2.2.5 Tingkat Depresi
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III 1993 dalam Idrus 2007 menyatakan bahwa depresi dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :
A. Depresi ringan mild, jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala utama ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala tambahan yang sudah berlangsung
sekurang-kurangnya selama dua minggu. Dan tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya.
B. Depresi sedang moderate, jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala utama ditambah sekurang-kurangnya tiga sebaiknya empat gejala tambahan.
C. Depresi berat severe, jika terdapat tiga gejala utama ditambah sekurang- kurangnya empat gejala tambahan, beberapa di antaranya harus berintensitas berat.
2.2.6 Penatalaksanaan Depresi
Penatalaksanaan depresi antara lain yaitu: A.
Terapi Fisik 1.
Pemberian anti-depresan Anti-depresan diindikasikan pada depresi sedang atau berat, pada usia lanjut
pemberian anti-depresan harus hati-hati. Umumnya diperlukan dosis yang lebih kecil daripada orang dewasa karena dikhawatirkan terjadi akumulasi akibat fungsi
ginjal yang sudah kurang baik Setiawan, 2011. 2.
Terapi Electroconvulsive Therapy ECT Untuk pasien depresi berat yang tidak bisa makan minum, mau bunuh diri atau
retardasi psikomotor yang hebat, maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman. ECT diberikan 1-2 kali seminggu pada pasien rawat inap, dengan
metode unilateral untuk mengurangi confusion atau permasalahan ingatan. Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan emosi sekitar 5-10 kali, sementara anti-
depresan maintenance harus diberikan untuk mencegah relaps atau kekambuhan Setiawan, 2011; Idrus, 2007.
3. Terapi profilaksis
Terapi profilaksis harus diberikan untuk mencegah terjadinya kekambuhan depresi. Setelah gejala gejala depresi membaik, terapi anti-depresan masih harus
dilanjutkan selama 4-6 bulan dengan dosis terapeutik penuh. Beberapa penelitian bahkan menganjurkan agar terapi diteruskan sampai dua
tahun. Penggunaan anti-depresan boleh dihentikan tergantung pada evaluasi klinis perkembangan efek samping, munculnya penyakit fisik atau kelemahan kondisi
umum Setiawan, 2011. B.
Terapi Psikologi 1.
Terapi Keluarga Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan gangguan depresi,
sehingga dukungan terhadap keluarga pasien adalah sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, diantaranya ada perubahan posisi dari
dominan menjadi dependen pada lanjut usia. Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa,
merubah dan memperbaiki sikap atau struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien Setiawan, 2011.
2. Terapi Seni
Terapi seni digunakan sebagai sarana menyelesaikan konflik emosional, meningkatkan kesadaran diri, mengembangkan keterampilan sosial, mengontrol
perilaku, menyelesaikan permasalahan, mengurangi kecemasan, mengerahkan realitas, meningkatkan harga diri dan berbagai gangguan psikologis lainnya
Mukhlis, 2011. 3.
Terapi Kognitif Terapi kognitif-perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif
persepsi diri yang buruk, masa depan yang suram, dunia yang tak ramah, diri yang tak berguna lagi, tak mampu dan sebagainya ke arah pola pikir yang netral
atau positif. Pasien lanjut usia dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-
latihan, tugas-tugas dan aktivitas, terapi kognitif-perilaku bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir Setiawan, 2011.
4. Terapi Bercerita
Terapi bercerita bermanfaat untuk mengurangi perasaan takut, cemas, dan nyeri. Selain membuat tubuh rileks, terapi bercerita juga dapat membantu
mengekspresikan emosi, misalnya menurunkan kecemasan, membuat nyaman, dan meningkatkan daya ingat Kusumaningrum, Gultonm, Dewi, 2011.
2.2.7 Instrumen Pengukuran Tingkat Depresi