Analisis Pendapatan Rumah Tangga

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA
(STUDI KASUS PADA DESA KINEPPEN DI KECAMATAN MUNTHE)
INON BEYDHA
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Sumatera Utara 2001
Latar Belakang
Pada rumah tangga pedesaan sering kita beranggapan bahwa sumber utama
pendapatan masyarakat berasal dari lahan pertanian. Dimana akan dikaitkan luas
tanah yang dimiliki dengan besarnya pendapatan rumah tangga petani. Masyarakat
masih beranggapan Apabila tanah yang dimiliki oleh petani luas, maka besar pulalah
pendapatan yang diterima dalam keluarganya.
Pada saat sekarang ini kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan keluarga
tidak lagi sepenuhnya tergantung kepada tanah yang dimiliki sebagai indikator
pendapatan utama rumah tangga. Usaha pertanian baik di pedesaan maupun di
perkotaan saat sekarang ini sudah tidak begitu dominan dan tidak memberikan
sumbangan yang besar lagi bagi pendapatan rumah tangga di pedesaan.
Menurut beberapa penelitian yang antara lain dilakukan oleh Aart Schrevel di
daerah Cidurian Jawa Barat bahwa sebagian besar rumah tangga di daerah ini (80%)
memperoleh pendapatannya lebih dari setengah berasal dari kegaitan di luar usaha
tani.

Hal di atas disebabkan mayoritas rumah tangga pedesaan khususnya yang
tidak atau memiliki tanah yang sempit, kegiatan sekitar usaha tani merupakan
keharusan (mungkin demikian sejak dahulu), sedangkan bagi rumah tangga yang
lain kegiatan usaha tani dapat merupakan jalan menambah tingkat subsistensi.
Dari latar belakang di atas yang telah dikemukakan penelitian ini akan
menganalisa tentang beberapa rumah tangga pedesaan didaerah desa Kineppen
kecamatan Munthe, kabupaten Karo. Seperti kita ketahui Karo merupakan daerah
utama penghasil sayur-sayur dan buah-buahn. Bahkan beberapa jenis komoditi
sayur mayur seperti kol, cabai, bawang telah dikirim ke daerah lain bahkan ke
Singapura dan Malaysia. Pertumbuhan ekonomi di kabupaten Karo pada pelita IV
diketahui lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi daerah propinsi Sumatera
Utara yaitu 7,47% rata-rata setiap tahun selama pelita IV, sedangkan rata-rata
untuk Sumatera Utara rata-rata sekitar 6,79%. Eprtumbuhan untuk sektor pertanian
pada pelita IV rata-rata setiap tahun untuk kabupaten Karo adalah 7,17%.
Sedangkan daerah Propinis Suamtera Utara untuk sektor pertanian adalah sekitar
8,09% rata-rata setiap tahun selama Pelita IV.
Dari penelitian ini ingin diketahui apakah indikator tanah asih mempunyai
hubungan yang erat dengan pendapatan keluarga maksudnya semakin luas tanah
yang dimilii penduduk di desa Kineppen khususnya dan kabupaten Karo umumnya,
maka semakin besar pula pendapatan keluarga tersebut, atau sebaliknya seperti

pedesaan di Jawa bahwa tanah bukan lagi indikator utama pendapatan rumah
tangga. Hal ini membuat orang desa kerja beralih ke sektor industri.
Perumusan Masalah
Dari beberapa penelitian di Jawa dapat disimpulkan bahwa pemilikan luas
tanah tidak lagi menjadi jaminan sumber pendapatan rumah tangga. Jadi tanah
bukan merupakan indikator utama pendapatan dari rumah tangga di pedesaan.
Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui apakah hal ini juga berlaku di daerah
Sumatera Utara khususnya kabupaten Karo dengan mengambil kasusu di daerah
desa Kineppen.
Ada beberapa masalah yang memerlukan jawaban :

2002 digitized by USU digital library

1

1. Berapa besar jumlah pendapatan penduduk
2. Apakah sumber utama pendapatan penduduk adalah berasal dari hasil
pertanian
3. Adakah kaitan besarnya pendapatan penduduk dalam satu rumah tangga
dengan besarnya luas tanah yang dimiliki rumah tangga tersebut.

4. Bagaimana tingkat pendidikan kepala keluarga dalam rumah tangga di
pedesaan.
5. Jumlah tenaga kerja yang terserap
6. Komoditi apa saja yang ditanam untuk arela pertanian
Tinjauan Pustaka
Pembangunan pertanian di Indonesia dari pelita I hingga sekarang ini
mengalami kemajuan yang sangat gemilang. Hal ini dapat diketahui dengan
diberinya Indonesia penghargaan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1984
karena keberhasilan Indonesia dalam swasembada beras. Seperti diketahui
Indonesia beberapa tahun sebelumnya adalah pengimport beras terbesar di dunia.
Hanya hingga Pelita IV hal ini dapat diatasi dan Indonesia menjadi surplus beras.
Pembangunan di sektor pertanian khususnya pada tanaman pangan ini di di
Indonesia pada awalnya dengan melakukan pengenalan sistem demontrasi massal
(demas), bimbingan massal (bimas), Sistem ini hingga sekarang terus menerus
disempurnakan melalui program penyuluhan pertanian dimana pada petani diajarkan
dengan berbagai teknologi baru yang dihasilkan dari penelitian yang mendalam.
Teknologi tersebut meliput teknologi biologis (berupa bibit unggul), teknologi
biokimia (berupa insektisida dan pestisida) dan teknologi mekanis (seperti
pemakaian mesain penggosok beras dari traktor dan traktor mengolah lahan
pertanian).

Masyarakat pedesaan yang umumnya bergerak di bidang pertanian menerima
teknologi baru ini dengan harapan penerapannya akan menaikkan pendapatan
mereka di sektor pertanian dan pendapatan masyarakat pedesaan.
Pendapat dari I Ketut Neheri dan Glan berdasarkan pengamatan mereka
bahwa di samping menerima teknologi baru, masyarakat petani di pedesaan
sebaiknya juga memiliki organisasi gotong royong misalnya sperti subak di Bali.
Organisasi gotong royong ini merupakan organisasi pengairan sawah di Bali.
Kegiatan ini ternayta mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan
penyebaran dan penyerapan teknolgoi baru speerti mereka akan mengadakan
gotong royong untuk memperoleh bibit unggul dan pupuk. Mereka juga bersamasama melaksanakan sistem pengairan. Oleh karena itu sektor pertanian di Bali
khususnyatanaman padi sawah memperlihatkan hasil produksi lebih tinggi dari ratarata Nasional dan Jawa secara keseluruhan.
Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman pangan seperti beras
ternayta tidak dapat dinikamati oleh petani pedesaan secara menyeluruh. Hal ini
disebabkan karena pendistribusian tanah di kalangan petani tidaklah sama. Menurut
pendapat yang dikutip Bonnie Setiawan, struktur desa di Indonesia terdiri dari
lapisan-lapisan sebagai berikut :
1. lapisan teratas adalah perkebunan besar (milik pemerintah) seluas 1,1 juta
hektar dan penguasaan hutan yang dikelola beberapa perusahan negara
sebesar 1m7 juta hektar hutan produksi. Sejak tahun 1967 terdapat 4000
perusahaan swasta kebanyakan milik perusahaan asing yang mengusahakan

penebagan huban di areal seluas 36 juta hektar di berbagai pulau.
2. lapisan kedua adalah perkebunan berskala menengah yang dimiliki
perusahaan-perusahaan swasta dengan luas 1,1 juta hektar.

2002 digitized by USU digital library

2

3. lapisan ketiga adalah petani marginal (memiliki lebih kecil dari 0,5 hektar)
sebanyak 6 juta rumah tangga di mana kebanyakan di Jawa. Dari jumlah
tersebut maka 5,2 juta rumah tangga menguasai tanah seluas 1,5 hektar
(sehingga rata-rata luasnya adalah 0,25 hektar.
4. Petani yang tidak bertanah atau lapisan bawah adalah sebesar 7,2 juta rumah
tangga
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan
1. Mengetahui pendapatan yang diperoleh petani dari lahan pertanian dan
sumber lainnya
2. Berapa besarnya sumbangan lahan pertanian terhadap pendapatan keluarga
3. Memperoleh gambaran seberapa jauh lahan pertanian dapat menyerap

tenaga kerja
Manfaat
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi para petani dan pihak-pihak yang
berkepentingan seperti Departemen Pertanian, Pemerintah Kabupaten Karo dan
sebagainya.
METODOLOGI
Sifat
Penelitian ini bersifat deskriptif yakni bertujuan menggambarkan secara tepat gejalagejala kelompok sifat-sifat suatu individu serta menetukan penyebaran gejala-gejala
trtentu dengan gejala lainnya dalam masyarakat
Populasi
Ciri-ciri polulasi yang akan diteliti adalah setiap rumah tangga yang terdapat di desa
Kineppen kecamatan Munthe yang mengerjakan lahan pertanian baik sebagai
penggarap maupun yang mengerjakan sendiri lahan pertaniannya yang memberikan
pendapatan bagi keluarga. Para petani ini diharapka mereka yang bermukim tetap di
desa Kineppen selama paling sedikit 3 tahun, hal ini disebabkan kalau sudah
menetap selama ini dianggap tempat tinggalnya tetap dan penduduk tetap desa
Kineppen.
Sampel
Tenik sampel dilakukan dengan cara teknik random sampling yaitu setiap
rumah tangga populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat dipilih

sebagai responden yang sebanyak 40 rumah tangga. Dimana menurut perkiraan
terdapat 4000 rumah tangga terdapat di desa Kineppen sehingga 40 rumah tangga
telah mewakili (10%)
Lokasi
Lokasi penelitian akan ditentukan secara random sampling dimana dari dusun
yang ada dpilih tiga dusun secara sampling yang terdapat di desa Kineppen untuk
kemudian dari tiga dusun yang terpilih diambil 40 rumah tangga.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh yakni berdasarkan wawancara yang terstruktur yaitu
dengan membuat dafatar pertanyaan bagi 40 rumah tanga yang terpilih (responden)
dan wawancara tak terstruktur bagi para Key Person yang mempunyai pengaruh
bagi masyarakat di desa Kineppen. Di samping itu data sekunder diperoleh dari

2002 digitized by USU digital library

3

kantor Kepala Desa Kineppen kecamatan Munthe kabupaten Karo dan Biro Pusat
Statistik Sumatera Utara.
Analisis Data

Data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan, dievaluasi dan dianalisa
yaitu dengan pengujian hipotesa memakai korelasi dari data yang diperoleh secara
primer (ke lapangan) dimana yang akan diuji antara variabel berpengaruh (luas
lahan yang dikerjakan rumah tangga dan pendidikan) dengan varibel pendapatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Kineppen
Desa Kineppen berjarak dua belas kilo meter dari ibukota kecamatan. Luas desa
Kineppen adalah berkisar 5 km2 dan mempunyai dua buah dusun dan sepuluh buah
lorong. Desa Kineppen mempunyai tinggi dari permukaan laut 950 m.
Kineppen berasal dari adanyan sebuah pohon yang banyak menghasilkan buah,
sehingga burung-burung hinggap untuk memakan buahnya. Dalam bahasa Karo
hinggap disebut dengan Cinep. Lama kelamaan menjadi Kineppen.
Jumlah Penduduk
No
1
2.
Jumlah

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Kineppen Pada tahun 1999
Jenis Kelamin
Jumlah
%
Pria
642
48,12
Wanita
659
51.88
1.337
100,00

Jumlah penduduk Kineppen pada tahun 1990 berjumlah 1.337 orang, dimana
jumlah penduduk wanita lebih banyak dibanding dengan penduduk pria. Desa
Kineppen memiliki 417 kepala keluarga.
Tabel 2
Komposisi Penduduk Desa Kineppen Pada tahun 1999
No
Komposisi Umur

Jumlah
%
1
00-05
211
15.78
2.
05-09
180
13.46
3
09-12
128
9.57
4
12-18
132
9.57
5
18-25

180
13.46
6
25-50
206
15.41
7
50 tahun ke atas
300
22.45
Jumlah
1.337
100.00
Dari tabel terlihat bahwa komposisi dari penduduk Kineppen yang terbanyak
adalah penduduk yang produktif yaitu antara umur 18-50 tahun yaitu sekitar
28,89%. Sedangkan jumlah anak-anak balita ada sekiatar 15,78%.

2002 digitized by USU digital library

4

Distribusi Agama
No
1
2.
3.
4
Jumlah

Tabel 3
Kompisisi Agama Desa Kineppen Pada tahun 1999
Komposisi Agama
Jumlah
%
Islam
273
20.42
Protestan
737
55.12
Khatolik
163
12.19
Lainnya
164
12.27
1.337
100.00

Pada tabel terlihat bahwa agama yang paling banyak dianut penduduk Desa
Kineppen adalah agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 55,12% dari jumlah
penduduk. Sedangkan agama Islam dianut sekitar 20,42% dan untuk yang
beragama Khatolik sekiatar 12,29%
Sarana Ibadah
Penduduk di desa Kineppen dalam melaksanakan kegiatan keagamaannya
memiliki saran yaitu berupa satu buah Mesjid dan dua buah Gereja.

Sarana Pendidikan
Di desa Kineppen untuk sarana pendidikan terdapat dua buah sekolah dasar
yaitu satu Sekolah Dasar Negeri dan satuSekolah Dasar Inpres. Sedangkan untuk
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas murid-murid harus
bersekolah di ibukota kecamatan Munthe yaitu di Desa Munthe.
Pendidikan Penduduk
Tabel 4
Pendidikan Penduduk Desa Kineppen Pada tahun 1999
No
Pendidikan
Jumlah
%
1
Tidak sekolah
335
25.06
2
Tidak Tamat SD
713
55.33
3
Tamat SD
216
16.16
4
Tamat SMP
50
3.73
5
Tamat SMA/berpendidikan tinggi
23
1.72
Jumlah
1.337
100,00
Penduduk Desa Kineppen yang terbanyak berpendidikan SD yaitu sebanyak
53,33% sedangkan yang tidak tamat SD dan tidak bersekolah sebanyak 25,06%.
Desa ini memiliki 1,72 % penduduk yang berpendidikan tinggi.
Sarana Kesehatan
Desa Kineppen tidak terdapat Puskesmas. Desa ini hanya memiliki satu BKIA
dan dua buah posyandu. Sedangkan dokter tidak ada. Desa ini hanya memiliki
seorang bidan. Puskesmas dan Dokter hanya ada di kecamatan Munthe.

2002 digitized by USU digital library

5

Distribusi Tanah
Tabel 4
Distribusi Tanah Desa Kineppen Pada tahun 1999
No
Distribusi
Jumlah
%
1
Pemukiman
5
1
2
Persawahan
10
2
3
Ladang/Tanah Kering
300
60
4
Areal Perkebunan
150
30
5
Perkuburan
0.5
0.10
6
Lain-lainya
34.5
6.90
Jumlah
500
100,00
Daerah Kineppen yang terluas adalah untuk areal perladangan dan tanah
kering yaitu sebesar 60% dari luas tanah yang ada di desa ini. Sedangkan untuk
areal persawahan hanya 2% dari jumlah tanah yang ada. Rakyat di desa Kineppen
juga menanami tanahnya dengan tanaman keras seperti cengkeh, kopi, kemiri dan
sebagainya. Tanah persawahan yang ada sebanyak 10 ha dengan sistem tanam yang
masih sederhana. Sedangkan hasil padi ladanag pada tahun 1999 sebanyak 10 ton
sedangkan jagung sebanyak 1.905 ton. Untuk komoditi perkebunan rakyat desa
Kineppen pada tahun 1999 terdapat areal tanaman cengkeh sebanyak 148 Ha, Kopi
48 Ha dan lainnya 10,50 Ha.
Populasi ternak/unggas di desa Kineppen tahun 1999 terdiri dari Sapi 60
ekor, Kerbau 30 ekor, Kambing 10 ekor, Babi 400 ekor, ayam buras 2000 ekor, itik
200 ekor dan lainnya sebanayk 35 ekor. Untuk populasi perikanan maka areal
peternakan ikan Mas sebesar 3,5 ha. Sedangkan untuk ikan Lele dan ikan Nila
masing-masing 0,5 ha.
Gambaran Responden
Data responden yang diungkapkan adalah berasal dari 422 responden yang
dimabil 10 persen dari populasi yang ada. Data-data yang disajikan adalah umur,
pendidikan, jumlah anak, jumlah pendapatan dari usaha tani dan pendapatan dari
luar usaha tani, tenaga kerja yang tersrap untuk usaha tani dan luas lahan yang
dimiliki.
Umur Responden dari kepala rumah tangga di desa Kineppen yang terbanyak
adalah antara umur 34-40 tahun, 41-47 tahun dan 55-61 tahun yaitu masing-masing
21,42%. Sedangkan kepala rumah tangga yang termuda berumur 27 tahun dan ang
tertua berumur 63 tahun yang menjadi responden. Dimana yang berumur antara 2733 tahun ada sebanyak 7,14% dan yang berumur 62-68 tahun ada sebesar 14,28%.
Dimana rata-rata umur kepala rumah tangga responden adalah sekitar 48,50%.
Pendidikan responden yang paling tinggi dan terbanyak adalah SMP yaitu
sebesar 71,43%. Menurut data yang diperoleh masih ada sekiatar 7,14% dari
enduduk Kineppen yang tidak tamat SD, sedangkan responden yang tamat SMA
tidak ada.
Responden yang terbanyak yang menjadi kepala kelaurga adalah pria sebesar
85,71%. Walaupun demikian sebanyak 14,29% dari seluruh responden yang menjadi
kepala keluarga adalah wanita.
Luas areal yang dimiliki responden yaitu antara 0,50-3,00 ha lausnya.
Dimana yang terbanyak adalah memiliki tanah seluas 1 ha yaitu sebanayk 50%.
Untuk yang memiliki luas tanah 0,50% ada sebanayk 7,14%. Untuk responden yang
memiliki luas tanah di atas 1,50 ha ada sebanyak 28,57%.
Penghasilan responden yaitu sebanyak 35,71% responden berpenghasilan
antara Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000,-. Sedangkan untuk berpenghasilan di bawah

2002 digitized by USU digital library

6

satu juta rupiah ada sebesar 28,57% sama besarnya dengan responden yang
berpenghasilan antara Rp. 1.500.000 – Rp.2.000.000,-. Responden yng
berpenghasilan di atas Rp. 2.000.000 ada sebanyak 7,14%. Penghasilan yang paling
sedikit dari responden adalah sebesar Rp. 700.000 dan penghasilan yang tertinggi
adalah sebesar Rp. 4.100.000,Penghasilan responden dari usaha tani rata-rata diterima setiap rumah
tangga yang terbanyak dari usaha pertanian adalah antara Rp. 1.000.000Rp.1.500.000 yaitu sebanyak 42,86%. Sedangkan yang berpenghasilan antara Rp.
500.000 – Rp. 1.000.000,- yaitu sebanyak 35,71%. Sedangkan untuk yang
berpenghasilan di atas Rp. 1.500.000 ada sebanyak 21,43%. Seluruh responden
dalam memperoleh pendapat mengerjakan lahan pertanian, disamping melakukan
usaha lainnya untuk mempereoleh penghasilan tambahan. Umumnyanya mereka
melakukan usaha sampingan ini sambil menungg panen dari usaha pertanian yang
mereka kerjakan.
Penduduk Kineppen pada umumnya menanam jagung disamping tanaman
lainnya. Ada sebanyak 75% dari responden yang menanam jagung. Sebanyak 50 %
dari responden yang menanam jagung. Sedangkan yang menanam jagung dan
tanaman lainnya di areal tanah pertanian ada sebanyak 21,43%. Responden yang
menanam tanaman lain di luar jaung sekitar 28,57% yaitu berupa tomat, padi
,kacang-kacangan, cabe dan aneka jenis tanaman lainnya.
Sementara sebanyak 64,29% dari responden mempereoleh pendapatan
rumah tangga berasal dari lahan pertanian yang dimiliki dan dari usaha lainnya
seperti menjadi supir, pengawal, menajdi dukun dan sebagainya. Sedangkan
sebanyak 35,71% memproleh pendapatan keluarga sepenuhnya dari lahan
pertanian.
Pada penelitian ini diketahui bahwa responden yang terbanyak memperoleh
penghasilan di luar usaha tani adalah berjumlah di bawah Rp.500.000 yaitu
sebanayk 33,33%. Sedangkan yang tidak memperoleh penghasilan di luar pertanian
ada sebanyak 35,71%. Responden yang memperoleh penghasilan antara
Rp.1.000.000 – Rp. 1.500.000 ada sebanyak 14,28%.
Selanjutnya responden mempunyai anak antara 6-7 orang sebanyak 35,71%.
Sedangkan responden yang mempunyai anak antara 2-3 orang ada sebesar 28,57%.
Program keluarga berencana belum berjalan denganbaik di daerah ini karena
sebanyak 78,75% dari responden mempunyai anak di atas tiga orang. Dari datadata yang diperoleh semua responden mempunyai anak paling sedikit dua orang dan
yang terbanyak sembilan orang.
Untuk jumlah tenaga kerja yang mengerjakan lahan pertanian terbanyak
adalah dua orang atau sebesar 42,86%. Sedangkan tenaga kerja yang dipergunakan
di atas tiga orang dalam mengerjakan lahan pertanian yang dimiliki ada sebanayk
21,43%. Umumnya tenaga kerja yang membantu di areal pertanian adalah keluarga
sendiri seperti isteri, anak dan menantu.
ANALISA DATA
Pada penelitian ini akan diuji hipotesisi untuk melihat hubungan dua faktor
yang dianggap mempunyai kaitan sehingga nantinya akan dapa dilihat ada pengaruh
positif satu faktor terhadap faktor lainnya. Statistik yang digunakan untuk menuji
hipotesa adalah :
θ

k

X 2 = ∑∑ (Oij − Eij ) / Eij
i =1 j =1

2002 digitized by USU digital library

7

dan tolak H jika

X 2 ≥ X (1−α )(θ −1)( k −1) dengan taraf nyata = dan derajat kebebasan

sebesar 5% dk untuk distribusi Chi kuadrat = (B-1)(K-1). Pengujian hipotesis yang
akan dilakukan adalah :
1. hubungan pendapatan rumah tangga responden dengan luas tanah pertanian
yang dimiliki
2. hubungan pendapatan rumah tangga responden degan pendidikan mereka
ad.1 Hubungan Pendaptan Rumah Tangga Responden Dengan Luas Tanah
Petanian yang dimiliki
Pendapatan rumah tangga responden dibagi atas 4 kelas dan untuk luas areal
tanah dibagi atas 6 kelas dan 20, dimana di datapt x = 31,76. dengan α=0,05 dan
dk(4-1)(6-1) = 15 dari dafatr distribusi x2 didapat x20.95 (15) = 25. Jadi pengujian
dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
kelas pendapatan rumah tangga dan kelas areal tanah pertanian yang dimiliki maka
makin besar pendapatan yang diperoleh rumah tangga di desa Kineppen
Ad.2. Hubungan Pendapatan Rumah Tangga Responden Dengan Pendidikan
Pendapatan rumah tangga responden dibagi atas 4 kelas dan pendidikan
dibagi atas 3 kelas, dimana diperoleh hasilnya x2 = 9,25. Dengan α=0,05 dan dk (41)(3-1) = 6, dari daftar distribusi x2 didapat x20.95 (6) = 12,6.
Jadi pengujian dalam penelitian ini dapat disimpulkan tidak berarti karena
pendapatan rumah tangga responden tidak tergantung terhadap pendidikannya.
PENUTUP
Pada penelitian terhadap rumah tangga pedesaan di daerah desa Kineppen
terhadap 42 responden dapat ditarik kesimpulan dan diberikan saran-saran.
Kesimpulan
1. Besarnya pendapatan rumah tangga responden adalah yang terbanyak antara
Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.0000, yaitu sebesar 64,28%. Diaman yang terkecil
berependapatan Rp. 700.000,- dan yang terebdar Rp. 4.100.000,2. Sumber utama penghasilan penduduk adalah berasal dari hasil pertanian
dengan penghasil utama adalah dari komoditi tanaman jagung dengan
penghasil utama dari komoditi tanaman jagung. Walaupun dmeikian sebanyak
64,29% dari jumlah responden amsih memperoleh pendapatan dai hasil di
luar usaha pertanian.
3. Besarnya pendapatan penduduk jika dihubungan dengan luas areal pertanian
yang dimiliki rumah tangga mempunyai hubungan positif.
4. Pendidikan responden tidak empunyai hbuungan yang berarti dengan
pendapatan rumah tangga.
5. Jumlah tenaga kerja yang terserap apda setiap rumah tangga responden
antara 2 hingga 5, dimaa yang terbanyak adalah antara 2-3 orang tenaga
kerja yaitu ada sebesar 78,57%
6. Luas areal tanah yang dimiliki rumah tangga di desa Kineppen yang
terbanyak kira-kira 1 ha sebesar 50%. Dimana yang terkecil memiliki luas 0,5
ha dan yang terbesar 3 ha
Saran
1. Pendapatan para petani dalam rumah tangga pedesaan seperti di desa
Kineppen hendaknya terus ditingkatkan dengan cara lebih mempergunakan
tanah pertaniannya secara intensif. Hendaknay instansi pemerintah
khususnya Dinas Pertanian memberikan penyuluhan lebih baik lagi.

2002 digitized by USU digital library

8

Sebaiknya penganekaramana jenis tanaman juga dilakukan oleh petani,
sehingga harga jagung tidak sesuka hari diturunkan oleh pedagang perantara
karena jagung membanjir produksinya.
2. Pemasaran hasil pertanian hendaknya perlu diperhatikan oleh para petani
agar pendapatan mereka tesu meningkat dengan salah satu cara yang paling
efektif adalah menggalakkan peranan koperasi secara sungguh-sungguh dan
jujur sehingga warga masyrakat Kineppen menjadi anggota koperasi dan para
tengkulak tidak ada lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Aart, Schrevel, Akses Tanah Sebagai Indikator Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan,
Prisma no. 4 LP3ES, Jakarta , 1989
Biro Pusat Statistik, Tinjauan Perekonomian Kabupaten Karo Selama Pelita IV dan
Proyeksinya Pada Pelita V, BPS Sumut, Medan, 1989
I Ketut Nehen dan Glan Iswara, Niali Budaya dan Peran Organisasi di Sektor
Pertanian, Prisma, No. 3 LP3ES, Jakarta, 1990
Bonnie Setiawan, Demokrasi di Pedesaan, Prisma No. 7 LP3ES, Jakarta, 1990
Tommy Firman, Strategi Alokasi Tenaga Kerja Pada Rumah Tangga Pedesaan, Studi
Kasus Desa Slendro, Kabupaten Sregen, Prisma No. 3, LP3ES, Jakarta

2002 digitized by USU digital library

9