PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SDN 3 SINDANGSARI TANJUNGBINTANG TAHUN 2009/2010

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE KOOPERATIF PADA SISWA

KELAS IV SDN 3 SINDANGSARI TANJUNGBINTANG

TAHUN 2009/2010

Oleh;

ENDANG SRI HARTUTI

Rendahnya prestasi belajar pada Mata Pelajaran IPS merupakan kenyataan yang di jumpai pada siswa kelas 4, Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010 di SDN 3 Sindangsari, Tanjungbintang, Lampung Selatan. Rendahnya prestasi ini terjadi karena siswa sulit memahami materi yang dijelaskan oleh guru dengan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa tidak aktif mencari jawaban sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas 4 mata pelajaran IPS.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian untuk membahas dan memahami Kompetensi Dasar (KD) yang diajarkan di Kelas 4 semester genap yaitu: Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.

Penelitian dilakukan di SDN 3 Sindangsari, Tanjungbintang, Lampung Selatan dengan subjek penelitian adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa yang berjumlah 40 siswa. Waktu diadakan penelitian adalah pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010.

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan dua siklus yang pada masing-masing siklus diawali dengan Tahap perencanaan, kemudian tahap Pelaksanaan Tindakan, Tahap Observasi dan Evaluasi serta Tahap Refleksi. Teknik Pengumpulan Data menggunakan observasi dan tes.

Penggunaan Metode Kooperatif pada Mata Pelajaran IPS siswa SDN 3 Sindangsari, Tanjungbintang, Kelas 4 SDN Tahun Pelajaran 2009/2010 terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata pada siklus I 58,75 menjadi 77,5 pada siklus II.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil pelaksanaan tindakan, analisis dan refleksi dengan menggunakan metode Kooperativ, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penggunaan Metode Kooperatif pada Mata Pelajaran IPS siswa SDN 3 Sindangsari Tanjungbintang Lampung Selatan Kelas IV Tahun Pelajaran 2009/2010 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, perubahan Aspek 1 dari 60 pada Siklus I, menjadi 82,5 pada Siklus II ; perubahan Aspek 2 dari 40 pada Siklus I, menjadi 75 pada Siklus II ; perubahan Aspek 3 dari 32,5 pada Siklus I, menjadi 90 pada Siklus II ; perubahan Aspek 4 dari 55 pada Siklus I, menjadi 87,5 pada Siklus II ; perubahan Aspek 5 dari 57,5 pada Siklus I, menjadi 87,5 pada Siklus II.

2. Penggunaan Metode Kooperatif pada Mata Pelajaran IPS siswa SDN 3 Sindangsari Tanjungbintang Lampung Selatan Kelas IV Tahun Pelajaran 2009/2010 dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi belajar siswa, yaitu nilai rata-rata pada siklus I 58,75 menjadi 77,5 pada siklus II.

3. Penggunaan Metode Kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada Mata Pelajaran IPS siswa IV SDN 3 Sindangsari Tanjungbintang Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010.


(3)

B. Saran dan Rekomendasi 1. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

a. Metode Kooperatif baik digunakan dalam pembelajaran Mata Pelajaran IPS, karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar maupun dalam aktivitas menjalankan tugasnya.

b. Metode Kooperatif baik digunakan dalam pembelajaran Mata Pelajaran IPS, karena terbukti dapat meningkatkan keterampilan guru dalam membuka dan menutup dalam proses belajar mengajar.

c. Metode Kooperatif merupakan metode yang cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena metode tersebut dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik di dalam proses belajar mengajar maupun dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

d. Guru harus selektif dan kreatif dalam menentukan dengan apa metode penugasan diberikan dalam proses belajar mengajar sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik materi yang sedang dibahas dan juga karakteristik siswa.

e. Dalam menjalankan metode penugasan, guru sebaiknya menyesuaikan dengan kondisi sarana dan prasarana sekolah maupun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh siswa dalam menentukan metode penugasan yang akan digunakan.


(4)

2. Rekomendasi

a. Kepala Sekolah agar mengawasi guru kelas IV SD, apakah dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sudah menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, kreatif, efektif, serta dalam suasana yang menyenangkan, seperti metode Kooperativ.

b. Berbagai pihak terkait seperti Dinas Pendidikan, LPMP, atau badan yang lain agar menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru SD tentang metode-metode dan model-model pembelajaran, secara berkesinambungan.


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk mengatur pelaksanakan pendidikan di Indonesia, pemerintah telah meletakkan dasar hukum yang kuat yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II memuat tentang dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pada pasal 3 disebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan untuk tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tersebut adalah mempersiapkan siswa didik untuk dapat melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu, maka siswa perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan yang memadai agar dapat melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP).


(6)

dan diterapkan kurikulum baru yang disebut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). KTSP merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Istilah aktivitas belajar dari kata “activity” dalam bahasa inggris artinya

pekerjaan atau kegiatan “ (Wojowasito, 1980:2). Selanjutnya menurut Kamus

Umum Bahasa Indonesia, kata kegiatan berarti “kekuatan dan ketangkasandalam

berusaha, keaktifan, usaha yang giat” (WJS.Poerwadarminta, 1982:322). Sedangkan Sardiman A.M dalam bukunya Proses dan Motivasi Belajar Mengajar

berpendapat ; “ tidak dikatakan belajar apabila di dalamnya tidak terdapat

aktivitas, oleh sebab itu aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting

di dalam interaksi belajar mengajar” (Sardiman, AM. 2004:95). Dalam penelitian

ini yang dimaksud dengan kata aktifitas adalah kegiatan siswa dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas yang dilakukan secara sungguh-sungguh. Aktivitas ini meliputi aktivitas fisik, mental maupun emosional yang dicurahkan untuk mentransfer berbagai informasi yang diperoleh di bangku sekolah.

Belajar adalah aktivitas manusia di mana semua potensi manusia dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Kegiatan emosional meliputi rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antipati. Kegiatan fisik dalam belajar diwujudkan dalam bentuk menulis, mengatur, meragakan dan lain-lain.


(7)

pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniti, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan Wesley, 1989. Berdasarkan pengertian ini ditunjukkan bahwa salah satu ciri utama pendidikan IPS ádalah perpaduan disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu social. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD adalah merupakan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan keseharian siswa , diharapkan agar siswa mengerti dan memahami dirinya sebagai makhluk sosial dan tampil hidup di lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya. Pendidikan Ilmu Pengetahuian Sosial adalah pendidikan yang bersifat antisipatoris yaitu para siswa harus dapat mempersiapkan diri dalam menghafapi tiga tugas kehidupan, yaitu untuk dapat hidup (to make a living), untuk mengembangkan kehidupan yang bermakna (to lead a meaningfull life), dan untuk memuliakan kehidupan (to ennoble life).

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran IPS kegiatan guru masih terfokus pada penguasaan materi pembelajaran oleh siswa. Sedangkan penguasaan sikap dan ketrampilan dalam belajar belum mendapat sentuhan dan perhatian yang optimal dari guru.

Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat di SDN 3 Sindangsari kondisi pembelajaran pendidikan Pengetahun Sosial saat ini lebih diwarai oleh pendekatan yang menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah sehingga (1)Siswa kurang tertarik belajar IPS, (2)Siswa tidak aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, (3)Proses belajarnya kurang bermakna bagi siswa, (4)Pembelajarannya kurang menyenangkan, dan (5)Siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung kaku dan monoton. Suasana seperti itu, semakin


(8)

menjauhkan peran pendidikan Pengetahuan Sosial dalam upaya mempersiapkan warga negara yang baik.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, diperlukan adanya suatu metode yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif,efektif dan menyenangkan mendorong pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki, serta menemukan makna yang dalam dari apa yang dipelajarinya. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah metode kooperatif. Model kooperatif, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain (Solihatin dan Raharjo, 2008:2)

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam satu kelompok kecil untuk memecahkan masalah, serta menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur demi mencapai tujuan bersama.

Menurut Artzt dan Newman yang dikutip As’ari (2003:5) :

Cooperative Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan bersama.

Hal ini senada dengan pendapat Lie (2004:12) yang menyatakan bahwa: Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan guru bertindak sebagai fasilitator.


(9)

belajar dalam kelompok kecil, namun tidak ada kesempatan bagi siswa untuk hanya mengandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian tugas kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif harus

menerapkan lima unsur menurut Lie (2004:31) yaitu “Saling ketergantungan

positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota,

evaluasi proses kelompok”. Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan dengan baik,

maka akan tercipta suasana kerja kelompok yang maksimal dan dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, sehinggga kemungkinan hasil belajar pun akan meningkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranyadilakukan perbaikan

kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Kooperatif pada

Siswa Kelas IV SDN 3 Sindangsari Tanjungbintang Tahun 2009/2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah pembelajaran IPS melalui Metode Kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Sindangsari Tanjungbintang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui metode kooperatif pada siswa kelas IV SDN 3 Sindangsari Tanjungbintang.


(10)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas, diharapkan dapat berguna bagi:

1. Siswa

Dapat mendorong siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran IPS sehingga aktivitas dan hasil belajar IPS meningkat.

2. Guru

Diharapkan guru SD dan peneliti memiliki pengetahuan dan wawasan tentang teori proses pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui metode kooperatif.

3. Sekolah

Memberi masukan terhadap sekolah agar pelaksanaan pelajaran IPS lebih baik lagi.


(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk mengatur pelaksanakan pendidikan di Indonesia, pemerintah telah meletakkan dasar hukum yang kuat yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II memuat tentang dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pada pasal 3 disebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan untuk tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tersebut adalah mempersiapkan siswa didik untuk dapat melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu, maka siswa perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan yang memadai agar dapat melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP).


(2)

dan diterapkan kurikulum baru yang disebut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). KTSP merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Istilah aktivitas belajar dari kata “activity” dalam bahasa inggris artinya

pekerjaan atau kegiatan “ (Wojowasito, 1980:2). Selanjutnya menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata kegiatan berarti “kekuatan dan ketangkasandalam berusaha, keaktifan, usaha yang giat” (WJS.Poerwadarminta, 1982:322). Sedangkan Sardiman A.M dalam bukunya Proses dan Motivasi Belajar Mengajar berpendapat ; “ tidak dikatakan belajar apabila di dalamnya tidak terdapat aktivitas, oleh sebab itu aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar” (Sardiman, AM. 2004:95). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kata aktifitas adalah kegiatan siswa dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas yang dilakukan secara sungguh-sungguh. Aktivitas ini meliputi aktivitas fisik, mental maupun emosional yang dicurahkan untuk mentransfer berbagai informasi yang diperoleh di bangku sekolah.

Belajar adalah aktivitas manusia di mana semua potensi manusia dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Kegiatan emosional meliputi rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antipati. Kegiatan fisik dalam belajar diwujudkan dalam bentuk menulis, mengatur, meragakan dan lain-lain.


(3)

pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniti, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan Wesley, 1989. Berdasarkan pengertian ini ditunjukkan bahwa salah satu ciri utama pendidikan IPS ádalah perpaduan disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu social. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD adalah merupakan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan keseharian siswa , diharapkan agar siswa mengerti dan memahami dirinya sebagai makhluk sosial dan tampil hidup di lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya. Pendidikan Ilmu Pengetahuian Sosial adalah pendidikan yang bersifat antisipatoris yaitu para siswa harus dapat mempersiapkan diri dalam menghafapi tiga tugas kehidupan, yaitu untuk dapat hidup (to make a living), untuk mengembangkan kehidupan yang bermakna (to lead a meaningfull life), dan untuk memuliakan kehidupan (to ennoble life).

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran IPS kegiatan guru masih terfokus pada penguasaan materi pembelajaran oleh siswa. Sedangkan penguasaan sikap dan ketrampilan dalam belajar belum mendapat sentuhan dan perhatian yang optimal dari guru.

Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat di SDN 3 Sindangsari kondisi pembelajaran pendidikan Pengetahun Sosial saat ini lebih diwarai oleh pendekatan yang menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah sehingga (1)Siswa kurang tertarik belajar IPS, (2)Siswa tidak aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, (3)Proses belajarnya kurang bermakna bagi siswa, (4)Pembelajarannya kurang menyenangkan, dan (5)Siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung kaku dan monoton. Suasana seperti itu, semakin


(4)

menjauhkan peran pendidikan Pengetahuan Sosial dalam upaya mempersiapkan warga negara yang baik.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, diperlukan adanya suatu metode yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif,efektif dan menyenangkan mendorong pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki, serta menemukan makna yang dalam dari apa yang dipelajarinya. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah metode kooperatif. Model kooperatif, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain (Solihatin dan Raharjo, 2008:2)

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam satu kelompok kecil untuk memecahkan masalah, serta menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur demi mencapai tujuan bersama.

Menurut Artzt dan Newman yang dikutip As’ari (2003:5) :

Cooperative Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa

dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mencapai tujuan bersama.

Hal ini senada dengan pendapat Lie (2004:12) yang menyatakan bahwa: Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan guru bertindak sebagai fasilitator.


(5)

belajar dalam kelompok kecil, namun tidak ada kesempatan bagi siswa untuk hanya mengandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian tugas kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif harus menerapkan lima unsur menurut Lie (2004:31) yaitu “Saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok”. Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta suasana kerja kelompok yang maksimal dan dapat memberikan semangat belajar yang tinggi, sehinggga kemungkinan hasil belajar pun akan meningkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranyadilakukan perbaikan

kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Kooperatif pada

Siswa Kelas IV SDN 3 Sindangsari Tanjungbintang Tahun 2009/2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah pembelajaran IPS melalui Metode Kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Sindangsari Tanjungbintang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui metode kooperatif pada siswa kelas IV SDN 3 Sindangsari Tanjungbintang.


(6)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas, diharapkan dapat berguna bagi:

1. Siswa

Dapat mendorong siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran IPS sehingga aktivitas dan hasil belajar IPS meningkat.

2. Guru

Diharapkan guru SD dan peneliti memiliki pengetahuan dan wawasan tentang teori proses pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui metode kooperatif.

3. Sekolah

Memberi masukan terhadap sekolah agar pelaksanaan pelajaran IPS lebih baik lagi.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 1 KERTOSARI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 5 35

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 1 KERTOSARI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 4 56

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LEMATANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 36

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 KEBAGUSAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MATA PELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MENCARI PASANGAN DI SDN 1 GEDONGTATAAN TAHUN 2012

0 15 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SDN 3 SINDANGSARI TANJUNGBINTANG TAHUN 2009/2010

0 8 10

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SDN 3 TALANG BANDAR LAMPUNG

1 6 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV SDN 3 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG

1 13 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 2 TEMPELREJO KEDONDONG PESAWARAN

0 2 48