10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan industri perbankan yang semakin pesat menuntut industri perbankan untuk mampu bersaing. Perbankan merupakan salah satu sektor
yang diharapkan mampu untuk memberikan prospek yang baik di masa yang akan datang sebab perkembangan ekonomi Indonesia semakin ramai. Dengan adanya
industri perbankan maka tidak akan terlepas dari sistem keuangan suatu negara. Dengan semakin aktifnya industri perbankan maka perbankan akan mulai
mendominasi perkembangan bisnis dalam negara, bahkan aktivitas serta keberadaan industri perbankan akan menjadi penentu dalam kemajuan negara tersebut.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 mengenai perbankan, di mana bank merupakan badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Kinerja industri perbankan dalam beberapa tahun mengalami pasang surut sebagai akibat kebutuhan masyarakat yang semakin beragam Kasmir:
2008:25. Adanya peraturan pemerintah yang menetapkan standar modal usaha yang
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.715PBI2005 tanggal 1 Juli 2005 yang
11
menyatakan bahwa bank umum wajib memenuhi modal inti sebanyak Rp 80 miliar pada tanggal 31 Desember 2007, akan memaksa bank-bank umum yang ada di
Indonesia harus mencari dana tambahan untuk memenuhi standar ketentuan tersebut. Ekspansi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan industri perbankan dalam
mepertahankan eksistesinya. Ekspansi bisnis dapat dilakukan dengan cara eksternal dengan melakukan penggabungan usaha untuk mencapai efisiensi, lebih kompetitif
dalam persaingan dan untuk profit bank. Penggabungan usaha dapat dilakukan dalam bentuk marger, akuisisi, dan
konsolidasi. Akuisisi merupakan salah satu penggabungan usaha, dengan cara pengsmbilalihan atas saham atau aset suatu bank lain dengan tujuan untuk
penambahan modal inti. Dengan dilakukannya akuisisi diharapkan bank dapat melanjutkan dan memenuhi kriteria standar kecukupan modal dengan bantuan dan
kerjasama dengan bank lain yang selanjutnya dapat saling bersinergi untuk mencapai tujuan tertentu. Di Indonesia akuisisi mulai marak dilakukan sejak majunya pasar
modal. Isu akuisisi mulai hangat dibicarakan oleh para pengamat ekonomi, ilmuan maupun pebisinis sejak tahun 1990-an Kurniawan, 2011. Pada dasarnya akuisisi
merupakan hal yang sudah sering dibicarakan yang sejalan dengan berkembangnya dunia bisnis tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh belahan dunia.
Akuisisi di dalam bank diharapkan mampu memberikan sejumlah keuntungan yang akan tercipta apabila kombinasi perusahaan dapat menekan biaya operasi karena
biaya tetap per satuan mengalami penurunan atau dapat menaikkan hasil usaha serta
12
terjadi penghematan bank yang terjadi karena adanya sumber pendanaan. Dengan kata lain kondisi saling menguntungkan terjadi apabila kegiatan akuisisi tersebut
memperoleh sinergi. Sinergi berarti nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan
Wiagustini 2010:282. Sebagai akibat dari sinergi, bank diharapkan mampu meningkatkan kinerja yang akan berdampak langsung pada keuangan bank.
Menurut Wiagustini 2010:75 kinerja keuangan bank dapat diukur dengan menganalisis rasio keuangan yang biasanya dikelompokkan ke dalam lima kelompok
rasio yaitu: rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio penilaian. Return on Asset ROA merupakan salah satu kelompok dan jenis
rasio profitabilitas digunakan sebagai indikator dalam menilai efektifitas bank untuk menghasilkan profit dengan memanfaatkan Asset yang dimiliki bank. Selain penilaian
terhadap asset bank, penilaian kinerja keuangan dapat diukur dengan rasio biaya operasional pendapatan operasional BOPO yang menjadi indikator bank dalam
melakukan penilaian terhadap biaya operasional bank yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan operasional. Sebagai salah satu perantara dalam
menyalurkan dana ke masyarakat, tentunya bank akan menyalurkan kredit kepada masyarakat untuk menjalankan salah satu fungsinya. Penggunaan Loan to Deposit
Ratio LDR digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja perbankan dalam hal jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Sedangkan Non Performing Loan NPL
sebagai indikator manajemen dalam hal mengelola kredit yang disalurkan oleh bank.
13
Terdapat beberapa penelitian yang memberikan kesimpulan
yang menyebutkan kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah melakukan akuisisi
memiliki dampak yang negatif terhadap kinerja keuangan. Beberapa penelitian lainnya terdapat hasil yang menyatakan bahwa bank setelah malakukan akuisisi
memiliki dampak yang positif terhadap kinerja keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Kushwah 2015, Bassi dan Gupta 2015, Ramdas dan Kumar 2015, Kelshikar
2015, Joshua 2011 hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan mengalami kenaikkan sesudah melakukan
akuisisi. Sementara terdapat penelitian yang menghasilkan kesimpulan berlawanan yang diteliti oleh Akhtar dan Iqbal 2014, Kemal 2011, Abbas, dkk 2014, Darko
dan Twum 2014, Liargovas dan Repousis 2011. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan kinerja keuangan perbankan tidak mengalami
perubahan bahkan cenderung mengalami penurunan sesudah dilakukan akuisisi. Untuk memenuhi peraturan Bank Indonesia No.715PBI2005 yang diatur
dalam pasal 2 mengenai ketentuan bank umum wajib memenuhi jumlah modal inti paling kurang sebesar Rp 80 miliar pada tanggal 31 Desember 2007. Sehubungan
dengan hal tersebut maka pada tanggal 3 Mei 2008 Bank Sinar Bali resmi diakuisisi oleh PT. Bank Mandiri Persero Tbk. sehingga PT. Bank Mandiri Persero Tbk.
menjadi pemegang saham pengendali. Sejak dilakukannya akuisisi yang dilakukan pada tahun 2008, selama kurun waktu 6 tahun Bank Sinar Bali telah mengalami
kenaikan laba sebanyak 50,74 persen pada bulan Agustus 2014. Berdasarkan laporan
14
keuangan per semester yang diperoleh dari Bank Sinar Bali selam periode sebelum dan sesudah akuisisi 2002-2014 terjadi fluktuasi kinerja keuangan.Secara rinci
besarnya rasio keuangan selama periode pengamatan dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1.1 Laporan Rasio Keuangan Pada Bank Sinar Bali
Tahun 2002-2014 dalam persen
Sumber: lampiran 5
Tahun Rasio Keuangan
NPL gross ROA
LDR BOPO
Smt I Smt II
Smt I Smt II
Smt I Smt II
Smt I Smt II
2002 1.92 1.84
2.13 2.33
89.33 92.30
72.77 77.14
2003 2.22
1.94 2.54
2.62 96.69
100.03 88.78
89.28 2004
1.52 1.25
6.24 3.49
102.30 85.85
72.40 82.59
2005 1.04
0.82 1.76
1.69 96.35
96.72 90.21
90.28 2006
1.04 1.25
1.54 1.72
95.55 90.98
91.61 90.36
2007 1.06
0.63 3.43
2.40 108.90
101.99 82.31
85.70 2008
0.65 0.75
1.90 3.68
107.67 108.78
87.05 76.51
2009 0.58
0.68 4.05
3.56 114.02
97.45 76.42
80.00 2010
0.83 1.73
3.31 2.49
90.25 83.16
79.48 84.58
2011 2.59
1.94 2.17
2.11 86.32
76.38 87.15
86.98 2012
1.83 1.81
2.32 2.01
75.40 75.14
84.50 86.75
2013 1.80
1.75 1.67
2.28 81.53
87.61 88.60
85.76 2014
1.71 1.25
2.32 2.39
91.80 87.55
86.95 85.67
15
Pada tabel 1.1 dapat dilihat fluktuasi pada tiap tahun dari rasio keuangan bank. Tahun 2002-2008 semester I yang merupakan tahun sebelum dilakukan akuisisi
tidak mengalami fluktuasi nilai kinerja keuangan sekitar 1 sampai 2 persen pada NPL, 3 sampai 6 persen pada ROA, 80 sampai 109 persen pada LDR dan 70 sampai 92
persen pada BOPO. NPL merupakan rasio yang digunakan dalam menghitung risiko kredit yang
disalurkan ke masyarakat yang diharapkan mampu dikelola perusahaan dengan baik, namun pada tahun setelah dilakukan akusisi mengalami kenaikan sekitar 0,18 sampai
0,86 persen yang menunjukan risiko kredit setelah dilakukan akuisisi naik. Hal yang berbeda terjadi pada ROA pada semester II pada tahun 2008 setelah diakuisisi terjadi
kenaikan yang cukup besar sekitar 1,78 persen tetapi mengalami kenaikan pada tahun berikutnya dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2013 semester II. Hal ini
menunjukan kinerja keuangan bank membaik setelah dilakukan akusisi. Sedangkan pada LDR dapat dilihat bahwa terjadi penurunan setelah dilakukan akuisisi sekitar 10
persen, hal ini manunjukan bahwa bank sudah mampu menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary dengan sedikitnya dana menganggur idle fund dan
BOPO dapat dilihat pada tabel 1.1 tidak memenuhi kriteria ideal yang diberikan oleh Bank Indonesia yaitu antara 50 sampai 75 persen dan pada laporan keuangan Bank
Sinar Bali berkisar antara 70 sampai 90 persen hal ini menunjukkan bahwa jumlah biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank tinggi yang akan menyebabkan
kecilnya jumlah laba yang diperoleh.
16
Berdasarkan fluktuasi laporan keuangan dan penelitian mengenai kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi masih ada perbedaan hasil
– hasil penelitian tentang kinerja keuangan, maka dilakukan penelitian mengenai
“Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum dan Sesudah
Akuisisi pada Bank Sinar Bali”.
1.2 Rumusan masalah