LAPORAN PRATIKUM PENYAKIT TANAMAN IDENTI

  

LAPORAN PRATIKUM PENYAKIT TANAMAN

‘’IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA BENIH’’

Di Susun Oleh:

  

AGUSTIAN

C1011141080

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2016 Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang

  Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan lapoaran penyakit tanaman ini.

  Lapoaran ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini

  Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki lapoaran ini.

  13 Juli 2016 Penulis benih ini dapat menyebabkan kerusakan dalam bentuk perubahan warna, bentuk, nekrose, penurunan daya kecambah, dan mengurangi nilai biji (benih). Kehilangan hasil yang disebabkan penyakit benih mencapai lebih dari 5 %, dan infeksinya dapat mencapai 50%.

  Penyebab utama kerusakan pada benih adalah jamur, bakteri, dan virus (patogen). Benih dapat diserang patogen sebelum biji (benih) berkecambah (pre emergence damping off), sedang apabila menyerang setelah muncul kecambah disebut post emergence damping off. Bentuk kerusakan karena serangan patogen sangat bervariasi, tergantung macam patogen, benih dan faktor lingkungan.

  Biji-biji membawa beberapa patogen yang sering menyebabkan beberapa penyakit pada pertanaman yang tumbuh dari biji tersebut. Seperti halnya penyakit yang tumbuh dari biji sorgum dapat menyebabkan kehilangan hasil secara individual di lapang sampai lebih dari 5% dan kadang infeksinya dapat sebesar 50%. Penyakit-penyakit pada biji (benih) disamping menderita kerusakan juga menghasilkan sejumlah spora yang selanjutnya dapat menyebarkan penyakit pada tanaman sehat di lapang, sebagai contoh penyakit bercak coklat pada padi dan antraknose pada cabai. Patogen-patogen tersebut selain menimbulkan penyakit pada tanaman itu sendiri, dapat pula menjadi sumber infeksi bagi tanaman lain. Dengan demikian pathogen tersebut dapat menginfeksi tanaman yang sehat. Penyebaran ini dapat dilakukan dengan perantaraan angin, air, insekta, hewan dan manusia.

  B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana daya perkecambahan benih yan telah di serang patogen

  2. Bagaimana cara mengetahui benih yang terserang patogen

  3. Bagaimana yang terjadi terhadap benih tersebut setelah terserang patogen

  C. Tujuan

  1. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui macam-macam pathogen yang terdapat dalam benih dengan menggunakan metode kertas sebagai evaluasi uji kesehatan benih.

  2. Untuk mengetahui benih yang tersaerang patogen

  3. Untuk dapat menilai dan membedakan benih normal dan yang terserang patogen

  4. Untuk melihat perbedaan pada benih yang di beri perlakuan dan yang tidak di beri perlakuan BAB II

  METODOLOGI

  A. Alat dan Bahan  Alat  Pinset  Gelas ukur  Botol Semprot  Bahan  Air  Benih jagung  Klorox  Aquades  Tisu  Kertas merang

  B. Cara Kerja

  1. Siapkan benih jagung sebanyak 40 butir dan kertas merang sebanyak 2 lembar (20 dengan perlakuan dan 20 tampa perlakuan )

  2. Setelah itu ambil kertas 2 lembar tersebut, kemudian basahi dengan cara di semprot menggunakan botol semprot yang berisi aquades

  3. Kemudian, ambil 20 butir benih jagung yang berpenyakit, setelah itu susun dengan rapi di atas kertas merang yang telah di basahi, setelah itu lipat kertas merang tersebut dan di beri label.

  4. Kemudian ambil 20 butir benih yang tersisa tersebut, masukan ke dalam gelas yang berisi klorox, aduk hingga rata selama ± 2 menit.

  5. Angkat benih tersebut, kemudian cuci dengan quades dan keringkan dengan tisu

  6. Setelah itu susun dengan rapi di atas kertas merang lalu di gulung/lipat untuk di tumbuhkan dan di beri label.

  7. Gabungkan ke 2 kertas merang tersebut dalam kantong plastik dan beri label 8. Amati setiap 2 hari sekali. Dan basahi jika kertas menjadi kering.

  BAB III

  A. Hasil Pengamatan

  Tabel pengamatan TAMPA PERLAKUAN

  Tidak Benih Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tidak

  Tumbuh Normal Abnormal Berpatogen Tumbuh berpatogen

  JAGUNG

  2 BUTIR

  24 BUTIR

  16 BUTIR BENIH BENIH BENIH BENIH PERLAKUAN Tidak

  • 22 BUTIR

  Benih Tumbuh Tumbuh Tumbuh Tidak Tumbuh

  Normal Abnormal Berpatogen Tumbuh berpatogen JAGUNG

  1 BUTIR

  12 BUTIR

  13 BUTIR -

  24 BUTIR BENIH BENIH BENIH BENIH

  B. Pembahasan

  Pada pengamatan terhadap benih jagung yang terserang penyakit, ditemukan adanya infeksi berupa jamur pada benih tersebut. Infeksi pada pada benih jagung yang dengan perlakuan lebih besar dibandingkan pada benih jagung tampa perlakuan. Hal tersebut dikarenakan kualitas benih yang berbeda sehingga infeksi yang tampak juga berbeda. benih yang memilki kualitas lebih rendah lebih mudah terserang penyakit atau dalam praktikum ini cendawan. Benih jagung yang terinfeksi oleh cendawan, dipermukaannya muncul hifa-hifa jamur berwarna hitam pada setiap benihnya. Cendawan yang menyerang benih jagung diketahui sebagai Aspergillus spp (spesies A. niger). Cendawan ini apabila menyerang pada jagung, maka akan menghasilkan racun yaitu aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia termasuk ternak. Aflatoksin adalah senyawa organik beracun yang berasal dari sumber hayati berupa hasil metabolisme sekunder dari cendawan. Pengaruh terhadap manusia atau hewan mengkonsumsi jagung yang mengandung aflatoksin dengan kadar tertentu dapat menyebabkan penyakit kanker hati (Talanca, 2009).

  Menurut Baharudin dkk (2013), infeksi cendawan dapat terjadi pada saat proses pemanenan, transportasi, penyimpanan, dan pendistribusian benih. Sama seperti yang tampak pada sampel yang digunakan bahwa terdapat serabut hifa jamur berwarna hitam dan berwarna putih dan menyebar hampir menutupi permukaan benih. Selain itu tingkat penularan patogen penyebab penyakit pada tanaman cukup beragam, bergantung pada variabilitas genetik, variabilitas fenotipik, dan interaksi antara genetik dengan lingkungannya. Pengetahuan mengenai keragaman tersebut sangat penting, terutama dalam penerapan program seleksi yang akan diguna-kan untuk karakter yang diinginkan. Interaksi antara genetik dengan lingkungan untuk suatu karakter semakin besar apabila karakter tersebut dikendalikan se-cara poligenik yang dapat berupa gen-gen minor atau campuran gen-gen minor dan mayor (Pujianto, 2012).

  Dalam pratikum yang di lakukan bahwa adanya hasil yang tidak terduga yaitu kebalik, di mana benih yang di beri perlakuan tingkat infeksi nya lebih tinggi apabila di bandingkan dengan tampa perlakuan. Yang seharusnya lebih besar tingkay infeksi nya adala tampa perlakuan, hal ini mungkin di sebabkan oleh pratikan yang kurang memperhatikan kebersihan diri dan alat laboratorium yang di gunakan untuk pratikum. Sehingga patogen dapat dengan mudah bekembang. Dalam hasil yang didapatkan hanya beberapa benih yang dapat tumbuh dengan normal, sedangkan yang lainnya tumbuh abnormal dan banyak terserang penyakit dan dengan bau yang busuk menandakan adanya aktivitas mikroorganisme tersebut sedang berkembang. Dengan hasil yang di dapat menunjukan bahwa tidak ada pengaruh dalam pemberian perlakuan karena perlakuan yang di berikan hanya membersihkan bagian luar benih saja, sehingga patogen yang terdapat di dalam benih seperti virus tidak akan matidan akan terus berkembang mempengaruhi pertumbuhan benih.

  PENUTUP

  A. Kesimpulan Penyakit benih merupakan penyakit penting pada berbagai komoditas pertanian.

  Patologi benih dapat didefinisikan sebagai studi penyakit dan patogen seedborne yang mencakup studi pada mekanisme infeksi, transmisi benih, peran inokulum seedborne dalam perkembangan penyakit, teknik untuk mendeteksi patogen seedborne dan nonpathogens, standar sertifikasi benih, kerusakan karena jamur penyimpanan, mikotoksin, dan mycotoxicoses, dan pengendalian inokulum seedborne.

  Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa adanya infeksi pathogen yang berupa cendawan atau jamur pada benih jagung mengindikasikan bahwa biji yang tampa perlakuan saja yang dapat terinfeksi pathogen, namun biji yang di beri pelakuan pun dapat terjangkiti asalkan kondisi lingkungannya mendukung (kondisi lembab) dan sudah adanya infeksi pathogen di lapang sebelumnya.

  B. Saran Pratikum sebaiknya di lakuakan dengan sebaik-baik nya dengan selalu mengamati benih tersebut secara berkala.

  Lampiran

  Daftar Pustaka Pudjianto, Tri. 2012. Pengendalian Hama-Penyakit Jagung.

  Diakses tanggal 3 Juli 2016 Talanca dan S. Mas’ud. 2009. Pengelolaan Cendawan Aspergillus flavus Pada Jagung.

  Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009. Balai Penelitian Tanaman Serealia. ISBN :

  978-979-8940-27-9 Eryna elfasari rangkuti, 2015. Uji daya kecambah dan identifikasi patogen tular benih dengan metode pengujian kertas lipat, kertas gulung dan penanaman pada media agar air. Diakses tanggal 3 juli 2015.