kain songket pada pemasok atau konsumen dan pedagang perantara datang langsung ke pengrajin tersebut. Para pengrajin kain songket tidak hanya mengambil upahan dari satu orang pemasok kain songket saja. Kain songket yang sudah terkumpul dari beberapa orang pengrajin akan dibawah oleh pemasok kain songket ke Kota Palembang untuk di jual di toko dan ada juga pemasok yang membawa kain songket Palembang ke luar wilayah Sumatera Selatan untuk dijual.


(7)

Ibu rumah tangga pengrajin kain songket selalu melakukan pekerjaan menenunya dari pagi hingga sore disela tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan menenun dilakukan oleh pengrajin kain songket di rumah masing-masing, upah yang pengrajin terima berdasarkan tiap potong kain songket yang terdiri dari satu helai kain songket dan satu helai selendang. Lama pembuatan kain songket beraneka ragam tergantung dengan motif dan jenis kainnya, pembuatan satu potong kain songket ada yang memakan waktu empat hari, lima hari, satu minggu bahkan ada yang dua minggu, namun rata-rata satu minggu. Upah yang pengrajin terima juga beraneka ragam tergantung dengan motif dan kerumitan pembutan kain songketnya, upah setiap potong kain songket berkisar antara Rp.100.000,00 sampai Rp 350.000,00. Berikut adalah gambaran perolehan kain songket perbulan dengan besar pendapatannya.

Tabel 1 Banyaknya songket yang dihasilkan dalam satu bulan dan besarnya pendapatan yang diterima oleh ibu rumah tangga dalam satu bulan di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008.

No. Nama Banyaknya songket yang

dihasilkan dalam 1 bulan

Pendapatan (Rp)/ bulan

1. Rusmini 5 650.000

2. Atok 6 750.000

3. Faida 5 700.000

4. Mina 5 700.000

5. Asma 4 600.000

6. Sana 3 900.000

7 Subai 4 550.000

8. Mahiro 4 800.000

9. Dila 4 600.000

10. Mariyam 3 700.000

Sumber : Wawancara dengan Ibu Rumah Tangga pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1, Maret 2008.

Melihat bahwa ibu rumah tangga mempunyai semangat dan kesempatan besar untuk bekerja dalam mendapatkan dan menambah penghasilan atau pendapatan


(8)

seperti ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang “ Sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatn rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan tahun 2008 ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat muncul beberapa masalah yang dapat di identifikasi yaitu sebagai berikut :

1. Belum diketahui pendapatan rumah tangga.

2. Belum diketahui pemenuhan kebutuhan pokok minimum rumah tangga. 3. Belum diketahui pendapatan kepala rumah tangga.

4. Belum diketahui pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket. 5. Belum diketahui besarnya pengeluaran rumah tangga.

6. Belum diketahui besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatan rumah tangga.

7. Belum diketahui besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap kepala rumah tangga.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka dibuat rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :


(9)

1. Berapa besar sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatan rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008?

2. Berapa besar pengeluaran rumah tangga, pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir tahun 2008 ? 3. Apakah kebutuhan pokok minimum rumah tangga pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008 terpenuhi ?

4. Berapa besar perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dengan pendapatan kepala rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupeten Ogan Ilir Tahun 2008 ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatan rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008. 2. Untuk mengetahui besarnya pengeluaran rumah tangga, ibu rumah tangga

pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008.

3. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pokok minimum rumah tangga pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008.


(10)

songket dengan pendapatan kepala rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupeten Ogan Ilir Tahun 2008.

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai sarana pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama pendidikan di perguruan tinggi dan menambah wawasan yang berhubungan dengan geografi manusia yaitu mengenai sumbangan pendapatan ibu rumah tangga.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi para pembaca yang ingin mengetahui tentang sumbangan pendapatan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu.

4. Untuk memperdalam dan menambah pengetahuaan yang berkenaan dengan proses belajar mengajar dalam suplemen bahan ajar mata pelajaran geografi di a. SMA kelas XI semester 1 Bab 1 Dinamika Biosfer Sub Bab Pendekatan

Masalah Kependudukan.

b. SMA kelas XII semester 1 Bab 1 Peta dan Pemetaan Sub Bab Analisis lokasi industri.


(11)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subyek penelitian yaitu ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket.

2. Ruang lingkup obyek penelitian yaitu sumbangan pendapatan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket.

3. Ruang lingkup waktu penelitian yaitu tahun 2008

4. Ruang lingkup tempat yaitu di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan.

5. Ruang lingkup ilmu yaitu geografi ekonomi.

Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktivitas ekonomi. Dengan demikian titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang termasuk kedalamnya bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi dan lain sebagainya (Nursid Sumaatmadja, 1988 : 54)

Geografi ekonomi digunakan sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini, karena penelitian ini mengkaji tentang sumbangan pendapatan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket terhadap pendapatan hidup rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejalah-gejalah alam dan penduduk serta mempelejari corak yang khas menegnai kehidupan yang khas dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu (Bintarto, 1999 : 1).

Secara umum geografi dibagi menjadi dua yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Menurut Daldjoeni (1987:9) bahwa pembagian ini bukan merupakan suatu pemisahan melainkan saling berhunbungan untuk mewujudkan geografi yang utuh.

Pada dasarnya pendapatan merupakan suatu gambaran dari keadaan ekonomi masyarakat, baik petani, pengrajin, buruh, pedagang, karyawan, dan sebagainya sebagaimana pendapat Valeri J.H dalam Masri Singarimbun (1997 : 24). gambaran yang lebih tepat tentang ekonomi masyarakat, pendapatan ekonomi keluarga yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan (termasuk barang-barang dan hewan peliharaan), dipakai untuk membagi ekonomi keluarga dalam tiga kelompok yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan.


(13)

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini termasuk kedalam lingkup geografi manusia, dengan titik tekan pada geografi ekonomi.

1. Kain Songket

Kain songket adalah hasil dari kerajinan tangan tradisional berupa tenunan yang dihiasi oleh benang emas, perak dan sutra beraneka warna. Songket berasal dari kata tusuk dan cukit yang disingkat menjadi suk-kit, lazimnya menjadi sungkit dan akhirnya berubah menjadi songket.

Kain tenun songket Palembang banyak dipakai oleh kaum perempuan dalam upacara adat perkawinan, baik oleh mempelai perempuan, penari perempuan maupun tamu undangan perempuan yang menghadirinya. Selain itu, songket juga dipakai dalam acara-acara resmi penyambutan tamu (pejabat) dari luar maupun dari Palembang sendiri. Pemakaian songket yang hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu tersebut, disebabkan karena songket merupakan jenis pakaian yang tinggi nilainya, sangat dihargai oleh masyarakat Palembang.

Pada umumnya pembuatan songket dikerjakan oleh kaum perempuan. Pembuatan kain songket Palembang pada dasarnya dilakukan dalam dua macam, yaitu: menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos dan menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Kedua macam tenunan tersebut dilakukan serentak.


(14)

dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu. Peralatan pokok adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh mereka disebut sebagai “dayan”. Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini terdiri atas gulungan/boom (suatu alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar tenunan), penyincing (suatu alat yang digunakan untuk merentang dan memperoleh benang tenunan), beliro (suatu alat yang digunakan untuk membuat motif songket), cahcah (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang lain ke benang dasar), dan gun (suatu alat untuk mengangkat benang). Sedangkan, peralatan tambahan untuk mengatur posisi benang ketika sedang ditenun adalah peleting, gala, belero ragam, dan teropong palet. Peralatan tambahan tersebut diletakkan di sebelah kanan si penenun, agar mudah dicapai dengan tangan.

Bahan dasar untuk tenun songket adalah benang emas, perak, sutera, juga benang kapas. Adanya berbagai macam benang yang digunakan tersebut menyebabakan motif dan ragam hias yang dihasilkan juga bermacam-macam pula. Motif atau ragam hias songket Pelembang kebanyakan tumbuh-tumbuhan terutama yang berbentuk bunga-bungaan. Jika dilihat secara seksama tenun songket Palembang umumnya mempunyai komposisi motif yang dikelompokan menjadi tiga bagaian yaitu :

1. Motif tumbuh-tumbuhan. 2. Motif geometris.


(15)

Motif-motif kain songket Palembang ada 35 macam yaitu : 1. Songket Lepus :

- Lepus Kelam - Lepus Berakam Bintang

- Lepus Bintang Mawar Jatuh - Lepus Bintang Cukitan

- Lepus Bintang - Lepus Mawar Jepang

- Lepus Naga Besaung 2. Songket Bungo :

- Bungo Cino - Bungo Inten

- Bungo Inten Tepoleng - Bungo Jatuh - Bungo Mawar Jepang Berkandang - Bungo Pacar

- Bungo Pacik - Bungo Tabur

- Bungo Tanjung Rumpak - Bungo Jengli

- Bungo Kapal Sanggat - Bungo Singkep Bungo Kapal 3. Songket Motif lain :

- Limar Tapak Kucing - Limar Kembang

- Pulir Kembang - Pulir Siku Rakam

- Tetes Mider - Rumpak

- Bubur Talam - Jando Berais

- Nampan Perak - Cek Sina

- Cantik Manis - Emas Jantung

- Tiga Negeri - Bintang Rante

Menurut masyarakat Palembang kain songket yang asli dihiasi dengan benang 14 karat. Jadi jika dasar kain sutra telah lapuk maka benang emas


(16)

dari benang sutera yang baru. Songket yang menggunakan benang emas asli tersebut disebut songket Emas Jantung atau Cinde dengan dasar kain berwarna merah dihiasi benang emas, benang sutera dan benang kapas dengan tumpal pucuk rebung.

Kain songket ini juga dibedakan antara songket design benang emas yang penuh disebut dengan songket lepus dan design benang emas tersebar disebut tawur penting karena motif songket yang dipakai seseorang melambangkan kebesaran dan keagungan.

Berdasarkan warna dan motif kain songket bisa dibedakan status sosial si pemakainya, seperti kain songket dengan warna hijau, merah dan kuning biasanya dipakai oleh seorang janda. Kalau mereka menggunakan warna cerah melambangkan bahwa mereka ingin kawin lagi. Motif atau ragam hias pada kain songket juga mempunyai makna sebagai penangkal malapetaka. Motif bungo melati melambangkan kesucian atau sopan santun, sedangkan motif bungo tanjung sebgai lambang keramah tamahan selaku tuan rumah atau lambang ucapan selamat datang. Selain itu ada motif pucuk rebung yang merupakan hiasan tumpal, motif ini mengandung makna sumber kehidupan atau kesejahteraan. Secara umum dapat dikatakan motif tumbuh-tumbuhan atau bunga-bungaan yang ditenun pada kain songket merupakan pelambang kehidupan manusia dan merupakan simbol bahwa dalam kehidupan tidak bisa lepas dari alam. Sedangkan motif geometris dan motif campuran tidak mempunyai makna khusus jadi sebagai hiasan saja.


(17)

Pada perkembangannya pemilihan pada motif songket tidak lagi tergantung pada kedudukan seseorang dalam masyarakat, selain telah disesuaikan dengan fungsinya. Jadi setiap orang boleh memakai motif songket apapun menurut seleranya masing-masing.

2. Industri

Menurut Nursid Sumaatmadja (1988 : 179) industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Sedangkan menurut G. Kartasapoertra (1987 : 5) industri adalah kegiatan ekonomi yang menggubah bahan-bahan mentah menjadi bahan baku, barang setengah menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancang bangunan dan rekayasa industri. Dalam penelitian ini, akan membahas tentang pengrajin yang menjadi tenaga kerja atau pengrajin kain songket, karena tenaga kerja merupakan faktor yang pokok dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. Industri kain songket adalah industri yang mengelola barang setengah jadi menjadi barang jadi, sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan untuk diperdagangkan bagi keperluan masyarakat dan untuk melestarikan kebudayaan daerah.

Menurut Sudjito (1987 : 127) industri di pedesaan dapat dibagi menjadi dua katagori, yaitu :

1. Industri labour intensif di mana modal yang paling utama adalah tenaga kerja dan bahan mentah yang diperoleh dari pekarangan sendiri atau tempat yang berdekatan. Contoh batu bata, genteng dan lainnya.


(18)

Contohnya industri pakaian jadi.

Dari definisi di atas industri kerajinan kain songket termasuk kedalam industri labour intensif.

Menurut BPS (1996 : vii) Sektor industri mencakup industri besar (jumlah tenaga kerja 100 orang ke atas), industri sedang atau menengah (jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang), industri kecil (jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang), usaha kerajinan rumah tangga atau kerajinan rakyat (jumlah tenaga kerjanya kurang dari 5 orang). Dari sektor industri yang dipaparkan oleh BPS di atas kerajinan kain songket termasuk kepadal kerajinan rakyat.

3. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan berperan penting dalam kehidupan rumah tangga, oleh karena itu setiap masyarakat diharapkan memiliki pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup secara layak dan teratur.

Menurut Maslina Bangun dan Anidal H (1982:18) “pendapatan rumah tangga adalah sejumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun kebutuhan perorangan dalam rumah tangga”.

Menurut BPS (1996:xi) pendapatan rumah tangga adalah seluruh penghasilan atau penerimaan semua anggota rumah tangga yang diperoleh, baik berupa gaji (upah),


(19)

pendapatan dari usaha rumah tangga, pendapatan lainnya maupun pendapatan transfer.

Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan pendapatan rumah tangga adalah hasil keseluruhan dari pendapatan kepala rumah tangga, pendapatan ibu rumah tangga maupun pendapatan dari anggota rumah tangga lainnya yang diperoleh dari berbagai macam kegiatan usaha dalam jangka wantu tertentu.

4. Pendapatan Ibu Rumah Tangga

Menurut Pudjiwati (1985:256) bahwa “ wanita di pedesaan ternyata mempunyai dua peranan yaitu (1) sebagai istri/ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga dalam konteks kegiatan produksi yang langsung menghasilkan pendapatan (2) istri/ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mengasuh anak dll”. Menurut Pringgodigdo (1982:817) pendapatan biasanya berupa sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atau lebih anggota keluarga dari jerih paya pekerjaanya.

Dalam usaha meningkatkan pendapatan rumah tangga, ibu rumah tangga banyak melakukan kegiatan bekerja sebagai usaha yang benar-benar untuk menambah penghasilan rumah tangga bukan hanya untuk memanfaatkan waktu senggang terutama bagi ibu-ibu yang ada di pedesaan.

Pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket merupakan pendapatan ibu rumah tangga dari hasil pekerjaannya sebagai pengrajin kain songket di samping tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga.


(20)

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

5. Pendapatan Kepala Rumah Tangga

Pendapatan kepala rumah tangga adalah pemasukan yang berupa uang atau barang yang diperoleh seorang orang kepala rumah tangga dari hasil usahanya melalui suatu pekerjaan dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya.

Setiap kepala rumah tangga mempunyai tingkat pendapatan yang berbeda-beda, pendapatan yang diperoleh setiap kepala rumah tangga itu ada yang berasal dari pendapatan pokok dan pendapatan sampingan.

Besar kecinya pendapatan akan berpengaruh terhadap keberadaan keluarga dalam masyarakat, dimana posisis keluarga akan menentukan status sosial dalam masyarakat.

Menurut Singarimbun (1987 : 24) bahwa yang dimaksud dengan pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan kekayaan keluarga. Pendapatan ini berupa barang atau uang dari pihak lain atau hasil sendiri. Sedangkan pengertian pendapatan menurut Mulyanto Sumardi (1982 : 323) adalah :”hasil yang diperoleh suatu ruamh tangga yang merupakan jumlah keseluruhan dan pendapatan formal, pendapatan informal dan pendapatan subsistem. Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan pokok.


(21)

Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan atau sampingan, sedangkan pendapatan subsistem adalah pendapatan yang diperoleh dari faktor produksi yang dinilai dengan uang.”

6. Pemenuhan kebutuhan pokok Minimum

Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat diukur melalui besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga bersangkutan. Peningkatan konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, terutama porsi untuk bukan makanan.

Menurut Daan Dimara dalam Mulyanto Sumardi dan Hans Dieters Evers (1982 : 300) yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan akan bahan makanan, perumahan, sandang, serta barang dan jasa seperti pendidikan, kesehatan dan partisipasi.

Kebutuhan pokok minimum adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia yang hidup secara wajar yang meliputi sembilan kebutuhan pokok minimum yang diukur dalam satuan rupiah pertahun yang meliputi sandang dan pangan.

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi salah satunya adalah kebutuhan pangan ini sesuai dengan pendapat Mohammad Soerjani (1987:137) yang menyatakan “kebutuhan pokok adalah sebagai keperluan dasar manusia seperti pangan, sandang, papan kesehatan dan


(22)

adalah kebutuhan akan pangan.

7. Pengeluaran Rumah Tangga

Menurut BPS (1986 : 9) “pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan seperti menabung, makan/minum, pakaian keperluan sekolah, transportasi, listrik, perumahan dan kesehatan, termasuk untuk hiburan dan rekreasi dari anggota rumah tangga”.

Menurut Bambang Sumitro dalam Retno Insiwi Kurniasi (2005:17), pengeluaran rumah tangga adalah seluruh pengeluaran rumah tangga yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selama sebulan baik berupa barang atau jasa yang dihitung dalam satuan rupiah.

Menurut Soediyono Reksoprayitno (1981 : 19), pengeluaran rumah tangga adalah seluruh pengeluaran rumah tangga yang dipergunakan untuk membeli barang atau jasa yang langsung dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pengeluaran konsumtif meliputi semua pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pokok, sedangkan pengeluaran produktif meliputi semua pengeluaran rumah tangga yang hasilnya tidak langsung dapat dipergunakan melainkan untuk jangka waktu tertentu. Misalnya investasi tabungan.

Pengeluaran rumah tangga dapat diketahui berdasarkan dari hasil pengeluaran rumah tangga tersebut, terutama keseimbangan antara pendapatan yang diperoleh


(23)

dengan jenis-jenis pengeluarannya, karena ketidakseimbangan antara pengeluaran dengan pendapatan mengakibatkan ketimpangan ekonomi rumah tangga.

Pengeluaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggeluaran rumah tangga, pengrajin kain songket dalam satu bulan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.

8. Sumbangan Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pengrajin Kain Songket

Menurut Hanna Papanek dalam Zulfitra Rahardjo dkk (1980:63), bahwa wanita juga memberikan sumbangan-sumbangan penting untuk kesejahteraan keluarga, sebagian pekerjaan mereka lakukan di dalam atau di luar rumah. Pandangan dasar ini berlaku di seluruh dunia, tetapi peranan wanita Indonesia untuk mengurangi tekanan ekonomi adalah lebih menonjol dibandingkan negara-negara lain.

Ibu rumah tangga selain tugasnya melakukan pekerjaan rumah seperti mengurus anggota rumah tangga, memasak, mencuci, dan lain sebagainya diharapkan dapat memberikan sumbangannya dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga, guna memenuhi pengeluaran hidup rumah tangga dan meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

Menurut Hanna Papanek dalam Zulfita Raharjo dkk (1980:64) “pada dasarnya bekerjanya wanita sangat dipengaruhi oleh ketidakstabilan ekonomi, yang keluarganya sangat tergantung pada pendapatan orang yang bekerja, dimana pendapatan sangat sering jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan perubahan-perubahan ongkos hidup”. Ketidakstabilan ekonomi itu berarti bahwa wanita


(24)

hidup anggota rumah tangganya.

Peranan ibu rumah tangga dalam menyumbangkan hasil pendapatannya untuk memenuhi pengeluaran hidup anggota rumah tangga sangat membantu dalam meningkatkan perekonomian rumah tangga, dengan demikain ibu rumah tangga, bukan hanya pelengkap dalam rumah tangga tetapi lebih dari itu ikut menentukan dan ikut aktif dalam meningkatkan penghasilan, terutama bagi suatu rumah tangga yang keadaan ekonominya lemah.

B. Kerangka Pikir

Salah satu masalah yang dihadapi di pedesaan adalah kurangnya kesempatan kerja bagi masyarakat yang berada pada usia kerja. Hal ini mengakibatkan rendahnya perekonomian dalam masyarakat pedesaan, bila dibiarkan secara terus menerus akan berdampak pada tingginya tingkat kemiskinan yang ada di perdesaan. Ditambah dengan meningkatnya harga kebutuhan hidup, permasalahan ekonomi di perdesaan akan semakin kompleks. Ibu rumah tangga yang bertugas mengatur kegiatan dan mengurus rumah tangga turut membantu dalam mengatasi persoalan ekonomi yang ada di pedesaan. Di Desa Tanjung Pinang 1 ibu rumah tangga bekerja sebagai pengrajin kain songket untuk memperoleh pendapatan yang di sumbangakan dalam bentuk biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Hal ini dilakukan untuk membantu suami dalam memenuhi pengeluaran hidup seluruh anggota dalam rumah tangga.


(25)

Gambar 1

Diagram Alir Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 21) hipotesis dapatt diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kerangka pikir yang dikemukakan halaman terdahulu, maka sebagai hipotesa penelitian ini adalah :

1. Sumbangan pendapatan Ibu rumah tangga pengrajin kain songket lebih besar terhadap total pendapatan rumah tangga.

2. Pengeluaran rumah tangga pengrajin kain songket tergolong rendah. 3. Sebagian besar kebutuhan pokok minimum rumah tangga pengrajin kain

songket belum terpenuhi.

4. Pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket lebih besar dari pendapatan kepala rumah tangga.

Rendahnya Perekonomian rumah tangga

Pendapatan rumah tangga

Ibu rumah tangga bekerja sebagai pengrajin kain songket

Pendapatan Ibu Rumah Tangga

Pendapatan Kepala Rumah Tangga dan

anggota ruamh tangga Meningkatnya biaya hidup

rumah tangga

Pengeluaran rumah tangga


(26)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Agar penelitian tepat pada sasarannya, maka perlu digunakan metode penelitian yang sesuai. Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji suatu hipotesis dengan mengunakan teknik serta alat-alat tertentu. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey. Penelitian survey adalah penelitian yang mengabil sampel dari satu populasi dan mengunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Masri Singgarimbun 1995 : 3).

B. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130). Menurut Muhammad Ali (1984 : 54) populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik berupa manusia, peristiwa, ataupun berbagai gejalah yang terjadi, karena itu merupakan suatu variabel yang diperlukan untuk memecahkan masalah atau menunjang keberhasilan di penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut, yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung


(27)

Batu Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan yang berjumlah 124 orang ibu rumah tangga.

C. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (2006:131). Untuk mengambil besarnya sampel dalam penelitian ini, penulis mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:104), yaitu untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung dana, sempit luasnya pengamatan dari setiap subyek dan besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Berdasarkan pendapat tersebut penulis menetapkan sampel sebesar 50% dari populasi yaitu 124 62

100

50

orang responden dan mengingat populasi dianggap homogen, maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional dan random sampling. Teknik proposional adalah pengambilan sampel di setiap dusun dengan presentase yang sama (50%). Di Desa Tanjung Pinang 1, terdapat dua dusun, yaitu Dusun I dan Dusun II. Mengenai jumlah dan persebaran populasi dan sampel pada tiap dusun dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2 Persebaran Populasi dan Sampel pada 2 dusun di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir tahun 2008.

No. Dusun Populasi Sampel Cadangan

1. 2.

Dusun I Dusun II

52 72

26 36

2 3


(28)

(29)

Untuk menghindari kurangnya atau tidak adanya beberapa sampel atau responden pada saat penelitian di lapangan, maka perlu dibuat sampel cadangan.

Agar semua populasi tiap-tiap dusun mempunyai kesempatan yang sama dalam pengambilan sampel maka digunkan teknik random sampling. Teknik random sampling adalah penarikan individu yang akan dijadikan sampel pada masing-masing dusun dengan cara mengundinya sebagai berikut : untuk menentukan ibu rumah tangga pengrajin kain songket yang akan dijadikan responden pada setiap dusun dilakukan dengan membuat gulungan nama-nama dalam kertas kecil sebanyak dalam populasi pada setiap dusun untuk memperoleh sampel, gulungan yang telah diberi nama sebanyak ibu rumah tangga pengusaha kerajinan kain songket pada setiap dusun, lalu dimasukan ke dalam kaleng dan dikocok kemudian dikeluarkan satu gulungan dan dicatat nama sebagai responden pertama, kemudian kertas tersebut digulung dan dimasukkan lagi ke dalam kaleng untuk diadakan undian lanjutan dan memberikan kesempatan yang sama pada tiap-tiap populasi. Apabila dalam pengundian ulang sampel yang sama maka kertas gulungan tersebut dimasukan lagi dan diadakan penggundian ulang sampai didapat nama yang berbeda. Demikian seterusnya sampai terpenuhi jumlah sampel yang telah ditentukan.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel dapat juga diartikan sebagai penggelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih


(30)

adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka variabel dalam penelitian ini adalah sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dan total pendapatan rumah tangga.

2. Definisi Operasional Variabel

1. Sumbangan Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pengrajin Kain Songket

Sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket adalah besarnya pendapatan yang diperoleh ibu rumah tangga dari hasil usaha kerajinan kain songket dalam jangka waktu satu bulan berupa uang. Besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga dapat dilihat dari perbandingan antara pendapatan ibu rumah tangga dengan pendapatan total rumah tangga dikalikan seratus persen.

2. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh pengeluaran rumah tangga dalam jangka waktu satu bulan baik barang ataupun jasa yang dihitung dalam satuan rupiah. Adapun besarnya pengeluaran rumah tangga menurut kriteria golongan pengeluaran rumah tangga dalam satu bulan menurut BPS Propinsi Sumatera Selatan pada Susenas Tahun 2008 yaitu :

a. Berpengeluaran rendah, apabila pengeluarannya kurang dari Rp. 700.000,-/ bulan


(31)

b. Berpengeluaran sedang, apabila pengeluarannya antara Rp. 700.000,- sampai Rp. 1.250.000,-/ bulan.

c. Berpengeluaran tinggi, apabila pengeluarannya lebih dari Rp.1.250.000,-/ bulan.

3. Kebutuhan Pokok Rumah Tangga

Pemenuhan kebutuhan pokok merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Pengeluaran rumah tangga menurut BPS (Badan Pusat Statistik) mencakup Pengeluaran makan dan pengeluaran bukan makan. Kebutuhan pokok minimum dalam penelitian ini mengacu pada pengeluaran rata-rata per kapita per perbulan berdasarkan data BPS Sumatera Selatan Tahun 2008 yaitu sebesar Rp.458.477,-, angka tersebut dikalikan dengan jumlah anggota rumah tangga dan dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga. Adapun kriteria pemenuhan kebutuhan pokok dapat dibedakan menjadi :

a. Terpenuhi apabila pemenuhan kebutuhan pokok minimum rumah tangga per bulan lebih kecil atau sama dengan pengeluaran rumah tangga per bulan.

b. Tidak terpenuhi apabila pemenuhan kebutuhan pokok minimum rumah tangga lebih besar dari pengeluaran rumah tangga perbulan.

4. Perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dan pendapatan kepala rumah tangga.

Perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dan pendapatan kepala rumah tangga adalah besarnya perbandingan pendapatan


(32)

melihat besarnya perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dan pendapatan kepala rumah tangga dapat dibedakan menjadi : a. Pendapatan ibu rumah tangga lebih besar dari pendapatan kepala rumah

tangga.

b. Pendapatan ibu rumah tangga sama dengan pendapatan kepala rumah tangga.

c. Pendapatan ibu rumah tangga lebih kecil dari pendapatan kepala rumah tangga.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap kondisi dan aktivitas para pengrajin kain songket dalam menyelesaikan pekerjaanya (menenun songket).

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder, yang bersumber dari data monografi desa, yaitu data jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut mata pencarian, luas wilayah dan lain sebagainya yang mendukung penelitian ini.

3. Kuesioner

Menurut Hadari Nawawi dalam Moh. Pambundu Tika (2005 : 54) angket atau kuesioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan


(33)

sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Teknik kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data secara langsung dari responden sebagai data primer yang menggunakan daftar pertanyaan seperti : pekerjaan pokok kepala rumah tangga, pekerjaan sampingan, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan kepala rumah tangga, pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket, kebutuhan atau pengeluaran rumah tangga, sumbangan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap kebutuhan hidup rumah tangga.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah mengolah dan interpretasi data untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif persentase, yaitu jawaban responden dianalisis secara kuantitatif sederhana dalam bentuk tabulasi frekuensi yang dilanjutkan dengan presentase. Menurut Mely G. Tan dalam Koentjaraningrat (1986 : 25) bentuk analisis persentase ini yaitu data yang diperoleh dari responden ditabulasikan menurut kategori jawaban dan dipersentasikan untuk memberikan pengertian yang jelas terhadap data dalam tabel yang disajikan. Untuk lebih jelasnya, analisis data yang digunakan dalam memjawab rumusan masalah mengunakan analisis tabel tunggal Adapun rumus persentase adalah sebagai berikut :

% x100

N n


(34)

% = persentase yang diperoleh

n = Jumlah nilai yang diperoleh (jawaban responden penelitian) N = Jumlah sampel penelitian (responden penelitian)


(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografi Daerah Penelitian

Kondisi mengenai daerah penelitian ini merupakan uraian tentang gambaran umum dan gejalah-gejalah yang ada pada daerah penelitian. Dalam kondisi geografi daerah penelitian akan diuraikan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi penduduk di daerah penelitian.

1. Keadaan Fisik Daerah Penelitian

Kondisi fisik daerah penelitian merupakan gambaran fisik daerah penelitian yang ditinjau dari segi letak, luas dan batas, iklim, bentuk penggunaan lahannya.

1. Letak, Luas dan Batas Administrasi

Letak administrasi suatu daerah adalah letak daerah terhadap pembagian wilayah administrasi pemerintah. Desa Tanjung Pinang 1 terletak di Wilayah Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Daerah Tingkat II Ogan Ilir, Propinsi Sumatera Selatan dengan luas 1.575 Ha. Desa ini berjarak kurang lebih 2,5 Km dari Ibu Kota Kecamatan Tanjung Batu, 32 Km dari pusat pemerintahan Ibu Kota Kabupaten Ogan Ilir, dan jarak dari Ibu Kota


(36)

administrasinya adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Pinang II - Sebelah selatan berbatas dengan Desa Tanjung Batu - Sebelah barat berbatas dengan Desa Burai

- Sebelah timur berbatas dengan Desa Limbang Jaya

Letak astronomis menurut Sudarmi (2005:1) letak suatu daerah berdasarkan pada garis lintang dan garis bujur atau meridian bumi. Secara astronomi Desa Tanjung Pinang 1 terletak pada titik koordinat 104o.36’.50” -104o.38’.10” bujur timur dan 3o.21’.09” - 3o.21’.35” Lintang selatan.

2. Keadaan Topografi

Keadaan topografi adalah keadaan tempat dari perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi. Keadaan topografi suatu daerah akan mempengaruhi aktivitas penduduk dan mata pencariannya, dan dipengaruhi pula oleh ketersedian sumber air dan sebagainya. Secara umum Desa Tanjung Pinang 1 termasuk ke dalam daerah topografi berupa dataran rendah dengan ketinggian tempat 27 meter dpl. Daerah ini merupakan daerah rawa yang jauh dari laut. Rawa tersebut akan kering pada musim kemarau, dan akan berair pada musim penghujan. Pada saat musim penghujan rawa tersebut dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan mandi cuci kakus (MCK) dan selain itu dimanfaatkan oleh penduduk untuk memancing ikan yang hasilnya untuk keperluan rumah tangga sendiri.


(37)

(38)

Iklim merupakan keadaan rata-rata udara dalam waktu yang lama dan mencakup daerah yang luas. Keadaan cuaca dipengaruhi oleh tempratur, curah hujan, ketinggian tempat dari permukaan laut, angin dan kelembaban. Iklim sebagai salah satu faktor fisik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap mahluk hidup. Selain itu keadaan iklim juga mempengaruhi jenis dan aktivitas yang dikelola oleh manusia dan secara tidak langsung akan mempengaruhi proses produksi dan usaha penduduk setempat dalam kaitannya dengan proses pengeringan benang tenun kain songket yang sudah dicelup atau diberi warna yang menggunakan panas sinar matahari.

Dalam menentukan iklim ini dipakai cara yang sederhana yaitu dengan menggunakan bulan basah, lembab dan kering yang digunakan Schmidt-Fergusson, (1951) dengan ketentuan sebagai berikut :

- bulan basah apabila curah hujan > 100 mm. - bulan lemban apabila curah hujan 60 – 100 mm. - bulan kering apabila curah hujan < 60 mm.

dimana ker 100%

  

basah jumlah rata

Rata

ing bulan

jumlah rata

Rata Q

dengan ketentuan nilai Q sebagai berikut : A 0% < Q < 14,3 %

B 13,3% < Q < 33,3 % C 33,3% < Q < 60,6 % D 60,0% < Q < 100 % E 100,0% < Q < 167,0 %


(39)

F 167,0% < Q < 300,0 % G 300,0% < Q < 700,0 % H 700% < Q

Dari perhitungan data pada tabel 3 maka didapat : % 100 4 , 8 5 , 2 Q % 76 , 29  Q

Dengan nilai Q = 29, 76 % dalam garfik Schmidth-Ferguson, maka Kecamatan Tanjung Batu memiliki iklim tipe B.

Rata-rata bulan basah

Gambar 4. Grafik Schmidth-Ferguson

Pada daerah ini bertipe B yaitu basah, bercirikan daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropika. Keadaan iklim yang masih tergolong iklim tropis dengan jumlah curah hujan yang cukup dan terik matahari yang sesuai untuk tanaman yang memiliki batang keras maka tanaman kelapa sawit cocok untuk di budidayakan pada daerah tersebut.

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2 1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 700% 300% 33,3%% 65% Ra ta - ra ta j um la h bul a n ker ing G H F E D C B A 14.3% 100% 167%


(40)

(41)

4. Tanah

Tanah adalah akumulasi tubuh alam yang bebas menempati sebagian besar permukaan bumi, terdiri dari padatan pelapukan batuan dan bahan organic, air, udara dan jasad renik yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dan memiliki sifat-sifat khusus sebagai akibat dari pengaruh iklim dan jasad hidup yang berperan terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu (Sumadi dan Bambang Sumitro, 1989:72).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kecamatan Tanjung Batu, di Desa Tanjung Pinang 1 merupakan tanah pedsolik coklat kekuningan. Tanah ini bersifat agak asam dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang, peka terhadap erosi, pH nya kurang dari 5,5 kurang cocok untuk tanah pertanian. Di daerah ini terdiri dari rawa-rawa yang luas, yang dipengaruhi oleh pasang surut. Tanah ini tidak dimanfaatkan oleh penduduk untuk pertanian, vegetasinya berupa pohon gelam dan tumbuhan rawa. selain itu juga terdapat tanaman buah-buahan seperti sawo, jambu, mangga dan lainnya di pekarangan rumah penduduk.

5. Luas dan Bentuk Penggunaan Lahan

Penggunaan lahah adalah penggunaan atau pemanfaatan tiap-tiap lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap manusia. Penggunaan lahan di suatu daerah merupakan bentuk interaksi antara manusia terhadap lahan. Pertambahan penduduk mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan ruang yang mampu menampung segala aktivitas penduduk. Luas dan bentuk penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.


(42)

No Bentuk Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ladang Perkebunan Hutan Rakyat Pemukiman Rawa-Rawa Fasilitas Umum 10 25 258 42,1 1.237,3 2,6 0,63 1,59 16,38 2,67 78,55 0,16

Jumlah 1.575 Ha 100,00

Sumber : Monografi Desa Tanjung Pinang 1, Tahun 2008.

Berdasarkan data pada Tabel 4 bentuk penggunaan lahan di Desa Tanjung Pinang 1 persentase penggunaan lahan terluas berupa rawa. Dari komposisi penggunaan lahan tersebut dapat dilihat bahwa di penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 sebagian besar penduduknya beraktivitas di bidang non pertanian. Dengan kondisi seperti itu sektor kerajinan kain songket merupakan salah satu usaha yang dapat menambah pendapatan penduduk. Selain faktor turun-temurun yang sudah ada sejak dulu, kerajinan kain songket dapat membantu meningkatkan pendapatan.

3. Keadaan Penduduk

Pembangunan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumberdaya yang mencakup sumberdaya alam dan manusia. Sumberdaya manusia meliputi segi kuantitas atau jumlah maupun dari segi kualitasnya. Jumlah penduduk yang besar di Negara Indonesia apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif merupakan modal dalam pembangunan bangsa yang sedang digalakkan pelaksanaanya dan akan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan disegala bidang. Namun besarnya kuantitas


(43)

sumberdaya manusia tanpa diikuti kualitas yang tinggi justru akan menghambat laju pembangunan. Dengan adanya industri kerajinan kain songket, khususnya di desa Tanjung Pinang 1, secara tidak langsung keberadaan industri kerajinan ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat.

Keadaan penduduk akan diuraikan mengenai jumlah dan kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan maupun mata pencarian penduduk.

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Menurut Mantra (1991 : 73) kepadatan penduduk wilayah adalah banyaknya penduduk persatuan unit wilayah atau dapat ditulis dengan rumus: Kepadatan Penduduk Wilayah Luas Wilayah Suatu Penduduk Jumlah

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Tanjung Pinang 1 jumlah penduduk Desa Tanjung Pinang 1 pada tahun 2008 adalah 2397 jiwa, dan luas wilayah Desa Tanjung Pinang 1 seluas 1.575 Ha. Berdasarkan data tersebut kepadatan penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 yaitu :

575 . 1

2397 tanPendudukKepada ha Jiwa/ 52 , 1 

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka kepadatan penduduk Desa Tanjung Pinang 1 pada tahun 2008 tersebut tidak padat, hal ini sesuai


(44)

digolongkan atas:

1. Kurang dari 50 jiwa/ha dikatagorikan tidak padat. 2. Antara 51-250 jiwa/ha dikatagorikan kurang padat. 3. Antara 251-400 jiwa/ha dikatagorikan cukup padat. 4. Lebih dari 400 jiwa/ha dikatagorikan padat.

2. Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Petumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kemarian, dan migrasi penduduk. Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada penduduk yang lahir dan datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang mati atau meninggalkan daerah tersebut (Mantra, 1991 : 75). Ada dua macam ukuran pertumbuhan penduduk yaitu pertumbuhan penduduk geometri dan pertumbuhan penduduk exponensial merupakan pertumbuhan yang berlangsung terus-menertus. Untuk mengetahui jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 Tahun 2005 hingga 2008 disajikan dalam Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Jumlah Penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 tahun 2005-2007.

Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Jiwa

Laki-Laki Perempuan 2005 2006 2007 2008 1105 1184 1224 1238 986 1053 1131 1159 2091 2237 2355 2397 Sumber : Monografi Desa Tanjung Pinang 1 Tahun 2008

Jumlah penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk


(45)

setiap tahun di Desa Tanjung Pinang 1 mengakibatkan semakin padatnya penduduk di desa tersebut. Untuk mengetahui rata-rata angka pertumbuhan penduduk pertahun di Desa Tanjung Pinang 1 selama kurun waktu tiga tahun terakhir digunakan rumus :

Pt = Po (1+r)n Keterangan :

Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun perhitungan (2005) Po= Jumlah penduduk pada awal tahun perhitungan (2008) r = Tingkat pertumbuhan penduduk

n = Jangka waktu (tiga tahun)

Berdasarkan rumus tersebut, maka pertumbuhan penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 rata-rata pertahunnya dapat dihitung sebagai berikut : Pt = 2397

Po = 2091 n = 4

2397 = 2091 (1+r)4

2091 2397 )

1

( r 4 

14634146 , 1 log ) 1 ( log

4 r

4 log (1+r) = 0,059

4 05 , 0 ) 1 (

log r

Log (1+r) = 0,0147 Log (1+r) = Log 0,0147 1 + r = 1,034


(46)

r = 3,4 %

Menurut Salladien (1980:24)pertumbuhan penduduk kurang dari 1 persen pertahun dikatakan rendah, 1-2 pertahun adalah sedang, atau lebih dari 2 persen pertahun adalah tinggi. Dari hasil perhitungan ternyata tingkat pertumbuhan penduduk di daerah penelitian rata-rata pertahunnya adalah sebesar 3,4 %, dengan demikian maka tingkat pertumbuhan penduduk di daerah penelitian adalah tergolong tinggi.

3. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk atau susunan penduduk dapat digolongkan atau dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu. Pengelompokan atau komposisi penduduk memberikan informasi aspek sosial dan ekonomi masyarakat pada suatu wilayah dan memberikan kesimpulan serta kebijaksanaan yang perlu ditetapkan untuk kepentingan kemajuan wilayah yang bersangkutan. Dalam penjelasan mengenai komposisi penduduk yang akan di bahas yaitu menurut umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencarian.

a. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan variabel penting dalam demografi. Hampir semua pembahasan mengenai masalah kependudukan melibatkan variabel umur dan jenis kelamin penduduk. Juga dalam memperkirakan besarnya tingkat kelahiran, kematian, dan besarnya rasio beban tanggungan. Komposisi


(47)

penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan data dasar dari perkiraan tersebut di atas (Ida Bagus Mantra, 1991 : 144).

Pembahasan mengenai komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin sangat penting dalam memberikan gambaran tentang golongan umur produktif dan golongan tidak produktif. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Tahun 2007

Umur (tahun)

Jumlah penduduk persentase Laki-laki Perempuan Jumlah

jiwa 0 – 14

15 – 64 65 + 406 781 51 366 734 59 772 1.525 110 32,20 63,62 4,56

1.238 1.159 2.397 100

Sumber : Monografi Desa Tanjung Pinang 1 tahun 2008

Dari Tabel 6 di atas diketahui bahwa jumlah penduduk kelompok umur produktif mempunyai persentase terbesar yaitu sebesar 63,62 %. Untuk mengetahui pengaruh struktur umur terhadap kegiatan ekonomi penduduk akan dapat diketahui melalui perhitungan rasio beban tanggungan penduduk atau dependency ratio, yaitu perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas dengan banyaknya penduduk yang termasuk produktif yaitu 15-64 tahun (Ida Bagus Mantra, 1991 : 54). Ratio beban ketergantungan dapat diperoleh dengan mengunakan rumus:


(48)

100 1525

110

772

ngan Ketergantu Angka

= 57,83 atau 58

Ratio beban tanggungan penduduk Desa Tanjung Pinang 1 adalah 58, ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung sebesar 58 orang penduduk yang tidak produktif. Sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi mereka yang belum produktif.

Menurut BPS (1980)Penggolongan beban tanggungan adalah 1. Tinggi, bila angka ketergantungan lebih dari 90

2. Sedang, bila angka ketergantungan antara 60 sampai 90 3. Rendah, bila angka ketergantungan kurang dari 60

Berdasarkan dari penggolongan ini maka daerah penelitian termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk usia kurang dari 15 tahun yang ada di Desa Tanjung Pinang 1 cukup tinggi yaitu mencapai 772 orang, sedangkan penduduk usia lebih dari 65 tahun hanya sebanyak 110 orang saja. Namun demikian dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pengrajin kain songket, didominasi oleh penduduk usia 41 tahun.


(49)

b. Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan suatu indikator sosial yang menunjukan kualitas hidup dari suatu masyarakat, serta merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat. Semakin tinggi pendidikan dalam suatu masyarakat, dapat dikatakan bahwa kualitas hidup dari masyarakat itupun semakin baik, dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang tingkat pendidikannya masih rendah. Dengan berbekal pada pengetahuan dan pendidikan yang memadai, diharapkan potensi-potensi yang ada di desa dapat digali dan dikembangkan guna mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat khususnya di daerah pedesaan. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikit ini.

Tabel 7. Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Pinang 1 Tahun 2007.

Jenjang Pendidikan Jumalh Jiwa Presentase Buta hurup

Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat D1 Tamat D2 Tamat D3 Tamat S1 Tamat S2 Tamat S3 5 17 721 495 152 11 7 3 25 3 1 0,34 1,18 50,06 34,37 10,55 0,76 0,48 0,21 1,73 0,21 0,07

1440 100

Sumber : Monografi Desa Tanjung Pinang 1 tahun 2008

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa persentase terbesar adalah penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SD yaitu sebesar 50,06 %.


(50)

bagian yaitu :

1. Rendah, jika jumlah penduduk yang tamat SD kurang dari 30 persen. 2. Sedang, jika jumlah penduduk yang tamat SD antara 30 persen sampai

60 persen.

3. Tinggi, jika jumlah penduduk yang tamat SD lebih dari 60 persen. Berdasarkan dari penggolongan ini maka tingkat pendidikan di daerah penelitian ini tergolong sedang. Khusus industri kerajinan kain songket tidak menuntut tingkat pendidikan formal. Dalam kerajinan kain songket lebih dituntut keterampilan dan keahlian menenun yang diperoleh para pengrajin secara turun-temurun.

c. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencarian

Mata pencarian penduduk merupakan suatu aktivitas manusia untuk mempertahankan hidupnya dan bertujuan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Corak dan macam aktivitas tersebut berbeda-beda sesuai dengan kemampuan penduduk dan kondisi geografis daeranya (Bintarto, 1983:21). Komposisi penduduk menurut mata pencarian yang dimaksud adalah penggolongan penduduk yang didasarkan pada jenis pekerjaan pokok yang dilakukan masyarakat sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat setempat. Data komposisi penduduk menurut mata pencarian pokok kepala keluarga di Desa Tanjung Pinang 1 dapat di lihat pada tabel 8 berikut ini.


(51)

Tabel 8. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencarian Pokok Kepala Keluarga di Desa Tanjung Pinang 1 Tahun 2007.

No. Mata pencarian pokok Jumlah kk peresntase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Petani Buruh tani Buruh swasta Pegawai negeri Pengrajin Pedangan Sopir Guru swasta Tukang bangunan Karyawan swasta 7 12 5 40 162 24 7 25 21 7 2,25 3,87 1,61 12,90 52,25 7,74 2,25 8,06 6,77 2,25

Jumlah 310 100

Sumber : Data monografi Desa Tanjung Pinang 1, tahun 2008

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa kepala keluarga dengan mata pencarian sebagai pengrajin merupakan jumlah mata pencarian pokok kepala keluarga terbesar yaitu 52,25 %. Di mana lebih dari 50 % kepala keluarga bermata pencarian sebagai pengrajin. Pada Tabel 8 yang dimaksud pengrajin adalah pengrajin besi, para kepala rumah tangga biasanya membuat parang, pisau, arit, pedang, tata, linggis dan lain-lain. Para pengrajin besi biasanya bekerja di tempat pembuatan besi dengan cara bersama-sama. Pengrajin besi memperoleh pendapatan dari pengusaha industri pekakas besi, pendapatan yang mereka terima merupakan upah dari setiap pekakas yang mereka hasilkan.

B. Riwayat Singkat Kerajinan Tenun Songket

Kerajinan tenun songket yang ada di Desa Tanjung Pinang 1 sudah ada sejak zaman dahulu dan merupakan kegiatan yang turun-temurun yang diwariskan oleh orang tua terdahulu. Di zaman penjajahan Jepang sampai sekitar tahun 1950, kerajinan tenun ini hampir lenyap sama sekali, terutama karena keadaan


(52)

baku disamping sulitnya pemasaran hasil tenun tersebut. Setelah sekian tahun berhenti, barulah sekitar Tahun 1966, usaha kerajinan ini banyak dikerjakan oleh pengrajin yaitu dengan masuknya benang sutera dari RRC dan Taiwan melalui pedagang Singapura. Kepandaian bertenun tersebut selanjutnya diturunkan kepada anak cucu secara informal sehingga saat ini menenun merupakan pekerjaan bagi penduduk perempuan di Desa Tanjung Pinang 1. Hasil tenunan pada awalnya dipakai untuk keperluan sendiri baik untuk kepentingan upacara adat dan religi maupun untuk pakaian sehari-hari oleh kaum perempuan dan laki-laki, dan belum bernilai ekonomi. Peranan kain songket hingga masa sekarang masih sangat penting terutama dalam pelaksanaan kegiatan upacara-upacara adat baik upacara yang sifatnya suka maupun duka. Upacara adat adalah upacara dalam hubungan antara manusia dengan manusia yang dilakukan secara turun temurun dan sudah menjadi kebiasaan, berfungsi untuk menjalin keharmonisan serta keserasian sesama manusia. Sekarang ini kain songket banyak dipakai pada saat perayaan pernikahan, yang dipakai oleh pengantin perempuan dan laki-laki, keluarga pengantin serta para undangan. Kain songket juga dipakai pada saat perayaan khitanan, marhaban, dan perayaan lainnya.

C. Deskrifsi Kerajian Kain Songket

Kerajinan kain songket merupakan salah satu mata pencarian penduduk di Desa Tanjung Pinang 1. Di Desa Tanjung Pinang 1, terdapat 7 orang


(53)

pengusaha kain songket atau pemasok kain songket. Pemasok kain songket adalah mereka yang mempunyai modal dan memberikan upahan kepada pengrajin kain songket. Pemasok kain songket atau pemilik modal biasanya memasarkan kain songket dengan tiga cara, yang pertama pemasok kain songket menjual kain songket langsung ke toko, yang kedua konsumen datang langsung kepada pemasok kain songket, dan yang ketiga ada pedagang perantara yang mendatangi pemasok kain songket untuk membawa kain songket dan menjualnya pada konsumen langsung atau menjual ke toko. Pengrajin kain songket biasanya kalau tidak mendapatakan upahan dari pemasok kain songket akan mengutang benang pada pedagang prantara dan rata-rata menjualnya kepada pemilik modal atau pedagang perantara. Pedagang prantara rata-rata berasal dari luar daerah penelitian. Pengrajin kain songket tidak langsung menjual kain songket kepada konsumen, karena konsumen kain songket umumnya berada di luar daerah penelitian dan untuk memasarkan kain songket ke luar daerah memerlukan waktu dan biaya. Daerah pemasarkan kain songket yaitu Kota Palembang, Jambi, Ranau, Bengkulu, Lampung dan Jakarta.

Kerajinan kain songket dikerjakan oleh kaum wanita dengan menggunakan alat-alat yang sangat sederhana yang terdiri atas :

1. Gelondongan/Bom, diletakan pada bagian bawah sebagai penggulung benang lungsi.

2. Suri sebagai alat untuk memasukan benang dipergunakan untuk menyisir benang pakan agar menjadi rapat satu dengan yang lain serta mengatur benang lungsi.


(54)

semakin banyak gun yang digunakan.

4. Sekoci, berisi benang pakan selama menenun sekoci bergerak ke kiri dan ke kanan. Sekoci digerakan oleh tinjakan.

5. Tinjakan, terdapat pada bagian bawah yang bila diinjak akan mengerakan gun, dan sekoci ke kanan dan ke kiri.

6. Gulungan, tempat menggulung kain tenun yang selesai ditenun. Bila seluruh kain selesai ditenun maka kain akan dikeluarkan dari gulungan. 7. Antokan, sebagai tempat suru dan sekoci yang berpungsi untuk menekan

benang supaya menjadi rapat.

8. Palet, tempat benang di dalam sekoci.

Sebelum proses menenun dimulai sebelumnya benang lebih dahulu dioleh. Bahan baku yang digunakan untuk tenunan songket didatangkan dari luar negeri sehingga perkembangan tenun dipengaruhi juga oleh kelancaran impor bahan dari luar negeri. Khusus untuk pengrajin tenun Desa Tanjung Pinang 1 bahan baku pembuatan kain songket dibeli dari Kota Palembang. Adapun proses pengolahan benang adalah sebagai berikut :

1. Mencelup benang. 2. Menjemur benang 3. Meriring

Benang tersebut diriring (dikelos) dengan berpuluh-puluh riringan/kelosan untuk mengetahui jumlah yang diperlukan.


(55)

4. Mengani

Mengani yaitu menyusun sejumlah benang seseuai dengan bentuk dan kebutuhan seperti untuk membikin selendang dan kain.

5. Mencolet/melimar/mengecep

Yaitu memberi warna lain pada benang yang telah diberi warna dasar untuk membikin bentuk atau warna lain.

6. Setelah dicolet dijemur lagi sampai kering. 7. memasukan benang ke dalam sisir.

8. menggulung benang di dayan.

9. membuat motif, yaitu memasang gun kembang sesuai dengan rencana tenun yang dikehendaki.

10.setelah benang diberi ragam hias/motif kemudian dipindahkan ke alat yang diberi pleting untuk kemudian menjadi benang pakan. Begitu juga dengan benang emas dipindahkan dari gulungan besar ke pleting. Pemindahan ini dilakukan dengan mengunakan alat yang sisebut lilingan yaitu meriring/ mengelos.

Secara lebih terurai langkah-langkah dari menenun motif, yaitu pertama, masukan lidi kembang (ditarik), angkat/ tegakan pelipiran, masukan incing/kakap satu, sisir dengan suri masukan belero, masukan benag emas, tarik belero, angkat incip/kakap, sambil geser suri, masukan beliro lagi dan pantak/tekan. Masukan benang limar, pantak, masukan benang emas, pantak. Angkat incing/ kakap masukan bambu, masukan beliro, pantak masukan benang limar pantak dan seterusnya. Menenun sebenarnya hanyalah merupakan proses yang mengulang-ulang gerakan.


(56)

lama untuk menenun yaitu kurang lebih satu bulan untuk ukuran 2 x 88 cm, dan setengah bulan untuk selendang ukuran 2 x 40/50 cm. Tetapi untuk saat ini penenun hanya memerlukan waktu satu minggu untuk menyelesaikan sepotong kain. Hal tersebut dipengaruhi oleh sistem kerja yang pengupahanya berdasarkan hasil yang telah dicapai. Sehingga semakin banyak menghasilkan kain maka akan semakin banyak juga upah yang diperoleh. Upah rata-rata perpotong untuk kain yaitu antara Rp 100.000,-.sampai Rp. 350.000,-.

Bahan baku kain songket Palembang ini adalah berbagai jenis benang, seperti benang kapas atau dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus digunakan bahan baku benang sutera berwarna putih yang diimpor dari India, Cina atau Thailand. Sebelum ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan warna yang dikehendaki. Warna dominan dari tenun songket Palembang ini, merah. Namun, saat ini penenun dari Palembang sudah menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil.

Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna - warna yang didapat dari alam. Teknik ini diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Biasanya warna merah, didapat dari pengolahan kayu sepang dengan jalan mengambil inti kayunya dan direbus, dan mengkudu, yang didapat dari akarnya. Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat dari dari kunyit. Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau,


(57)

oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Sedangkan untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan ditambahkan tawas.

Kekayaan alam Palembang sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekali pun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana, namun tenunannya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya. Motif-motif ragam songket Palembang pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu: motif tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk stilisasi bunga-bungaan), motif geometris dan motif campuran antara tumbuh-tumbuhan dan geometris. Motif kain songket amat beragam, apalagi pada saat ini dimana kreasi-kreasi baru para pengrajin yang imaginatif. Motif-motif kain songekt dapat dilihat pada gambar 5 berikut :

Gambar 5. Motifkain Songket Palembang


(58)

Cantik Manis Cantik Manis

Lepus Berante Nago Beasung

Tabur Talam Benang Emas Jantung


(59)

Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara memola motif itu sendiri hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, dan tidak setiap penenun dapat membuat motif sendiri. Orang yang menenun tinggal melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi, kerajinan menenun merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif. Sebagai catatan, para penenun di Palembang seluruhnya dilakukan oleh kaum perempuan baik tua maupun muda. Keahlian menenun tersebut pada umumnya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi lainnya.

Kain songket motif lepus adalah kain songket yang kainnya sepenuhnya adalah cukitan (sulaman) benang emas. Benang emasnya dengan kualitas tinggi didatangkan dari China. Kadangkala benang emas ini diambil dari kain songket yang sudah sangat tua (ratusan tahun) karena kainnya menjadi rapuh, benang emas disulam kembali kekain yang baru. Kualitas jenis songket lepus merupakan kualitas yang tertinggi dan termahal harganya.

Kain tiga negeri. Kain ini dari tiga bagian warna yaitu biru, hijau dan merah. Di bagian tepi motif tumpal berwarna merah, di tengahnya kain limar bermotif bunga tabung. Di bagian paling tengah berwarna hijau bermotif bunga bintang berantai.

D. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Umur Responden

Struktur umur merupakan karakteristik yang pokok dan juga digunakan untuk mengetahui karakteristik ketenagakerjaan. Angkatan kerja


(60)

kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 untuk mengetahui potensi kerja yang bekerja sebagai pengrajin kain songket. Struktur umur pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut : Tabel 9. Komposisi Responden berdasarkan Kelompok Umur di Desa

Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Tahun 2008. No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah Persentase 1.

2.

24-64 65 +

59 3

95,2 4,8

Jumlah 62 100

Sumber : Data Primer 2008

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur terendah pengrajin kain songket adalah 24 tahun dan umur tertinggi adalah 67 tahun.pengrajin kain songket banyak dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga yang sebagain besar telah memiliki anak. Dalam penelitian ini pengrajin kain songket yang diambil sebagai responden seluruhnya berstatus peran kawin.

Pada umur 65 tahun lebih umumnya pengrajin kain songket dirasa kurang mampu untuk menenun karena sudah berumur tua sehingga kondisi fisik dan terutama penglihatan sudah banyak berkurang, sedangkan dalam pekerjaan menenun diperlukan penglihatan yang baik untuk ketelitian dalam menenun dan fisik yang kuat karena pekerjaan menenun dilakukan dengan duduk dalam waktu yang lama. Sehingga umur dan kondisi fisik merupakan faktor yang penting dalam memperoleh hasil dalam perkerjaan menenun. Keadaan responden sebagian besar tergolong usia produktif, rata-rata umur responden yaitu pada umur 41 tahun. Dengan banyaknya responden yang berusia produktif diharapkan dapat memperoleh


(61)

pendapatan yang dapat membantu kepala rumah tangga dalam menambah penghasilan sehingga dapat memenuhi pengeluaran hidup rumah tangga.

2. Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan indikator kualitas penduduk. Kualitas berpengaruh terhadap pembangunan. Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendidikan formal yang didapat dibangku sekolah dan pendidikan informal yang didapat diluar bangku sekolah misalnya ketrampilan, magang kerja, mengikuti pendidikan dan latihan. Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi jenis pekerjaan yang dikerjakan, tetapi untuk kegiatan kerajinan tidak membutuhkan pendidikan formal yang tinggi tetapi lebih dipengaruhi oleh pendidikan keterampilan yang diperoleh secara informal (secara turun-temurun). Selanjutnya dalam Tabel 10 berikut dijelaskan tingkat pendidikan responden, yang dimaksud dengan tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal.

Tabel 10. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu tahun 2008.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah responen

persentase 1.

2. 3.

Tidak tamat SD/Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA 20 27 15 32,3 43,5 24,3

Jumlah 62 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan tamatan SMP, yaitu sebanyak 43,5 persen. Tingkat pendidikan responden dibandingkan dengan tingkat pendidikan rata-rata


(62)

songket tidak menuntut tingkat pendidikan yang tinggi, dalam menenun kain songket keterampilan, ketelitan dan kecekatan yang lebih diutamakan. Walaupun jika dilihat dari tengkat pendidikan responden tergolong sedang, namun responden dengan tingkat pendidikan yang demikan mampu membantu dalam penambah pendapatan rumah tangga.

3. Jumlah Anggota dalam Rumah Tangga

Bertolak dari pengertian rumah tangga maka jumlah anggota rumah tangga dapat diartikan jumlah semua anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan dalam rumah tangga, sedangkan jumlah anggota rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suami, istri, anak, saudara, orang tua atau orang yang tinggal dalam satu rumah yang menjadi tanggungan bagi kepala rumah tangga. Banyak sedikitnya jumlah jiwa dalam suatu rumah tangga akan menjadi tanggungan kepala ruamh tangga dan berpengaruh dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangganya. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga akan semakin besar pula kebutuhan hidup yang harus disedikan oleh kepala rumah tangga. Berikut Tabel jumlah anggota rumah tangga responden :

Tabel 11. Komposisi Rumah Tangga Responden berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu tahun 2008.

No. Jumlah Anggota Rumah Tangga Jumlah RT Persentase 1.

2.

Rumah tangga kecil (kurang/sama dengan 4 orang)

Rumah tangga besar (lebih dari 4 orang)

13 49

21 79

Jumlah 62 100


(63)

Banyaknya jumlah anggota rumah tangga merupakan faktor pendorong bagi ibu rumah tangga untuk bekerja disektor yang menghasilkan uang, sebab jumlah anggota rumah tangga erat hubungannya dengan beban tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seluruh anggota rumah tangga. Dengan tingginya jumlah anggota rumah tangga mendorong ibu rumah tangga untuk membantu kepala rumah tangga dalam menambah pendapatan rumah tangga sehingga kebutuhan hidup anggota rumah tangga dapat terpenuhi.

4. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan merupakan jumlah penerimaan barang atau uang dari pihak lain atau dari hasil usaha itu sendiri dihitung dengan cara menilainya dengan jumlah uang atau harga yang berlaku saat ini (Mulyanto Sumardi, 1985 : 20). Dalam penelitian ini rumah tangga yang pendapatannya paling sedikit yaitu sebesar Rp.900.000,- dan rumah tangga responden yang pendapatannya paling banyak yaitu Rp. 3.700.000,-.

Pendapatan rumah tangga dapat diperoleh dari jumlah pendapatan kepala rumah tangga, ibu rumah tangga dan anggota rumah tangga lainnya. Jumlah pendapatan rumah tangga seluruh responden setiap bulanya yaitu sebesar Rp. 94.080.000,-, sedangkan Jumlah rata-rata pendapatan rumah tangga pengrajin kain songket dari 62 orang responden adalah sebesar Rp.1.517.420,- perbulan. Untuk lebih jelasnya pendapatan rumah tangga setiap bulanya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini :


(1)

(2)

Bulan 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah total Rata-rata

HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH

Januari 10 375 16 596 12 285 12 448 25 422 0 0 9 249 11 234 11 169 6 89 112 2867 11,2 386,7

Februari 14 284 11 274 13 208 8 279 12 281 0 0 12 263 12 151 11 166 12 169 105 2075 10,5 207,5

Maret 13 413 11 283 12 425 15 370 15 440 0 0 16 355 11 132 12 174 18 279 123 2871 12,3 287,2

April 13 443 6 151 12 312 12 238 14 123 0 0 15 444 10 186 9 146 10 122 101 2164 10,1 216,4

Mei 7 335 4 126 9 116 6 226 12 190 0 0 8 266 5 32 6 107 11 148 68 1546 6,8 154,6

Juni 5 63 6 189 1 17 3 73 7 154 4 47 9 223 10 88 1 36 6 91 52 981 5,2 98,2

Juli 3 128 3 71 0 0 9 215 6 135 0 0 6 82 9 77 0 0 12 147 48 855 4,8 85,5

Agustus 6 143 4 182 0 0 7 128 3 136 0 0 3 48 7 98 0 0 9 113 39 848 3,9 84,8

September 7 207 4 79 1 24 5 129 2 33 0 0 3 42 9 126 0 0 8 91 39 731 3,9 73,2

Oktober 4 37 7 184 0 0 4 233 4 129 3 22 13 315 12 225 1 2 10 144 58 1291 5,8 129,2

Nopember 17 344 14 344 18 466 11 495 12 256 9 291 8 120 11 180 6 179 15 298 121 2973 12,1 297,3 Desember 8 198 20 602 22 546 11 334 20 810 7 152 13 260 14 163 10 167 13 296 138 3528 13,8 352,8 Jumlah 107 2970 106 3018 100 2399 103 3168 1320 3109 23 512 115 2667 121 1691 67 1146 130 1987 1004 22730 8,37 189,4

Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata

Bulan Basah 10 10 7 11 11 2 9 8 7 9 8,4

Bulan Lembab 1 2 0 1 0 0 1 3 0 3 11

Bulan Kering 1 0 5 0 1 10 2 1 5 0 2,5

Sumber : Kantor Dinas Pertanian Kecamatan Tanjung Batu tahun 1997-2007 Keterangan :

CH : Curah Hujan HH : Hari Hujan BB : CH > 100 mm

DL : CH antara 60 – 100 mm BK : CH < 60 mm


(3)

82

KUESIONER PENELITIAN

I. Identitas Responden

1. Nama Responden : ………

2. Umur : ………

3. Pendidikan terakhir : ………

4. Nama Kepala rumah tangga : ………

5. Pekerjaan pokok kepala RT : ………

6. Pekerjaan sampingan : ………

7. Alamat : ………

8. Jumlah Anggota Rumah tangga : ………

9. Keterangan anggota rumah tangga : ………

No. Nama Hubungan

dengan kepala kelauarga Jenis kelamin Umur (tahun) Jenis kegiatan Pendidi kan terakhir 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

II. Pendapatan Kepala Rumah Tangga

10.Jika bapak sebagai buruh tani/tukang/pengrajin : Berapa rupian upah yang diterima ?

a) Kemarin, hari……… = Rp ………

b) Kemaren dulu, hari……… = Rp ………

c) Tiga hari yang lalu………. = Rp ………

d) Empat hari yang lalu……….. = Rp ………

e) Lima hari yang lalu……… = Rp ………

f) Enam hari yang lalu………= Rp ………

g) Tujuh hari yang lalu………... = Rp ………

Jumlah = Rp ………

11.Jika bapak sebagai pedagang :

a) Berapa modal berputar dalam sebulan?

(………kali)

b) Dalam satu kali putaran berapa besarnya modal rata-rata ?

(Rp………)

c) Berapa hasil penjualan dalam satu putaran modal ?

(Rp………)

d) Berapa ongkos-ongkos dalam satu putaran modal ?

e) Keuntungan satu kali putaran (c-b-d) = Rp……….. f) Keuntungan sebulan (a x e) = Rp………..


(4)

12.Jika bapak sebagai pegawai negeri sipil/ pensiunan / ABRI : a. Berapakah gaji yang anda terima setiap bulannya ?

Rp………./bulan.

13.Jika bapak mempunyai pekerjaan sampingan,berapakah pendapatan yang diperoleh :

a) Kemarin, hari……… = Rp ………

b) dua hari yang lalu……… = Rp ………

c) Tiga hari yang lalu………. = Rp ……… d) Empat hari yang lalu……….. = Rp ………

e) Lima hari yang lalu……… = Rp ………

f) Enam hari yang lalu………= Rp ………

g) Tujuh hari yang lalu………... = Rp ………

Jumlah = Rp ………

III. Pendapatan Ibu Rumah Tangga

14.Mengapa ibu bekerja sebagai pengrajin kain songket ? a. Ingin mendapatkan penghasilan sendiri

b. Ingin membantu suami

c. Karena tidak ada pekerjaan lain

d. Ingin meningkatkan pendapatan rumah tangga

15.Berapa potong kain songket yang ibu kerjakan dari mengambil upahan, yang bahannya dari pemasok kain songket?

a. Minggu ini, …... =... Potong =...Rupiah b. Dua Minggu yang lalu... =... Potong =…………..Rupiah c. Tiga Minggu yang lalu... =... Potong =…………..Rupiah d. Empat Minggu yang lalu... =... Potong =…………..Rupiah 16.Jika ibu tidak mendapatkan upahan dari pemasok kain songket, kepada siapa ibu

menghutang benang untuk menenun? ………...

17.Jika ibu berhutang benang, pada saat ibu tidak mendapatkan upahan dari pemasok kain songket, berapa potong kain songket yang ibu kerjakan dan berapa besar utang yang ibu bayar dari menghutang benang ?

a. Minggu ini, …... =... Potong =...Rupiah b. Dua Minggu yang lalu... =... Potong =…………..Rupiah c. Tiga Minggu yang lalu... =... Potong =…………..Rupiah d. Empat Minggu yang lalu... =... Potong =…………..Rupiah

18.Dalam satu minggu berapa jam rata-rata ibu melakukan kegiatan menenun kain songket ? a. Senin =...jam

b. Selasa = ...jam c. Rabu =...jam d. Kamis =...jam e. Jumat =...jam f. Sabtu =...jam g. Minggu =...jam =...jam


(5)

84

19.Jika ibu mempunyai kain songket dari hasil menenun dengan benang mengutang. Kepada siapa ibu biasa menjual hasil tenunanya?

a). Kepada pemasok

b). Konsumen datang langsung c). Dijual ke toko

d). Lain-lain...

20.Apakah semua hasil ibu bekerja sebagai penenun kain songket untuk rumah tangga ? a) Ya

b) Tidak

21.Jika tidak semuanya disumbangkan untuk rumah tangga

No. Digunakan untuk apa saja ? Besarnya berapa Rupiah?

IV. Pendapatan Anggota Rumah Tangga (Selain ibu dan kepala rumah tangga)

No. Nama Jenis Pekerjaan Pendapatan Hari kerja dalam

satu bulan


(6)

IV. Pengeluaran Rumah Tangga

A. Pengeluaran yang bersifat konsumtif Sehari Seminggu Sebulan Setahun (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Biaya makan

a. Bahan makanan pokok : ……… ………… ………. ……….

b. Sayuran/lauk pauk/bumbu dapur : ……… ………… ………. ……….

c. kue/makanan lain : ……… ………… ………. ……….

d. Gula/kopi/the/susu : ……… ………… ………. ……….

e. Rokok dan sebagainya : ……… ………… ………. ……….

2. Biaya kesehatan/kebersihan

a. Obat-obatan : ……… ………… ………. ……….

b. Sabun : ……… ………… ………. ……….

c. Pasta gigi dan lain sebagainya : ……… ………… ………. ……….

d. Pakaian : X X ………. ……….

e. Biaya perawatan rumah dan : X X ………. ………. Barang-barang lainnya

3. Pengeluaran sosial (sumbangan, : X X ………. ………. Pemberian, sedekah dan sebagainya)

Jumlah :

B. Pengeluaran yang bersifat Produktif 4. Biaya pendidikan anak-anak

- pembayaran sekolah : X X ………. ……….

- Buku dan alat-alat lain : ……… ………… ………. ……….

- transportasi : ……… ………… ………. ……….

- uang saku dan lain-lain : ……… ………… ………. ……….

5. Tabungan : ……… ………… ………. ……….

6. Biaya mengirim keluarga di luar Desa : X X ………. ………. Jumalah pengeluaran : X X Rp. Rp.


Dokumen yang terkait

Kontribusi Produk Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Nagori Simpang Raya Dasma, Kabupaten Simalungun)

7 82 104

Pengaruh Pendapatan Dan Jumlah Anggota Rumah Tangga Terhadap Permintaan Air Minum PDAM Tirtanadi Medan (Studi Kasus Lingkungan XIII, Kelurahan Sei Sikambing C – II, Kecamatan Medan Helvetia, Medan)

2 56 73

Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

2 53 66

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009

3 76 66

Analisis Ketimpangan Pendapatan Rumah Tangga Kaitannya Terhadap Pengembangan Wilayah(Studi Kasus : Daerah Pantai, Dataran Rendah, Dan Dataran Tinggi Pegunungan Kabupaten Deli Serdang)

2 21 140

Analisis Pendapatan Rumah Tangga

0 18 9

SUMBANGAN PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENGRAJIN KAIN SONGKET TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TANJUNG PINANG 1 KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN TAHUN 2008

0 6 14

SUMBANGAN PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENGRAJIN KAIN SONGKET TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TANJUNG PINANG 1 KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN TAHUN 2008

0 6 14

DESKRIPSI KONTRIBUSI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENJAHIT KAIN PERCA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA DI KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013

2 12 54

DESKRIPSI KONTRIBUSI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENJAHIT KAIN PERCA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA DI KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013

0 22 52