Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum dan Sesudah Akuisisi pada Bank Sinar Bali.

(1)

1

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI PADA BANK SINAR BALI

SKRIPSI

Oleh:

IDA AYU GEDE KESUMA DEWI NIM: 1206205205

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji

pada tanggal: ………..

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Drs. Putu Yadnya, MM. ……… 2. Sekretaris : Dra. Ni Ketut Purnawati, MS. ……… 3. Anggota : Drs. I Made Dana, MM ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., MSi. Dra. Ni Ketut Purnawati, MS NIP. 19610601 198503 2 003 NIP. 19611105 198601 1 001


(3)

3 PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 21 Januari 2016 Mahasiswa,

Ida Ayu Gede Kesuma Dewi NIM. 1206205205


(4)

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Pada Bank Sinar Bali”dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si,Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si, Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana sekaligus sebagai Pembimbing Akademik.

4. Ni Made Purnami, SE., MM, selaku dosen pembimbing akademik.

5. Dra. Ni Ketut Purnawati, MS selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Drs. Putu Yadnya, MM , selaku dosen pembahas skripsi ini.

7. Keluarga tercinta Ayah Drs. Ida Bagus Gede Swastika, IbuIda Ayu Mas Yuniari, KakakIda Bagus Gede Putra Wibawa Kesuma, SE dan Ida Bagus Alit Manurbawa Kesuma S.Ds atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada henti selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

8. Rekan seperjuangan Juanita Bias Dwialesi serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap keseluruhan isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 21 Januari 2016 Penulis


(5)

5

Judul : Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Pada Bank Sinar Bali

Nama : Ida Ayu Gede Kesuma Dewi NIM : 1206205205

Abstrak

Akuisisi merupakan salah satu penggabungan usaha dengan cara pengambilalihan atas saham atau aset bank lain dengan tujuan untuk penambahan modal inti. Dengan dilakukan akuisisi diharapkan bank dapat meningkatkan kinerja dan memenuhi kriteria standar kecukupan modal dengan bantuan dan kerjasama bank lain yang selanjutnya dapat saling bersinergi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini rasio kinerja keuangan perbankan yang digunakan adalah Return On Asset (ROA), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan ROA, BOPO, LDR dan NPL sebelum dan sesudah dilakukan akuisisi pada Bank Sinar Bali.

Penelitian ini dilakukan pada Bank Sinar Bali periode sebelum akuisisi 2002-2008 semester I dan sesudah akuisisi periode 2002-2008 semester II -2014. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang bersumber dari Bank Sinar Bali. Pengumpulan data menggunakan metode observasi terhadap dokumen atau laporan keuangan Bank Sinar Bali selama periode 2002-2014. Teknik analisis data yang digunakan adalah paried sampels t-test.

Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa kinerja keuangan ROA, BOPO, LDR, dan NPL tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan akuisisi


(6)

6 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PENGESAHAN………. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS………. iii

KATA PENGANTAR………. iv

ABSTRAK……… v

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ……… 7

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 8

1.4 Kegunaan Penelitian ………. 8

1.5 Sistematika Penulisan ……… 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ………... 11

2.1.1 Kinerja Keuangan ……….. 11

2.1.2.1 ROA Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan ………... 12

2.1.2.2 BOPO Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan ………... 13

2.1.2.3 LDR Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan ………... 14

2.1.2.4 NPL sebagai Pengukur Kinerja Keuangan ………... 15

2.1.3 Akuisisi ……….. 16

2.1.3.1 Alasan Melakukan Akuisisi ………... 17

2.1.3.2 Jenis akuisisi ……….. 20

2.1.3.3 Proses Akuisisi ……….. 21

2.2 Hipotesis Penelitian ……… 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ……… 24

3.2 Lokasi Penelitian ………..……… 24

3.3 Objek Penelitian ……….. 24

3.4 Identifikasi Variabel ……… 24

3.5 Definisi Operasional Variabel ………. 25

3.6 Jenis Data dan Sumber Data ……… 26

3.6.1 Jenis Data ……… 26

3.6.2 Sumber Data ……… 27 3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel… 27


(7)

7

3.8 Metode Pengumpulan Data ………. 27

3.9 Teknik Analisis Data ……….. 27

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Bank Sinar Bali…..………….. 29

4.1.1 Sejarah Singkat Bank Sinar Bali ………... 29

4.2 Hasil Analisis Data ……… 31

4.2.1 Deskriptif Hasil Penelitian ……… 31

4.2.2 Hasil Uji Normalitas Data ………. 35

4.2.3 Hasil Uji Beda Dua Sampel Berpasangan ……….. 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ……… 40

5.2 Saran ……….. 40

DAFTAR RUJUKAN……….. 42


(8)

8

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Laporan Rasio Keuangan Pada Bank Sinar Bali ………. 5 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan Bank Sinar

Sebelum dan Sesudah Akuisisi ……… 32 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Rasio Keuangan Bank

Sinar Bali ……….………... 36


(9)

9

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 LDR ……….…... 46

2 ROA ………..…………... 47

3 NPL ………..……….. 48

4 BOPO ………...……..…. 49

5 Laporan Rasio Keuangan Pada Bank Sinar Bali Tahun 2002-2014………..….. 50

6 Uji Normalitas …………...………. 51


(10)

10 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan industri perbankan yang semakin pesat menuntut industri perbankan untuk mampu bersaing. Perbankan merupakan salah satu sektor yang diharapkan mampu untuk memberikan prospek yang baik di masa yang akan datang sebab perkembangan ekonomi Indonesia semakin ramai. Dengan adanya industri perbankan maka tidak akan terlepas dari sistem keuangan suatu negara. Dengan semakin aktifnya industri perbankan maka perbankan akan mulai mendominasi perkembangan bisnis dalam negara, bahkan aktivitas serta keberadaan industri perbankan akan menjadi penentu dalam kemajuan negara tersebut.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 mengenai perbankan, di mana bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kinerja industri perbankan dalam beberapa tahun mengalami pasang surut sebagai akibat kebutuhan masyarakat yang semakin beragam (Kasmir: 2008:25).

Adanya peraturan pemerintah yang menetapkan standar modal usaha yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/15/PBI/2005 tanggal 1 Juli 2005 yang


(11)

11

menyatakan bahwa bank umum wajib memenuhi modal inti sebanyak Rp 80 miliar pada tanggal 31 Desember 2007, akan memaksa bank-bank umum yang ada di Indonesia harus mencari dana tambahan untuk memenuhi standar ketentuan tersebut. Ekspansi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan industri perbankan dalam mepertahankan eksistesinya. Ekspansi bisnis dapat dilakukan dengan cara eksternal dengan melakukan penggabungan usaha untuk mencapai efisiensi, lebih kompetitif dalam persaingan dan untuk profit bank.

Penggabungan usaha dapat dilakukan dalam bentuk marger, akuisisi, dan konsolidasi. Akuisisi merupakan salah satu penggabungan usaha, dengan cara pengsmbilalihan atas saham atau aset suatu bank lain dengan tujuan untuk penambahan modal inti. Dengan dilakukannya akuisisi diharapkan bank dapat melanjutkan dan memenuhi kriteria standar kecukupan modal dengan bantuan dan kerjasama dengan bank lain yang selanjutnya dapat saling bersinergi untuk mencapai tujuan tertentu. Di Indonesia akuisisi mulai marak dilakukan sejak majunya pasar modal. Isu akuisisi mulai hangat dibicarakan oleh para pengamat ekonomi, ilmuan maupun pebisinis sejak tahun 1990-an (Kurniawan, 2011). Pada dasarnya akuisisi merupakan hal yang sudah sering dibicarakan yang sejalan dengan berkembangnya dunia bisnis tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh belahan dunia.

Akuisisi di dalam bank diharapkan mampu memberikan sejumlah keuntungan yang akan tercipta apabila kombinasi perusahaan dapat menekan biaya operasi karena biaya tetap per satuan mengalami penurunan atau dapat menaikkan hasil usaha serta


(12)

12

terjadi penghematan bank yang terjadi karena adanya sumber pendanaan. Dengan kata lain kondisi saling menguntungkan terjadi apabila kegiatan akuisisi tersebut memperoleh sinergi. Sinergi berarti nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan Wiagustini (2010:282). Sebagai akibat dari sinergi, bank diharapkan mampu meningkatkan kinerja yang akan berdampak langsung pada keuangan bank.

Menurut Wiagustini (2010:75) kinerja keuangan bank dapat diukur dengan menganalisis rasio keuangan yang biasanya dikelompokkan ke dalam lima kelompok rasio yaitu: rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio penilaian. Return on Asset (ROA) merupakan salah satu kelompok dan jenis rasio profitabilitas digunakan sebagai indikator dalam menilai efektifitas bank untuk menghasilkan profit dengan memanfaatkan Asset yang dimiliki bank. Selain penilaian terhadap asset bank, penilaian kinerja keuangan dapat diukur dengan rasio biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) yang menjadi indikator bank dalam melakukan penilaian terhadap biaya operasional bank yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan operasional. Sebagai salah satu perantara dalam menyalurkan dana ke masyarakat, tentunya bank akan menyalurkan kredit kepada masyarakat untuk menjalankan salah satu fungsinya. Penggunaan Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja perbankan dalam hal jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Sedangkan Non Performing Loan (NPL) sebagai indikator manajemen dalam hal mengelola kredit yang disalurkan oleh bank.


(13)

13

Terdapat beberapa penelitian yang memberikan kesimpulan yang menyebutkan kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah melakukan akuisisi memiliki dampak yang negatif terhadap kinerja keuangan. Beberapa penelitian lainnya terdapat hasil yang menyatakan bahwa bank setelah malakukan akuisisi memiliki dampak yang positif terhadap kinerja keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Kushwah (2015), Bassi dan Gupta (2015), Ramdas dan Kumar (2015), Kelshikar (2015), Joshua (2011) hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan mengalami kenaikkan sesudah melakukan akuisisi. Sementara terdapat penelitian yang menghasilkan kesimpulan berlawanan yang diteliti oleh Akhtar dan Iqbal (2014), Kemal (2011), Abbas, dkk (2014), Darko dan Twum (2014), Liargovas dan Repousis (2011). Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan kinerja keuangan perbankan tidak mengalami perubahan bahkan cenderung mengalami penurunan sesudah dilakukan akuisisi.

Untuk memenuhi peraturan Bank Indonesia No.7/15/PBI/2005 yang diatur dalam pasal 2 mengenai ketentuan bank umum wajib memenuhi jumlah modal inti paling kurang sebesar Rp 80 miliar pada tanggal 31 Desember 2007. Sehubungan dengan hal tersebut maka pada tanggal 3 Mei 2008 Bank Sinar Bali resmi diakuisisi oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. sehingga PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. menjadi pemegang saham pengendali. Sejak dilakukannya akuisisi yang dilakukan pada tahun 2008, selama kurun waktu 6 tahun Bank Sinar Bali telah mengalami kenaikan laba sebanyak 50,74 persen pada bulan Agustus 2014. Berdasarkan laporan


(14)

14

keuangan per semester yang diperoleh dari Bank Sinar Bali selam periode sebelum dan sesudah akuisisi 2002-2014 terjadi fluktuasi kinerja keuangan.Secara rinci besarnya rasio keuangan selama periode pengamatan dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1.1

Laporan Rasio Keuangan Pada Bank Sinar Bali Tahun 2002-2014 (dalam persen)

Sumber: lampiran 5

Tahun Rasio Keuangan

NPL gross ROA LDR BOPO

Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II

2002 1.92 1.84 2.13 2.33 89.33 92.30 72.77 77.14

2003

2.22 1.94 2.54 2.62 96.69 100.03 88.78 89.28

2004

1.52 1.25 6.24 3.49 102.30 85.85 72.40 82.59

2005

1.04 0.82 1.76 1.69 96.35 96.72 90.21 90.28

2006

1.04 1.25 1.54 1.72 95.55 90.98 91.61 90.36

2007

1.06

0.63

3.43 2.40 108.90 101.99 82.31 85.70

2008

0.65 0.75 1.90 3.68 107.67 108.78 87.05 76.51

2009

0.58 0.68 4.05 3.56 114.02 97.45 76.42 80.00

2010

0.83 1.73 3.31 2.49 90.25 83.16 79.48 84.58

2011

2.59 1.94 2.17 2.11 86.32 76.38 87.15 86.98

2012

1.83 1.81 2.32 2.01 75.40 75.14 84.50 86.75

2013

1.80 1.75 1.67 2.28 81.53 87.61 88.60 85.76

2014


(15)

15

Pada tabel 1.1 dapat dilihat fluktuasi pada tiap tahun dari rasio keuangan bank. Tahun 2002-2008 semester I yang merupakan tahun sebelum dilakukan akuisisi tidak mengalami fluktuasi nilai kinerja keuangan sekitar 1 sampai 2 persen pada NPL, 3 sampai 6 persen pada ROA, 80 sampai 109 persen pada LDR dan 70 sampai 92 persen pada BOPO.

NPL merupakan rasio yang digunakan dalam menghitung risiko kredit yang disalurkan ke masyarakat yang diharapkan mampu dikelola perusahaan dengan baik, namun pada tahun setelah dilakukan akusisi mengalami kenaikan sekitar 0,18 sampai 0,86 persen yang menunjukan risiko kredit setelah dilakukan akuisisi naik. Hal yang berbeda terjadi pada ROA pada semester II pada tahun 2008 setelah diakuisisi terjadi kenaikan yang cukup besar sekitar 1,78 persen tetapi mengalami kenaikan pada tahun berikutnya dan mengalami kenaikan kembali pada tahun 2013 semester II. Hal ini menunjukan kinerja keuangan bank membaik setelah dilakukan akusisi. Sedangkan pada LDR dapat dilihat bahwa terjadi penurunan setelah dilakukan akuisisi sekitar 10 persen, hal ini manunjukan bahwa bank sudah mampu menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary dengan sedikitnya dana menganggur (idle fund) dan BOPO dapat dilihat pada tabel 1.1 tidak memenuhi kriteria ideal yang diberikan oleh Bank Indonesia yaitu antara 50 sampai 75 persen dan pada laporan keuangan Bank Sinar Bali berkisar antara 70 sampai 90 persen hal ini menunjukkan bahwa jumlah biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank tinggi yang akan menyebabkan kecilnya jumlah laba yang diperoleh.


(16)

16

Berdasarkan fluktuasi laporan keuangan dan penelitian mengenai kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi masih ada perbedaan hasil – hasil penelitian tentang kinerja keuangan, maka dilakukan penelitian mengenai “Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum dan Sesudah Akuisisi pada Bank Sinar Bali”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,maka yang menjadi rumusan masalahnya:

1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan ROA sebelum dan sesudah akuisisi pada Bank Sinar Bali?

2) Apakah terdapat perbedaan yang siginifikan BOPO sebelum dan sesudah akuisisi pada Bank Sinar Bali?

3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan LDR sebelum dan sesudah akuisisi pada Bank Sinar Bali?

4) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan NPL sebelum dan sesudah akuisisi pada Bank Sinar Bali?


(17)

17 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan ROA sebelum dan sesudah akuisisi pada Bank Sinar Bali.

2) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan BOPO sebelum dan sesudah akuisisi pada Bank Sinar Bali.

3) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan LDR sebelum dan sesudah akuisisi pada Bank Sinar Bali.

4) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan NPL sebelum dan sesudah akuisisi pada Bank Sinar Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai refrensi yang dapat memberikan sebuah pemahaman dan wawasan tentang pengaruh akuisisi terhadap kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah akuisisi dilakukan.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai informasi bagi manajer dan pemegang saham dalam mengambil keputusan.Penelitian ini juga diharapkan


(18)

18

dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dan sumber informasi dalam menilai kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah dilakukan akuisisi. 1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran dalam penelitian ini, maka penyajian akan disusun menjadi bab secara sistematis sehingga antara satu bab dengan lainnya memiliki hubungan erat. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka dan Rumusan Masalah

Dalam bab ini diuraikan tentang teori-teori atau konsep-konsep yang relevan sebagai acuan dan landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada, penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini akan menguraikan desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data.


(19)

19 Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan gambaran umum perusahaan yang diteliti dan hasil analisis data.

Bab V : Simpulan dan Saran

Dalam bab ini dijelaskan simpulan dari permasalahan yang dibahas serta saran-saran yang dipandang perlu atas simpulan yang dicapai.


(20)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Kinerja Keuangan

Menurut Wiagustini (2010:37) penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan bank yang mencakup apakah suatu aktiva dan pasiva bank dikelola secara benar, termasuk juga aktivitas pendanaannya untuk meningkatkan nilai bank (value of the frim). Analisis kinerja keuangan meliputi rasio-rasio keuangan yang berdasarkan laporan keuangan perusahaan dan telah melewati proses auditing. Kinerja keuangan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengendalian terhadap keuangan bank.

Analisis kinerja keuangan dapat diketahui berdasarkan informasi dari rasio keuangan bank. Rasio keuangan terdiri dari: rasio likuiditas, rasio solvabilitas/ leverage, rasio profitabilitas/rentabilitas, rasio aktivitas usaha, dan rasio pasar Wiagustini (2010: 75).

2.1.2 Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis yang menghubungkan antara satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau rugi laba maupun kombinasi dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan


(21)

21

bank dengan tujuan untuk memberi informasi atas hasil interpretasi mengenai kinerja yang dicapai bank Wiagustini (2010: 75).

Ada beberapa rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kondisi keuangan: 1) Rasio Likuiditas yang merupakan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban

jangka pendek yang tepat pada waktunya.

2) Rasio Leverage merupakan rasio dalam mengukur sampai seberapa banyak bank dibiayai oleh utang.

3) Rasio Profitabilitas merupakan rasio dalam mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba.

4) Rasio Aktivitas usaha merupakan rasio mengukur efektivitas bank dalam penggunaan sumber daya.

5) Rasio Penilaian Pasar merupakan penggabungan antara pengaruh risiko dan return dari resiko.

2.1.2.1 Return On Asset (ROA) sebagai Pengukur Kinerja Keuangan

ROA merupakan rasio laba bersih terhadap total asset mengukur pengembalian atas total asset setelah bunga dan pajak Bringham dan Huston (2010:148). Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2009:159) ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. Munawir (2001:57) menjelaskan bahwa profitabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi.


(22)

22

Sedangkan menurut Mardiyanto (2009:196) ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. ROA merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva, dimana jika semakin tinggi ROA maka produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih semakin tinggi menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196).Menurut peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 standar terbaik ROA adalah 1,5 persen.

2.1.2.2 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan

Biaya operasional terhadap pendapatan opersasional (BOPO) merupakan rasio yang menunjukan besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap pendapatan operational bank pada periode tertentu (Riyadi, 2006). BOPO menjadi rasio yang nilai perubahannya sangat diperhatikan terutama sektor perbankan, hal ini disebabkan oleh kriteria penentuan tingkat kesehatan oleh Bank Indonesia salah satunya adalah besaran dari rasio ini.

Bank yang memiliki rasio BOPO tinggi maka menunjukan bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini akan menentukan besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikerluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Mahardian, 2008). Rasio BOPO


(23)

23

yang ideal berada diantara 50 sampai 75 persen hal ini sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dalam Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001.

2.1.2.3 Loan to Deposit Ratio (LDR) Likuiditas Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan

Fungsi utama bank adalah sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediary. Fungsi intermediasi ditunjukkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan Kasamir (2004:272). Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Hal ini disebabkan penyaluran kredit merupakan salah satu tujuan dari penghimpunan dana bank yang sekaligus akan memberikan kontribusi pendapatan bagi bank.

Tingginya rasio LDR menunjukan pendapatan bank semakin besar tetapi menyebabkan suatu bank tidak likuid dan memberikan konsekuensi meningkatknya rasio yang harus ditanggung oleh bank berupa meningkatnya jumlah NPL atau risiko kredit. Namun disisi lain rendahnya rasio LDR menunjukkan tingkan likuiditas yang semakin tinggi tetapi menyebabkan bank memiliki banyak dana menganggur (idle fund) yang apabila tidak dimanfaatkan dapat menghilangkan kesempatan bank untuk memperoleh pendapatan sebesar-besarnya dan menunjukan bahwa fungsi utama bank sebagai financial intermediary tidak berjalan.


(24)

24

Bank Indonesia yang bertindak sebagai otoritas moneter per tanggal 1 Maret 2011 BI akan memberlakukan peraturan Bank Indonesia No. 012/19/PBI/2010 yang menetapkan standar LDR pada tingkat 78 sampai 110 persen.

2.1.2.4 Non Performing Loan (NPL) Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan

Risiko kredit dapat didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajiban atau risiko di mana debitur tidak dapat melunasi hutangnya. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL dikarenakan NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit yang bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.Bank Indonesia menetapkan standar risiko kredit yaitu kurang dari 5 persen karena dengan rasio dibawah 5 persen maka Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang harus disediakan bank guna menutup kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva produktif non lancar (kredit bermasalah) menjadi kecil (Mahardian, 2008).

Menurut Siamat (2001: 175) Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) pada bank disebabkan oleh dua faktor yaitu sebagai berikut:


(25)

25 1) Faktor internal

Faktor internal NPL berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang ditempuh pihak bank antara lain:

(1) Kebijakan perkreditan yang ekspansif

(2) Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan (3) Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit (4) Lemahnya sistem informasi kredit

(5) Itikad kurang baik dari pihak bank 2) Faktor eksternal

Faktor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha debitur yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) antara lain terdiri dari:

(1) Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit

(2) Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur (3) Kegagalan usaha debitur

(4) Debitur mengalami musibah. 2.1.3 Akuisisi

Akuisisi merupakan istilah yang sering dilakukan bank dalam melakukan ekspansi atau perluasan usaha. Akuisisi menurut Hitt (dalam Kurniawan, 2011) adalah strategi yang melaluinya suatu bank membeli hak untuk mengontrol atau 100 persen kepemilikan terhadap bank lain dengan tujuan untuk menggunakan


(26)

26

kompetensi inti bank itu secara efektif, dengan cara menjadikan bank yang diakuisisi itu sebagai bagian dari bisnis dalam protofolio bank yang mengakuisisi. Sedangkan dalam terminologi bisnis, akuisisi diartikan sebagai pengambilalihan atas saham atau asset suatu bank oleh bank lain, dan dalam peristiwa baik bank pengambilalihan atau yang diambilalih tetap eksis sebagai badan hukum terpisah Hadiningsih (dalam Kurniawan, 2011). Dengan mempertimbangkan lebih efektif jika bank melakukan akuisisi dari pada harus membangun usahanya menjadi salah satu alasan bank melakukan akuisisi.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia menjelaskan bahwa akuisisi, konsolidasi, dan merger bank diatur dalam peraturan No.28/1999 tentang merger, konsolidasi, dan akuisisi bank pada bab I mengenai ketentuan umum, bab II syarat-syarat melakukan akuisisi, bab V mengenai tata cara melakukan akuisi.

2.1.3.1 Alasan Melakukan Akuisisi

Akuisisi merupakan keputusan strategis bank dalam rangka peningkatan nilai ekonomi yang diperoleh dengan pengambilalihan pengendalian saham atas bank pengaukisisi dengan tujuan untuk penambahan modal inti bank. Menurut Wiagustini (2010: 290) motif bank melakukan akuisisi adalah motif ekonomi yang terjadi dengan terciptanya synergy yang berarti bahwa gabungan dari kedua bank tersebut lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaa yang digabungkan. Sedangkan menurut Bringham (dalam Kurniawan, 2011) menyatakan bahwa sinergi sendiri bisa


(27)

27

timbul dari empat sumber, yaitu (1) penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analis sekuritas; (3) perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu bank, lebih efisien dan aktiva bank yang lemah akan lebih produktif setelah akuisisi dan (4) peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan.

Menurut Wiagustini (2010: 282), selain dengan peningkatan sinergi terdapat beberapa alasan yang tidak masuk akal seperti:

1) Diversifikasi, konsep Capital Assets Pricing Model (CAPM) diketahui bahwa diversifikasi tidaklah menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai bank berdasarkan atas risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi (risiko sistematis).

2) Meningkatkan pertumbuhan, pertumbuhan akan memperbesar bank, tetapi tanpa peningkatan efisiensi atau sinergi, maka tidak ada pengaruh positif terhadap pemegang saham.

3) Meningkatkan EPS, tujuan meningkatkan EPS juga merupakan tujuan yang tidak masuk akal, karena peningkatan EPS belum tentu memberikan nilai tambah terhadap pemegang saham. Peningkatan EPS tanpa melalui peningakatan efisiensi/sinergi hanya akan menciptakan perangkap bagi bank, karena untuk meningkatkan EPS, maka hanya bisa dilakukan melalui marjer. Untuk alasan EPS,


(28)

28

yang penting adalah pertumbuhan EPS bukan jumlah EPS saat ini. Alasan EPS yang membingungkan juga tejadi karena analisis dilakukan atas dasar pertimbangan jumlah EPS saat ini.

Tujuan dari akuisisi adalah sebagai pembuktian atas ekspansi dan asset dari bank. Menurut Sudarsana (dalam Kurniawan, 2011) menyatakan dalam prespektif neoklasik, semua keputusan bank temasuk akuisisi dibuat dengan tujuan memaksimalkan kekayaan pemegang saham bank, dalam prespektif manajer melakukan akuisisi karena beberapa alsan berikut:

1) Untuk memperbesar ukuran bank, karena penghasilan, bonus, status, dan kebiasaan mereka merupakan suatu fungsi dari ukuran bank (sindrom empire building)

2) Untuk menyusun kemampuan manajerial yang saat ini belum digunakan secara maksimal (motivasi pemenuhan diri)

3) Untuk mengurangi risiko atau diversifikasi dan meminimalkan biaya finasial dan kebangkrutan (motivasi keamanan pekerjaan). Tekanan keuangan merupakan kondisi dimana bank menemui kesulitan memenuhi kewajiban dan dipaksa membuat keputusan operasi, investasi dan financial dalam akuisisi

4) Untuk menghindari pengambilalihan. Hal ini dimaksudkan ketika terjadi sebuah bank menjadi incaran pengambilalihan yang memaksa dan tidak berasahabat. Di mana pengambilalihan memaksa bersifat bank target tidak diberi otonomi dalam tingkatan bank setelah pengabilalihan dan tidak memiliki kekuasaan atas hak-hak khusus. Sementara pengambilalihan tidak bersahabat dimana bank target


(29)

29

mengakuisisi bank lain, dan membiayai pengambilalihan dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban bank menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bildding firm yang berminat.

2.1.3.2 Jenis Akuisisi

Menurut Wiagustini (2010: 283) terdapat dua jenis cara yaitu dengan perluasan dan jenis penggabungan. Berdasarkan cara perluasan dapat dilakukan dengan:

1) Horizontal : penggabungan bank lain dalam jenis bisnis yang sama

2) Vertical : penggabungan bank yang mempunyai keterkaitan antara input - output

3) Congeneric : penggabungan bank dalam industri yang sama tetapi tidak memproduksi produk yang sama dan tidak ada keterkaitan supplier

4) Conlemerate : penggabungan bank dari industri yang berbeda

Sedangkan berdasarkan penggabungannya meliputi:

Akuisisi saham, terjadi bila bank yang mengakuisisi membeli sebagian besar saham bank yang menjadi target akuisisi. Akuisisi saham dapat dilakukan dengan cara bersahabat (friendly) dan tidak bersahabat (hostile).


(30)

30

1) Friendly merger, terjadi bila manajemen kedua belah pihak berunding bersama, dan hasil perundingan tersebut (menyangkut harga yang wajar, pembayaran akuisisi dan lain-lain) akan diusulkan ke pemilik bank.

2) Hostile merger, terjadi bila manajemen bank dari acquired company tidak diajak berunding, tetapi bank yang akan mengakuisisi (acquiring company) langsung menawarkan ke pemegang saham acquired company persyaratan– persyaratan yang dinilai cukup menarik.

Akuisisi asset, terjadi bila bank yang mengakuisi membeli sebagaian atau seluruh asset bank yang menjadi target akuisisi. Persetujuan formal dari pemegang saham bank yang menjual diperlukan. Bentuk ini akan menghindarkan bank dari kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas.

2.1.3.3 Proses dalam Akuisisi

Akuisisi adalah hal yang umum dilakukan bank dalam perkembangan bank dan memenangkan persaingan untuk tetap tumbuh dalam persaingan. Akuisisi akan suskses apabila penggabungan antara dua bank saling mendukung dalam hal perencanaan, pendanaan, serta pemilihan yang cermat dalam mencari partner dalam penggabungan dengan salah satu motif yang sering dilupakan orang adalah untukmempertahankan sumber daya bank. Proses dalam akuisisi dilakukan dalam beberapa tahap, menurut Setyasih (dalam Kurniawan, 2011) meliputi:

1) Penetapan tujuan


(31)

31 3) Menyeleksi calon target

4) Mengadakan kontak dengan manajemen bank target untuk mendapatkan informasi

5) Mencari informasi yang dibutuhkan, terutama informasi kondisi keuangan bank target, yang mencakup periode 5 tahun terakhir dan komitmen yang dilakukan bank target

6) Menetapkan harga penawaran dan cara pembiayaan 7) Mencari alternatif sumber pembiayaan

8) Melakukan uji kelayakan terhadap bank target

9) Mempersiapkan dan menandatangani kontrak akuisisi 10)Pelaksanaan marger dan akuisisi.

2.2 Hipotesis

Akuisisi dilakukan dengan motif untuk penambahan modal bank yang sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang tentunya untuk memperoleh keuntungan antara kedua belah pihak bank.dalam melihat keberhasilan akuisisi yang telah dilakukan bank dalam motif ekonomi, perubahan terhadap kinerja keuangan menjadi tolak ukur dari keberhasilan akuisisi.

Beberapa penelitian mengenai kinerja keuangan sebelum dan sesudah dilakukan akusisi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah dilakukan akusisi pada semua periode pengamatan dan pengujian. Penelitian ini juga di dukung oleh Kushwah (2015), Bassi dan Gupta (2015), Ramdas dan Kumar (2015), Kelshikar (2015), Joshua (2011), oleh Akhtar dan


(32)

32

Iqbal (2014), Kemal (2011), Abbas, dkk (2014), Darko dan Twum (2014), Liargovas dan Repousis (2011). Berdasarkan teori dan kajian empiris, dapat dirumusakan hipotesis sebagai berikut:

H1: Terdapat perbedaan signifikan ROA sebelum dan sesudah akuisisi H2: Terdapat perbedaan siginifikan BOPO sebelum dan sesudah akuisisi H3: Terdapat perbedaan signifikan LDR sebelum dan sesudah akuisisi H4: Terdapat perbedaan signifikan NPL sebelum dan sesudah akuisisi

H0: Tidak terdapat perbedaan signifikan ROA, BOPO, LDR, dan NPL sebelum dan sesudah akuisisi


(1)

27

timbul dari empat sumber, yaitu (1) penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analis sekuritas; (3) perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu bank, lebih efisien dan aktiva bank yang lemah akan lebih produktif setelah akuisisi dan (4) peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan.

Menurut Wiagustini (2010: 282), selain dengan peningkatan sinergi terdapat beberapa alasan yang tidak masuk akal seperti:

1) Diversifikasi, konsep Capital Assets Pricing Model (CAPM) diketahui bahwa diversifikasi tidaklah menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai bank berdasarkan atas risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi (risiko sistematis).

2) Meningkatkan pertumbuhan, pertumbuhan akan memperbesar bank, tetapi tanpa peningkatan efisiensi atau sinergi, maka tidak ada pengaruh positif terhadap pemegang saham.

3) Meningkatkan EPS, tujuan meningkatkan EPS juga merupakan tujuan yang tidak masuk akal, karena peningkatan EPS belum tentu memberikan nilai tambah terhadap pemegang saham. Peningkatan EPS tanpa melalui peningakatan efisiensi/sinergi hanya akan menciptakan perangkap bagi bank, karena untuk meningkatkan EPS, maka hanya bisa dilakukan melalui marjer. Untuk alasan EPS,


(2)

28

yang penting adalah pertumbuhan EPS bukan jumlah EPS saat ini. Alasan EPS yang membingungkan juga tejadi karena analisis dilakukan atas dasar pertimbangan jumlah EPS saat ini.

Tujuan dari akuisisi adalah sebagai pembuktian atas ekspansi dan asset dari bank. Menurut Sudarsana (dalam Kurniawan, 2011) menyatakan dalam prespektif neoklasik, semua keputusan bank temasuk akuisisi dibuat dengan tujuan memaksimalkan kekayaan pemegang saham bank, dalam prespektif manajer melakukan akuisisi karena beberapa alsan berikut:

1) Untuk memperbesar ukuran bank, karena penghasilan, bonus, status, dan kebiasaan mereka merupakan suatu fungsi dari ukuran bank (sindrom empire building)

2) Untuk menyusun kemampuan manajerial yang saat ini belum digunakan secara maksimal (motivasi pemenuhan diri)

3) Untuk mengurangi risiko atau diversifikasi dan meminimalkan biaya finasial dan kebangkrutan (motivasi keamanan pekerjaan). Tekanan keuangan merupakan kondisi dimana bank menemui kesulitan memenuhi kewajiban dan dipaksa membuat keputusan operasi, investasi dan financial dalam akuisisi

4) Untuk menghindari pengambilalihan. Hal ini dimaksudkan ketika terjadi sebuah bank menjadi incaran pengambilalihan yang memaksa dan tidak berasahabat. Di mana pengambilalihan memaksa bersifat bank target tidak diberi otonomi dalam tingkatan bank setelah pengabilalihan dan tidak memiliki kekuasaan atas hak-hak khusus. Sementara pengambilalihan tidak bersahabat dimana bank target


(3)

29

mengakuisisi bank lain, dan membiayai pengambilalihan dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban bank menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh

bildding firm yang berminat.

2.1.3.2 Jenis Akuisisi

Menurut Wiagustini (2010: 283) terdapat dua jenis cara yaitu dengan perluasan dan jenis penggabungan. Berdasarkan cara perluasan dapat dilakukan dengan:

1) Horizontal : penggabungan bank lain dalam jenis bisnis yang sama

2) Vertical : penggabungan bank yang mempunyai keterkaitan antara input - output

3) Congeneric : penggabungan bank dalam industri yang sama tetapi tidak memproduksi produk yang sama dan tidak ada keterkaitan

supplier

4) Conlemerate : penggabungan bank dari industri yang berbeda

Sedangkan berdasarkan penggabungannya meliputi:

Akuisisi saham, terjadi bila bank yang mengakuisisi membeli sebagian besar saham bank yang menjadi target akuisisi. Akuisisi saham dapat dilakukan dengan cara bersahabat (friendly) dan tidak bersahabat (hostile).


(4)

30

1) Friendly merger, terjadi bila manajemen kedua belah pihak berunding bersama, dan hasil perundingan tersebut (menyangkut harga yang wajar, pembayaran akuisisi dan lain-lain) akan diusulkan ke pemilik bank.

2) Hostile merger, terjadi bila manajemen bank dari acquired company tidak diajak berunding, tetapi bank yang akan mengakuisisi (acquiring company) langsung menawarkan ke pemegang saham acquired company persyaratan– persyaratan yang dinilai cukup menarik.

Akuisisi asset, terjadi bila bank yang mengakuisi membeli sebagaian atau seluruh asset bank yang menjadi target akuisisi. Persetujuan formal dari pemegang saham bank yang menjual diperlukan. Bentuk ini akan menghindarkan bank dari kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas.

2.1.3.3 Proses dalam Akuisisi

Akuisisi adalah hal yang umum dilakukan bank dalam perkembangan bank dan memenangkan persaingan untuk tetap tumbuh dalam persaingan. Akuisisi akan suskses apabila penggabungan antara dua bank saling mendukung dalam hal perencanaan, pendanaan, serta pemilihan yang cermat dalam mencari partner dalam penggabungan dengan salah satu motif yang sering dilupakan orang adalah untukmempertahankan sumber daya bank. Proses dalam akuisisi dilakukan dalam beberapa tahap, menurut Setyasih (dalam Kurniawan, 2011) meliputi:

1) Penetapan tujuan


(5)

31 3) Menyeleksi calon target

4) Mengadakan kontak dengan manajemen bank target untuk mendapatkan informasi

5) Mencari informasi yang dibutuhkan, terutama informasi kondisi keuangan bank target, yang mencakup periode 5 tahun terakhir dan komitmen yang dilakukan bank target

6) Menetapkan harga penawaran dan cara pembiayaan 7) Mencari alternatif sumber pembiayaan

8) Melakukan uji kelayakan terhadap bank target

9) Mempersiapkan dan menandatangani kontrak akuisisi 10)Pelaksanaan marger dan akuisisi.

2.2 Hipotesis

Akuisisi dilakukan dengan motif untuk penambahan modal bank yang sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang tentunya untuk memperoleh keuntungan antara kedua belah pihak bank.dalam melihat keberhasilan akuisisi yang telah dilakukan bank dalam motif ekonomi, perubahan terhadap kinerja keuangan menjadi tolak ukur dari keberhasilan akuisisi.

Beberapa penelitian mengenai kinerja keuangan sebelum dan sesudah dilakukan akusisi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah dilakukan akusisi pada semua periode pengamatan dan pengujian. Penelitian ini juga di dukung oleh Kushwah (2015), Bassi dan Gupta (2015), Ramdas dan Kumar (2015), Kelshikar (2015), Joshua (2011), oleh Akhtar dan


(6)

32

Iqbal (2014), Kemal (2011), Abbas, dkk (2014), Darko dan Twum (2014), Liargovas dan Repousis (2011). Berdasarkan teori dan kajian empiris, dapat dirumusakan hipotesis sebagai berikut:

H1: Terdapat perbedaan signifikan ROA sebelum dan sesudah akuisisi H2: Terdapat perbedaan siginifikan BOPO sebelum dan sesudah akuisisi H3: Terdapat perbedaan signifikan LDR sebelum dan sesudah akuisisi H4: Terdapat perbedaan signifikan NPL sebelum dan sesudah akuisisi

H0: Tidak terdapat perbedaan signifikan ROA, BOPO, LDR, dan NPL sebelum dan sesudah akuisisi