Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut

(1)

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN

HAK TANGGUNGAN SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN

SENGKETA DEBITUR YANG WANPRETASI

PADA BANK SUMUT

TESIS

OLEH

SYARI RAMADHANI

077011067/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 9

Syari Ramadhani : P e l a k s a n a a n P e r j a n j i a n Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut, 2009


(2)

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN

HAK TANGGUNGAN SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN

SENGKETA DEBITUR YANG WANPRETASI

PADA BANK SUMUT

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SYARI RAMADHANI

077011067/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 9

Syari Ramadhani : P e l a k s a n a a n P e r j a n j i a n Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut, 2009


(3)

Judul Tesis : PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA DEBITUR YANG WANPRESTASI PADA BANK SUMUT

Nama Mahasiswa : Syari Ramadhani Nomor Pokok : 077011067

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Ketua)

(Prof.Dr.Budiman Ginting, SH,MHum) (Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,MHum)

(Anggota) (Anggota)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH,MS,CN) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)

Tanggal lulus : 09 Agustus 2009

Syari Ramadhani : P e l a k s a n a a n P e r j a n j i a n Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut, 2009


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 9 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH. MS. CN Anggota : 1. Prof.Dr.Budiman Ginting, SH. MHum

2. Dr.T.Keizerina Devi A. SH. CN. MHum 3. Notaris Syahril Sofyan, SH. MKn


(5)

ABSTRAK

Di bidang perkreditan, hukum harus mampu memelihara dan memperlancar proses hubungan yang terjadi antara warga masyarakat di satu pihak dengan bank di lain pihak. Usaha pokok dari kegiatan perbankan ialah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Di dalam pelaksanaan pemberian kredit itu, tentunya pihak pemberi kredit (bank/kreditur) menetapkan persyaratan-persyaratan kepada peminjam (nasabah/debitur). Persyaratan itu antara lain adalah perjanjian antara debitur dengan kreditur dan harus dituangkan dalam model perjanjian kredit yang telah ditentukan oleh bank yang lazimnya disebut dengan kontrak standart. Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan pada Bank SUMUT, bagaimana pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan apabila debitur wanprestasi, serta apakah hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan.

Penelitian ini bersifat deskriptif, maksudnya bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang memaparkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta atau individu, kelompok atau keadaan dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi, untuk mengetahui secara mendalam dan menganalisa pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan sebagai upaya penyelesaian sengketa dalam hal debitur wanprestasi pada Bank SUMUT.

Dalam pelaksanaan perjanjian kredit pada Bank Sumatera Utara hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur dituangkan dalam perjanjian kredit bank, yang dalam praktek berbentuk suatu perjanjian standard atau perjanjian baku. Analisis kredit dilakukan oleh bank selaku pihak kreditur agar tidak terjadi ketimpangan dalam pemberian pinjaman kredit. Dalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan yang dilakukan adalah berdasarkan titel eksekutorial. Melalui titel eksekutorial masalah kecepatan waktu dalam mengeksekusi jaminan bukan merupakan hambatan lagi. Ada kalanya masih muncul berbagai macam kesulitan dan hambatan internal maupun hambatan eksternal dalam melaksanakan eksekusi jaminan hak tanggungan. Agar pelaksanaan perjanjian kredit pada Bank SUMUT dapat berjalan dengan lancar, hendaknya perusahaan perbankan membentuk suatu lembaga yang khusus mengelola usaha pertanggungan kredit. Karena dengan adanya lembaga pertanggungan kredit tersebut, pihak bank dapat mengefisiensikan waktu untuk melakukan penagihan terhadap debitur. Hendaknya Bank SUMUT dalam memberikan kredit agar bertindak secara profesional khususnya dalam perlindungan dan kepastian hukum agar dapat berlaku seimbang dengan berlakunya Undang-undang Hak Tanggungan kepada kreditur, debitur dan pihak ketiga yang terkait dengan perjanjian kredit. Di masa mendatang perlu segera dirumuskan Undang-undang mengenai Eksekusi Hak Tanggungan untuk mengatur secara komprehensif pelaksanaan eksekusi. Sehingga eksekusi hak tanggungan dapat memberikan perlindungan dan kepastian huku bagi semua pihak-pihak yang terkait dalam proses eksekusi tersebut.


(6)

ABSTRACT

In credit matters, law must be able to maintain and accelerate the process of relationship between society and the banks. The main business of banking activity is to provide credit and services in the traffic of payment and money distribution. In the implementation of credit extension, the bank/creditor determines the terms and conditions for the customer/debtor and these terms and conditions must be stated in the model of credit agreement commonly called standard contract determined by the bank. The purpose of this descriptive study is to look at the process of standard contract implementation with the right to property as collateral in Bank SUMUT, to analyze how the execution of right to property is implemented if the debtor does not keep his promise as agreed in the contract, and to find out the constraints which appear during the implementation of right to property execution.

The purpose of this study is to look at and analyze the implementation of standard contract with the right to property as collateral as an attempt to settle the dispute caused by the debtor who does not keep his promise as agreed in the contract in Bank SUMUT. The data for this study were obtained through field observation.

The result of this study shows that the implementation of credit agreement in Bank SUMUT is based on the legal relationship between the debtor and the creditor which is stated in a standard contract. Analysing credit is conducted by the bank as the creditor to avoid the imbalances which may occur in credit extension. In its implementation, the execution of the right to property is doen based on executorial title that the speed of time in executing the collateral is not a constraint anymore. Sometimes, various internal and external constraint still appear during the implementation of executing the right to property as collateral. To accelerate the implementation of credit agreement in Bank SUMUT, the banking companies should establish an institution which specially manages a credit guarantee business that the banks can make their time efficient in collecting the debit from the debtors. Bank SUMUT should be professional in providing credit extension especially in providing legal protection and legal certainty that in its implementation it can balance with the implementation of law on right to property to the creditor, debtor, and the third party related to the credit agreement in the future, it is necessary to formulate a law on the execution of right to property that can comprehensively regulate the implementation of execution that this execution can provide legal protection and legal certainty for all of the parties related to the process of execution.


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian tesis ini dengan judul ”Pelaksanaan Perjanjian

Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanprestasi Pada Bank SUMUT”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan tesis ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan pada isi tesis ini dikarenakan keterbatasan waktu, keterbatasan literatur sehingga memerlukan kritikan dan masukan pada penyempurnaan tesis ini.

Terima kasih yang mendalam dan tulus saya ucapkan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH,MS,CN., selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, SH,M.Hum dan Ibu Dr.T.Keizerina Devi Azwar, SH,CN,M.Hum. masing-masing selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, nasehat serta bimbingan kepada penulis dalam penulisan penelitian tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan teriam secara khusus kepada Bapak Notaris Syahril Sofyan, SH.MKn dan Bapak Notaris Syafnil Gani, SH.M.Hum selaku


(8)

Dosen yang selama ini telah membimbing dan membina penulis dan pada kesempatan ini dipercayakan menjadi Dosen Penguji sekaligus sebagai Panitia Penguji Tesis.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P.Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan Program Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Ibu Dr. T.Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar diantaranya Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum., Prof. Dr. Tan Kamello, SH., Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum., Ibu Hj.Chairani Bustami, SH, MKn., Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS., Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum., Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn., Notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum., dan lain-lain serta para karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara diantaranya kak Fatimah, kak Sari, kak Lisa, kak Afni, kak Winda, bang Adi, bang Rizal, dan lain-lain yang telah banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan dari awal hingga selesai.


(9)

5. Bapak Harmen Nasution, selaku Pimpinan Bank SUMUT Cabang Utama Medan yang telah bersedia membantu penulis sehingga dapat melakukan riset pada PT.Bank SUMUT Cabang Utama Medan.

6. Bapak Endar Sakti Pane, selaku Wakil Pimpinan Bidang Pemasaran Kredit dan Dana pada PT.Bank SUMUT Cabang Utama Medan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan untuk membantu penulis mendapatkan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan penelitian tesis ini.

7. Bapak Syahbuddinsyah, selaku Pimpinan Bagian Operasional pada PT.Bank

SUMUT Cabang Utama Medan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan untuk membantu penulis mendapatkan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan penelitian tesis ini.

8. Bapak Muhammad Zaini, selaku Pimpinan Bidang Hukum pada PT.Bank

SUMUT Kantor Pusat Medan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan untuk membantu penulis mendapatkan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan penelitian tesis ini.

9. Bapak Irwan Pulungan, selaku Pimpinan Divisi Penyelamatan Kredit pada

PT.Bank SUMUT Kantor Pusat Medan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan untuk membantu penulis mendapatkan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan penelitian tesis ini.


(10)

10.Bapak bang Muhsin Adlin, bang Muhammad Yamin dan bang Izwar Idhani Nasution, selaku Staf Divisi Penyelamatan Kredit PT.Bank SUMUT Kantor Pusat Medan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan untuk membantu penulis mendapatkan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan penelitian tesis ini.

11.Seluruh Staf PT.Bank SUMUT Cabang Utama Medan yang telah membantu

dalam memberikan data-data dan informasi kepada penulis dalam penulisan penelitian tesis ini.

12.Secara khusus penulis menghaturkan sembah dan sujud dan ucapan terima kasih kepada yang tercinta dan tersayang Ayah Drs.H.Mahyuddin Nayan dan Mama Hj.Yuniar Ginting, SH, yang telah bersusah payah melahirkan, membesarkan dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang, selalu membakar semangat penulis untuk menyelesaikan tesis, serta selalu memberikan doa restu dalam setiap langkah kehidupan penulis sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

13.Teristimewa untuk Amang Boru Drs.H.Abdul Malik Nasution dan Inang Boru drg.Hj.Marhaeni Siregar yang selalu memberikan perhatian, dukungan, doa, kasih sayang dan nasehat kepada penulis.

14.Untuk suami tercinta dan penulis sayangi Saindra Hadi P. Nasution, SE.Ak atas perhatian, dukungan, kasih sayang, semangat, motivasi, doa dan pengertian kepada penulis agar tetap kuat dan semangat dalam menghadapi setiap tantangan demi masa depan.


(11)

15.Untuk putra penulis buah hati tersayang Syahdilan Fathin Nasution yang baik budi dan selalu memberikan semangat kepada penulis.

16.Untuk Almh. Nenek [Nenek Karo dan Nenek Bedagai], bang Bana dan Deby, serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis.

17.Kepada Sahabat-sahabat penulis Rahmawaty Anditya, SH, Veronica Yeny Cindy Napitupulu, SH., Hilda Ilmi Chaily, SH., Dita Pratiwi, SH., Qalbu Thintami, SIP., penulis ucapkan terima kasih atas dukungan, keceriaan, dan energi positif yang selalu membangun untuk bisa bangkit dan selalu semangat.

18.Kepada sahabat selama perkuliahan di Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Intan Harahap, kak Fatma Novida Matondang, kak Nevayanti, kak Myrna, kak Ismy, bang Raymond, bang Andi Hakim, bang Muaz, Reza, bang Edy Natasari Sembiring, bang “Agam” Abdul Mutholib, kak Dewi “Jilbab”, kak Dewi “Bule”, kak Delina, Jagjit Singh, Belinda, bang Juni Surbakti penulis ucapkan terima kasih atas rajutan kisah, kebersamaan serta dorongan semangat yang diberikan kepada penulis.

19.Kepada seluruh teman-teman di Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang selalu memberikan semangat, memberikan dorongan, bantuan pikiran serta mengingatkan di kala lupa kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini dalam rangka untuk menyelesaikan studi, serta kepada kak Ida yang telah membantu penulis dalam pengetikan tesis ini.


(12)

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat rahmat dari Allah SWT, agar selalu diberikan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan, dan rezeki yang melimpah kepada kita semua. Amin.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembangkan ilmu hukum, khususnya dalam bidang Ilmu Kenotariatan.

Medan, Agustus 2009 Penulis,


(13)

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Syari Ramadhani

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 8 Juni 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Belutu Psr. IX No.11 Medan - 20131

II. Keluarga

Nama suami : Saindra Hadi P. Nasution, SE. Ak.

Nama ayah : Drs. H. Mahyuddin Nayan

Nama ibu : Hj. Yuniar Ginting, SH

Nama anak : Syahdilan Fathin Nasution

III. Pendidikan

1. SD Percobaan Negeri, Jl. Sei Petani Medan, Tahun 1997 2. SMP Negeri 1 Medan, Tahun 2000

3. SMA Negeri 1 Medan, Tahun 2003

4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Tahun 2007

5. S-2 Program Studi Magister Kenotariatan (MKn) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Tahun 2009

Medan, Agustus 2009 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR ISTILAH ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 11

C. Tujuan Permasalahan ... 12

D. Manfaat Penelitian... 12

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 13

1. Kerangka Teori... 13

2. Konsepsi ... 17

G. Metode Penelitian... 20

1. Sifat Penelitian ... 20


(15)

3. Sumber Data Penelitian ... 21

4. Alat Pengumpulan Data ... 21

5. Analisis Data ... 22

BAB II : PROSES PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA BANK SUMUT ... 24

A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian... 24

1. Pengertian Perjanjian ... 24

2. Unsur-unsur Perjanjian ... 26

3. Asas-asas Perjanjian... 28

4. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian ... 30

B. Tinjauan Umum tentang Kredit... 33

1. Pengertian Kredit ... 33

2. Perjanjian Kredit... 34

3. Unsur-unsur Kredit... 35

4. Bentuk Perjanjian Kredit ... 36

5. Fungsi Kredit ... 37

6. Jenis-jenis Kredit ... 39

7. Dasar-dasar Pemberian Kredit... 41

C. Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan ... 42

1. Tinjauan Umum tentang Hak Tanggungan ... 42

2. Proses Pengambilan Kredit pada Bank SUMUT ... 57


(16)

BAB III : PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN

APABILA DEBITUR WANPRESTASI ... 74

A. Sebab-sebab Debitur Wanprestasi... 74

B. Tanda-tanda Kredit Macet... 76

C. Proses Jatuhnya Eksekusi Hak Tanggungan ... 83

D. Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan Apabila Debitur Wanprestasi ... 87

BAB IV : HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN... 114

A. Hambatan Internal... 114

B. Hambatan Eksternal ... 117

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124


(17)

DAFTAR ISTILAH

Appraisal Independent = Tim penilai

Law Problem Solving = Pemecahan masalah hukum

Accessoir = Jaminan bersifat mengikuti satu perikatan

pokok yang telah ada antara debitur dan kreditur beruap hutang piutang.

Zaak warneming = Tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa

Onrechtmatif daad = Perhatian melawan hukum.

Preferent = Kedudukan diutamakan

Frame of thinking = kerangka berpikir

Credere = (Yunani) kepercayaan

Standart contract = Kontrak baku

Somasi = Teguran terhadap pihak yang akan digugat ke

pengadilan negeri

Aanmaning = Tereksekusi berdasarkan putusan yang

berkekuatan hukum tetap.

Dading = Perjanjain damai

Safety = Keamanan

Profitability = Keuntungan

Inkracht van genisde = Berkekuatan hukum tetap

Request civil = Peninjauan kembali

Novum = Bukti baru


(18)

Droit de preference = Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lain.

Verbruiklening = Benda yang menghabis jika dipakai

Beding van eigenmachtige verkoop = Menggunakan kuasa yang diberikan kepada pemberi hak.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan di segala bidang merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin bagi warga masyarakat. Pembangunan itu sendiri dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap pemecahan masalah hukum (law problem solving).

Di bidang perkreditan, hukum harus mampu memelihara dan memperlancar proses hubungan yang terjadi antara warga masyarakat disatu pihak dengan bank di lain pihak. Telah diketahui bahwa usaha pokok dari kegiatan perbankan ialah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Di dalam pelaksanaan pemberian kredit itu, tentunya pihak pemberi kredit (bank/kreditur) menetapkan persyaratan-persayaratan kepada peminjam (nasabah/ debitur). Persyaratan itu antara lain adalah perjanjian antara debitur dengan kreditur dan harus dituangkan dalam model perjanjian kredit yang telah ditentukan oleh bank. Perjanjian kredit yang dituangkan dalam formulir-formulir yang disediakan oleh bank lazimnya disebut dengan kontrak standart.

Selain persyaratan tersebut di atas jaminan adalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam masalah perkreditan yang dikenal dalam dunia perbankan disebut hipotik sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 8 UU No. 7/1992.


(20)

Hipotik merupakan suatu hak yang bersifat accessoir karena mengikuti suatu perikatan pokok yang telah ada antara debitur dengan kreditur berupa hutang piutang. Dalam perjanjian kredit akte hipotik merupakan suatu grose akte yang telah mempunyai titel eksekutorial yaitu akte yang sama dengan kekuatan hukum tetap. Hipotik hanya dapat diletakkan atas benda yang sudah ada. Hipotik atas benda-benda yang baru akan ada di kemudian hari adalah batal. Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1175 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Perjanjian hutang piutang antara kreditur (pemberi pinjaman) dengan debitur (peminjam) merupakan realitas dalam perkembangan ekonomi dewasa ini. Dalam hubungan hukum yang terjadi di antara kreditur dengan debitur, bisa terjadi adanya wanprestasi yang mengakibatkan salah satu pihak menderita kerugian. Dengan terjadinya wanprestasi tersebut, maka kreditur dapat menuntut agar debitur memenuhi perjanjian atau dan memberikan ganti rugi.

Perjanjian yang di dalam hukum perikatan merupakan salah satu sumber dari perikatan itu sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1233 KUH Perdata, yaitu “Setiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang”.

Dalam hal ini A. Ridwan Halim mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :

Sumber-sumber perikatan itu adalah : a. Perjanjian atau persetujuan b. Undang-undang

c. Perbuatan atau sikap tindak manusia yang dibedakan lagi atas : 1) Perbuatan manusia menurut hukum/halal


(21)

d. Perbuatan atau sikap tindak manusia yang lain, yakni suatu sikap manusia dimana ia mengikatkan dirinya sendiri kepada sesuatu hal yang sebenarnya bukan menjadi kewajibannya, misalnya : seseorang yang telah bersedia mengikatkan diri untuk menjaga rumah tetangganya selama tetangganya itu pergi sehingga bila terjadi kehilangan di rumah tetangganya itu dialah yang bertanggung jawab.1

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa perjanjian itu sering terjadi dan dilakukan oleh masyarakat, baik yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis (lisan dan secara diam-diam). Masalah perjanjian ini mempunyai ruang lingkup yang cukup luas. Sehingga sangat menarik untuk dibahas dan diteliti, apalagi kalau perjanjian itu dikaitkan dengan masalah kredit yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan bank, sebagaimana topik yang akan dibahas dalam tesis ini.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1313, bahwa perjanjian itu diartikan sebagai suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.2

Dari ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata di atas terlihat bahwa perjanjian diistilahkan dengan persetujuan. Padahal pengertian persetujuan lebih luas dari pengertian perjanjian. Jika pada persetujuan yang mengikatkan diri hanya sepihak saja, maka pada perjanjian yang mengikatkan diri adalah kedua belah pihak.

Sehingga pengertian persetujuan atau perjanjian yang dikemukakan dalam Pasal 1313 KUH Perdata mengandung kelemahan-kelemahan sebagaimana yang dikemukakan dalam pernyataan berikut :

1

Ridwan Halim, A., Hukum Perdata Dalam Tanya Jawab, (akarta, Ghalia Indonesia, 1990). hlm. 145-146.

2


(22)

a. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pijak. Seharusnya perumusan itu, “saling mengikatkan diri”, jadi ada konsensus diantara pihak-pihak.

b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian perbuatan termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa (zaakwarneming), tindakan melawan hukum (onrechtmatig daad) yang tidak mengandung suatu konsesus. Seharusnya dipakai kata persetujuan.

c. Pengertian perjanjian terlalu luas. Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut di atas terlalu luas karena mencakup juga perlangsungan perkawinan, janji kawin yang diatur dalam lapangan hukum keluarga, padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang dikehendaki oleh Buku III KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan perjanjian yang bersifat personal. d. Tanpa menyebut tujuan. Dalam perumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan

mengadakan perjanjian. Sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa.3

Untuk lebih menyempurnakan pengertian perjanjian yang ditentukan dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang dianggap oleh sebagian sarjana mengandung kelemahan-kelemahan sebagaimana yang telah diuraikan dalam pernyataan di atas, maka pengertian perjanjian itu sebaiknya sebagai berikut, yaitu : “Perjanjian adalah

3


(23)

suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan”.4

Terhadap pengertian persetujuan dan perjanjian ini sampai sekarang masih banyak pakar hukum yang saling berbeda pendapat dan pandangan. Sebagian sarjana mengatakan bahwa persetujuan berasal dari kata-kata istilah overeen komsten, sedangkan perjanjian berasal dari kata atau istilah verbintenis.

Mengingat adanya kata sepakat diantara kedua pihak yang mengikatkan diri tersebut merupakan unsur dan syarat utama dalam suatu perjanjian, maka tidak salah kalau perjanjian itu merupakan perbuatan dari dua orang atau lebih yang saling mengikatkan diri dan bukan hanya satu orang atau satu pihak saja yang harus mengikatkan diri. Oleh karena itu tentang pengertian-pengertian perjanjian itu Wirjono Prodjodikoro mengemukakan pendapatnya dengan mengartikan perjanjian itu sebagai berikut : “Suatu kata sepakat antara dua pihak atau lebih mengenai harta benda kekayaan mereka, yang bertujuan mengikatkan kedua belah pihak.”5

Kalau dikaitkan pengertian perjanjian di atas dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata maka terlihat dengan jelas bahwa perjanjian itu harus didasarkan atas kesepakatan para pihak, yang dalam hal ini harus dilakukan sedikitnya dua orang itu harus benar-benar sepakat untuk mengikatkan dirinya masing-masing.

4

Ibid

5

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, 1972, hlm. 11.


(24)

Hak tanggungan sebagai hak jaminan, dilahirkan oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) tepatnya terdapat pada Pasal 51 dan juga diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996, sedangkan peralihan hak tanggungan ini diatur dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 17 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996.

Budi Harsono dalam buku Salim HS memberikan pendapat mengenai hak tanggungan, yaitu penguasaan hak atas tanah, berisikan kewenangan kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan, tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebahagian-bagian pembayaran lunas hutang debitur kepadanya.

Berdasarkan Pasal 18 undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Undang-undang Hak Tanggungan tersebut, dapat diketahui bahwa hak tanggungan dapat sengaja dihapuskan dan dapat pula hapus karena hukum. Hak tanggungan dapat beralih yaitu karena dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan atau karena dilakukan pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh pengadilan negeri. Sedangkan hak tanggungan dapat hapus karena hukum yaitu karena hapusnya utang yang jaminan dengan hak tanggungan dan karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan dalam buku Salim HS yang dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo.

Seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) mempunyai wewenang dalam menjalankan tugasnya. Wewenang utamanya dari Pejabat Pembuat Akta Tanah


(25)

(PPAT) adalah untuk membuat akta mengenai tanah-tanah yang terletak dalam daerah kerjanya, kecuali dalam hal-hal khusus yang memerlukan izin Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi dan ketentuan ini terdapat di dalam Pasal 1868 KUHPerdata, apabila suatu akta hendak memperoleh stempel otentitas. Sedangkan bank bertindak sebagai badan yang satu-satunya diberi wewenang untuk menyalurkan dan mengatur peredaran uang, sudah tentu mengadakan perjanjian dengan pihak-pihak yang membutuhkan modal melalui kredit. Dimana pemberian kredit merupakan suatu fasilitas untuk memperoleh pinjaman uang. Pinjaman uang menyebabkan timbulnya utang yang harus dibayar oleh debitur menurut syarat-syarat yang ditetapkan dalam perjanjian pinjam meminjam atau persetujuan untuk membuka kredit.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa kredit yang ditegaskan oleh Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 merupakan salah satu perjanjian kredit seperti yang dimaksud oleh Buku ke II KUHPerdata, sehingga dalam perjanjian kredit tersebut diperlukan pula KUHPerdata yang mengatur tentang Perjanjian Kredit.

Istilah hak tanggungan sebagai hak jaminan, dilahirkan oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) tepatnya terdapat pada Pasal 51. Istilah tanggungan adalah suatu istilah yang dipakai dan berkaitan dengan perasuransian.

“Sehubungan dengan pemakaian istilah hak tanggungan di dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang-Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT),


(26)

dunia perasuransian telah “menggugat” pemakaian istilah tersebut sebagai istilah khusus bagi dunia mereka, yang sebaiknya tidak digunakan oleh kalangan perasuransian, sebab kalau tidak, kata tanggungan mempunyai dua arti, yaitu jaminan (atas tanah) dan asuransi”.6

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT) menegaskan pengertian hak tanggungan adalah :

Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk perlunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa hak tanggungan merupakan bagian dari hak jaminan yang khusus tertuju pada hak atas tanah. Ada unsur-unsur pokok dari hak tanggungan termuat di dalam defenisi tersebut. Unsur-unsur pokok itu adalah :

1. Hak tanggungan adalah hak jaminan untuk perlunasan utang tertentu

2. Maksud untuk perlunasan utang tertentu adalah hak tanggungan itu dapat membereskan dan menyelesaikan pembayaran utang-utang debitur yang ada pada kreditur.

3. Objek hak tanggungan adalah hak atas tanah sesuai dengan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA).

6

ST Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan : Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok dan


(27)

4. Hak tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah) saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu.

5. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Maksudnya memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya, lazimnya disebut droit

de preference. Keistimewaan itu ditegaskan dalam Pasal 1 angka (1) dan pasal 1

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996, yang berbunyi :

Apabila debitur cedera janji, kreditur pemegang hak tanggungan berhak untuk menjual objek yang dijadikan jaminan melalui pelelangan umum menurut peraturan yang berlaku dan mengambil perlunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut, dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur lain yang bukan pemegang hak tanggungan atau kreditur pemegang hak tanggungan dengan peringkat yang lebih rendah. Hak yang istimewa ini tidak dipunyai oleh kreditur bukan pemegang hak tanggungan.

Budi Harsono dalam buku Salim HS memberikan pendapat mengenai pengertian hak tanggungan, yaitu “Penguasaan hak atas tanah, berisi kewenangan kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan, tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian pembayaran lunas hutang debitur kepadanya”.7

Defenisi hak tanggungan yang disajikan oleh Budi Harsono adalah pada penguasaan hak atas tanah. Penguasaan hak atas tanah merupakan wewenang untuk menguasai hak atas tanah.

7

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2005, hlm. 104


(28)

“Setiap hak atas tanah pada dasarnya tidak dapat dijadikan jaminan utang, tetapi hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan utang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Dapat dinilai dengan uang, karena utang yang dijamin berupa uang.

2. Termasuk hak yang didaftar dalam daftar umum, karena harus memenuhi syarat publisitas.

3. Mempunyai sifat yang dapat dipindah tangankan, karena apabila debitur cedera janji benda yang dijadikan jaminan utang akan dijual di muka umum.

4. Memerlukan penunjukan dengan undang-undang”.8

“Berbicara mengenai hak tanggungan ada beberapa asas dari hak tanggungan yang perlu dipahami, dimana asas tersebut yang membedakan hak tanggungan dari jenis dan bentuk jaminan-jaminan utang yang lain. Asas jaminan-jaminan tersebut adalah :

1. Hak tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang hak tanggungan

2. Hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi

3. Hak tanggungan hanya dapat dibedakan pada hak atas tanah yang telah ada

4. Hak tanggungan dapat dibebankan selain atas tanahnya juga berikut benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut.

5. Hak tanggungan dapat dibebankan juga atas benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang baru akan ada di kemudian hari

8


(29)

6. Hak tanggungan dapat dijadikan jaminan untuk utang yang baru akan ada 7. Hak tanggungan dapat menjamin lebih dari satu utang

8. Hak tanggungan wajib didaftarkan”.9

Berbicara mengenai objek hak tanggungan, yang dimaksud objek hak tanggungan adalah hak-hak atas tanah apa yang dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan. Ada dua unsur mutlak dari hak atas tanah yang dapat dijadikan objek hak tanggungan yaitu :

1. Hak atas tanah tersebut sesuai ketentuan yang berlaku wajib didaftar dalam daftar umum, yaitu di Kantor Pertanahan. Wajib didaftar dalam daftar umum maksudnya adalah bahwa hak atas tanah tersebut telah bersertifikat. Hak atas tanah yang telah terdaftar (bersertifikat) berkaitan dengan kedudukan diutamakan (preferent) yang diberikan kepada kreditur pemegang hak tanggungan terhadap kreditur lainnya. Untuk itu harus ada catatan mengenai hak tanggungan pada buku tanah dan sertifikat hak tanah yang dibebani sehingga setiap orang dapat mengetahuinya (asas publisitas).

2. Hak atas tanah tersebut menurut sifatnya harus dapat dipindah tangankan (misalnya bisa dijual), sehingga apabila diperlukan dapat segera direalisasi untuk membayar utang yang dijamin perlunasannya.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak

tanggungan pada Bank SUMUT ?

9


(30)

2. Bagaimana pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan apabila debitur wanprestasi ?

3. Apakah hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan pada Bank SUMUT.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan apabila debitur wanprestasi.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan

eksekusi Hak Tanggungan.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan, dalam rangka pengembangan wawasan dan pengkajian tentang perjanjian kredit. Khususnya tentang pelaksanaan perjanjian kredit proses penyelesaian sengketa kredit macet dengan jaminan hak tanggungan apabila debitur wanprestasi.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan masukan bagi kreditur dan debitur yang bertujuan untuk mengurangi kendala yang selama ini dihadapi dalam proses pelaksanaan perjanjian kredit dan penyelesaian


(31)

sengketa kredit macet dengan jaminan hak tanggungan apabila debitur wanprestasi pada PT.Bank SUMUT.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang yang diketahui dan berdasarkan informasi, data yang ada dan penelusuran lebih lanjut pada kepustakaan, yang khususnya pada Kepustakaan Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, diketahui bahwa belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul : “Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur yang Wanprestasi Pada Bank SUMUT".

Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian ilmiah, teori digunakan sebagai landasan berpikir dan mengukur sesuatu berdasarkan variabel yang tersedia. Sebelum peneliti mengetahui kegunaan dari kerangka teori, maka peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai arti teori. Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian yang hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas.10

10

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986), hlm.126


(32)

Dalam hal ini menurut Bintaro Tjokroamidjojo dan Mustafa Adidjoyo teori diartikan sebagai ungkapan mengenai hubungan casual yang logis di antara perubahan (variabel) dalam bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka berpikir (frame of thinking) dalam memahami serta menangani permasalahan yang timbul di dalam bidang tersebut.11

Berkenaan dengan penelitian ini, maka kerangka teori diarahkan secara khusus pada ilmu hukum yang mengacu pada penelitian hukum normatif, dimana penelitian ini mengarah pada analisis secara hukum terhadap pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan.

Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari kata overeenkomst (Belanda) atau Agreement (Inggris). Ada dua macam teori yang membahas tentang pengertian perjanjian yaitu teori lama dan teori baru. Pengertian perjanjian terdapat di dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi : “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.

Berdasarkan doktrin atau teori lama yang disebut dengan “perjanjian adalah perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”.

Unsur-unsur perjanjian menurut teori lama, yaitu : a. Adanya perbuatan hukum

b. Persesuaian pernyataan kehendak dari beberapa orang

11

Bintaro Tjokroamidjojo dan Mustafa Adidjoyo, Teori dan Strategis Pembangunan


(33)

c. Persesuaian tersebut harus dipublikasikan atau dinyatakan

d. Perbuatan hukum itu terjadi karena kerjasama antara dua orang atau lebih e. Persesuaian kehendak itu harus dengan mengingat peraturan

perundang-undangan.12

Van Dune dalam buku Salim HS memberikan pendapat mengenai pengertian perjanjian. Ia menyatakan yang diartikan dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.13

Berdasarkan pengertian perjanjian tersebut di atas, ada tiga tahap dalam membuat perjanjian, yaitu :

a. Tahap prancontractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan;

b. Tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak ;

c. Tahap post contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian.14

Kredit dalam kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling utama, karena pendapat terbesar dari usaha bank berasal dari pendapat kegiatan usaha kredit yaitu berupa bunga dan deposito. Banyak pendapat dari para ahli yang memberikan pandangan mengenai pengertian kredit, namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu kepercayaan.

12

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Cet. II (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2003), hlm.160.

13

Ibid, hlm.167

14


(34)

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan, karena itu dasar dari kredit, adalah kepercayaan. “Seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya adalah yang memperoleh kepercayaan”.15

Kata kredit dalam perkembangannya telah berubah makna menjadi pinjaman. Memang diakui bahwa pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur kepada debitur dilandasi kepercayaan, bahwa pada suatu waktu tertentu pinjaman tersebut dikembalikan ditambah imbalan jasa tertentu.

Hakekatnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, yang berarti bahwa kredit adalah pemberian kepercayaan oleh bank sebagai pemberi kredit, dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh si penerima kredit sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.

Kredit menurut Pasal 1 huruf K Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah : Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

15

Muchdarsyah Sinungan, Dasar-dasar dan Teknik Manajemen Kredit, Edisi I, Cetakan Keenam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm.2.


(35)

Berdasarkan pengertian kredit seperti yang tersebut di atas maka Thomas Suryapto dalam buku M.Djumhana menyatakan “ada unsur-unsur dari kredit”, yaitu :

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa

prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara

pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai

akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya. Dengan adanya resiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi, yaitu yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa, atau uang.16

2. Konsepsi

Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori. Konsep diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut definisi operasional (operational definition).17 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus.18

16

M.Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cet. III (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2000), hlm.370-371.

17

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993), hlm.

10

18


(36)

Dalam hal ini untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman tentang penelitian ini, maka perlu didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini :

Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum.

Perjanjian kredit bank adalah perjanjian yang isinya telah disusun oleh bank secara sepihak dalam bentuk baku mengenai kredit yang memuat hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur.19

Kreditur adalah pihak bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang berpiutang dalam suatu hubungan hutang piutang tertentu.

Debitur adalah orang atau badan usaha yang berhutang kepada kreditur dalam suatu hubungan hutang piutang tertentu.

Hutang adalah kewajiban debitur yang harus dibayar kepada kreditur dalam bentuk mata uang atau lainnya sebagai akibat perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan.

Piutang adalah hak untuk menerima pembayaran.20

Jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada kreditur yang berupaya

guna untuk menimbulkan keyakinan kepada kreditur bahwa

19

Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia : Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung : PT. Alumni, 2006), hlm.19-20.

20


(37)

debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.21

Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur terhadap kreditur-kreditur lain.22

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.23

Kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet.24

Kredit macet adalah kemampuan membayar terhadap tunggakan yang telah melampaui 270 hari yang disebabkan sesuatu hal atau akibat kelalaian.

21

Haertono Hadi Soeprapto, Pokok-pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, (Yogyakarta : Liberty, 1984), hlm.50.

22

Pasal 1 ayat 1 UUHT No.4 Tahun 1996, tentang Hak Tanggungan

23

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

24

H.R.Daeng Maja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, (Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2005), hlm.175


(38)

Wanprestasi adalah si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri. Ialah jika ia menetapkan, bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.25

G. Metode Penelitian 1.

Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, maksudnya bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang memaparkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta atau individu, kelompok atau keadaan dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi, untuk mengetahui secara mendalam dan menganalisa pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan sebagai upaya penyelesaian sengketa dalam hal debitur wanprestasi pada Bank SUMUT.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis empiris/yuridis sosiologis. Penelitian didasarkan pada data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan, dengan didukung oleh penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.26

25

Pasal 1328 KUH Perdata

26

Ronitijo Soemitro, Methodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Semarang : Ghalatia Indonesia, 1998), hlm.11.


(39)

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul tesis, maka penelitian ini dilakukan pada Bank SUMUT Cabang Utama Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena Bank SUMUT merupakan Bank Daerah di Sumatera Utara yang merupakan Bank yang cukup sehat, dimana khususnya masyarakat Sumatera Utara yang pada umumnya mempunyai usaha memperoleh dana yang bersumber melalui kredit bank, yang sebagian besar menggunakan hak tanggungan.

3. Sumber Data Penelitian

a. Data primer diperoleh dari penelitian di lapangan dengan melakukan wawancara terhadap narasumber. Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mengetahui lebih mendalam tentang proses pemberian kredit dengan jaminan hak tanggungan, khususnya pada Bank SUMUT.

b. Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan. Pengumpulan data sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier.

4. Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil yang objektif, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui :


(40)

Terhadap data primer, dilakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang ada kaitannya terhadap permasalahan yang diteliti, dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai alat pengumpulan data.

Terhadap data sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen, yaitu dengan menghimpun data yang berasal dari kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku/literatur, dan karya ilmiah seperti makalah, majalah-majalah, dan segala tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu penelitian untuk memerikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

Seluruh data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan dan pustaka diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis.

Dari data primer dan data sekunder yang telah diperoleh sebagai sumber dalam penyusunan tesis ini kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan


(41)

kebenarannya yang kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan. Sedangkan metode deskriptif yaitu metode analisis dengan memilih data yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya di lapangan.


(42)

BAB II

PROSES PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN

JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA BANK SUMUT

A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian

Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya. Oleh karena itu hendaknya setiap perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga tujuan kepastian hukum dapat terwujud. Sehubungan dengan perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata memberikan defenisi sebagai berikut : “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Menurut R.Setiawan, definisi tersebut kurang lengkap, karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja dan juga sangat luas karena dengan dipergunakannya perkataan “perbuatan” tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum. Beliau memberikan definisi tersebut sebagai berikut perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum, menambahkan perkataan “atau saling mengikatkan dirinya” dalam Pasal 1313 KUH Perdata.27

27

R.Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1994, hlm. 49.

Syari Ramadhani : P e l a k s a n a a n P e r j a n j i a n Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut, 2009


(43)

Sehingga menurut beliau perumusannya menjadi perjanjian adalah suatu perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Menurut Rutten, rumusan perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata tersebut terlalu luas dan mengandung beberapa kelemahan.28

R. Subekti yang menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa ini timbul suatu hubungan perikatan.29

Perjanjian adalah merupakan bagian dari perikatan, jadi perjanjian adalah merupakan sumber dari perikatan dan perikatan itu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada perjanjian. Mengenai perikatan itu sendiri diatur dalam buku III KUH Perdata, sebagaimana diketahui bahwa suatu perikatan bersumber dari perjanjian dari undang-undang. Oleh karena itu bahwa perjanjian itu adalah sama artinya dengan kontrak.

Selanjutnya definisi berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata tersebut sebenarnya tidak lengkap, karena hanya mengatur perjanjian sepihak dan juga sangat luas karena istilah perbuatan yang dipakai akan mencakup juga perbuatan melawan hukum.30

28

Purwahid Patrik. Dasar-dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian

dan dari Undang-undang), Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 46

29

R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987, hlm. 1

30


(44)

Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh para sarjana hukum perdata, pada umumnya menganggap definisi perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata itu tidak lengkap dan terlalu luas.

Menurut R.Wirjono Prodjodikoro mengartikan perjanjian sebagai suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara kedua belah pihak, dalam mana satu pihak berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu.31

Sedang menurut Abdul Kadir Muhammad merumuskan kembali definisi Pasal 1313 KUH Perdata sebagai berikut, bahwa yang disebut perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikat diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam lapangan harta kekayaan.32

2. Unsur-unsur Perjanjian

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian perjanjian seperti tersebut di atas, jika disimpulkan maka untuk perjanjian terdiri dari :

a. Ada pihak-pihak

Sedikitnya dua orang pihak ini disebut subyek perjanjian dapat manusia maupun badan hukum dan mempunyai wewenang melakukan perbuatan hukum seperti yang ditetapkan undang-undang.

31

R.Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, hlm.9

32


(45)

b. Ada persetujuan antara pihak-pihak

Persetujuan antara pihak-pihak tersebut sifatnya tetap bukan merupakan suatu perundingan. Dalam perundingan umumnya dibicarakan mengenai syarat-syarat dan obyek perjanjian maka timbullah persetujuan.

c. Ada tujuan yang akan dicapai

Mengenai tujuan para pihak hendaknya tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan tidak dilarang oleh undang-undang.

d. Ada prestasi yang dilaksanakan

Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian, misalnya pembelian berkewajiban untuk membeli harga barang dan penjual berkewajiban menyerahkan barang. e. Ada bentuk tertentu lisan atau tulisan

Perlunya bentuk tertentu karena ada ketentuan undang-undang yang menyebutkan bahwa dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan bukti yang kuat.

f. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian

Dari syarat-syarat tertentu dapat diketahui hak dan kewajiban para pihak. Syarat-syarat ini terdiri syarat pokok yang menimbulkan hak dan kewajiban pokok.


(46)

3. Asas-asas Perjanjian

Asas-asas perjanjian dalam perjanjian antara lain : a. Asas kebebasan berkontrak

Maksudnya adalah setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian berupa apa saja, baik bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu ditujukan.

Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi : “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Tujuan dari pasal di atas bahwa pada umumnya suatu perjanjian itu dapat dibuat secara bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun, bebas untuk menentukan bentuknya maupun syarat-syarat, dan bebas untuk menentukan bentuknya, yaitu tertulis atau tidak tertulis dan seterusnya. Jadi dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja (tentang apa saja) dan perjanjian itu mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-undang. Kebebasan berkontrak dari para pihak untuk membuat perjanjian itu meliputi :

1) Perjanjian yang telah diatur oleh undang-undang

2) Perjanjian-perjanjian baru atau campuran yang belum diatur dalam undang-undang.


(47)

b. Asas konsensualisme

Adalah suatu perjanjian cukup ada kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian itu tanpa diikuti dengan perbuatan hukum lain kecuali perjanjian yang bersifat formal.33

c. Asas itikad baik

Bahwa orang yang akan membuat perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik. Itikad baik dalam pengertian yang subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang yaitu apa yang terletak pada seorang pada waktu diadakan perbuatan hukum. Sedangkan itikad baik dalam pengertian obyektif adalah bahwa pelaksanaan suatu perjanjian hukum harus didasarkan pada norma kepatuhan atau apa-apa yang dirasa sesuai dengan yang patut dalam masyarakat.

d. Asas Pacta Sun Servanda

Merupakan asas dalam perjanjian yang berhubungan dengan mengikatnya suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak mengikat mereka yang membuatnya. Dan perjanjian tersebut berlaku seperti undang-undang. Dengan demikian para pihak tidak dapat mendapat kerugian karena perbuatan mereka dan juga tidak mendapat keuntungan darinya, kecuali kalau perjanjian tersebut dimaksudkan untuk pihak ketiga. Maksud dari asas ini dalam suatu perjanjian tidak lain untuk

33

A. Qiram Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, hlm.20.


(48)

mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak yang telah membuat perjanjian itu.

e. Asas berlakunya suatu perjanjian

Pada dasarnya semua perjanjian itu berlaku bagi mereka yang membuatnya tak ada pengaruhnya bagi pihak ketiga kecuali yang telah diatur dalam undang-undang, misalnya perjanjian untuk pihak ketiga.34 Asas berlakunya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1315 KUH Perdata yang berbunyi “Pada umumnya tidak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu perjanjian suatu janji daripada untuk dirinya sendiri”.

4. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian

Agar perjanjian itu sah dan mempunyai kekuatan hukum, maka terlebih dahulu harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yaitu perjanjian yang ditentukan undang-undang. Perlu diperhatikan bahwa perjanjian yang memenuhi undang-undang diakui oleh hukum, sebaliknya perjanjian yang tidak memenuhi syarat tak diakui oleh hukum walaupun diakui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Karena itu selagi pihak-pihak-pihak-pihak mengakui dan mematuhi perjanjian yang mereka buat walaupun tidak memenuhi syarat perjanjian itu berlaku di antara mereka.

34


(49)

Apabila suatu ketika ada pihak yang tidak mengakuinya lagi, maka hakim akan membatalkan atau perjanjian itu batal. Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, untuk sahnya suatu perjanjian para pihak harus memenuhi syarat-syarat tersebut di bawah ini :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri

b. Kecakapan para pihak dalam membuat suatu perjanjian c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Ad.a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri

Kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik. Kedua belah pihak dalam suatu perjanjian, harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu harus dinyatakan. Pernyataan dapat dilakukan dengan tegas atau secara diam-diam. Kemauan yang bebas sebagai syarat pertama untuk suatu perjanjian yang sah, dianggap tidak ada jika perjanjian itu telah menjadi karena :

1) Paksaan (dwang) 2) Kekhilafan (dwaling) 3) Penipuan (bedrog)


(50)

Ad.b. Kecakapan para pihak dalam membuat suatu perjanjian

Orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Artinya yang membuat perjanjian dan akan terikat oleh perjanjian itu, harus mempunyai cukup kemampuan untuk menginsyafi benar-benar akan tanggung jawab yang dipikul atas perbuatannya. Sedangkan dari sudut ketertiban hukum, karena seorang yang membuat perjanjian itu berarti mempertaruhkan kekayaannya, maka orang tersebut haruslah seorang yang sungguh-sungguh berhak berbuat dengan harta kekayaannya.

Ad.c. Suatu hal tertentu

Bahwa suatu perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang diperjanjikan adalah mengenai suatu obyek tertentu yang telah disepakati.

Ad.d. Suatu sebab yang halal

Suatu perjanjian adalah sah bila sebab itu tidak dilarang oleh undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum. Karena perikatan menganut sistem terbuka, maka dalam pembuatan perjanjian dikenal asas kebebasan berkontrak. Hal ini dapat dijumpai dalam Pasal 1338 KUH Perdata. Asas ini membebaskan orang untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, dengan bentuk tertentu atau tidak dan bebas memilih undang-undang yang akan dipakainya untuk perjanjian itu.35

35

Purwahid Patrik, Asas-asas Itikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Semarang, Badan Penerbit UNDIP, 1986, hlm. 3.


(51)

B. Tinjauan Umum tentang Kredit 1. Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Romawi, yaitu “Credere” yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar kredit ialah kepercayaan. Dengan demikian seseorang yang telah memperoleh kredit pada dasarnya telah memperoleh kepercayaan.

Dalam praktek sehari-hari pengertian kredit berkembang lebih luas, antara lain kredit adalah kemampuan melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran yang akan dilakukan dan ditangguhka pada suatu jangka waktu yang telah disepakati.36

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1

angka (11), pengertian kredit adalah :

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dari ketentuan di atas diketahui bahwa istilah kredit memiliki arti yang khusus, yaitu meminjamkan “uang”. Undang-undang Perbankan menunjuk “perjanjian pinjam meminjam” sebagai acuan dari perjanjian kredit. Perjanjian pinjam meminjam itu diatur dalam KUH Perdata Pasal 1754. Pasal 1754 KUH Perdata mengatakan bahwa :

36

Teguh Pudjo Mulyono, Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersil, Yogyakarta, BPFE, 1996.


(52)

Perjanjian pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.

Perjanjian pinjam meminjam menurut KUH Perdata juga mengandung makna yang luas, yaitu objeknya adalah benda yang menghabis jika dipakai (verbruiklening), termasuk di dalamnya uang. Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam ini pihak yang menerima pinjaman menjadi pemilik uang yang dipinjam dan di kemudian hari dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang meminjamkan.37

2. Perjanjian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “Credere” yang artinya percaya. Kepercayaan ini merupakan dasar dari setiap perikatan, yaitu seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain. Elemen dari kredit adalah adanya dua pihak, kesepakatan pinjam meminjam, kepercayaan, prestasi, imbalan dan jangka waktu tertentu. Pengertian di atas menunjukkan bahwa kredit mempunyai arti yang luas, yang mempunyai objek benda.38

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipal) yang bersifat riel. Sebagai perjanjian prinsipal, maka perjanjian jaminan adalah asesornya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti

37

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1991, hlm.138.

38


(53)

riel ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh “penyerahan” uang oleh bank kepada nasabah.39

3. Unsur-unsur Kredit

Dalam suatu kredit yang diberikan atas dasar kepercayaan itu terdapat unsur-unsur kredit, yaitu :

a. Kepercayaan

Adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali di masa tertentu yang akan datang.

b. Waktu

Adalah bahwa antara pemberian prestasi dan pengembaliannya dibatasi oleh suatu masa atau waktu tertentu. Dalam unsur waktu terkandung pengertian tentang nilai uang, bahwa uang sekarang lebih bernilai dari uang di masa yang akan datang.

c. Degree of risk

Adalah pemberian kredit dengan memberikan suatu tingkatan risiko, dimasa-masa tenggang adalah masa yang abstrak. Risiko timbul bagi pemberi karena uang atau jasa atau barang yang berupa prestasi telah lepas kepada orang lain.

39


(54)

d. Prestasi

Adalah yang diberikan, yaitu suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa atau uang. Dalam perkembangan perkreditan di alam modern ini maka yang dimaksud dengan prestasi dalam pemberian kredit adalah uang.40

Semua ketentuan di atas seperti terdapat di dalam penjelasan Undang-undang No.10 Tahun 1998 Pasal 8 ayat (1), bahwa untuk memperoleh keyakinan terhadap seorang debitur, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur.

4. Bentuk Perjanjian Kredit

Sesuai dengan penjelasan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 8 ayat (2), bahwa pemberian kredit dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis, kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan kredit, tetapi pada prakteknya bentuk perjanjian kredit dibuat secara baku. Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada umumnya mempergunakan bentuk perjanjian baku (standard contract). Perjanjian baku adalah perjanjian yang materinya ditentukan terlebih dahulu secara sepihak oleh kreditur (bank) dengan syarat-syarat yang dibakukan dan ditawarkan kepada masyarakat untuk digunakan secara masal atau individual.

40

M.Sinungan, Dasar-dasar dan Teknik Manajemen Kredit, Jakarta, Bina aksara, 1995, hlm.3-4.


(55)

Jika debitur telah membubuhkan tanda tangannya di atas formulir perjanjian baku, berarti debitur tersebut sudah menyetujui isi perjanjian.

Perjanjian baku ini memiliki karakter sebagai berikut : a. Ditentukan sepihak

b. Berbentuk formulir

c. Mengandung syarat eksonerasi, yaitu syarat dari pihak kreditur untuk mengelakkan dirinya dari tanggung jawab yang seharusnya menjadi kewajibannya.

d. Dicetak dengan huruf kecil

e. Disodorkan kepada konsumen sebagai “take it or leave it contract”.41

5. Fungsi Kredit

Fungsi kredit perbankan di dalam perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut :

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) uang

Bagi para pemilik uang/modal dapat menyimpannya pada lembaga keuangan bank dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro dimana uang tersebut diberikan sebagai pinjaman bagi perusahaan-perusahaan. b. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang

Kreditt yang ditarik dari rekening giro dapat meningkatkan peredaran uang giral, disamping itu kredit yang ditarik secara tunai dapat

41


(56)

meningkatkan peredaran uang kertas, sehingga lalu lintas uang dapat berkembang.

c. Kredit akan meningkatkan daya guna suatu barang

Dengan kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi bahan jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi berguna.

d. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, dimana terjadi laju perekonomian yang sangat tinggi, maka untuk menegakkannya dapat dilakukan/dilaksanakan kebijaksanaan uang ketat. Dalam melaksanakan kebijaksanaan uang ketat diberikan kredit secara selektif dan terarah guna melindungi usaha yang bersifat nonspekulatif.

e. Kredit dapat menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

Kekurang-mampuan dibidang permodalan dapat menjadi penghambat dalam menjalankan usaha. Kredit dari bank akan dapat mengatasi permasalahan tersebut, sehingga para pengusaha dapat meningkatkan usahanya.

f. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan

Dengan kredit para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek baru. Dengan adanya proyek baru maka akan dibutuhkan tambahan tenaga kerja dan tenaga kerja tersebut akan memperoleh pendapatan.


(57)

g. Kredit sebagai alat bantu meningkatkan ekonomi internasional negara-negara yang telah maju mempunyai cadangan devisa dan tabungan yang tinggi, dapat memberikan bantuan kredit pada negara-negara yang sedang berkembang untuk membangun. Dengan adanya bantuan seperti ini akan mempererat hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan dan juga akan meningkatkan hubungan internasional antar negara tersebut.42

6. Jenis-jenis Kredit

Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu dari kriteria lembaga pemberi-penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit kelengkapan dokumen perdagangan atau dari berbagai kriteria lain.43 a. Dari segi lembaga pemberi-penerima kredit yang menyangkut struktur

pelaksanaan kredit di Indonesia, maka kredit terdiri dari :

1) Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan atau konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah, atau bank swasta kepada dunia usaha untuk ikut membiayai sebagian kebutuhan permodalan dan atau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

42

Zainal Asikin, Op.Cit, hlm.232-233

43


(58)

2) Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada bank-bank yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya.

3) Kredit langsung, yaitu kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah maupun semi pemerintah

b. Dari segi tujuan penggunaan, jenis kredit dapat diberikan menjadi :

1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah maupun swasta yang diberikan kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari.

2) Kredit produktif, baik kredit investasi maupun kredit eksploitasi. Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan modal tetap. Sedangkan kredit eksploitasi adalah kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja berupa persediaan bahan baku, persediaan produk akhir, barang dalam proses produksi serta piutang.

c. Dari segi jangka waktunya, kredit dibedakan menjadi :

1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembelian dan kredit wesel.

2) Kredit jangka menengah, yaitu kredit berjangka waktu antara 1 tahun sampai 3 tahun.


(59)

3) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang bertujuan menambah modal perusahaan dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi (perluasan) dan pendirian proyek baru.

7. Dasar-dasar Pemberian Kredit

Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat, maka dikenal adanya prinsi “5C”, yaitu :

a. Character

Character merupakan suatu dasar pemberian kredit atas dasar

kepercayaan, yaitu kepercayaan dari pihak bank bahwa peminjam mempunyai modal, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan mempunyai rasa tanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya.

b. Capacity

Capacity merupakan suatu penilaian kepada calon debitur mengenai

kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang akan dilakukannya, yang dibiayai dengan kredit dari bank. Sehingga bank merasa yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dengan kredit tersebut dikelola oleh orang yang tepat.

c. Capital

Capital merupakan jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh


(60)

bentuk kewajiban untuk menyelenggarakan self financing sampai jumlah tertentu dan sebaliknya harus lebih besar dari kredit yang akan diminta kepada perbankan.

d. Collateral

Collateral merupakan barang-barang jaminan yang akan diserahkan oleh

peminjam atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari kegiatan usahanya.

e. Condition of Economy

Condition of economy adalah situasi dan kondisi sosial, ekonomi, budaya

dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit.

C. Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan 1. Tinjauan Umum tentang Hak Tanggungan

Dengan bertambahnya meningkatnya pembangunan nasional maka diperlukan peraturan di bidang hukum pembebanan agunan yang lebih kuat dan mampu memberi kepastian bagi pihak-pihak yang berkepentingan sehingga dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Harapan adanya suatu peraturan perundang-undangan yang


(61)

lengkap mengenai pengikatan agunan (Hak Tanggungan) telah ada sejak berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

Harapan tersebut baru terlaksana pada tahun 1996, setelah lahirnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-benda Yang Berkaitan dengan Tanah (UUHT). Dengan adanya ketentuan tersebut maka ketentuan hipotik yang mengenai hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah tidak berlaku lagi kecuali ketentuan hipotik atas kapal masih tetap berlaku. Dengan diundangkannya Undang-undang Hak Tanggungan tuntaslah unifikasi hukum tanah nasional yang merupakan salah satu tujuan utama Undang-undang Pokok Agraria (UUPA).

Hak Tanggungan menjadi satu-satunya lembaga hak jaminan atas tanah.44

a. Pengertian Hak Tanggungan

UUHT memberikan definisi atau pengertian Hak Tanggungan (Pasal 1 ayat (1)) sebagai berikut :

Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.

44

Boedi Harsono, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas

Tanah serta Benda-benda Yang Berkaitan dengan Tanah, (Makalah Disampaikan Pada Lokakarya

Nasional Undang-undang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan dengan Tanah Angkatan III, Jakarta, 18-19 Juli 1996), hlm.1


(62)

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan adanya unsur-unsur pokok Hak Tanggungan, yaitu :

1) Hak Tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan utang

2) Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai UUPA, objek-objek Hak Tanggungan terdiri dari hak-hak atas tanah berupa Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai atas Tanah Negara yang menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dan Hak Pakai atas Hak Milik dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang dapat disimpulkan dalam Pasal 4 ayat (4) UUHT bahwa Hak Tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan. Pasal 4 ayat (5) UUHT menentukan bahwa benda-benda yang berkaitan dengan tanah itu tidak terbatas hanya pada benda-benda yang dimiliki oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan saja melainkan dapat juga meliputi benda-benda yang dimiliki oleh pihak lain. Namun pembebanannya hanya dapat dilakukan dengan penandatanganan serta oleh pemiliknya atau yang diberi kuasa oleh pemilik pada Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan.


(63)

3) Hak Tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah) saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu. Berdasarkan Pasal 4 ayat (4) UUHT, Hak Tanggungan dapat dibebankan bukan saja pada hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan tetapi juga berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut (benda-benda yang berkaitan dengan tanah) baik merupakan milik pemegang hak atas tanah tetapi juga yang bukan dimiliki oleh pemegang hak atas tanah tersebut (Pasal 4 ayat (5) UUHT). Hak Tanggungan dapat dibebankan juga atas benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang baru akan ada di kemudian hari. Pasal 4 ayat (4) UUHT memungkinkan Hak Tanggungan dapat dibebankan pula atas benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut sekalipun benda-benda tersebut belum ada tetapi baru ada di kemudian hari. Pengertian “yang baru akan ada” adalah benda-benda yang pada dibebankan belum ada sebagai bagian dari hak atas tanah. 4) Utang yang dijamin harus suatu utang tertentu

Menurut Pasal 3 ayat (1) UUHT, Hak Tanggungan dapat dijadikan jaminan untuk :

a) Utang yang telah ada

b) Utang yang baru akan ada tetapi telah diperjanjikan sebelumnya dengan jumlah tertentu.


(1)

pertanggungan kredit tersebut, pihak bank dapat mengefisiensikan waktu untuk melakukan penagihan terhadap debitur, cukup dengan mendatangkan dan meminta pertanggung-jawaban dari lembaga pertanggungan kredit tersebut.

2. Hendaknya Bank SUMUT dalam memberikan kredit agar bertindak secara profesional khususnya dalam perlindungan dan kepastian hukum agar dapat berlaku seimbang dengan berlakunya Undang-undang Hak Tanggungan kepada kreditur, debitur dan pihak ketiga (pihak-pihak lain) yang ada kaitannya dengan hal tersebut dan senantiasa untuk diwujudkan sesuai dengan yang diharapkan, baik kreditur selaku pemegang Hak Tanggungan, debitur selaku pemberi Hak Tanggungan, dan pihak ketiga selaku pihak yang tidak mau dirugikan akibat dari pemberian Hak Tanggungan tersebut hendaknya konsisten pada peraturan hukum yang berlaku.

3. Di masa mendatang perlu segera dirumuskan Undang-undang mengenai Eksekusi Hak Tanggungan untuk mengatur secara komprehensif pelaksanaan eksekusi. Sehingga eksekusi hak tanggungan dapat memberikan perlindungan dan kepastian huku bagi semua pihak-pihak yang terkait dalam proses eksekusi tersebut.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Badrulzaman, Mariam Darus, Menuju Hukum Perikatan Nasional, FH-USU, Medan, 1986.

_______________________, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1991.

_______________________, KUH Perdata. Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Bandung, 1991.

Djamin, Djanius dan Arifin Samsul, Bahan Dasar Hukum Perdata, Akademi Keuangan dan Perbankan Perbanas, Medan, 1992.

Djumhana, M., Hukum Perbankan di Indonesia, Cet. III PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Gautama, Sudargo dan Ellyda. T. Soetiyarto. Komentar Atas Peraturan-Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria (1996). Bandung : Citra Aditya Bakti. 1997.

Gautama, Sudargo. Masalah Agraria. Bandung : Alumni. 1973.

_______________. Komentar Atas Undang-Undang Hak Tanggungan Baru Tahun 1996 Nomor 4 Bandung : Citra Aditya Bakti. 1996.

Hadisoeprapto, Hartono. Seri Hukum Pertama : Pokok-Pokok Hukum Perdata dan Hukum Jaminan. Yogyakarta : Liberty. 1984.

Halim, A., Ridwan, Hukum Perdata Dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.

________, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2005.

Hasbullah, Frieda Husni. Hukum Kebendaan Perdata : Hak-hak Yang Memberi Jaminan. Jilid 2. Jakarta : Ind-Hill. Co. 2002.

____________________. Hukum Kebendaan Perdata : Hak-hak Yang Memberi Kenikmatan. Jilid 1. Jakarta : Ind-Hill. Co. 2002.

Kamello, Tan, Hukum Jaminan Fidusia : Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT. Alumni, Bandung, 2006.


(3)

Kartono. Hak-Hak Jaminan Kredit. Jakarta : Pradnya Paramita. 1977.

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2000.

Lubis, M.Solly, Filsafat Hukum dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994. Lubis, T. Mulya, Hukum dan Ekonomi : Beberapa Pilihan Masalah, Jakarta : Pustaka

Sinar Harapan, 1987.

Mahadi, Hukum Benda Dalam Sistem Hukum Perdata Nasional. Bandung : Binacipta. 1983.

Maja, H.R.Daeng, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung. 1990. ____________________, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti.

1993.

Mulyadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. Seri Hukum Perikatan : Perikatan Pada Umumnya, Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2003.

_________________________________. Seri Hukum Perikatan : Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2003.

_________________________________. Seri Hukum Harta Kekayaan : Kebendaan Pada Umumnya, Jakarta : Prenada Media. 2005.

_________________________________. Seri Hukum Harta Kekayaan : Hak Tanggungan, Jakarta : Prenada Media. 2005

Meliala A.Qiram Syamsudin, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985

Perangin-angin, Effendi. 1981. Praktik Penggunaan Tanah Sebagai Jaminan Kredit. Jakarta : Rajawali.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, Sumur, Bandung, 1972.

__________________, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, Jakarta : PT. Intermasa, Cetakan Kelima, 1986.


(4)

__________________, Azas-azas Hukum Perjanjian, Bandung : Sumur, 1993. HS. Salim. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta : Sinar Grafika, 2002. _________, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Sinar Grafika Offset,

Jakarta, 2005.

Satrio, J., Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993. ______, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie dan Pencampuran Hutang,

Alumni, Bandung, 1991.

______, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993.

______, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan. Buku I Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997.

______, Janji-Janji (Bedingeng) Dalam Akta Hipotek dan Hak Tanggungan, Media Notariat Edisi Januari – Maret. Jakarta : Ikatan Notaris Indonesia, 2002. Sjahdeini, Sutan Remy, Hak Tanggungan : Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok

dan Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan kesatu, Bandung, 1999.

__________________, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993.

__________________, Hak Tanggungan : Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok Dalam Masalah Yang Dihadapi oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan), Bandung : Alumni, 1999.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986.

Soemitro, Ronitijo, Methodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalatia Indonesia, Semarang, 1998.

Soeprapto, Haertono Hadi, Pokok-pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty, Yogyakarta, 1984.

Subekti, R. & Tjitrosudibio, R., KUH Perdata, (Terjemahan), Pradnya Paramita, Jakarta, 1986.


(5)

Subekti, R. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa, Cetakan Keduapuluh, 1985.

_________. Hukum Perjanjian, Jakarta : PT. Intermasa, Cetakan Kesepuluh, 1986. _________. Hukum Acara Perdata, Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional,

1977.

_________. Aneka Perjanjian, Bandung : Alumni, 1982.

Supramono, Gatot, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Djambatan, Jakarta, 1995.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Liberty, Yogyakarta, 2003.

Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2005 Sutojo, Siswanto, Menangani Kredit Bermasalah Konsep dan Kasus Handling The

Problem Loan, Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2008

Tjokroamidjojo, Bintaro dan Adidjoyo Mustafa, Teori dan Strategis Pembangunan Nasional, Haji Mas Agung, Jakarta, 1988.

Usman Rachmadi, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Undang-undang

Pasal 1 angka 11 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pasal 1 angka 3 Undang-undang No.42 Tahun 1999, tentang Jaminan Fidusia. Pasal 1 ayat 1 UUHT No.4 Tahun 1996, tentang Hak Tanggungan

Pasal 1328 KUH Perdata

Hasil Wawancara

Hasil Wawancara dengan Staf Bidang Pemasaran Kredit dan Dana pada PT. Bank SUMUT Cabang Utama Medan.


(6)

Hasil Wawancara dengan Staf PT. Bank SUMUT Cabang Utama Medan

Hasil Wawancara dengan Staf Divisi Penyelamatan Kredit PT.Bank SUMUT Kantor Pusat Medan.

Hasil Wawancara dengan Staf Bagian Administrasi PT.Bank SUMUT Cabang Utama Medan


Dokumen yang terkait

Kebendaan Sebagai Jaminan Hak Tanggungan Pada Perjanjian Kredit Yang Bermasalah Di PT. Bank Sumut Cabang Utama

0 84 88

Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Dan Upaya Penyelesaian Kredit Macet Atas Jaminan Hak Tanggungan (Studi Pada PT.Bank Negara Indonesia Tbk Cabang Kabanjahe)

1 63 129

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PD. BPR BANK SLEMAN

0 3 116

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pelaksanaan Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Study Kasus Di Bpr Bank Boyolali).

0 1 14

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) CABANG SURAKARTA.

0 0 11

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 7

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 1

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 16

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 2 32

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Eksekusi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Di Bank Sumut (Studi Pada Bank Sumut)

0 0 3