2.3 Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada
seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres misalnya gejala nyeri atau disabilitas yaitu kerusakan pada satu atau lebih area
fungsi yang penting, atau disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, atau kehilangan kebebasan American
Psychiatric Association, 1994. 2.3.1 Sejarah Gangguan Jiwa
Pada masa lalu gangguan jiwa dipandang sebagai kerasukan setan, hukuman karena pelanggaran sosial atau agama, kurang
minat atau semangat, dan pelanggaran norma sosial. Penderita gangguan jiwa dianiaya, dihukum, dijauhi, diejek dan dikucilkan dari
mayarakat normal. Sampai abad ke-19, penderita gangguan jiwa dinyatakan tidak dapat disembuhkan dan dibelenggu dalam penjara
tanpa diberi makanan, tempat berteduh atau pakian yang cukup. Saat ini gangguan jiwa diidentifikasi dan ditangani sebagai masalah
medis. Sejarah
mengatakan, ada
beberapa perkembangan
pendekatan terhadap gangguan jiwa. Pertama, pendekatan spiritual. Sejak zaman purba sampai abad 19 penyakit mental
dipandang terutama sebagai masalah moral dan spiritual. Mereka dianggap sebagai kerasukan roh. Oleh karena itu, pendekatannya
lebih cenderung secara rohani, misalnya dengan exorcism, dan ritual - ritual agama untuk mengusir roh-roh jahat tersebut. Kedua,
pendekatan biologis. Mulai abad ke-19 muncul pendapat yang menganggap penyakit jiwa lebih disebabkan oleh faktor biologis
fisik yang dipelopori oleh Grey, 1854. Dibawah kepemimpinannya rumah sakit berkembang, dan
pendekatan terhadap pasien lebih manusiawi. Pendapat yang
berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan kurangnya insulin dalam tubuh. Lalu, dikembangkan terapi injeksi
insulin. Juga dimulai adanya bedah otak di London, lalu diyakini bahwa gangguan jiwa disebabkan adanya kelainan otak pasien.
Ketiga, pendekatan psikologis. Pada abad ke-20 mulai berkembang pendekatan psikologis yang beranggap gangguan jiwa datang
karena pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berelasi dengan lingkungan, dan disebabkan hambatan pertumbuhan dalam
sepanjang kehidupan individu. Ini dimulai dengan hadirnya teori psikoanalisis dari Freud 1856-1939 dan behavioral model dari
John Watson, Ivan Palvov, dan BF Skinner. Sehingga munculah terapi-terapi baru seperti psikoanalisis, behaviour therapy, cognitive
therapy, dan lain sebagainya. 2.3.2 Ciri-ciri Gangguan Jiwa
Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan jiwa menurut Kanfer dan Goldstein Suliswati, 2005 adalah Pertama, hadirnya
perasaan cemas anxiety dan perasaan tegang tension di dalam diri. Kedua, merasa tidak puas dalam arti negatif terhadap perilaku
diri sendiri. Ketiga, perhatian yang berlebihan terhadap masalah yang dihadapinya. Keempat, ketidakmampuan untuk berfungsi
secara dalam menghadapi problem. Kadang-kadang ciri tersebut tidak dirasakan oleh penderita. Yang merasakan perilaku penderita
adalah masyarakat disekitarnya. Orang disekitarnya merasa bahwa perilaku yang dilakukan adalah merugikan diri penderita yang tidak
efektif, merusak dirinya sendiri. Dalam kasus demikian seringkali terjadi orang-orang merasa
terganggu dengan perilaku penderita. Gangguan jiwa merupakan penyakit yang dialami oleh seseorang yang mempengaruhi emosi,
pikiran dan tingkah laku mereka, diluar kepercayaan budaya dan kepribadian mereka, dan menimbulkan efek yang negatif bagi
kehidupan mereka atau kehidupan keluarga mereka. Dengan demikian dapat dipahami bahwa gejala-gejala gangguan jiwa ialah
hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik, dan sosiobudaya.
2.3.3 Penyebab Gangguan Jiwa Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau
dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan.
Gangguan jiwa ialah gejala-gejala patologik dominan berasal dari unsur psikis Yosep,2011. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang
lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau
lingkungannya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan jenis kelamin,
keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antara manusia dan sebagainya.
Gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin dibadan
somatogenik, dilingkungan sosial sosiogenik ataupun dipsike psikogenik. Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi
beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah
gangguan badan ataupun jiwa. Sumber penyebab gangguan jiwa menurut Yosep,2011
dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur somato-psiko- sosial yang terus menerus saling mempengaruhi, antara lain:
1. Faktor-faktor somatik somatogeneik : a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic e. Faktor-fator pre dan peri-natal
2. Faktor-faktor psikologik psikogenik atau psikoedukatif : a. Interaksi Ibu-anak: normal rasa percaya dan rasa aman
atau abnormal berdasarkan kekuranan, distorsi, dan keadaan yang terputus perasaan tak percaya dan
kebimbangan. b. Peranan ayah
c. Persaingan antar saudara kandung d. Intelegensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yag mengakibatkan kecemasan, deresi, rasa malu atau rasa salah.
g. Konsep diri: pengertian identias diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu.
h. Keterampilan, bakat, dan kreativitas. i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap
bahaya. j. Tingkat perkembangan emosi.
3. Faktor-faktor sosio-budaya sosiogenik atau sosiokultural : a. Kestabilan keluarga.
b. Pola mengasuh anak. c. Tingkat ekonomi.
d. Perumahan: perkotaan lawan pedesaan.
e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang
tidak memadai. f. Pengaruh rasial dan keagamaan.
g. Nilai-nilai. 2.3.4 Macam - Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa ialah gejala-gejala psikologik dari unsur psikis. Jenis gangguan jiwa :
a. Skizofrenia Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat dan
menimbulkan disorganisasi personalitas terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai. Pemikiran
dan perilaku abnormal pada penderita, perjalanan penyakit bertahap akan menunju kronisitas, jarang terjadi pemulihan
sempurna dengan spontan dan penderita tidak diobati biasanya akan menjadi rusak cacat.
b. Depresi Suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
kelelahan, rasa putus asa,tak berdaya dan rencana bunuh diri. Depresi juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa.
Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam
—macam perasaan, sikap, dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus
asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan
perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu.
Individu yang menderita suasana perasaan mood yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan,kurangnya
energi membuat mudah lelah dan berkurangnya aktifitas. Depresi dianggap normal terhadap banyak stres kehidupan dan abnormal
hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai
pulih. c. Kecemasan
Pengalaman psikis yang biasa dan wajar yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk
mengatasi masalah yang dihadapi. Keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak
spesifik. Penyebabnya atau sumber biasanya tidak diketahui. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan
sampai tingkat berat. d. Gangguan Kepribadian Bipolar Disorder
Gejala gangguan kepribadian dan gejala nerosa hampir sama pada orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah.
Klasifikasi gangguan; kepribadian paranoid, kepribadian afektif, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian obesif-
konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian, astenik, kepribadian antisosial dan kepribadian pasifagresif.
e. Gangguan Mental Organik Gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fumgsi jaringan otak dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang
terutama mengenaik otak. Bila bagian otak yang terganggu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja tidak
tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah
yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang
menyebabkannya. Pembagian psikotik atau non —psikotik lebih
menunjukan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.
f. Gangguan Psikomatik Komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi
badaniah. Gangguan psikomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ.
g. Retardasi Mental Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa
yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hentinya ketrampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja Anak dengan gangguan perilaku menunjukan perilaku yang
tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma —norma
masyarakat. Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku
mungkin berasal dari anak atau mungkin lingkungannya, akan tetapi akhirnya faktor ini saling mempengaruhi. Pada gangguan
otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. RS Amino,2014
2.4 Stigma Terhadap Gangguan Jiwa