PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN 02 METRO SELATAN

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Belajar dan Aktivitas Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh pengetahuan yang berguna bagi kehidupan. Belajar menurut Thorndike (dalam Uno, 2010: 11) adalah proses interaksi antara stimulus dan respon (bisa pikiran, perasaan atau gerakan). Belajar dalam pandangan teori konstruktivis merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.

Menurut Budiningsih (2004: 58) pembentukan pengetahuan dilakukan oleh si pebelajar. Ia harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari.

Sementara itu Hamalik (2001: 27) mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi juga mengalami dan memahami.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses interaksi yang diikuti adanya suatu kegiatan, sehingga mempengaruhi perubahan pola pikir dan tingkah laku seseorang. Belajar menekankan pada proses belajar itu sendiri, bukan semata-mata hasil belajar.

2.1.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan sebuah proses yang melibatkan fisik dan pikiran yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menurut Kunandar (2010: 277), aktivitas


(2)

adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Sardiman (2008: 10) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Sejalan dengan itu Dimyati dan Mudjiono (2006: 236) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan, aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman.

Ridwan (dalam http://id.shvoong.com. 2011: Aktivitas Belajar dalam Pendekatan Kontekstual) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar. Piaget (dalam Sardiman, 2008: 10) menerangkan bahwa seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir, agar anak itu berpikir sendiri harus ada kesempatan untuk berbuat sendiri. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Dewey (dalam Ditjen Kemendiknas, 2010: 16) mengemukakan bahwa aktivitas siswa dalam belajar akan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan pengetahuannya sendiri, siswa menunjukkan belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan, dan apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan, baik fisik maupun mental yang menimbulkan adanya interaksi. Aktivitas


(3)

dan interaksi yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.

2.2 Menulis

2.2.1 Hakikat Menulis

Menulis pada hakikatnya adalah mengungkapkan ide, pikiran, dan gagasan melalui bahasa tulis. Sarana untuk mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti.

Menurut Tarigan (1983: 77) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafis tersebut.

Djuanda (2006: 8) mengemukakan bahwa menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa. Sejalan dengan itu Syarif, dkk., (2011: 10) mengungkapkan bahwa hakikat menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Definisi lain juga dikemukakan oleh Santoso (2007: 6.14) bahwa menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Sedangkan menurut Suparno dan Yunus (2006: 1.3) menulis merupakan pengungkapan pikiran, ide, gagasan, dan perasaan dalam bentuk tulisan yang bisa dibaca dan dipahami maknanya melalui bahasa.


(4)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan mengungkapkan ide, gagasan, pendapat, dan imajinasi pikiran seseorang dalam bahasa tulis. Melalui tulisan seseorang dapat mengungkapkan perasaannya, imajinasi, gagasaan, dan keinginan kepada orang lain.

2.2.2 Tujuan Menulis

Tulisan pada dasarnya adalah alat untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk lambang atau huruf yang dapat dipahami dengan tujuan tertentu.

Tujuan menulis menurut Cahyani dan Rosmana (2007: 98) dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Tujuan penerangan (informational purpose), bertujuan memberi informasi atau keterangan-keterangan.

b. Tujuan penugasan (assignment purpose) c. Tujuan alturistik (altruitic purpose) d. Tujuan persuasif (persuasive purpose)

e. Tujuan pernyataan diri (self expressive purpose) f. Tujuan kreatif (creative purpose)

g. Tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis memiliki beberapa tujuan antara lain untuk menyelesaikan tugas, menghibur pembaca, mempengaruhi pembaca, dan memberikan wawasan atau pengetahuan. Menulis juga bertujuan untuk pernyataan diri, menunjukkan nilai artistik, memecahkan masalah, dan menjelaskan gagasan agar dapat dimengerti oleh pembaca.

2.2.3 Manfaat Menulis

Menulis melatih proses berpikir, artinya ketika menuangkan ide atau gagasan diperlukan pengetahuan tentang topik yang ingin ditulis, serta pengetahuan tentang cara menulis yang baik. Oleh karena itu menulis menurut Cahyani dan Rosmana (2006: 101) memiliki beberapa manfaat antara lain:


(5)

a. mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengetahuan tentang topik yang dipilih.

b. melatih penulis untuk bernalar.

c. lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

d. menulis melatih berpikir sistematis. e. lebih mudah memecahkan masalah.

f. kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan berpikir dan melatih seseorang untuk berbahasa secara tertib.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah untuk mengetahui pengetahuan terhadap suatu topik yang dipilih. Selain itu dengan menulis dapat melatih seseorang untuk berpikir kritis dan berbahasa secara tertib. Dengan berpikir kritis maka menjadikan penulis sebagai pemberi, bukan hanya penerima informasi.

2.2.4 Proses Menulis

Proses menulis terdiri dari beberapa tahap yang perlu dilakukan. Proses menulis dilakukan dengan maksud mempermudah ketika seseorang ingin menuangkan gagasannya sehingga lebih terfokus dan terarah. Proses menulis menurut Suparno dan Yunus (2006: 1.15) terdiri dari tiga tahap yaitu: (a) tahap pramenulis, (b) tahap penulisan, dan (c) tahap pasca menulis.

Selain itu tahap-tahap menulis menurut Syarif, dkk., (2009: 11) adalah sebagai berikut. a. Tahap perencanaan karangan, yaitu tahap persiapan antara lain pemilihan

topik.

b. Tahap penentuan dan memilih topik dengan membuat kerangka karangan yang terdiri dari ide-ide pokok.

c. Tahap terakhir yaitu tahap pengembangan karangan dan penyuntingan tulisan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap pramenulis, berisi perencanaan untuk penentuan topik karangan. Tahap kedua yaitu tahap membuat kerangka karangan, dan pengembangan


(6)

karangan. Tahap terakhir adalah tahap pascamenulis yaitu tahap penyuntingan dan perbaikan karangan.

2.2.5 Jenis-jenis Tulisan

Tulisan memiliki jenis-jenis sesuai dengan tujuan dari tulisan itu sendiri. Jenis-jenis tulisan dapat diklasifikasikan berdasarkan isi tulisan. Menurut Syarif, dkk., (2009: 7) berdasarkan sudut pandang isi, jenis tulisan yaitu:

a. eksposisi, yaitu bentuk karangan yang berisi pemaparan, menerangkan, menguraikan, atau menganalisis suatu topik yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang.

b. deskripsi, yaitu bentuk karangan yang berisi penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan.

c. narasi, yaitu bentuk karangan yang berisi pengisahan suatu pengalaman atau peristiwa dari waktu ke waktu. argumentasi, yaitu suatu bentuk karangan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis meyakinkan pembaca agar menerima pendapatnya.

d. persuasi, yaitu karangan yang berisi paparan yang mengajak, menghimbau, membangkitkan motivasi pembaca untuk mengikuti dan menerima serta meyakini ajakan dari penulis.

Sejalan dengan itu Suparno dan Yunus ( 2006: 4.6) mengemukakan bahwa jenis tulisan adalah sebagai berikut.

a. Deskripsi, yaitu suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.

b. Narasi, yaitu jenis karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti pada serangkaian kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmahnya.

c. Persuasi, yaitu jenis karangan yang berisi paparan bujuk, berdaya-ajuk, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketertarikan pembaca untuk menyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis.

d. Argumentasi, yaitu jenis karangan yang berisi paparan, alasan, dan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan.

e. Eksposisi, yaitu jenis tulisan yang bertujuan utama untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu agar pembaca memperoleh pengetahuan.


(7)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis tulisan terdiri dari tulisan eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi, dan persuasif. Eksposisi yaitu tulisan yang memaparkan suatu topik, deskripsi merupakan karangan yang menggambarkan suatu keadaan, narasi berbentuk pengisahan, argumentasi menjelaskan tentang pendapat penulis, dan persuasif yaitu bentuk karangan yang berusaha mempengaruhi pembaca. Berdasarkan jenis-jenis tulisan di atas maka penelitian ini memilih karangan eksposisi sebagai fokus dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan.

2.2.6 Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis dibentuk oleh dua kata yaitu kata keterampilan dan menulis. Keterampilan menurut kamus besar bahasa Indonesia, (2005: 1180) berasal dari kata dasar terampil, yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Menurut Muttaqin (dalam http://saifulmuttaqin.blogspot.com.2011: Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran) keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. Keterampilan dirancang sebagai proses belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan tepat melalui belajar.

Sedangkan menurut Rofiuddin dan Zuhdi (1999: 158) kata menulis berarti suatu proses menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, dan pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahasa secara tertulis.

Keterampilan menulis menurut Ahira (dalam http://www.anneahira. com. 2009: Keterampilan Menulis) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang


(8)

tulis menulis baik itu dalam proses maupun hasil sehingga dapat menghasilkan sebuah karya tulisan.

Sejalan dengan itu Sanjaya (dalam http://adesanjaya.blogspot.com. 2009: Pendekatan Kontekstual) mengemukakan bahwa keterampilan menulis dapat diartikan sebagai suatu kecakapan yang kompleks dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan seseorang dalam bahasa tulis, untuk memiliki keterampilan menulis maka seseorang harus melakukan kegiatan menulis agar terlatih.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan seseorang dalam mengubah bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan aktif dan produktif. Dalam keterampilan menulis terdapat tiga keterampilan dasar yang harus dimiliki yaitu, (a) keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata dan menggunakan kalimat efektif. Dengan memiliki keterampilan ini ada kemungkinan seseorang dapat menulis dengan lancar, (b) keterampilan penyajian yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan merinci pokok bahasan menjadi subpokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis. Dengan adanya keterampilan ini memungkinkan tulisan dapat diikuti oleh pembaca dengan mudah, (c) keterampilan perwajahan yaitu keterampilan pengaturan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien. Keterampilan menulis dapat dinilai dari aktivitas dan produk atau hasil tulisan yang biasanya berupa suatu karangan (Akhadiah dalam Resmini, dkk., 2006: 193).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan yang bersifat aktif dan produktif dalam mengubah bahasa lisan menjadi bahasa tulis. Keterampilan menulis memiliki tiga keterampilan dasar yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan perwajahan. Keterampilan menulis dapat dinilai dari aktivitas atau proses dan juga produk yaitu hasil karangan. 2.3 Menulis Karangan Eksposisi

2.3.1 Pengertian Karangan Eksposisi

Sebuah karangan merupakan hasil dari proses berpikir seseorang yang dituangkan ke dalam bahasa tulis untuk menjelaskan suatu topik dengan maksud agar yang


(9)

membaca mendapat pengetahuan, karangan yang dimaksud adalah karangan eksposisi. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 810) eksposisi berarti penerangan, penjelasan, dan pemaparan.

Menurut Keraf (dalam Erfizal, dkk., 2005: 16) karangan eksposisi atau pemaparan adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menerangkan atau menguraikan suatu topik, yang dapat memperluas pandangan atau wawasan seseorang yang membacanya.

Sedangkan Resmini (2006: 137) mengungkapkan bahwa karangan eksposisi juga didefinisikan sebagai karangan yang tujuan utamanya adalah memberitahukan, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.

Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan eksposisi adalah suatu karangan yang isinya menginformasikan, menerangkan, menguraikan, dan memaparkan sesuatu. Melalui karangan eksposisi seorang penulis dapat memberikan pencerahan melalui pemaparan suatu topik yang dituliskan. Tujuan utamanya agar pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan.

2.3.2 Karakteristik Karangan Eksposisi

Setiap karangan memiliki karakteristik tertentu untuk membedakannya dengan jenis karangan yang lain. Karakteristik tersebut bertujuan untuk menarik pembaca. Suparno dan Yunus (2006: 5.4) menerangkan bahwa karakteristik karangan eksposisi dilihat dari topik yang menjadi fokus dalam karangan. Karangan eksposisi memiliki karakteristik yaitu: (a) data faktual, (b) suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta, dan (c) bersifat pemaparan.


(10)

Selain itu karakteristik karangan eksposisi menurut Erfizal, dkk., (2005: 8) adalah sebagai berikut: (a) menjelaskan topik tertentu, (b) diperjelas dengan gambar, peta, atau grafik, (c) memerlukan analisis pada pengupasan topik, (d) menggali sumber dari pengalaman, pengamatan, sikap, keyakinan, dan (e) berusaha memperluas pandangan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik karangan eksposisi adalah informasi yang dipaparkan berupa fakta. Selain itu topik karangan dapat digali dari pengalaman atau pengamatan. Isi dari karangan eksposisi adalah pemaparan suatu topik dengan tujuan untuk memberikan wawasan atau pengetahuan.

2.3.3 Teknik Pengembangan Karangan Eksposisi

Mengembangkan karangan eksposisi, ada beberapa teknik yang dapat digunakan. Teknik tersebut menurut Suparno dan Yunus (2006: 5.10) antara lain: (a) teknik ilustrasi, yaitu pengembangan dengan menunjukkan contoh-contoh nyata, (b) teknis analisis, yaitu pengembangan karangan dengan menjelaskan suatu proses, (c) teknik identifikasi, (d) teknik perbandingan, (e) teknik klasifikasi, dan (f) teknik definisi.

Karangan eksposisi dapat dikembangkan berdasarkan fakta-fakta, menjelaskan tentang suatu proses bekerjanya sesuatu atau perbuatan, selain itu agar karangan eksposisi menjadi jelas dalam pemerolehan data faktual dapat disertai dengan gambar, denah, peta dan angka-angka, karangan eksposisi bisa dikembangkan dengan menyajikan suatu analisis terhadap sebuah fakta (Resmini, dkk., 2006: 139).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan karangan eksposisi dapat dilakukan dengan cara identifikasi, teknik perbandingan,


(11)

ilustrasi, klasifikasi, definisi, serta analisis. Pengembangan karangan eksposisi dengan teknik analisis biasanya berupa langkah-langkah, dan berupa proses/petunjuk, sedangkan teknik ilustrasi dengan mengungkapkan contoh-contoh nyata.

2.3.4 Langkah-langkah Menulis Karangan Eksposisi

Langkah-langkah menulis karangan eksposisi merupakan panduan untuk mempermudah seseorang dalam membuat karangan ini. Menurut Erfizal, dkk., (2005: 18) dalam menulis karangan eksposisi terdapat langkah-langkah yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut.

a. Menentukan tema, yaitu memilih topik yang akan menjadi fokus dalam penulisan. Tema itu harus dibatasi agar tidak terlalu luas.

b. Menentukan tujuan karangan, dalam menerangkan pokok persolan yang terkandung dalam tema diperlukan fakta-fakta yang harus disusun agar mudah dipahami pembaca.

c. Mengumpulkan bahan karangan, bahan tulisan eksposisi dapat diperoleh dari beberapa sumber.

d. Membuat kerangka tulisan.

e. Mengembangkan tulisan, setelah kerangka tulisan selesai, pengembangan tulisan dapat dimulai dari pikiran utama, dikembangkan menjadi kalimat utama dan kalimat penjelas dikerjakan dengan memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menulis karangan eksposisi langkah pertama yaitu menentukan tema agar informasi yang disampaikan jelas. Langkah kedua yaitu menentukan tujuan dan mengumpulkan sumber tulisan. Langkah ketiga yaitu membuat kerangka tulisan agar semua informasi yang didapat dari sumber dipilih dan diseleksi sesuai dengan tema dan tujuan yang diharapkan. Langkah yang terakhir adalah mengembangkan karangan, yang perlu diperhatikan adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2.4 Pendekatan Kontekstual


(12)

Pendekatan kontekstual pada dasarnya adalah pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi nyata agar apa yang dipelajari menjadi bermakna. Jhonson (2006: 15) mengemukakan bahwa pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Sejalan dengan itu Muchith (dalam Suprijono 2009: 86) mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran yang bermakna dan menganggap tujuan pembelajaran adalah situasi yang ada dalam konteks tersebut, konteks tersebut membantu siswa dalam belajar bermakna dan juga untuk menyatakan hal-hal yang abstrak.

Suprijono (2009: 79) menerangkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

Definisi lain juga diungkapkan oleh Ditjen Kemendiknas (2010: 24) bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan nyata.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari beserta aktivitasnya. Kehidupan sehari-hari yaitu lingkungan yang dekat dengan siswa baik itu pribadi,


(13)

sosial, dan budaya. Sedangkan aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.2 Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran memiliki karakteristik. Karakteristik pendekatan kontekstual menurut Hernawan, dkk., (2007: 156) adalah sebagai berikut.

a. Pendekatan kontekstual merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.

b. Pendekatan yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru.

c. Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, tetapi untuk dipahami dan diyakini.

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus diaplikasikan dalam kehidupan siswa.

e. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

Komalasari (2010: 13) mengemukakan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut.

a. Keterkaitan, artinya dalam menerapkan pendekatan kontekstual berkaitan dengan pengetahuan yang telah terlebih dahulu dimiliki oleh siswa.

b. Pengalaman langsung, artinya bahwa pendekatan kontekstual menerapkan konsep pengalaman langsung dan memberikan kesempatan siswa untuk mengonstruksi pengetahuannya sendiri.

c. Aplikasi, artinya bahwa materi yang dipelajari dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Kerjasama, artinya dalam penerapan pendekatan kontekstual mendorong kerjasama baik antara guru maupun siswa.

e. Pengaturan diri, artinya pendekatan kontekstual mendorong siswa untuk mengatur diri dan mandiri dalam belajar.

f. Assesmen autentik, artinya pendekatan kontekstual menerapkan penilaian yang holistik baik proses maupun hasil dari proses belajar. Selain itu karakteristik pendekatan kontekstual menurut Depdiknas (2011: 11) dapat diuraikan sebagai berikut:

(a) kerjasama, (b) saling menunjang, (c) menyenangkan, (d) tidak membosankan, (e) belajar dengan gairah, (f) pembelajaran terintegrasi, (g) siswa aktif, (h) sharing dengan teman, (i) menggunakan berbagai


(14)

sumber, (j) siswa kritis dan guru kreatif, (k) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, (l) laporan kepada orang tua bukan rapor, melainkan hasil karya siswa.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dan pengetahuan yang sudah ada. Dalam prosesnya, suasana belajar menyenangkan, tidak membosankan, terintegrasi, memotivasi siswa untuk bekerjasama, melatih siswa untuk melakukan kegiatan inkuiri, serta menekankan pada penilaian yang sebenarnya.

2.4.3 Komponen Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual memiliki komponen-komponen yang dimunculkan dalam proses pembelajaran. Komponen tersebut menurut Kristiyani (dalam http://utsurabaya.fileswordpress.com. 2010: Pembelajaran Menulis Berbasis Pendekatan Kontekstual) adalah sebagai berikut.

a. Konstruktivisme (construktivisme), merupakan landasan berpikir (filosofis) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas dalam konteks yang terbatas, kemudian berkembang

b. Menemukan (inquiry), merupakan inti dari pendekatan kontekstual. Pembelajaran yang menggunakan inkuiri menciptakan situasi yang memberikan kesempatan kepada siswa sebagai ilmuwan sehingga mereka betul-betul belajar.

c. Bertanya (questioning), pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang selalu dimulai dari bertanya.

d. Masyarakat belajar (learning community), adalah sekelompok orang yang terlibat dalam kegiatan belajar yang memahami pentingnya belajar, baik belajar secara individual maupun berkelompok agar mereka dapat belajar lebih mendalam.

e. Pemodelan (modelling), dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Guru dapat menjadi model, tetapi guru bukan satu-satunya model, artinya model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

f. Refleksi (reflection), merupakan cara berpikir tentang hal yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang hal-hal yang sudah dilakukan pada masa yang lalu.

g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) nilai dapat diperoleh dari proses, bukan semata hasil, dan dengan berbagai cara. Penilaian dapat berupa penilaiain tertulis dan penilaian hasil.


(15)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen pendekatan kontekstual terdiri dari kontruktivis, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Ketika seorang guru menggunakan pendekatan kontekstual, maka komponen tersebut semestinya dimunculkan dalam proses pembelajaran.

2.4.4 Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual

Secara garis besar langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual memunculkan komponen-komponen pendekatan kontekstual, seperti yang dikemukakan oleh Ditjen Kemendiknas (2010: 26) yaitu sebagai berikut.

a. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar.

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran juga dikemukakan oleh Ridwan dalam (http://id.shvoong.com. 2011: Aktivitas Belajar dalam Pendekatan Kontekstual) yaitu sebagai berikut.

a. Pendahuluan, berisi tentang persiapan guru untuk mengajar menggunakan pendekatan kontekstual. Dapat dilakukan dengan mengonstruksi pengetahuan siswa misalnya dengan apersepsi.

b. Inti, berisi kegiatan siswa saat melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam kegiatan inti guru mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa berdasarkan pengalaman yang pernah dialami siswa atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Dalam kegiatan inti guru memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan inkuiri dalam rangka menemukan pengetahuan, baik itu melalui proses tanya jawab maupun pemodelan yang dilakukan oleh guru atau siswa.

c. Penutup, berisi pembuatan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu guru dan siswa melakukan refleksi terhadap apa yang telah dipelajari.


(16)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup. Selain itu dalam proses pembelajarannya guru dituntut untuk memotivasi siswa agar, melakukan kegiatan inkuiri, mengembangkan rasa ingin tahu, menciptakan masyarakat belajar, menjadi model, dan mampu melakukan refleksi.

2.4.5 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual

Suatu pendekatan pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan pendekatan kontekstual.

1. Kelebihan pendekatan kontekstual

Menurut Sanjaya (dalam http://repository.upi.edu/pgsd. 2011: Pendekatan Kontekstual) kelebihan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut.

a. Menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

b. Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam kelompok, kerjasama, diskusi, saling menerima dan memberi.

c. Berkaitan secara riil dengan dunia nyata. d. Kemampuan berdasarkan pengalaman.

e. Dalam pembelajaran kontekstual perilaku dibangun atas kesadaran sendiri. f. Pengetahuan siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang

dialaminya.

g. Pembelajaran dapat dilakukan di mana saja sesuai dengan kebutuhan. h. Pembelajaran kontekstual dapat diukur melalui beberapa cara, misalnya

evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi, rekaman, dan wawancara.

2. Kelemahan pendekatan kontekstual.

Menurut Andi (dalam http://andiborneo.blogspot.com. 2011: Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan CTL dan pakem Beserta Cara Mengatasinya) kelemahan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut:

a. jika guru tidak pandai mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, maka pembelajaran akan menjadi monoton.

b. jika guru tidak membimbing dan memberikan perhatian yang ekstra, siswa sulit untuk melakukan kegiatan inkuiri, dan membangun pengetahuannya.


(17)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual memiliki kelebihan yaitu siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, dapat bekerjasama, belajar dengan mengalami, dan menekankan pada penilaian sebenarnya. Sedangkan kelemahannya adalah jika guru tidak pandai mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata dan tidak memberikan bimbingan serta perhatian yang ekstra siswa akan sulit dalam melakukan kegiatan inkuiri, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya.

2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (KTSP 2006).

Berdasarkan KTSP 2006 ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek yaitu, (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Pada akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra.

Adapun kurikulum bahasa Indonesia di SD menurut Djuanda (2006: 53) mempunyai karakteristik sebagai berikut.

1. Menggunakan pendekatan komunikatif, keterampilan proses, tematis integratif, dan lintas kurikulum.

2. Mengutamakan variasi, kealamian, kebermaknaan, fleksibilitas. 3. Penggunaan metode.


(18)

4. Memberi peluang untuk menggunakan berbagai sumber belajar.

Depdiknas (2006: 2.6) mengungkapkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut.

1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

2. Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif dalam bermacam-macam tujuan. 3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan sosial. 4. Siswa memiliki kedisiplinan dalam berpikir dan berbahasa.

5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, mempunyai wawasan kehidupan, dan meningkatkan kemampuan berbahasa.

6. Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki tujuan agar siswa bangga menggunakan bahasa Indonesia, memiliki keterampilan, menghargai, dan mengembangkan bahasa Indonesia. Selain itu, siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, sehingga mampu mengembangkan intelektualnya.

Sementara itu menurut KTSP (dalam Permendiknas, 2006: 7) jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit. Alokasi waktu pada mata pelajaran bahasa Indonesia setiap minggunya adalah 5 jam pelajaran.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat diwujudkan melalui proses pembelajaran. Secara khusus Madusari, dkk., (2009: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan pembelajaran yaitu sebagai berikut.


(19)

1. Pendekatan whole language, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia, yang menyajikan pembelajaran bahasa yang utuh, tidak terpisah-pisah.

2. Pendekatan komunikatif, yaitu suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat komunikatif sebagai tujuan utama pembelajaran bahasa dengan mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa, mengakui, dan menghargai bahasa.

3. Pendekatan integratif, yaitu pendekatan yang menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.

4. Pendekatan kontekstual, yaitu suatu pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di dalamnya, dan siswa dituntut untuk membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara utuh, komunikatif, terintegrasi, berkaitan dengan dunia nyata, serta memberikan makna. Mengingat beragamnya pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka harus dipertimbangkan oleh guru ketika akan menggunakannya. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti memilih pendekatan kontekstual sebagai fokus pembelajaran menulis karangan eksposisi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

2.6 Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar

Pembelajaran menulis di sekolah dasar menurut KTSP (Depdiknas, 2008: 28) terdiri dari dua tahap yaitu tahap menulis permulaan dan tahap menulis lanjut. Pembelajaran menulis permulaan diajarkan di kelas rendah yaitu kelas I, II, dan kelas III. Sedangkan pembelajaran menulis lanjut diajarkan di kelas tinggi yaitu kelas IV, V, dan kelas IV. Menurut Santoso (2007: 3.21) pengajaran menulis permulaan diawali dari melatih siswa memegang alat tulis dengan benar, menarik garis, menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana, biasanya diawali atau bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan.


(20)

Sejalan dengan itu menurut Resmini (2006: 51) pengajaran menulis permulaan untuk tingkat sekolah dasar dalam setiap hari itu sebaiknya disediakan waktu sekitar 40 sampai 45 menit untuk menulis. Dengan kata lain, guru harus menyediakan waktu untuk kegiatan menulis bagi para siswanya secara berkesinambungan setiap harinya minimal 40 sampai 45 menit untuk tingkat sekolah dasar.

Sedangkan menurut Santoso (2007: 3.22) pengajaran menulis lanjut dimulai misalnya menulis kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan bantuan berbagai media dengan menggunakan ejaan yang benar.

Resmini (2006: 53) mengungkapkan bahwa pengajaran menulis lanjut diberikan dengan memberikan ruang yang lebih kompleks untuk siswa mengembangkan ide-ide dan gagasan dalam bentuk tertulis dengan memberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan menulis.

Adapun dalam tahap menulis lanjut menurut Farris (Resmini, dkk., 2006: 216) siswa di kelas tinggi sekolah dasar dalam prosesnya siswa telah mampu:

(a) memfokuskan gagasannya pada satu topik tertentu, (b) berpikir abstrak dengan tidak lagi memerlukan hadirnya contoh konkret, dan (c) menganjukan pertanyaaan pada dirinya sendiri. Pada tahap pengedrafan siswa telah mampu (1) menuangkan gagasannya dalam bentuk draf secara berbeda-beda sesuai dengan sudut pandak, bentuk, dan suasana, (2) menunjukkan kesadaran adanya pembaca, (3) mengawali cerita dari berbagai bagian, misalnya dari bagian tengah, (4) menunjukkn rasa simpati, (5) menumbuhkan kesadaran terhadap pemenuhan elemen tulisan yang baik, dan (6) menulis, membaca, serta menyunting tulisannya sendiri. Pada tahap perbaikan siswa seokolah dasar kelas tinggi sudah mampu (a) melakukan peyuntingan terhadap tulisannya sendiri, (b) mengaplikasikan aspek mekanikal tulisan atau karangan, dan (c) mempertimbangkan calon pembacanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis di sekolah dasar terbagi atas dua tahap yaitu tahap pembelajaran menulis permulaan dan tahap menulis lanjut. Tahap menulis permulaan diajarkan di kelas rendah, sedangkan tahap menulis lanjut diajarkan di kelas tinggi. Tahap menulis permulaan diawali dengan


(21)

melatih siswa memegang alat tulis dengan benar, menarik garis, menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana, biasanya diawali atau bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan. Sedangkan pada tahap menulis lanjut dimulai misalnya menulis kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan bantuan berbagai media dengan menggunakan ejaan yang benar.

2.7 Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Menulis Karangan Eksposisi

Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas IV SDN 02 Metro Selatan dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.


(22)

Penerapan Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi Kegiatan awal

1. Guru mengondisikan siswa agar siap menerima materi. 2. Absensi.

3. Menyiapkan media pembelajaran yang berkaitan dengan materi atau topik karangan eksposisi.

4. Guru memberikan apersepsi berkaitan dengan materi yang telah dipelajari atau yang akan dipelajari.

Kegiatan inti Konstruktivis

a. Memberikan pengetahuan tentang menulis karangan eksposisi.

b. Siswa mengonstruksi pengetahuan dengan membaca artikel berbentuk karangan eksposisi, wawancara, mencermati materi tentang karangan eksposisi yang disajikan, atau bertanya jawab tentang topik karangan eksposisi.

Inkuiri

a. Siswa mengamati objek, bisa nyata atau gambar yang berkaitan dengan topik karangan eksposisi yang dikenal dan mudah dipahami oleh siswa.

b. Mencari sumber atau bahan penulisan karangan eksposisi melalui buku, media massa yang bisa diperoleh di lingkungan sekolah.

c. Mengajukan pertanyaan tentang materi yang diberikan, menemukan langkah-langkah mengarang eksposisi/topik karangan, dan mengerjakan tugas mengarang karangan eksposisi.

Bertanya

a. Guru bertanya untuk menggali pengetahuan siswa tentang karangan eksposisi, merangsang siswa berpikir tentang topik karangan eksposisi, memperjelas gagasan, dan meyakinkan apa yang diketahui siswa.

b. Siswa bertanya, mengemukakan gagasan, dan menjawab pertanyaan, serta merespon penjelasan guru.

Masyarakat Belajar

a. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar bersama dengan membaca karangan eksposisi teman satu kelompok.

b. Siswa belajar berkelompok untuk mendiskusikan materi tentang karangan eksposisi yang diberikan.

Pemodelan

a. Guru memberikan contoh karangan eksposisi.

b. Pemodelan dilakukan oleh guru atau siswa berkaitan dengan karangan eksposisi.

c. Siswa memprensentasikan hasil karangan eksposisi. Refleksi

a. Merespon terhadap kegiatan, kejadian, dan aktivitas dalam pembelajaran. b. Memberikan penguatan dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. c. Menyimpulkan materi pembelajaran tentang karangan eksposisi.

Penilaian sebenarnya

a. Penilaian terhadap proses pembelajaran.

b. Penilaian hasil yaitu penilaian terhadap hasil karangan eksposisi siswa.

Kegiatan penutup a. Guru dan siswa melakukan refleksi.

b. Guru dan siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari c. Guru memberikan penguatan.

Pe n er ap an p en d ek atan k on te k stual d alam p em b elajar an m en u li s k ar an gan e k sp osi si sis wa kel as IV

Adaptasi dari Kristiyani (dalam http://utsurabaya.files.wordpress.com. 2011: Pembelajaran Menulis Berbasis Pendekatan Kontekstual ).


(23)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan eksposisi semestinya memunculkan komponen-kompenen dalam pendekatan kontekstual, yang terdiri dari konstruktivisme, inkuiri, bertanya, pemodelan, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian sebenarnya (autentik assesmen) dalam proses pembelajaran. Dengan komponen-komponen tersebut siswa belajar menemukan, mengalami, membangun, menilai, meniru, dan merefleksi pengetahuannya.

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu “Apabila dalam pembelajaran bahasa Indonesia menerapkan pendekatan kontekstual, dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat maka aktivitas dan keterampilan menulis eksposisi siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan dapat meningkat.”


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau dikenal dengan classroom action research. Penelitian tindakan kelas adalah gabungan definisi dari tiga kata, penelitian, tindakan, kelas, sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran (Arikunto, dkk., 2006: 58). Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas IV SDN 02 Metro Selatan.

3.2 Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 02 Metro Selatan, yang berlokasi di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro.


(25)

2

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 selama kurang lebih lima bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian (bulan Februari-Juni 2012).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Observasi, dilaksanakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran serta kinerja guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual berlangsung.

b. Tes, digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran, dengan memberikan tes dalam bentuk tes mengarang eksposisi berdasarkan suatu topik tertentu.

c. Studi dokumentasi yaitu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, agenda, foto, dan sebagainya (Arikunto, 2007: 206).

3.4 Alat Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data, yaitu:

a. Lembar observasi. Lembar observasi ialah suatu alat yang digunakan untuk mengamati obyek tertentu, dalam hal ini adalah aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selam proses pembelajaran berlangsung.

b. Soal tes. Soal tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran dalam bentuk tes berupa tes mengarang karangan eksposisi.


(26)

3

c. Studi dokumentasi yaitu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, agenda, foto, dan sebagainya (Arikunto, 2007: 206).

3.5 Jenis Data

Jenis data penelitian adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diambil dari hasil observasi yaitu aktivitas siswa dan kinerja guru. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes mengarang eksposisi yang berbentuk skor/angka.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara mengumpulkan data untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas belajar siswa. Sedangkan analisis kuantitatif untuk mendapatkan gambaran tentang keterampilan menulis eksposisi siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan.

1. Analisis Kualitatif

Digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa, serta menganalisis kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Analisis aktivitas belajar siswa diperoleh dengan rumus: NP =

Mx Keterangan:

NP = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum dari tes yang ditentukan


(27)

4

100 = bilangan tetap

Adaptasi dari Purwanto (2008: 102).

b. Analisis kinerja guru diperoleh dengan rumus: NP =

Mx

Keterangan:

NP = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum dari tes yang ditentukan 100 = bilangan tetap

Adaptasi dari Purwanto (2008: 102). Kategori aktivitas siswa dan kinerja guru: 86% - 100% = Sangat Baik

71% - 85% = Baik 56% - 70% = Cukup 41% - 55% = Kurang

26% - 40% = Kurang Sekali. Adaptasi dari Arikunto (2007: 17). 2. Analisis Kuantitatif

Digunakan untuk mendeskripsikan keterampilan siswa dalam penguasaan materi yang diajarkan guru, yaitu keterampilan siswa dalam menulis karangan eksposisi. Adapun aspek yang dinilai dalam tes menulis karangan eksposisi antara lain: (a) kesesuaian dengan topik, (b) pemilihan diksi, (c) ejaan dan tanda baca, (d) kerapian tulisan, (e)


(28)

5

koherensi, (f) pengembangan karangan, (g) pemaparan topik (Rofiuddin dan Zuhdi, 1999: 274). Teknik penyekoran keterampilan menulis karangan eksposisi (terlampir).

Nilai tes keterampilan menulis karangan eksposisi siswa diperoleh dengan rumus:

NP =

Mx

Keterangan:

NP = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum dari tes yang ditentukan 100 = bilangan tetap

Adaptasi dari Purwanto (2008: 102) 3.7 Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa mencapai

nilai KKM yaitu ≥ 65 dengan target keberhasilan dari aktivitas siswa dan

kinerja guru mencapai 70% dan hasil belajar siswa mencapai 70 (diadaptasi dari Depdiknas, 2008: 5).

3.8 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan penelitian yang ditempuh adalah bentuk proses pengkajian siklus berdaur ulang. Menurut Hopkins (dalam Arikunto, dkk., 2006: 58) daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), mengobservasi tindakan


(29)

6

(observation) dan melakukan refleksi (reflection) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.

Gambar Alur Siklus dalam PTK

Gambar 1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas

3.9 Keterangan Urutan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

(Adaptasi dari Arikunto, dkk., 2006: 74) SIKLUS III

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS I

SIKLUS II

? Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Perencanaan


(30)

7

1. Perencanaan (planning)

Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 02 Metro Selatan, peneliti melakukan persiapan sebagai berikut.

a. Menganalisis materi pokok/sub-materi pokok yang akan dituangkan dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.

b. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan media pembelajaran.

c. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk aktivitas siswa dan kinerja guru, dan instrumen penilaian keterampilan menulis karangan eksposisi.

d. Mempersiapkan alat yang digunakan untuk mengambil gambar (dokumentasi).

2. Pelaksanaan (action)

Pada siklus I, kompetensi dasar yang disampaikan adalah menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar dan tanda baca), materinya adalah menulis karangan dengan berbagai topik sederhana dan membuat kerangka karangan (langkah-langkah membuat karangan eksposisi), dengan topik menjaga kesehatan.

Kegiatan Awal


(31)

8

b. Guru menyampaikan apersepsi berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman yang pernah dialami oleh siswa.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru menggali pengetahuan siswa berkaitan dengan topik yang akan dipelajari. Elaborasi

1. Guru mengonstruksi pengetahuan siswa dengan penjelasan tentang karangan eksposisi.

2. Siswa menyimak dan merespon penjelasan guru. 3. Guru memberikan contoh karangan eksposisi.

4. Guru menempel media gambar berupa chart cara menjaga kesehatan.

5. Siswa ditugaskan untuk menemukan hal-hal penting atau menarik yang terdapat dalam chart.

6. Guru memberikan tugas menulis karangan eksposisi dengan memberikan pilihan topik tentang menjaga kesehatan (menjaga kesehatan badan dan mencegah penyakit demam berdarah).

7. Siswa memilih topik yang telah ditentukan.

8. Siswa mencari bahan tulisan yang diperlukan dalam menulis karangan eksposisi melalui buku-buku di perpustakaan.

9. Guru melakukan penilaian sebenarnya terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan menulis karangan eksposisi.

10.Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa.


(32)

9

11.Siswa diarahkan untuk membuat kelompok belajar dengan bergabung bersama kelompok masing-masing untuk membaca hasil karangan teman dalam satu anggota kelompok

12.Setiap kelompok bertugas untuk memilih/menemukan salah satu karangan untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan kelas.

13.Setiap kelompok mewakilkan salah satu anggotanya yang memiliki hasil karangan eksposisi terbaik.

Konfirmasi

Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari. Kegiatan Penutup

a. Guru mengumpulkan hasil menulis karangan eksposisi untuk dinilai. b. Guru bersama siswa mengadakan refleksi dari pembelajaran yang sudah

dilaksanakan berupa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. 3. Observasi (observation)

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi (reflection)

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Kemudian berdasarkan analisis hasil aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil keterampilan menulis eksposisi dari


(33)

10

siklus I, guru bersama peneliti merumuskan keunggulan dan kelemahan yang ada pada siklus I sebagai renungan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun RPP siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan (planning)

Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 02 Metro Selatan, peneliti melakukan persiapan sebagai berikut. a. Menganalisis materi pokok/sub-materi pokok yang akan dituangkan dalam

pembelajaran menulis karangan eksposisi.

b. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan media pembelajaran. c. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi untuk

kegiatan siswa dan guru, dan instrumen penilaian keterampilan menulis karangan eksposisi.

d. Mempersiapkan alat yang digunakan untuk mengambil gambar (dokumentasi).

2. Pelaksanaan (action)

Pada siklus II, kompetensi dasar yang disampaikan adalah menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar dan tanda baca) materinya adalah menulis karangan berdasarkan pengamatan dan pengalaman dan membuat kerangka karangan serta menggunakan huruf kapital yang benar, dengan topik kegemaran.


(34)

11

Kegiatan Awal

a. Guru mengondisikan kelas, dan menyiapkan media pembelajaran.

b. Guru menyampaikan apersepsi berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman yang pernah dialami oleh siswa.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru mengajukan pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa berkaitan dengan penggunaan huruf kapital yang benar dalam sebuah kalimat.

Elaborasi

1. Guru mengonstruksi pengetahuan siswa dengan penjelasan tentang pengembangan karangan berdasarkan kerangka karangan.

2. Siswa menyimak dan merespon penjelasan guru.

3. Guru memberikan contoh berupa gambar tentang suatu hobi misalnya hobi berkebun.

4. Siswa ditugaskan untuk mengamati, menemukan hal-hal penting atau hal yang menarik dari gambar.

5. Siswa menuliskan hasil dari pengamataan sebagai kerangka karangan. 6. Guru memberikan tugas menulis karangan eksposisi sesuai dengan topik

yang telah ditentukan oleh guru.

7. Guru menilai aktivitas siswa dalam kegiatan menulis karangan.

8. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa.


(35)

12

9. Siswa diarahkan untuk membuat kelompok belajar dengan bergabung bersama kelompok masing-masing untuk membaca hasil karangan teman dalam satu anggota kelompok

10.Setiap kelompok bertugas untuk memilih/menemukan salah satu karangan untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan kelas.

11.Setiap kelompok mewakilkan salah satu anggotanya yang memiliki hasil karangan eksposisi terbaik.

Konfirmasi

Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari. Kegiatan Penutup

a. Guru memberi penghargaan pada kelompok dengan hasil karangan terbaik.

b. Guru mengumpulkan hasil menulis karangan eksposisi untuk dinilai. c. Guru bersama siswa mengadakan refleksi dari pembelajaran yang sudah

dilaksanakan berupa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

3. Observasi (observation)

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.


(36)

13

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Hasil analisis yang dilakukan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Kemudian berdasarkan analisis hasil aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil keterampilan menulis eksposisi dari siklus II, guru bersama peneliti merumuskan keunggulan dan kelemahan yang ada pada siklus II sebagai renungan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun RPP siklus III.

Siklus III

1. Perencanaan (planning)

Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN 02 Metro Selatan, peneliti melakukan persiapan sebagai berikut.

a. Menganalisis materi pokok/sub-materi pokok yang akan dituangkan dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.

b. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan media pembelajaran. c. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi

untuk kegiatan siswa dan guru, dan instrumen penilaian keterampilan menulis eksposisi.

d. Mempersiapkan alat yang digunakan untuk mengambil gambar (dokumentasi).


(37)

14

Pada siklus III, kompetensi dasar yang disampaikan adalah menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar dan tanda baca) dengan materi menulis karangan berdasarkan pengamatan dengan memperhatikan ejaan (huruf besar dan tanda baca), dan mengembangkan karangan berdasarkan kerangka karangan, dengan topik lingkungan.

Kegiatan Awal

a. Guru mengondisikan kelas, dan menyiapkan media pembelajaran.

b. Guru menyampaikan apersepsi berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman yang pernah dialami oleh siswa.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru mengajukan pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa berkaitan dengan topik yang akan ditulis yaitu lingkungan.

Elaborasi

1. Guru membangun pengetahuan siswa dengan penjelasan tentang menulis karangan berdasarkan pengamatan.

2. Siswa menyimak dan merespon penjelasan guru.

3. Guru mengajak siswa untuk belajar di luar kelas dengan mengamati kondisi lingkungan sekolah.

4. Siswa ditugaskan untuk mengamati, menemukan hal-hal penting berdasarkan pengamatan.


(38)

15

5. Siswa menuliskan hasil temuan dari pengamatan sebagai kerangka karangan.

6. Guru memberikan tugas menulis eksposisi berdasarkan pengamatan. 7. Guru menilai aktivitas siswa dalam kegiatan menulis karangan.

8. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa.

9. Siswa diarahkan untuk membuat kelompok belajar dengan bergabung bersama kelompok masing-masing untuk membaca hasil karangan teman dalam satu anggota kelompok.

10.Setiap kelompok bertugas untuk memilih/menemukan salah satu karangan untuk ditampilkan atau diprsentasikan di depan kelas.

11.Setiap kelompok mewakilkan salah satu anggotanya yang memiliki hasil karangan eksposisi terbaik.

Konfirmasi

Guru dan siswa melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi yang dipelajari.

Kegiatan Penutup

a. Guru memberi penghargaan pada kelompok dengan hasil karangan terbaik. b. Guru mengumpulkan hasil menulis karangan eksposisi untuk dinilai. c. Guru bersama siswa mengadakan refleksi dari pembelajaran yang sudah

dilaksanakan berupa membuat kesimpulan hasil belajar. 3. Observasi (observation)


(39)

16

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi (reflection)

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas kegiatan di siklus III yang dilakukan oleh peneliti, baik itu kelebihan ataupun kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus III pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.


(40)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan di Indonesia, dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang pendidikan dasar dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia (Depdiknas, 2006: 21). Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis merupakan keterampilan produktif.

Keterampilan reseptif dan produktif dalam berbahasa merupakan dua sisi yang saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Ketika seseorang ingin mengembangkan keterampilan berbicara dan menulis maka harus banyak membaca dan menyimak. Menurut Resmini (2006: 195 mengembangkan keterampilan berbicara dan menulis, seyogianya pula diawali dengan kegiatan menyimak dan membaca, begitulah keempat aspek berbahasa saling mendukung. Menulis sebagai salah satu keterampilan dapat diperoleh melalui proses belajar dan berlatih.

Pembelajaran menulis di sekolah dasar dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap menulis permulaan dan tahap menulis lanjut. Tahap menulis permulaan diajarkan di kelas rendah, sedangkan tahap menulis lanjut diajarkan di kelas tinggi. Morsey (dalam Santoso, 2007: 3.21) mengungkapkan bahwa pada tahap menulis lanjut siswa mulai


(41)

menulis kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan bantuan berbagai media dan ejaan yang benar. Sejalan dengan itu Farris (dalam Resmini, dkk., 2006: 216) mengemukakan pada tahap menulis lanjut, siswa sudah mampu memfokuskan gagasan pada suatu topik tertentu, berpikir abstrak, mengembangkan gagasannya, menyadari adanya pembaca, lalu menuangkannya dalam bentuk karangan sederhana.

Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa siswa di kelas tinggi sudah mampu mengungkapkan ide, gagasan, perasaan, dan informasi yang terfokus pada satu topik, mampu menulis tanpa hadirnya objek langsung, dan mampu berpikir abstrak. Hal ini dapat dilaksanakan siswa melalui pembelajaran menulis karangan atau wacana.

Menulis dalam berbagai bentuk merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia. Menulis merupakan proses menuangkan ide, gagasan, dan informasi ke dalam berbagai bentuk tulisan seperti karangan atau wacana. Karangan dapat dibedakan menjadi, karangan eksposisi (pemaparan/penjelasan suatu topik), deskripsi (pelukisan/gambaran), narasi (penceritaan), argumentasi (pembahasan, pengungkapan pendapat penulis), dan persuasi (karangan yang berisi ajakan dan bersifat mempengaruhi pembaca).

Keterampilan menulis karangan eksposisi merupakan salah satu keterampilan yang harus diajarkan di kelas IV sekolah dasar, hal ini sesuai dengan salah satu kompetensi dasar menulis dalam KTSP yaitu, menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu. Menurut Syarif, dkk., (2009: 7) karangan eksposisi merupakan tulisan yang memaparkan, menjelaskan, dan menguraikan sesuatu. Dengan keterampilan menulis karangan eksposisi siswa dapat menjelaskan,


(42)

memaparkan informasi yang diperoleh kepada orang lain, agar pembaca memperoleh pengetahuan.

Hasil observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti di SDN 02 Metro Selatan tanggal 7 November 2011, menunjukkan bahwa keterampilan menulis karangan eksposisi siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dari nilai menulis karangan eksposisi siswa pada tugas-tugas harian semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Dari 32 siswa hanya 11 atau 34,37 % yang mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sedangkan 21 siswa atau 65,63% belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. Sementara itu rata-rata nilai kelas adalah 55. Rendahnya keterampilan menulis karangan eksposisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Hal ini terlihat dari aktivitas, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang bertanya maupun menjawab pertanyaan, siswa kurang antusias dalam kegiatan menulis, siswa tidak mencatat penjelasan guru, dan banyak siswa mengabaikan tugas menulis eksposisi. Selain itu suasana pembelajaran kurang menyenangkan, guru lebih sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Guru belum mengaitkan materi pembelajaran dan topik karangan dengan kehidupan nyata, siswa belum diberi kesempatan untuk memperoleh sendiri pengetahuannya, belum melibatkan siswa secara aktif, dan guru belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan terhadap objek yang menjadi topik tulisan.

Santoso (2007: 1.29) mengemukakan bahwa salah satu penentu keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran tersebut. Pendekatan yang digunakan oleh guru diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar dan memberikan makna bagi siswa. Oleh karena itu


(43)

diperlukan suatu pendekatan yang melibatkan siswa secara aktif, memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dalam proses belajar, dan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata, sehingga aktivitas dan keterampilan menulis eksposisi siswa akan meningkat. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Melalui pendekatan kontekstual guru dapat mengaitkan materi dengan kehidupan nyata, siswa dapat membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri (Jhonson dalam Komalasari, 2010: 6). Kelebihan penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran menulis yaitu: (1) melatih siswa berpikir kritis, (2) siswa lebih antusias dalam memilih dan menentukan topik, (3) siswa diberikan kesempatan untuk mencari dan memperoleh data, (4) siswa terlatih untuk berbagi informasi, (5) siswa dapat melakukan pengamatan terhadap objek tulisan, dan (6) adanya refleksi pada proses dan akhir pembelajaran (Kristiyani, dalam http://utsurabayafileswordpress. com. 2010: Pembelajaraan Menulis Berbasis Kontekstual).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul penelitian: “Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Menulis Karangan Eksposisi melalui Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 02 Metro Selatan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasikan permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.

1.2.1. Aktivitas belajar siswa masih rendah, siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru, kurang bertanya maupun menjawab pertanyaan, siswa kurang


(44)

antusias dalam kegiatan menulis, siswa tidak mencatat penjelasan guru, dan banyak siswa mengabaikan tugas menulis karangan eksposisi.

1.2.2. Keterampilan menulis karangan eksposisi masih rendah, dari 32 siswa hanya 11 atau 34,37 % yang mendapat nilai ≥ 65, yang berarti sudah mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sedangkan sisanya 21 siswa atau 65,63% belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. Sementara itu rata-rata nilai kelas adalah 55.

1.2.3. Metode pembelajaran yang digunakan guru belum melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, guru lebih sering menggunakan metode yang konvensional.

1.2.4. Siswa belum diberikan kesempatan untuk menemukan pengetahuannya sendiri dan melakukan pengamatan terhadap objek yang menjadi topik menulis karangan eksposisi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1.4.1 Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi melalui pendekatan kontekstual pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan?

1.4.2 Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis karangan eksposisi melalui pendekatan kontekstual pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan?


(45)

Dari rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:

1.4.1 Meningkatan aktivitas belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi melalui pendekatan kontekstual.

1.4.2 Meningkatkan keterampilan menulis karangan eksposisi pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan melalui pendekatan kontekstual.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi siswa

Dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan eksposisi siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan melalui pendekatan kontekstual.

1.5.2 Bagi guru

Bagi guru, memperluas wawasan dan pengetahuan guru di sekolah dasar mengenai pendekatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

1.5.3 Bagi sekolah

Meningkatnya kualitas pembelajaran dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas pula. Dengan menggunakan pengalaman belajar yang baru melalui pendekatan kontekstual sebagai salah satu inovasi pembelajaran khususnya dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.


(46)

1.5.4 Bagi peneliti

Dapat meningkatkan kompetensi paedagogik pada diri peneliti, sekaligus memberikan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas sehingga kelak dapat menjadi guru yang profesional.


(47)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI MELALUI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV

SDN 02 METRO SELATAN

(Skripsi)

Oleh

DEWI VENI ASTUTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam menulis karangan eksposisi, dapat disimpulkan sebagai berikut.

5.1.1 Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi. Terbukti hasil rekapitulasi rata-rata aktivitas siswa dari siklus I sebesar (65,10%)

dengan kriteria keberhasilan “Cukup”, siklus II sebesar (75,53%)

kriteria keberhasilan “Baik”, dan siklus III sebesar (93,75%) dengan

kriteria keberhasilan “Sangat Baik”. Dengan demikian, peningkatan

dari siklus I ke siklus II sebesar (10,43%), dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar (18,22%).

5.1.2 Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan eksposisi siswa. Hal ini terbukti dari hasil rekapitulasi pada siklus I nilai rata-rata keterampilan siswa menulis karangan eksposisi sebesar (64,56) pada siklus II menunjukkan nilai sebesar (71,56), dan pada siklus III menunjukkan nilai sebesar (80,13). Dengan demikian, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (7) angka dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar (8, 57) angka.


(49)

52

5.1.3 Berdasarkan hasil rekapitulasi perolehan nilai pada tiap aspek dalam menulis karangan eksposisi, terdapat 7 aspek yang dinilai dengan target ketuntasan 70. Pada siklus I baru terdapat 1 aspek yang telah mencapai target ketuntasan yaitu aspek kesesuaian topik. Pada siklus II terdapat 4 aspek yang telah mencapai target ketuntasan yaitu kesesuaian dengan topik, diksi, kerapian tulisan, dan pemaparan topik. Sedangkan pada siklus III semua aspek telah mencapai target ketuntasan yaitu aspek kesesuaian dengan topik, diksi, ejaan dan tanda baca, kerapian tulisan, koherensi, pengembangan gagasan, dan pemaparan topik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas, berikut ini disampaikan saran yang diberikan kepada:

5.2.1 Siswa, untuk senantiasa membudayakan belajar membaca dan menulis, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

5.2.2 Guru, diharapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menerapkan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan mengarang eksposisi, sehingga diharapkan memperoleh hasil yang baik dari pembelajaraan tersebut. Dalam proses pembelajaraan, siswa dilibatkan secara langsung dan aktif, memberikan pengalaman belajar pada siswa, serta


(50)

53

mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran lebih bermakna.

5.2.3 Kepala Sekolah, hendaknya memfasilitasi kebutuhan guru dalam pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik dan memberikan arahan bahwa banyak model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan menulis siswa, salah satunya melalui pendekatan kontekstual.


(51)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI MELALUI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV

SDN 02 METRO SELATAN

Oleh

DEWI VENI ASTUTI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(52)

(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

MOTTO

Hidup adalah belajar, belajar, dan belajar untuk meraih cita-cita, berdoa, ikhtiar, semangat, sabar, tawakal, dan bersyukur.


(58)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd. ...

Sekretaris : Drs. Suyanto, M.Pd. ...

Penguji Utama : Dra. Asmaulkhair, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(59)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dewi Veni Astuti

NPM : 0813053006

Jurusan : Ilmu Pendidikan Program Studi : S1 PGSD

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Menulis Karangan Eksposisi Melalui Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 02 Metro Selatan” adalah benar -benar hasil karya sendiri.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya. Apabila di kemudian hari ternyata tidak benar, saya bersedia dituntut berdasarkan Undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Bandar Lampung, Juli 2012 Yang Membuat Pernyataan

Dewi Veni Astuti NPM 0813053006


(60)

(61)

i

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Alhamdulillah sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati karya ini kupersembahkan untuk:

1. Teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan ketulusan dan kesabaran telah mendidik, memberikan motivasi, doa, pengorbanan, kasih sayang, inspirasi, menjaga dengan segenap jiwa dan raga, serta selalu menanti kesuksesanku.

2. Kakek dan Nenek tercinta, kedua adikku tersayang dan keluarga besarku yang telah memberikan dukungan, motivasi, doa, dan kasih sayang.

3. Bapak dan Ibu dosenku tercinta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta dosen pembimbingku yang penuh kesabaran dan ketulusan memberikan ilmu, arahan, nasihat, dan motivasi.

4. Guru-guruku SD, SMP, SMA, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti.


(62)

ii

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahiim.

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Menulis Karangan Eksposisi Melalui Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN 02 Metro Selatan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan beserta stafnya yang telah memfasilitasi dan memberi kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta stafnya yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada


(1)

v 18. Seluruh dosen, staf administrasi dan karyawan FKIP Unila, seluruh

teman-teman PGSD, kakak-kakak, adik-adik angkatan, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, terimakasih atas kerja samanya.

Semoga Allah SWT melimpahkan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih ada kekurangan, akan tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan perkembangan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Peneliti


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI MELALUI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV

SDN 02 METRO SELATAN Oleh

DEWI VENI ASTUTI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan keterampilan menulis karangan eksposisi siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan siswa kelas IV SDN 02 Metro Selatan dalam menulis karangan eksposisi dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan siklus berdaur ulang yang terdiri dari empat tahap yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi, studi dokumentasi, dan tes pada setiap siklus. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan siswa dalam menulis karangan eksposisi. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (65,10%), siklus II (75,53%), dan siklus III (93,75%). Dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (10,43%) dan siklus II ke siklus III sebesar (18,22%). Demikian pula dengan hasil keterampilan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus I (64,56), siklus II (71,56), dan siklus III (80,13). Dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (7), dan siklus I ke siklus III sebesar (8,57).

Berdasarkan hasil temuan, disarankan pada guru mata pelajaran bahasa Indonesia hendaknya dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi agar aktivitas dan keterampilan siswa dapat meningkat.

Kata kunci: aktivitas, keterampilan menulis karangan eksposisi, pendekatan


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. 2011. Keterampilan Menulis. http://www.anneahira.com/pengertian keterampilan-menulis.html. Diakses pada hari senin 13/2/2012 @ 08.45 WIB.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Andi, Borneo. 2009. Kelemahan dan Kelebihan CTL dan Pakem Beserta Cara

Mengatasinya.

http://andiborneo.blogspot.com.kelemahan-dan-kelebihan-ctl-dan-pakem.html. Diakses pada hari Minggu, 15/12/2011 @ 09.15 WIB. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara.

Jakarta.

, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta. Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Cahyani, Isah dan Iyos Ana Rosmana. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia. UPI PRESS.Bandung.

Depdiknas. 2011. Sosialisasi KTSP Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Depdiknas. Jakarta.

. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Dikti. Jakarta

. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdiknas. Jakarta. . 2006. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Sekolah Dasar. Balai

Pustaka. Jakarta.

. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ditjen Kemendiknas. 2010. Pembelajaran Berbasis Paikem (CTL, pembelajaran

Terpadu, dan Pembelajaran Tematik) Materi Penguatan Pengawas Sekolah. Dirjen Kemendiknas. Jakarta.


(5)

Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang komunikatif dan Menyenangkan. Depdiknas. Jakarta.

Erfizal, dkk. 2005. Membuat Karangan Eksposisi. Ditjen Dikdasmen. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. Hernawan, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS.

Bandung.

Johnson, Elaine. 2006. Contextual Teaching and Learning. MLC. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama.Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kristiyani, Ary. 2010. Pembelajaran Menulis Berbasis Pendekatan Kontekstual. http://utsurabaya.files.wordpress.com/2010/08/pembelajaran menulis1akse3. Diakses pada hari Sabtu, 3/12/2011@11.00 WIB.

Madusari, Endah Ariani, dkk. 2009. Metodologi Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta.

Muttaqin. Saiful. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. http://saifulmuttaqin.blogspot.com/2008//pembelajaran keterampilan.html. Diakses pada hari Selasa, 3/1/2011@ 09.30 WIB.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD/MI.

Purwanto, Ngalim. 2008. Evaluasi Pengajaran. Remaja Rodaskarya. Bandung. Resmini, Novi. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia. UPI PRESS. Bandung.

, dkk. 2006. Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya. UPI PRESS. Bandung.

Ridwan, Gunawan. 2011. Aktivitas Belajar dalam pendekatan kontekstual. http://id.shvoong.com/socialsciences1961162-aktifitasbelajar/. Diakses pada Senin, 2/1/ 2011@ 10.30 WIB.

Rofiuddin, Ahmad dan Darmiyati Zuhdi. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Depdikbud Ditjen Dikti. Jakarta.


(6)

Sanjaya, Ade. 2011. Pendekatan Kontekstual. http://Repository.Upi.Edu/S_Pgsd. Diakses pada hari Minggu,12/12/2011@13.00 WIB.

. 2011. Keterampilan Berbahasa. http://aadesanjaya.blogspot.com/2011 /08/ keterampilan-berbahasa.html. Diakses pada hari Senin, 13 Februari 2012 @ 10.00 WIB.

Santoso, Puji, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Jakarta.

Sunyono. 2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. PPTK dan Ditjen Dikti. Jakarta. Suparno, & Mohamad Yunus. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Universitas

Terbuka. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Syarif, Elina, dkk. 2009. Keterampilan Menulis. Depdiknas. Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung.

Tim Penyusun. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Uno, Hamzah, B. 2010. Teori Motivasi Belajar dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Yoni, Acep, dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan

Kemampuan Menulis Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Familia.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SLARANG LOR 02 TEGAL

0 8 163

KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IVB SDN WONOSARI 02 SEMARANG

1 14 264

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA MELALUI MODEL CONCEPT SENTENCE DENGAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS IV SDN SEKARAN 02

0 13 246

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

0 4 47

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X KEPERAWATAN SMK

0 0 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAHASA INDONESIA MELALUI Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Strategi Writing In The Here And Now Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Guyangan Tahun Pelajaran 2011-2012.

0 0 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas IV SDN 3 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

1 10 39

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Bebas melalui Pendekatan Kontekstual Modeling pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Bulu 02 Semarang.

0 0 1

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SDN I KRAJAN JATINOM.

0 0 101

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

0 0 12