PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (Studi Pada Bank Danamon Kantor Cabang Panjang)

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

(Studi Pada Bank Danamon Kantor Cabang Panjang)

Oleh Ahmad Efendi

Secara konvensional kebutuhan dana disediakan oleh lembaga keuangan. Lembaga ini mempunyai kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Sebagai salah satu bentuk kegiatan lembaga perbankan dalam penyaluran dana adalah dengan pemberian kredit. Banyak sekali kemudahan yang ditawarkan oleh bank swasta ataupun bank pemerintah untuk mendapatkan kredit, tetapi umumnya masyarakat kurang memahami prosedur dan syarat pemberian kredit sehingga mereka masih tetap melakukan pinjaman pada lembaga-lembaga non bank yang cenderung memberikan suku bunga yang tinggi. Selain kurangnya pemahaman masyarakat mengenai kredit, dalam proses pelaksanaan pemberian kredit tidak selalu berjalan dengan baik, terdapat berbagai macam kendala yang menghambat proses pemberian kredit yang mengakibatkan tidak disetujuinya permohonan kredit yang diajukan. Dalam skripsi ini diangkat dua permasalahan, pertama bagaimanakah proses pemberian kredit pada lembaga perbankan dengan jaminan Hak Tanggungan atas tanah. Kedua kendala-kendala apakah yang mempengaruhi pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas tanah.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode normatif terapan. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif terapan dengan menelaah peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan yang sudah baku dan bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan pemberian kredit dengan jaminan hak tanggungan. Data yang digunakan adalah data sekunder, dan pengumpulan data dengan studi pustaka, studi dokumen, dan wawancara. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif dan kemudian dilakukan pembahasan.


(2)

Proses pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan pada Bank Danamon Indonesia Cabang Panjang melalui beberapa tahapan, antara lain tahap sebelum kredit disetujui, tahap aplikasi dan pengumpulan data, tahap analisa data, dan selanjutnya pihak bank selaku kreditur baru akan melaksanakan penandatanganan perjanjian yang kemudian dilanjutkan dengan pencairan dananya

Kendala-kendala yang mempengaruhi proses pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas tanah adalah Jaminan yang diberikan kurang layak, dokumen yang diminta kurang lengkap, hak atas tanah berupa HGB, jangka waktunya berakhir sebelum kreditnya jatuh tempo, ketidaksesuaian data debitur antara yang tersimpan diarsip dengan keadaan sebenarnya.


(3)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

1. Syarat dan prosedur dalam proses pemberian kredit dengan jaminan Hak

Tanggungan pada Bank Danamon Indonesia Cabang Panjang melalui beberapa

tahapan, antara lain tahap sebelum kredit disetujui, tahap aplikasi dan

pengumpulan data, tahap analisa data, dan selanjutnya pihak bank selaku kreditur

baru akan melaksanakan penandatanganan perjanjian kredit setelah mendapat

covernote dari Notaris PPAT. Covernote yang dimaksud berisi bahwa objek tanah yang akan menjadi jaminan perjanjian Kredit telah beralih kepada kreditur dan

sedang dalam proses. Atas dasar itu, selanjutnya pihak bank selaku kreditur baru

akan melaksanakan penandatanganan perjanjian Kredit dengan calon debitur yang

sekaligus pemberian Hak tanggungan pada tanah yang dijadikan jaminan, yang

kemudian dilanjutkan dengan pencairan dananya.

2. Hambatan-hambatan yang menjadi penghambat proses pemberian kredit dengan

jaminan Hak Tanggungan atas tanah adalah jaminan yang diberikan kurang layak;

dokumen yang diminta kurang lengkap, hak atas tanah berupa HGB, jangka

waktunya berakhir sebelum kreditnya jatuh tempo, ketidak sesuaian data debitur


(4)

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

(Studi Pada Bank Danamon Kantor Cabang Panjang)

(Skripsi)

Oleh AHMAD EFENDI

0642011027

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku:

Kartasapoetra, G, dan A. G. Kartasapoetra. A. Setiadi. 1985. Manajemen Penanaman Modal Asing. Penerbit Bina Aksara, Bandung.

Marzuki, Peter Mahmud. 1993. Pengaturan terhadap Perusahaan-Perusahaan Transnasional di Indonesia. Penerbit PPS UNAIR, Surabaya.

Mochtar, Dewi Astutty. 2006. Perjanjian Lisensi Alih Teknologi dalam Pengembangan Teknologi Di Indonesia. Penerbir Pt Alumni, Bandung.

Muhammad, Abdulkadir. 2003. Hukum Perusahaan Indonesia. Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

... 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Rahman, Abdul. 2003. Pengaturan Hukum Tentang Alih Teknologi Di Indonesia. Penerbit Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rokhmatussa’dyah, Ana dan Suratman. 2009. Hukum Investasi dan Pasar Modal. Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

Sarif, Amirudin. 1997. Teknik dan Jenis Membuat Perundang-undangan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sembiring, Sentosa. 2010. Hukum Investasi. Penerbit Nuansa Aulia, Bandung. Sumantoro. 1993. Masalah Pengaturan Alih Teknologi. Penerbit Alumni,

Bandung.

Syahrini, H. Riduan. 1999. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung.


(6)

Wiranata, I Gede AB. 2007. Kajian Hukum Penanaman Modal. Penerbit Universitas Lampung, Bandar Lampung.

... 2009. Perkembangan Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Penerbit Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Yasir, Armen. 2007. Hukum Perundang-undangan. Penerbit Universitas Lampung, Bandar Lampung.

B. Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Nomor 67 Tahun 2007).

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Per. 02/Men/III/2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal

C. Data Elektronik: http://www.ytm.or.id/v2 http://blog.unila.ac.id http://www.lkht.net

http://www.library.usu.ac.id

D. Lain-lain

Febrianto, Dita. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan Modal Asing Dan Ketenagakerjaan Di Indonesia (Bahan Ajar). Bandar Lampung.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

HALAMAN SAMPUL ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian………. 5

C. Tujuan Penelitian………. 6

D. Kegunaan Penulisan ………... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian ……….. 8

1. Pengertian Perjanjian……….. 8

2. Asas-asas Perjanjian……… 9

3. Syarat Sahnya Perjanjian………. 10

B. Tinjauan Tentang Kredit….………. 13

1. Pengertian Kredit………. 13


(8)

C. Hak Tanggungan ………... 18

1. Pengertian dan Ciri-Ciri Hak Tanggungan... 17

2. Objek dan Subjek Hak Tanggungan... 20

D. Lembaga Bank…..………... 22

1. Pengertian Bank………... 22

2. Fungsi Bank………... 22

E. Kerangka Pikir……….. 24

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………... 26

B. Tipe Penelitian………... 27

C. Pendekatan Masalah ………... 27

D. Sumber dan Jenis Data ………... 27

E. Pengumpulan dan Pengolahan Data ………... 29

F. Analisis Data ……….... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Syarat dan Prosedur Dalam Proses Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Cabang Panjang………..………... 31

B. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan.…….………... 40

V. KESIMPULAN A. Kesimpulan………...……… 51 DAFTAR PUSTAKA


(9)

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

(Studi Pada Bank Danamon Kantor Cabang Panjang)

(Skripsi)

Oleh

AHMAD EFENDI 0642011027

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembagunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional,

salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka memelihara

kesinambungan pembangunan tersebut, yang para pelakunya meliputi baik

pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perorangan dan badan hukum,

sangat diperlukan dana dalam jumlah yang besar. Salah satu sarana yang

mempunyai peran strategis dalam pengadaan dana tersebut adalah Perbankan.

Berbagai lembaga keuangan, terutama bank konvensional, telah membantu

pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan

pinjaman uang antara lain dalam bentuk kredit perbankan. Kredit perbankan

merupakan salah satu usaha bank konvensional yang telah banyak dimanfaatkan

oleh anggota masyarakat yang memerlukan dana.

Pasal 3 dan 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 juncto Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa fungsi utama

Perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat

yang bertujuan menunjang pelaksanan pembangunan nasional ke arah


(11)

bank melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini bank juga

menyalurkan dana yang berasal dari masyarakat dengan cara memberikan

berbagai macam kredit.

Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan ketentuan itu dalam

pembukaan kredit perbankan harus didasarkan pada persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam atau dengan istilah lain harus didahului dengan adanya

perjanjian kredit.

Suatu kredit baru diluncurkan setelah ada suatu kesepakatan tertulis, walaupun

mungkin dalam bentuk yang sangat sederhana antara pihak kreditur sebagai

pemberi kredit dengan pihak debitur sebagai penerima kredit. Kesepakatan tertulis ini sering disebut juga dengan “perjanjian kredit” (credit agreement, loan agreement).

Perjanjian kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah bukanlah tanpa risiko,

karena suatu risiko mungkin saja terjadi. Resiko yang umumnya terjadi adalah

resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasan. Keadaan demikian sangatlah

berpengaruh kepada kesehatan bank, karena uang yang dipinjamkan kepada


(12)

sehingga resiko sangat berpengaruh atas kepercayaan masyarakat kepada bank

yang sekaligus kepada keamanan dana masyarakat.

Dalam perjanjian kredit, salah satu yang dipertimbangkan, apakah yang menjadi

jaminan dari pemohon kredit. Sebab kredit yang tidak mempunyai jaminan yang

cukup akan mengandung resiko yang besar. Untuk itu dalam rangka penyaluran

kredit oleh perbankan perlu adanya jaminan dari debitur. Hal ini sangat urgen

sebab jaminan akan diperlukan jika sewaktu-waktu debitur wanpestasi. Dalam hal

terjadinya kredit macet, barang yang dijaminkan lazimnya akan dijual untuk

menutupi kewajiban debitur. Untuk itu diperlukan perjanjian jaminan, yang

merupakan perjanjian yang sifatnya accecoir dari perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kredit.

Untuk mengurangi resiko, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai

dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh

bank. Apabila unsur-unsur yang ada telah dapat meyakinkan kreditur atas

kemampuan debitur maka jaminan cukup hanya berupa jaminan pokok saja dan

bank tidak wajib meminta jaminan tambahan.

Jaminan yang sering digunakan dalam perjanjian kredit adalah tanah. Untuk

menerima tanah sebaga jaminan kredit, pertama-tama yang harus dilihat adalah

jenis hak atas tanah yang dimaksud. Hak atas tanah memberi wewenang kepada

pemegangnya untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah yang

diatasnya hak itu melekat. Tanah dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai


(13)

rusak, harga tanah dapat terus meningkat, terlebih lagi jika lokasi tanah yang

dijadikan jaminan berada didaerah perkotaan yang strategis. Yang menjadi

jamnan kredit adalah hak atas tanah, bukan tanah secara fisik.

Dewasa ini banyak sekali kemudahan yang ditawarkan oleh bank swasta ataupun

bank pemerintah untuk mendapatkan kredit, tetapi umumnya masyarakat kurang

memahami prosedur dan syarat pemberian kredit sehingga mereka masih tetap

melakukan pinjaman pada lembaga-lembaga non bank yang cenderung

memberikan suku bunga yang tinggi. Lembaga tersebut berupa berbagai versi

serta pemberian kredit oleh pelepas uang atau rentenir, atau sering juga disebut

sebagai lintah darat yang dianggap merugikan masyarakat. Selain kurangnya

pemahaman masyarakat mengenai kredit, dalam proses pelaksanaan pemberian

kredit tidak selalu berjalan dengan baik, terdapat berbagai macam kendala yang

menghambat proses pemberian kredit yang mengakibatkan tidak disetujuinya

permohonan kredit yang diajukan.

Keberadaan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Kantor Cabang Panjang sendiri

sebagai suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi memberikan pelayanan

perbankan dan membantu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat,

memberikan manfaat yang besar baik dalam hal penghimpunan dana dari

masyarakat maupun penyaluran dana kepada masyarakat. Dengan adanya PT.

Bank Danamon Indonesia Tbk. Kantor Cabang Panjang diharapkan dapat

membatasi dan bahkan mengeliminir lembaga keuangan dan perkreditan non


(14)

Berdasarkan dari uraian latar belakang permasalahan diatas penulis merasa perlu membuat suatu penulisan yang berjudul “Pelaksanaan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Kantor Cabang Panjang)”.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana Syarat dan prosedur dalam proses pelaksanaan pemberian kredit

dengan jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.

Kantor Cabang Panjang?

b. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi dalam proses pelaksanaan

pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Danamon

Indonesia Tbk. Kantor Cabang Panjang?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah termasuk di

bidang ilmu Hukum Bisnis, mengenai :

a. Dalam bidang keilmuan, yakni merupakan bagian dari ilmu hukum perdata

ekonomi khususnya hukum perjanjian mengenai bagaimana proses

pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan.

b. Dalam bidang substansi, yakni mengenai proses pelaksanaan pemberian


(15)

dihadapi dalam proses pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak

Tanggungan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok bahasan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis proses pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak

Tanggungan di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Kantor Cabang Panjang.

2. Untuk memahami hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses

pelaksanaan perjanjian kredit.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan di bidang

hukum keperdataan, khususnya mengenai proses pelaksanaan pemberian

kredit dengan jaminan Hak Tanggungan.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan

perbendaharaan literatur dan menambah khasanah dunia kepustakaan,

sehingga dapat menjadi bahan acuan untuk mengadakan kajian dan

penelitian selanjutnya dengan pokok bahasan yang berkaitan satu sama

lainnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum pada umumnya dan

pada khususnya tentang proses pelaksanaan pemberian kredit dengan


(16)

b. Untuk memberikan masukan dan informasi bagi masyarakat luas tentang

hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam proses pemberian kredit

dengan jaminan Hak Tanggungan.

c. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak

dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu dan di sebelah lain suatu

kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

perjanjian diartikan sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda

antar dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk

melakukan sesuatu hal berhak menuntut pelaksanaan janji itu. (Abdulkadir

Muhammad, 1989:5).

Fungsi perjanjian dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi yuridis dan fungsi

ekonomis. Fungsi yuridis adalah fungsi yang memberikan kepastian hukum bagi

para pihak. Sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan (hak milik)

sumber daya dari nilai penggunaan dari nilai yang lebih rendah menjadi nilai yang

lebih tinggi (Salim, 2003:25).

Maka perjanjian adalah persetujuan yang dapat dibuat secara lisan atau tertulis

antara dua orang atau lebih kepada satu orang lain atau lebih yang masing-masing

pihak berjanji atau menaati apa yang tersebut dalam persetujuan. Perjanjian ini


(18)

dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Satu pihak adalah yang wajib

berprestasi dan pihak lainnya adalah yang berhak atas prestasi tersebut, ada

hubungan timbal-balik dari dua pihak.

2. Asas-asas Perjanjian

Di dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas perjanjian sebagai berikut :

a) Asas kebebasan berkontrak

Maksudnya adalah setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian berupa apa saja, baik bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu ditujukan. Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi :

“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi

mereka yang membuatnya”.

Tujuan dari pasal di atas bahwa pada umumnya suatu perjanjian itu dapat dibuat secara bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun, bebas untuk menentukan bentuknya maupun syarat-syarat, dan bebas untuk menentukan bentuknya, yaitu tertulis atau tidak tertulis dan seterusnya.

Jadi berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja (tentang apa saja) dan perjanjian itu mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu Undang-undang. Kebebasan berkontrak dari para pihak untuk membuat perjanjian itu meliputi:

1) Perjanjian yang telah diatur oleh Undang-undang.

2) Perjanjian-perjanjian baru atau campuran yang belum diatur dalam


(19)

b) Asas konsensualisme

Adalah suatu perjanjian cukup ada kata sepakat dari mereka yang membuat

perjanjian itu tanpa diikuti dengan perbuatan hukum lain kecuali perjanjian yang

bersifat formal (A. Qiram Syamsudin Meliala, 1985; 20).

c) Asas itikad baik

Bahwa orang yang akan membuat perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.

Itikad baik dalam pengertian subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran

seseorang yaitu apa yang terletak pada seseorang pada waktu diadakan perbuatan

hukum. Sedangkan itikad baik dalam pengertian obyektif adalah bahwa

pelaksanaan suatu perjanjian hukum harus didasrkan pada norma kepatuhan atau

apa-apa yang dirasa sesuai dengan dengan yang patut dalam masyarakat.

d) Asas Pacta Sun Servanda

Merupakan asas dalam perjanjian yang berhubungan dengan mengikatnya suatu

perjanjian. Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak mengikat mereka

yang membuatnya dan perjanjian tersebut berlaku seperti Undang-undang.

Dengan demikian para pihak tidak mendapat kerugian karena perbuatan mereka

dan juga tidak mendapat keuntungan darinya, kecuali kalau perjanjian-perjanjian

tersebut dimaksudkan untuk pihak ketiga. Maksud dari asas ini dalam perjanjian

tidak lain untuk mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak yang telah

membuat perjanjian itu.

3. Syarat Sahnya Perjanjian

Satu hal pokok yang harus diketahui agar perjanjian itu mempunyai kekuatan


(20)

dapat ditemukan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang

menentukan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Dengan hanya disebutkan "sepakat" saja, tanpa dituntut adanya suatu bentuk

(formalitas) tertentu, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa dengan telah

tercapainya kesepakatan diantara kedua belah pihak tentang hal-hal pokok

yang dimaksudkan dalam perjanjian yang bersangkutan, maka lahirlah

perjanjian itu atau mengikatklah perjanjian itu bagi mereka yang membuatnya.

Kesepakatan di antara para pihak diatur dalam ketentuan Pasal 1321 sampai

dengan Pasal 1328 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Menurut ketentuan

yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, pada

dasarnya kesepakatan dianggap terjadi pada saat perjanjian dibuat oleh para

pihak, kecuali dapat dibuktikan bahwa kesepakatan tersebut terjadi karena

adanya kekhilafan, paksaan, penipuan maupun penyalahgunaan keadaan.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Siapa sajakah yang termasuk kategori orang-orang yang tidak cakap, dapat

dilihat dalam Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal ini

menentukan bahwa orang yang dianggap tak cakap untuk membuat perjanjian

adalah

1) Orang-orang yang belum dewasa.


(21)

3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh

undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang

telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

c. Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu yang dimaksudkan dalam persyaratan ketiga ini adalah

obyek perjanjian. Obyek perjanjian tersebut haruslah merupakan

barang-barang yang dapat diperdagangkan. Barang-barang-barang yang dipergunakan untuk

kepentingan umum, seperti jalan umum, pelabuhan umum dan lain sebagainya

tidaklah dapat dijadikan obyek suatu perjanjian. Suatu hal tertentu ini diatur

dalam Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata mengenai keharusan adanya suatu obyek dalam perjanjian. Hal ini

adalah konsekuensi logis dari perjanjian itu sendiri. Tanpa adanya suatu

obyek, yang merupakan tujuan dari salah satu atau para pihak dalam

perjanjian, maka perjanjian itu sendiri absurb adanya.

d. Suatu sebab yang halal

Pengertian sebab dalam pernyataan keempat ini adalah berbeda dengan

pengertian sebab dalam ilmu alam. Dalam ajaran causaliteit, sebab diartikan sebagai suatu hal yang menimbulkan akibat. Tanpa adanya sebab tidak

mungkin timbul akibat. Berbeda halnya dengan pengertian sebab dalam

persyaratan keempat tersebut, pengertian sebab di sini diartikan sebagai isi

atau tujuan perjanjian yang dibuat tidak bertentangan dengan norma-norma

yang berlaku, hukum, kebiasaan, serta, tidak mengganggu ketertiban,


(22)

B. Tinjauan Tentang Kredit

1. Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa latin”Credere” yang artinya percaya atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kebenaran akan kepercayaan. Maksudya pemberi kredit percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan

pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit

berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar

kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. Oleh karena itu,

untuk meyakinkan Bank bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka

sebelum kredit diberikan terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Dalam

pemberian kredit terdapat 2 (dua) pihak yang berkepentingan langsung yaitu pihak

yang membutuhkan dana di sebut penerima kredit atau debitur, sedangkan yang

memberi dana atau yang berlebihan dana disebut sebagai pemberi kredit atau

kreditur (Rachmadi Usman, 2001:236).

Menurut ketentuan Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,

kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil

keuntungan.

Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut kepentingan


(23)

secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga tujuan kepastian

hukum dapat tercapai.

Pada umumnya perjanjian tidak terikat pada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat

secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis, maka perjanjian ini bersifat

sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan, namun untuk beberapa

perjanjian undang-undang menentukan bentuk tertentu, apabila bentuk tersebut

tidak dipenuhi perjanjian itu tidak sah. Dengan demikian bentuk tertulis perjanjian

tidak hanya semata-mata merupakan alat pembuktian saja, tetapi merupakan

syarat adanya perjanjian (Mariam Darus Badrulzaman, 1994:137).

2. Unsur-unsur Kredit

Kredit diberikan atas dasar kepercayaan, dengan demikian pemberian kredit

adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan

benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan

jangka waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama. Menurut Abdulkadir

Muhammad dalam konsep kredit bank selalu terkandung unsur-unsur esensial

kepastian hukum yang meliputi:

a) Kepercayaan

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap permohonan kredit, bank yakin

(percaya) kredit yang akan diberikan itu dapat dikembalikan sesuai dengan


(24)

b) Jaminan

Kredit yang akan diberikan selalu disertai barang yang berfungsi sebagai

jaminan bahwa kredit yang akan diterima oleh calon debitur pasti akan dilunasi

dan ini meningkatkan kepercayaan pihak bank.

c) Jangka Waktu

Pengembalian kredit didasarkan pada jangka waktu tertentu yang layak, setelah

jangka waktu berakhir, kredit dilunasi.

d) Risiko

Jangka waktu pengembalian kredit mengandung resiko terhalang, atau

terhambat, atau pelunasannya macet, baik sengaja atau tidak sengaja, resiko ini

menjadi beban bank. Manajemen resiko selalu dilaksanakan berdasarkan asas

kehati-hatian (prudential principle). e) Bunga Bank

Pemberian kredit selalu disertai imbalan berupa bunga yang wajib dibayarkan

debitur dan ini merupakan keuntungan yang diterima oleh bank.

f) Kesepakatan

Semua persyaratan pemberian kredit dan prosedur pengembalian kredit serta

akibat hukumnya adalah hasil kesepakatan dan dituangkan dalam akta

perjanjian yang disebut kontrak kredit (Abdulkadir Muhammad, 1989:73).

3. Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank dengan

pihak lain (nasabah). Melihat bentuk perjanjiannya dan kewajiban debitur seperti

diatas, maka perjanjian kredit tergolong sebagai perjanjian pinjam pengganti.


(25)

dalamnya terdapat kekhususan di mana pihak kreditur selalu bank dan obyek

perjanjian berupa uang. Karena itu peraturan-peraturan yang berlaku bagi

perjanjian kredit adalah KUHPdt sebagai peraturan umumnya, dan

Undang-Undang Perbankan sebagai peraturan khususnya.

Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pihak kreditur dengan

pihak debitur, maka wajib dituangkannya ke dalam perjanjian kredit secara

tertulis. Dalam praktek perbankan bentuk dan format dari perjanjian kredit

diserahkan sepenuhnya kepada bank yang bersangkutan, namun demikian terdapat

hal-hal yang harus dipedomani yaitu bahwa perjanjian tersebut rumusannya tidak

boleh kabur atau tidak jelas, selain itu perjanjian kredit tersebut

sekurang-kurangnya harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum,

sekaligus juga harus memuat secara jelas mengenai jumlah besarnya kredit,

jangka waktu, tata cara pembayaran kembali kredit serta persyaratan lain yang

lazim dalam perjanjian kredit.

Perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus baik oleh bank sebagai

kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit

mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai pemberian, pengelolaan maupun

pelaksanaan kredit itu sendiri. Perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi,

diantaranya:

a) Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit

merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang


(26)

b) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak

dan kewajiban diantara kreditur dan debitur,

c) Perjanjian berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

4. Jaminan Kredit Bank

Berdasarkan Pasal 8 Undang Nomor 7 Tahun 1992 juncto

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank mensyaratkan adanya jaminan kredit

karena bank ingin mandapatkan kepastian bahwa kredit yang diberikan kepada

debitur dapat diterima kembali, sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati

bersama.

Barang yang dapat dijadikan jaminan kredit adalah benda milik debitur atau benda

milik orang lain untuk kepentingan debitur. Barang jaminan tersebut dapat berupa

benda berwujud dan benda tidak berwujud, benda bergerak dan benda tidak

bergerak. Benda berwujud berupa tanah, bangunan, kendaraan bermotor dan

lainnya, sedangkan benda tidak berwujud berupa sertifikat saham, sertifikat

obligasi, sertifikat tanah, sertifikat deposito, promes dan surat tagih lainnya.

Benda bergerak dan atau tidak bergerak berupa sertifikat hak milik, stok barang

dagangan, dan sarana perdagangannya. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan

sebagai pertimbangan dalam analisis kredit adalah kepribadian watak debitur,

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi kredit, modal, atau


(27)

C. Hak Tanggungan

1. Pengertian dan Ciri-Ciri Hak Tanggungan

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUHT pengertian Hak Tanggungan adalah :

“Hak Tanggungan adalah hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang selanjunya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah yang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah-tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lainnya”

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

diharapkan akan memberikan suatu kepastian hukum tentang pengikatan jaminan

dengan tanah berserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut sebagai

jaminan yang selama ini pengaturannya selama ini menggunakan

ketentuan-ketentuan Creditverband dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Pdt), termasuk perjanjian Kredit yang jaminannya berupa hak atas tanah.

Hak Tanggungan yang diatur dalam UUHT pada dasarnya adalah hak tanggungan

yang dibebankan pada hak atas tanah. Namun, pada kenyataannya seringkali

terdapat benda-benda berupa bangunan, tanaman dan hasil karya yang secara tetap

merupakan satu kesatuan dengan tanah yang dijadikan jaminan turut pula

dijaminkan. Sebagaimana diketahui bahwa Hukum Tanah Nasional didasarkan

pada hukum adat, yang menggunakan asas pemisahan horizontal, yang menjelaskan bahwa setipa perbuatan hukum mengenai hak-hak atas tanah tidak


(28)

Pada kenyataannya jaminan harta kekayaan bukan satu-satunya faktor penentu

dalam pemberian kredit. Namun demikian untuk memberikan perlindungan yang

lebih mantap kepada kreditur, hukum menyediakan suatu lembaga khusus yang

memberikan kedudukan istimewa kepada kreditur, yang dalam mengamankan

piutangnya ditunjuk suatu bidang tanah atau bidang-bidang tanah tertentu sebagai

jaminannya. Lembaga yang memberikan kedudukan istimewa tersebut adalah apa

yang dikenal sebagai "hak jaminan atas tanah".

Hak Tanggungan pada dasarnya adalah Hak Tanggungan yang dibebankan pada

hak atas tanah. Namun kenyataannya seringkali terdapat benda-benda berupa

bangunan, tanaman, dan hasil karya yang secara tetap merupakan satu-kesatuan

dengan tanah yang dijadikan jaminan itu. Sesuai dengan asas pemisahan

pemilikan horisontal menurut hukum adat yang dianut hukum tanah kita, maka

benda-benda yang merupakan salah satu kesatuan dengan tanah tidak merupakan

bagian dari tanah yang bersangkutan. Oleh karena itu setiap perbuatan hukum

mengenai hak atas tanah, tidak dengan sendirinya meliputi benda-benda tersebut.

Dalam penjelasan umum UUHT dikemukakan bahwa sebagai lembaga hak

jaminan atas tanah yang kuat, Hak Tanggungan harus mengandung ciri-ciri:

a) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada

pemegangnya (droit de preference). Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 20 ayat (1) UUHT.

b) Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek itu


(29)

c) Memenuhi asas spesialitas dan publisitas, sehingga dapat mengikat pihak

ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

d) Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.

Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam

pelaksanaan eksekusinya, jika debitur wanprestasi. Walaupun secara umum

ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang

berlaku (Purwahid Patrik dan Kashadi,2003:62).

2. Obyek dan Subyek Hak Tanggungan

Obyek adalah sesuatu yang menjadi sasaran (RM Suryodiningrat, 1985:19).

Dalam kaitannya dengan Hak Tanggungan, yang dimaksud obyek adalah sesuatu

yang dapat dibebani dengan Hak Tanggungan yaitu berupa hak atas tanah yang

telah ditentukan oleh Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT).

Dalam hukum perikatan yang dimaksud subyek adalah orang-orang yang menjadi

pihak dalam perikatan (RM Suryodiningrat, 1985:20). Dikaitkan dengan Hukum

Jaminan, perikatan disini mengacu kepada perjanjian kredit dimana jaminan yang

dipergunakan berupa Hak Tanggungan atas tanah. Dan para pihak tersebut terdiri

dari debitur sebagai pihak pemberi Hak Tanggungan serta kreditur selaku

pemegang Hak Tanggungan.

1) Obyek Hak Tanggungan

Untuk dapat dibebani Hak Jaminan atas tanah, obyek Hak Tanggungan harus

memenuhi 4 syarat, yaitu:


(30)

b) Termasuk hak yang didaftar dalam daftar umum

c) Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan

d) Perlu ditunjuk oleh Undang-undang sebagai hak yang dapat dibebani

dengan Hak Tanggungan (Thomas Suyanto, 1996: 18).

2) Subyek Hak Tanggungan

Yang dimaksud dengan subyek dalam hal ini adalah pemberi Hak Tanggungan

dan pemegang Hak Tanggungan.

a) Pemberi Hak Tanggungan

Pemberi Hak Tanggungan adalah orang atau badan hukum yang

mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap

obyek Hak Tanggungan yang bersangkutan (Pasal 8 UUHT). Pemberi Hak

Tanggungan bisa orang perseorangan, bisa juga badan hukum.

Kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum tersebut dengan

sendirinya harus ada pada saat pemberian Hak Tanggungan dihadapan

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

b) Pemegang Hak Tanggungan

Dalam Pasal 9 UUHT dinyatakan bahwa pemegang Hak Tanggungan

adalah orang perseorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai

pihak yang berpiutang. Karena Hak Tanggungan sebagai lembaga jaminan

hak atas tanah tidak mengandung kewenangan untuk menguasai secara

fisik dan menggunakan tanah yang dijadikan jaminan, tanah tetap berada

dalam penguasaan pemberi Hak Tanggungan kecuali dalam keadaan yang


(31)

atau badan hukum Indonesia dan dapat juga oleh Warga Negara Asing

atau badan hukum asing.

D. Lembaga Bank

1. Pengertian Bank

Menurut Pasal 1 angka (2) Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.

2. Fungsi Bank

Pada Pasal 3 dan 4 Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan fungsi dan tujuan Perbankan Indonesia

yaitu:

a) Fungsi utama Perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur

dana masyarakat

b) Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Menurut Kasmir (2002:4) bank mempunyai fungsi sebagai “Financial Intermediary”, dengan kegiatannya adalah:

a) Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,


(32)

berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang

adalah untuk keamanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk

melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil

simpananya.

b) Menyalurkan dana ke masyarakat, Bank memberikan pinjaman (kredit) pada

masyarakat yang telah mengajukan permohonan. Dengan kata lain Bank

menyediakan dana bagi masyarakat yang telah membutuhkannya. Pinjaman

atau kredit yang diberikan di bagi dalam berbagai jenis sesuai dengan

keinginan nasabah.

c) Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri


(33)

E. Kerangka Pikir

Dari kerangka pikir diatas, dapat diuraikan sebagai berikut :

Kredit adalah suatu kepercayaan yang diberikan oleh bank kepada penerima kredit

atau debitur, bahwa kredit yang dilepaskan atau diberikan oleh bank pada masa

yang akan datang akan dapat dibayar kembali oleh debiturnya sebagaimana yang

dijanjikan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan. Dalam proses

pemberian kredit terdapat prosedur dan syarat yang harus dipenuhi oleh calon

debitur guna disetujuinya permohonan kredit yang diajukan. Syarat dan prosedur

pengajuan kredit melalui beberapa tahapan yang telah ditentukan sepenuhnya oleh Nasabah

(Debitur)

Permohonan Kredit Kredit

Syarat dan Prosedur Pemberian Kredit

Aplikasi dan Analisa Data

Pencairan Kredit

Hambatan dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Bank

(Kreditur)


(34)

pihak bank. Setelah calon nasabah memenuhi seluruh syarat dan prosedur

pemberian kredit, barulah kredit dicairkan.

Dalam keseluruhan proses pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak

Tanggungan, terjadi berbagai permasalahan yang timbul. Permasalahan tersebut

yang menjadi hambatan dalam proses pemberian kredit yang menghambat

kelancaran ataupun menimbulkan resiko suatu permohonan kredit yang diajukan


(35)

layanan, Danamon Simpan Pinjam terdiri dari 2 unit layanan bisnis yang telah disesuaikan dengan kebutuhan Anda, sebagai berikut:

a. Unit Pasar Model

Fokus melayani nasabah di komunitas Pasar Inti dan Plasma melalui unit Pasar Model yang melayani individu dengan usaha sendiri yang bersifat informal dengan kebutuhan pembiayaan maksimal Rp 500 jt.

b. Unit Solusi Modal

Fokus melayani individu yang memiki usaha sendiri yang berada di luar komunitas pasar (di luar pasar model), dengan target utama para

pengecer/retailer. Kebutuhan pembiayaan yang diberikan maksimal Rp 50 jt.

2. Guna memberikan layanan yang lengkap dan menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan keuangan nasabah mikro dan kecil, Danamon Simpan Pinjam

menyediakan berbagai produk pinjaman untuk kebutuhan modal kerja, investasi, atau pun pengembangan usaha Anda serta produk simpanan yang memberikan keuntungan lebih dari sekedar tabungan biasa.

3. pengajuan permohonan kredit diajukan dengan mengisi formulir permohonan kredit yang disediakan oleh bank danamon, dan dibubuhi tanda-tangan calon debitur atau pemohon kredit.

4. kriteria calon nasabah/pemohon kredit : a. Harus berkewarganegaraan Indonesia

b. Umur, minimum umur 21 tahun, maksimim umur pada saat kredit lunas 60 tahun, untuk 55 tahun masih dapat diberikan kredit dengan ketentuan masih memiliki penghasilan per bulan dan ada asuransi jiwa kredit yang masih dapat diterima oleh perusahaan asuransi

c. Total pengalaman kerja

a) Fixed Income Earner (FIE) : 2 tahun sebagai karyawan tetap

b) Profesionals : 3 tahun berturut-turut bergerak di bidang bisnis yang sama

d. Tidak tercantum sebagai debitur yang menunggak baik di BDI maupun di bank lain, diubuktikan dengan hasil BI cheking

5. tahapan proses permohonan kredit

a. pengisian formulir permohonan kredit

b. penyerahan dokumen-dokumen yg dibutuhkan (jika permohonan kredit disetujui)

c. survey lapangan terhadap usaha nasabah, jaminan, dan karakter nasabah d. nasabah mengasuransikan jiwa dan jaminan yang akan dijaminkan e. penandatanganan surat perjanjian kredit


(36)

Kepada,

Yth, Calon Narasumber

Bapak Ardhiansyah Kurniawan, S.E.

Unit Manager PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Cabang Panjang Di Tempat.

Narasumber yang saya hormati,

Saya yang bernama Ahmad Efendi / 0642011027 adalah mahasiswa Program Studi SI Fakultas Hukum Universitas Lampung, yang akan melakukan penelitian tentang

“ Pelaksanaan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan“. Penelitian ini

merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan dan Kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pemberian kredit tersebut.

Bersamaan dengan ini saya mohon kesediaan bapak menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan dengan keadaan sebenarnya. Data yang diperoleh nantinya hanya akan dipergunakan untuk keperluan peneliti. Atas kerjasama Bapak, saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 24 Agustus 2010


(37)

FORMAT PERSETUJUAN

Setelah dijelaskan maksud penelitian, maka saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Ahmad Efendi dengan judul “Pelaksanaan

Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan “.

Dengan persetujuan ini, saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun.

Bandar Lampung, 24 Agustus 2010 Narasumber,

Ardhiansyah Kurniawan, S.E. Unit Manager


(38)

NAMA : Ahmad Efendi

NPM : 0642011027

JUDUL SKRIPSI : Pelaksanaan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak

Tanggungan

Bahwa mahasiswa tersebut telah melakukan uji validitas terhadap kuesioner penelitiannya dengan jumlah pertanyaan sebanyak 12 pertanyaan.


(39)

NAMA : Ahmad Efendi

NPM : 0642011027

JUDUL SKRIPSI : Pelaksanaan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak

Tanggungan

Bahwa mahasiswa tersebut telah melakukan uji validitas terhadap kuesioner penelitiannya dengan jumlah pertanyaan sebanyak 12 pertanyaan.


(40)

1. Bapak/Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan uraian yang tertulis dilembar Daftar pertanyaan ini.

2. Jawaban akan ditulis di bagian kolom jawaban yang tersedia

A. Data Narasumber

Nama : Ardhiansyah Kurniawan, S.E. Posisi/Jabatan : Unit Manager

B. Daftar Pertanyaan Untuk Penelitian Tentang Prosen Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan

1. Apakah yang dimaksud dengan Danamon Simpan Pinjam?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 2. Bank danamon sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat, tentunya

mempunyai berbagai macam produk yang ditawarkan. Apa saja Produk yang ditawarkan oleh Danamon Simpan Pinjam?


(41)

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 3. Bagimana bentuk permohonan kredit yang akan diajukan oleh calon debitur? ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 4. Pada umumnya tidak setiap orang dapat mengajukan suatu permohonan

kredit, Kriteria yang bagaimanakah yang memenuhi syarat untuk calon debitur?

……… ……… ……… ……… ……… ………


(42)

5. Dalam suatu proses permohonan kredit, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh calon debitur, apa saja tahapan-tahapan yang harus dilakukan calon debitur dalam proses permohonan kredit?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………. 6. Apabila permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur telah disetujui

pihak bank, apa saja kah syarat-syarat yang harus dpenuhi oleh calon debitur untuk mengajukan suatu permohonan kredit?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………


(43)

memberikan kepercayaan kepada pihak kreditur sebagai pemberi kredit. Objek jaminan apa saja yang dapat dijadikan jaminan kredit Bank Danamon Simpan Pinjam?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 8. Dalam memberikan persetujuan untuk suatu permohonan kredit layak

diberikan atau tidak, pertimbangan apa saja yang dilakukan oleh Bank Danamon untuk menilai calon debitur layak untuk mendapatkan kredit yang dimohonkannya?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………


(44)

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 10.Kapan jaminan hak atas tanah yang dijaminkan debitur dibebankan Hak

Tanggungan?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 11.Mengapa jaminan hak atas tanah yang dijaminkan oleh debitor dibebankan

Hak tanggungan?

……… ………


(45)

……… ……… ……… ……… ……… ……… 12.Dari setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, tentunya

tidak semua permohonan yang diajukan mendapatkan persetujuan dari pihak Bank Danamon. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab permohonan kredit tersebut tidak disetujui?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………


(1)

INSTRUMEN PENELITIAN

“Prosen Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan”

1. Bapak/Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan uraian yang tertulis dilembar Daftar pertanyaan ini.

2. Jawaban akan ditulis di bagian kolom jawaban yang tersedia

A. Data Narasumber

Nama : Ardhiansyah Kurniawan, S.E. Posisi/Jabatan : Unit Manager

B. Daftar Pertanyaan Untuk Penelitian Tentang Prosen Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan

1. Apakah yang dimaksud dengan Danamon Simpan Pinjam?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 2. Bank danamon sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat, tentunya

mempunyai berbagai macam produk yang ditawarkan. Apa saja Produk yang ditawarkan oleh Danamon Simpan Pinjam?


(2)

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 3. Bagimana bentuk permohonan kredit yang akan diajukan oleh calon debitur? ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 4. Pada umumnya tidak setiap orang dapat mengajukan suatu permohonan

kredit, Kriteria yang bagaimanakah yang memenuhi syarat untuk calon debitur?

……… ……… ……… ………


(3)

……… ……… 5. Dalam suatu proses permohonan kredit, terdapat tahapan-tahapan yang harus

dilalui oleh calon debitur, apa saja tahapan-tahapan yang harus dilakukan calon debitur dalam proses permohonan kredit?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………. 6. Apabila permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur telah disetujui

pihak bank, apa saja kah syarat-syarat yang harus dpenuhi oleh calon debitur untuk mengajukan suatu permohonan kredit?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………


(4)

7. Dalam suatu perjanjian kredit, tentunya diperlukan jaminan untuk memberikan kepercayaan kepada pihak kreditur sebagai pemberi kredit. Objek jaminan apa saja yang dapat dijadikan jaminan kredit Bank Danamon Simpan Pinjam?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 8. Dalam memberikan persetujuan untuk suatu permohonan kredit layak

diberikan atau tidak, pertimbangan apa saja yang dilakukan oleh Bank Danamon untuk menilai calon debitur layak untuk mendapatkan kredit yang dimohonkannya?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………


(5)

9. Bagaimanakah proses pembuatan perjanjian kreditnya?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 10.Kapan jaminan hak atas tanah yang dijaminkan debitur dibebankan Hak

Tanggungan?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 11.Mengapa jaminan hak atas tanah yang dijaminkan oleh debitor dibebankan

Hak tanggungan?

……… ………


(6)

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… 12.Dari setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, tentunya

tidak semua permohonan yang diajukan mendapatkan persetujuan dari pihak Bank Danamon. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab permohonan kredit tersebut tidak disetujui?

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………