PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN HAL-HAL YANG MENARIK DALAM DONGENG YANG DIPERDENGARKAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

SRI SUHARSINI

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN HAL-HAL YANG MENARIK DALAM DONGENG YANG DIPERDENGARKAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP

NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh SRI SUHARSINI

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan ke-mampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperde-ngarkan melalui teknik diskusi siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Ne-geri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data hasil observasi dari setiap siklus menjadi dasar atau bahan perbaikan pada siklus berikutnya.

Hasil penelitian kemampuan menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi pada setiap siklus terdapat peningkat-an. Prasiklus nilai rata-rata siswa 63.75 siswa yang sudah mencapai KKM 5 orang


(2)

SRI SUHARSINI

ii

dengan persentase 15.63% siswa yang belum mencapai KKM 27 orang dengan persentase 84.37%. Siklus I nilai rata-rata siswa 70.83 yang sudah mencapai KKM 12 orang dengan persentase 37.50 siswa yang belum mencapai KKM 20 orang dengan persentase 62.50%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa 84.38 siswa yang sudah mencapai KKM 29 orang dengan persentase 90.62% siswa yang belum mencapai KKM 3 orang dengan persentase 9.38%. Hasil yang diperoleh mengalami peningkatan dari prasiklus ke siklus I meningkat 21.87% dan dari pra-siklus ke pra-siklus II meningkat 74.99 %.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa teknik diskusi dapat meningkatkan kemampu-an menemukkemampu-an hal-hal ykemampu-ang menarik dalam dongeng ykemampu-ang diperdengarkkemampu-an siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pring-sewu sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu tercapai KKM seko-lah untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia 70.00.


(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN HAL-HAL YANG MENARIK DALAM DONGENG YANG DIPERDENGARKAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP

NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SRI SUHARSINI

Penelitian Tindakan Kelas

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. …………

Sekretaris : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd.…………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP : 19600315 198503 1 003


(5)

Judul PTK : PENINGKATAN KEMAMPUAN

MENEMUKAN HAL-HAL YANG MENARIK DALAM DONGENG YANG

DIPERDENGARKAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa :

Sri Suharsini

No. Pokok Mahasiswa : 1013116019

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. NIP 19590722 198603 1 003 NIP 19510614 198103 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. NIP 19590722 198603 1 003


(6)

vi

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini nama mahasiswa : Sri Suharsini

NPM : 1013116019

program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa

1. penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang Diperdengarkan Melalui Teknik Diskusi Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Ga-dingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013”adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain de-ngan cara yang tidak sesuai dede-ngan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiaris

2. hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Uni-versitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidak-benaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, dan saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai hukum yang berlaku.

Gadingrejo, 05 November 2012 Pembuat pernyataan

Mahasiswa,

Sri Suharsini NPM 1013116019


(7)

vii MOTO

Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika

orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan.


(8)

vii MOTO

Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika

orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan.


(9)

ix

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena berkat karuniaNya sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkat-an Kemampu“Peningkat-an Menemuk“Peningkat-an Hal-hal y“Peningkat-ang Menarik dalam Dongeng y“Peningkat-ang Diper-dengarkan Melalui Teknik Diskusi Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Ga-dingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini saya sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas segala bantuan keilmuan, dukungan dan pemikirannya kepada yang terhormat

1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, dan selaku dosen pembimbing I;

2. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd., dosen pembimbing II; 3. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd., dosen pembahas;

4. Dr. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pen-didikan Universitas Lampung;

5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

6. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pringsewu dan staf yang telah memberi kesempatan belajar bagi penulis di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

7. seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang tidak mungkin untuk kami sebutkan namanya satu per satu;


(10)

x

8. Drs. Alamsyah, selaku Kepala SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu;

9. Vita Artanti, S.Pd., teman sejawat sebagai pengamat (observer dan kolaborator) dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini

10. seluruh dewan guru, karyawan beserta staf tata usaha SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu;

11. siswa-siswi kelas VII 9 (sembilan) SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013;

12. semua kawan-kawanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung 13. seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak

langsung;

14. suami dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan dorongan dan semangat.

Penulis menyadari penelitian tindakan kelas ini masih jauh dari kesempurnaan, tak ada gading yang tak retak. Semoga penelitian tindakan kelas ini bermanfaat bagi kita dan sebagai sumbangsih penulis dalam keilmuan pendidikan pada pen-didikan Bahasa dan Seni. Amin.

Bandarlampung, 05 November 2012 Penulis


(11)

xi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Sri Suharsini, dilahirkan di Gunung Kidul Yogyakarta pada tanggal 18 April 1965, putri kelima dari Bapak Suradiman dan Ibu Tugiyem. Menikah dengan Jan Evradus Sudarno, S. Pd., M.Pd., pada 22 Juni 1992, dikaru-niai tiga orang anak laki-laki; Albert Agustinus Sudarno, lahir pada tanggal 9 Agustus 1993, Bagas Epafras Sudarno, lahir pada tanggal 3 Agustus 1994, dan Julian Kevin Sudarno, lahir pada tanggal 4 Juli 1996.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) lulus 1977 pada SD BOPKRI I Wonosari Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah Menengah Pertama (SMP) lulus 1981 pada SMP Negeri 1Wonosari Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah Pendidikan Guru (SPG) lulus 1984 pada Sekolah Pendidikan Guru Negeri Wonosari Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Diploma II/Akta II lulus 1986 pada Pendidikan Seni Tari IKIP Yogyakarta.

Penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1987 sebagai guru Seni Budaya di SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Lampung hingga sekarang. Pada tahun 2010 penulis mengikuti program pendidikan S1 dalam jabatan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pringsewu pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung.


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

HALAMAN JUDUL iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN PTK iv

PERNYATAAN vi

MOTO vii

PERSEMBAHAN viii

SANWACANA ix

RIWAYAT HIDUP xi

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR BAGAN xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...…………...………. 1

1.2 Rumusan Masalah ...…. 4

1.3 Tujuan Penelitian ...……...………..……. 5

1.4 Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II LANDASAN TEORI 6 2.1 Mendengarkan ……… 6

2.1.1 Pengertian Mendengarkan ….……….………... 6

2.1.2 Tujuan Mendengarkan ………..………. 7

2.2 Dongeng ……… 7

2.2.1 Pengertian Dongeng ………. 8

2.2.2 Mendengarkan Dongeng ……….. 9

2.2.3 Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng ………….…. 10

2.3 Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran ……… 10

2.3.1 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ….……… 12

2.3.2 Teknik Diskusi ……….. 16

2.3.3 Pengertian Teknik Diskusi ……….. 17

2.3.4 Tujuan Teknik Diskusi ………. 19

2.3.5 Penerapan Teknik Diskusi ………. 20

2.3.6 Kelebihan Teknik Diskusi ………. 21

2.3.7 Kekurangan Teknik Diskusi ………. 22


(13)

xiii

Halaman

3.1 Rancangan Penelitian ……… 24

3.2 Setting Penelitian ……….. 25

3.2.1 Tempat Penelitian ……….. 25

3.2.2 Waktu Penelitian ………... 25

3.3 Subjek Penelitian ... 25

3.4 Prosedur Penelitian ……… 26

3.4.1 Perencanaan (Planning) ……… 26

3.4.2 Pelaksanaan (Acting) ……… 26

3.4.2.1 Prasiklus ……… 27

3.4.2.2 Siklus I ………... 27

3.4.2.3 Siklus II ………. 29

3.4.3 Observasi (Observating) ……… 32

3.4.4 Refleksi (Reflecting) ……….. 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data ……… 32

3.5.1 Penjelasan Indikator Penilaian Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng Melalui Teknik Diskusi ……… 34 3.5.2 Langkah-langkah Analisis Data ……… 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 4.1 Hasil penelitian ………. 42

4.2 Pelaksanaan Siklus 1 ………. 42

4.2.1 Tahap Perencanaan ……….. 42

4.2.2 Tahap Pelaksanaan ……… 43

4.2.3 Observasi Tindakan ………... 43

4.2.4 Refleksi ………. 44

4.3 Pelaksanaan Siklus II ………. 46

4.3.1 Tahap Perencanaan ……….. 46

4.3.2 Tahap Pelaksanaan ……… 47

4.3.3 Observasi Tindakan ……….. 48

4.3.4 Refleksi ………. 48

4.4 Hasil Belajar Siswa ……… 51

4.5 Pembahasan ……… 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ……….. 58

5.2 Saran ………. 59


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Indikator dan Deskriptor Penilaian Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang diperdengarkan Melalui Teknik Diskusi Siswa ……….……...

33

3.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru ………... 36 3.3 Instrumen Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) ……….

38 3.4 Instrumen Penilaian Observasi Siswa ………. 38 3.5 Tolok ukur penilaian kemampuan siswa dalam menemukan

hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi ……….…….

41

4.1 Hasil Observasi Tindakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Aktivitas Siswa dalam belajar pada siklus I ……….

44

4.2 Hasil Observasi Tindakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Aktivitas Siswa dalam belajar pada siklus II ………

48

4.3 Data Ketuntasan Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang Diperdengarkan Melalui Teknik Diskusi ………


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Histogram Hasil belajar siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II ……….

51 4.2 Histogram nilai rata-rata siswa pada prasiklus, siklus I dan

siklus II ………..

52 4.3 Histogram siswa yang telah tuntas pada prasiklus, siklus I dan

siklus II ………..

53 4.4 Histogram siswa yang belum tuntas pada prasiklus, siklus I

dan siklus II ………...

53 4.5 Histogram Hasil belajar siswa pada siklus I ……….. 55 4.6 Histogram Hasil belajar siswa pada siklus II ……….... 56


(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus ……….. 62

2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 63

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ……….…….. 68

3. a. Dongeng ”Si Janda dan Ketela Pohon” ……… 73

b. Dongeng ” Sidang Belawan” ……… 75

4. Instrumen Penelitian ………. 79

5. a. Lembar Kerja Siswa Siklus I ……… 81

b. Lembar Kerja Siswa Siklus II ……….…….. 89

6. Data Hasil Belajar Siswa ……….. 97

7. Surat Keterangan Kepala Sekolah ……… 103

8. a. Kesediaan Sebagai Teman Sejawat ……….…….. 104

b. Surat Pernyataan Teman Sejawat ……….. 105

9. a. Lembar Penilaian Teman Sejawat (Siklus I) ………. 106

b. Lembar Penilaian Teman Sejawat (Siklus II) …………...… 111

10 a. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) pada Siklus I …. 116 b. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) pada Siklus II … 120 11. Photo Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ………. 124

12. Surat Keterangan Melaksanakan PKM/PPL ………. 127

13. Daftar hadir seminar proposal ………... 128

14. a. Kartu Usulan Dosen Penguji Utama ………. 129

b. Kartu Usulan Dosen Pembimbing I ……….. 130

c. Kartu Usulan Dosen Pembimbing II ………. 131

d. Kartu Matrik ……….. 132


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan pada berbagai kesibukan mendengarkan. Apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini, sejalan dengan per-kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dituntut untuk mampu mendengarkan berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik melalui berbagai media, seperti radio, televisi, telepon, dan internet, maupun melalui tatap muka se-cara langsung. Berbagai lembaga, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, sering mendatangkan para pakar yang sesuai dengan bidang informasi yang dibu-tuhkannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui kegiatan rapat, ce-ramah, seminar, diskusi, debat, simposium, dan sebagainya. Kegiatan semacam itu, peserta dituntut untuk memiliki keterampilan mendengarkan yang memadai.

Jika diperinci, minimal ada empat peran mendengarkan dalam kehidupan, yaitu sebagai landasan belajar bahasa, penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, pelancar komunikasi, dan penambah informasi. Apabila dibandingkan dengan aktivitas berbahasa yang lain, aktivitas mendengarkan selalu melebihi ke-giatan berbicara, membaca, dan menulis (hasil penelitian Paul T. Rankin: mende-ngarkan: 42%; berbicara: 25%; membaca: 15%; menulis: 11% ). Hal itu menun-jukkan bahwa mendengarkan mempunyai peran yang penting.


(18)

2 Mengingat betapa pentingnya peran mendengarkan dalam kehidupan manusia ma-ka pembelajaran mendengarma-kan sebagai bagian dari pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP/MTs sudah selayaknya mendapat perhatian yang sama dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Pembelajaran mende-ngarkan perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh sebagaimana pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Agar dapat melaksanakan pembelajaran men-dengarkan dengan baik, guru dituntut memiliki keterampilan menmen-dengarkan yang memadai dan dapat mengelola pembelajaran mendengarkan secara efektif.

Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membe-kali siswa untuk mengembangkan bahasa di samping aspek penalaran dan hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk bahasa dan sastra. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa secara total-itas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (kete-rampilan). Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak sis-wa untuk mendengarkan, menyajikan teknik yang dapat dilihat, memberi kesem-patan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses pembelajaran yang interaktif.

Hasil survei awal yang dilakukan oleh teman sejawat (observer dan kolaborator) ditunjukkan bahwa kualitas pembelajaran menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII semester I SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013 masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa kelas VII dalam tes me-nemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan pada


(19)

semes-3 ter 1 yang hanya mencapai nilai 63.75. Standar ketuntasan minimal belajar atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indo-nesia pada siswa kelas VII semester I SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013 adalah 70. Indikator yang telah ditentukan tercapai, yaitu 75% siswa memeroleh nilai sesuai atau melebihi KKM.

Kemampuan mendengarkan merupakan keterampilan pertamakali yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran sebelum kemampuan yang lain, seperti memba-ca, berbicara, dan menulis. Dengan demikian kemampuan mendengarkan adalah keterampilan terpenting sebelum melakukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis dan mempunyai peran yang sangat penting da-lam menerima berbagai informasi secara cepat dan tepat. Guru membacakan do-ngeng bagi siswa dalam kelas dan guru menugaskan siswa untuk menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng merupakan kegiatan pembelajaran untuk me-ningkatkan keterampilan siswa dalam mendengarkan. Mengatasi rendahnya kuali-tas pembelajaran siswa dalam menguasai kompetensi dasar 5.1 tentang menemu-kan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarmenemu-kan, maka perlu dicari-kan pemecahannya. Hasil belajar siswa pada kompetensi dasar ini dipengaruhi o-leh keterampilan siswa dalam mendengarkan dan teknik pembelajaran yang digu-nakan oleh guru. Hasil survei awal yang dilakukan oleh teman sejawat (observer dan kolaborator) ditunjukkan bahwa teknik pembelajaran yang digunakan guru a-dalah teknik ceramah, sehingga memengaruhi hasil belajarnya yang rendah.

Peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini, mencoba menggunakan teknik dis-kusi. Alasan peneliti menggunakan teknik diskusi ini dengan pertimbangan bahwa


(20)

4 teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal menarik dari dongeng yang diperdengarkan.

Kelebihan teknik diskusi menurut Armai Arief, disebutkan antara lain, (a) suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada ma-salah yang sedang didiskusikan, (b) dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagai-nya, (c) kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengi-kuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan, (d) siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah, (e) membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik, (f) tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh pra-sangka dan sempit. Seseorang menggunakan teknik diskusi dapat mempertim-bangkan alasan-alasan atau pikiran-pikiran orang lain (Armai Arief, 2002).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu diadakan penelitian tindakan kelas terhadap kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan dengan mendengarkan dongeng dalam mencapai tujuan di kelas VII SMP semester 1 Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Penulis perlu melakukan penelitian tentang: “Peningkatan kemampuan menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi sis-wa kelas VII semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah se-bagai berikut


(21)

5 ”Bagaimanakah pembelajaran melalui mendengarkan dongeng dapat meningkat-kan kemampuan menemumeningkat-kan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperde-ngarkan melalui teknik diskusi siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 1 Gading-rejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2012/2013?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan diadakan peneli-tian tindakan kelas sebagai berikut

“Meningkatkan kemampuan menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi siswa kelas VII semester 1 SMP Ne-geri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013”.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Siswa mampu menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang

diperde-ngarkan melalui teknik diskusi dengan baik.

b. Membantu guru dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya keterampilan menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperde-ngarkan melalui teknik diskusi.

c. Secara keilmuan dapat menambah khasanah perbendaharaan ilmu pengetahuan, serta dapat mendorong peneliti untuk meneliti hal serupa dengan kajian yang lebih luas dan mendalam.


(22)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Mendengarkan

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek seba-gai berikut: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap kemampuan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga kemampuan lainnya dengan cara yang beraneka rona, salah satunya adalah mendengarkan.

2.1.1 Pengertian Mendengarkan

Mendengarkan adalah proses aktif menerima rangsangan (stimulus) suara dengan telinga. Melalui penangkapan makna dan pemahamannya selanjutnya si penerima rangsangan melakukan aksi sesuai makna yang ditangkapnya.

Kemampuan mendengarkan merupakan salah satu kemampuan berbahasa pertama ketika manusia memperoleh bahasa. Mendengarkan sangat diperlukan dalam ke-hidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat se-bagai sarana berinterkasi dan komunikasi. Kemampuan mendengarkan merupakan keterampilan pertamakali yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran sebe-lum kemampuan yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis. Dengan de-mikian kemampuan mendengarkan adalah keterampilan terpenting sebelum mela-kukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis.


(23)

7 Mendengar menurut Suratno adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi o-leh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan men-dengar yang dilakukan dengan sengaja penuh perhatian terhadap apa yang dide-ngar (Suratno, 2006:1-2).

2.1.2 Tujuan Mendengarkan

Tujuan mendengarkan adalah, (1) mendengar untuk kesenangan: orang mende-ngarkan sandiwara radio; mendemende-ngarkan musik dan sebagainya, (2) mendengar-kan untuk mendapatmendengar-kan informasi memiliki fungsi antara lain: untuk mendapat-kan fakta dan detail informasi; untuk mendapatmendapat-kan arahan dan instruksi dari pim-pinan; mencoba memahami sudut pandangan orang lain; mencari solusi untuk me-nyelesaikan konflik dalam tim dan memecahkan problem, (3) mendengarkan un-tuk membantu mendengarkan keluh-kesah teman atau kerabat (Abidin, 2006: 241).

2.2. Dongeng

Dongeng adalah cerita fiksi atau cerita khayalan yang banyak mengandung pesan moral dan biasanya diceritakan turun-temurun dari satu generasi ke generasi beri-kutnya secara lisan. Dalam dongeng terdapat unsur-unsur intrinsik. Unsur intrin-sik adalah unsur pembangun karya sastra. Unsur intrinintrin-sik dongeng adalah sebagai berikut, (a) tema, yaitu ide dasar, ide pokok, atau gagasan yang menjiwai keselu-ruhan cerita. Misalnya tema penindasan dalam cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih”, (b) amanat, yaitu pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pe-ngarang. Misalnya, amanat dongeng “Situ Bagendit” adalah sifat kikir dan pelit


(24)

8 akan membawa celaka, (c) tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh dalam cerita dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak diceritakan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang porsi penceritaannya lebih sedikit. Misalnya, tokoh dongeng “Situ Bagendit” adalah Nyi Bagendit, (d) watak adalah karakter atau sifat tokoh. Watak-watak tokoh da-pat dikenali melalui perkataan, perbuatan, pikiran, dan reaksi tokoh, (e) latar atau setting adalah tempat dan waktu kejadian. Latar dibedakan menjadi latar tempat, misalnya di kantor, di sawah, dan di bukit; latar waktu, misalnya senja hari, siang hari, zaman perang, dan musim hujan, (f) alur (plot) merupakan susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita. Alur meliputi beberapa tahap, yaitu pengantar, penampilan masalah, puncak ketegangan (klimaks), ketegangan menu-run (antiklimaks), penyelesaian, dan perwatakan, serta amanat.

2.2.1 Pengertian Dongeng

Dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang keja-dian pada zaman dahulu yang bersifat aneh-aneh atau ajaib. Dongeng memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan, antara lain sebagai alat pendidikan dan sebagai hiburan. Cerita-cerita dongeng banyak memuat pelajaran moral yang dapat diam-bil hikmahnya.

Dongeng adalah cerita tentang sesuatu hal yang tidak pernah terjadi dan juga tidak mungkin terjadi (fantastis belaka). Cerita fantastis ini seringkali berhubungan de-ngan kepercayaan kuno, keajaiban alam, atau kehidupan binatang, sering juga me-ngandung kelucuan dan bersifat didaktis (Nursisto, 2000:43).


(25)

9 Supaya kita dapat menceritakan kembali isi dongeng yang kita dengarkan dan me-ngungkapkan hal-hal menarik dari dongeng, kita akan melakukan aktivitas beri-kut: (1) mendengarkan dongeng, (2) menceritakan kembali isi dongeng secara li-san, (3) menilai kemampuan menceritakan kembali isi dongeng secara lili-san, dan (4) mengungkapkan hal-hal menarik dari dongeng.

2.2.2 Mendengarkan Dongeng

Mendengarkan dongeng memiliki banyak manfaat bagi anak. Mendengarkan do-ngeng dapat mengembangkan daya pikir dan imajinasi, kemampuan berbicara, serta daya sosialisasi karena melalui dongeng anak dapat belajar mengetahui ke-lebihan orang lain sehingga mereka jadi lebih sportif. Mendengarkan dongeng, pembaca dapat mengingat tokoh dalam dongeng dan akan selalu diingat oleh anak bahkan hingga mereka beranjak dewasa, baik yang dianggap tokoh yang baik ma-upun yang jahat.

Berdasarkan isinya, dongeng terdiri atas 5 macam, (1) fabel yaitu dongeng yang berisi tentang dunia binatang, contohnya dongeng ”Kancil dengan Buaya” dan do-ngeng ”Kancil Mencuri Mentimun”, (2) legenda yaitu dodo-ngeng yang berhubungan dengan keajaiban alam, biasanya berisi tentang kejadian suatu tempat, contohnya dongeng ”Rawa Pening” dan dongeng ”Terjadinya Danau Toba”, (3) mite yaitu dongeng tentang dewa-dewa dan makhluk halus. Isi ceritanya tentang kepercaya-an kepercaya-animisme, contohnya dongeng ”Nyi Roro Kidul”, (4) sage yaitu dongeng ykepercaya-ang banyak mengandung unsur sejarah. Karena diceritakan dari mulut ke mulut, lama kelamaan terdapat tambahan cerita yang bersifat khayal, contohnya dongeng ”Ja-ka Tingkir”, (5) parabel yaitu dongeng yang banyak mengandung nilai-nilai


(26)

pen-10 didikan atau cerita pendek dan sederhana yang mengandung ibarat atau hikmah sebagai pedoman hidup, contohnya dongeng ”Si Malin Kundang”.

2.2.3 Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng

Hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng terletak pada perubahan nasib pelaku-nya, konflik yang terjadi, dan amanat yang dapat diambil sebagai suatu nilai didik. Dongeng biasanya menghibur dan mengandung nilai pendidikan. Misalnya, pada dongeng ”Si Malin Kundang”, kita akan terhibur dengan kesuksesan Malin Kun-dang yang bisa menjadi saudagar kaya raya, hidup mewah di kapal, dan memu-nyai istri yang cantik. Selain mengandung hiburan, cerita ”Si Malin Kundang” ju-ga menju-gandung pendidikan moral, yaitu jika sudah menjadi orang yang berhasil janganlah menyia-nyiakan orang tua karena akan menjadi anak yang durhaka.

2.3 Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan pengertian yang sama; artinya, orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian yang sama dengan pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan istilah meto-de meto-dengan pengertian yang sama meto-dengan penmeto-dekatan; meto-demikian pula meto-dengan istilah teknik dan metode. Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda, walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan. Pende-katan mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teore-tis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain a-sumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap


(27)

11 bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan (Ra-melan, 1982:34).

Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajar-kan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya. Pe-milihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan a-gar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu di-dasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain, pendekatan me-rupakan dasar penentu metode yang digunakan. Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta kemungkinan pengadaan remedi dan pe-ngembangan bahan ajar tersebut. Dalam hal ini, setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai kemudian ia mulai memilih bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Sesudah itu, guru menentukan hahan ajar yang telah dipilih itu, yang sekiranya sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan ajar tersebut disusun me-nurut urutan tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah berlanjut pada yang lebih sukar. Di samping itu, guru merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta mengembangkan bahan ajar tersebut.

Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digu-nakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat


(28)

12 agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat sis-wa, dan kondisi-kondisi yang lain dalam menentukan teknik pembelajaran ini. Teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan demikian dapat bervaria-si. Metode yang sama dalam pembelajaran dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor tersebut. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh gu-ru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memeroleh hasil yang op-timal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain, pende-katan menjadi dasar penentuan teknik pembelajaran. Dari suatu pendepende-katan dapat diterapkan teknik pembelajaran yang berbeda-beda pula.

2.3.1 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut Sanjaya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterli-batan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005:109).

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut Nurhadi merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan


(29)

13 proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan dalam kehidup-annya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2004:13).

Pada dasarnya pembelajaran kontekstual, ketika guru menyampaikan konsep pem-belajaran berusaha memberikan sesuatu yang nyata bukan sesuatu yang abstrak sesuai dengan lingkungan sekitar anak sehingga pengetahuan yang diperoleh anak dengan pembelajaran di kelas merupakan pengetahuan yang dimiliki dan diba-ngun sendiri, ada keterkaitan dengan penerapan kehidupan sehari-hari yang bisa dijadikan bekal untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan berdasarkan pe-ngetahuan yang telah dibangun dan dimilikinya. Komponen utama pembelajaran kontekstual di kelas antara lain ada tujuh sebagai berikut: (a) konstruktivisme (constructivism), (b) menemukan (inquiry), (c) bertanya (questioning), (d) masya-rakat belajar (learning community), (e) pemodelan (modelling), (f) refleksi (reflec-tion), (g) penilaian sebenarnya (authentic assement). (Nurhadi, 2004:31). Adapun uraian dari ketujuh komponen tersebut dapat dilihat pada paparan di bawah ini.

a. Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme yaitu suatu kegiatan siswa membangun pengetahuan sedikit demi sedikit dari pengetahuan yang dimiliki siswa, diharapkan siswa belajar bukan ha-nya menghafal tetapi melalui mengalami sehingga akan bermakna.

“Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman” (Sanjaya, 2005:118). Pembel-ajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong siswa agar bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.


(30)

14 b. Menemukan (inquiry)

Menemukan (inquiry) merupakan suatu kegiatan dimana siswa berusaha menemu-kan sendiri pengetahuan bumenemu-kan hasil mengingat-ingat fakta-fakta. “Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses ber-pikir secara sistematis” (Sanjaya, 2009:265).

c. Bertanya (questioning)

Bertanya yaitu kegiatan bertanya dalam pembelajaran bisa guru dengan siswa, sis-wa dengan guru, sissis-wa dengan sissis-wa bahkan sissis-wa dengan orang lain (nara sum-ber) sebagai upaya guru dalam membimbing siswa, menggali informasi dan meni-lai sejauh mana kemampuan yang telah diperoleh siswa (Sanjaya, 2009:266).

Pembelajaran yang produktif dalam suatu kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk 1) menggali informasi tentang kemamapuan siswa dalam penguasaan ma-teri pelajaran; 2) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; 3) merangsang ke-ingintahuan siswa terhadap sesuatu; 4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan; 5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. Proses pembelajaran dan dalam setiap tahapan kegiatan, bertanya hampir selalu digunakan. Kemampuan guru untuk mengembangkan teknik bertanya sangat di-perlukan, oleh karena itu dengan teknik bertanya guru bisa mengetahui sejauh ma-na kemampuan yang diperoleh siswa dan guru dapat membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

d. Masyarakat Belajar (learning community)

Masyarakat Belajar yaitu suatu kegiatan siswa memperoleh hasil belajar dari hasil belajar bekerja sama atau tukar pendapat dengan orang lain. Dalam kelas CTL


(31)

pe-15 nerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggo-tanya bersifat heterogen, dilihat dari kemampuan dan kecepatan berpikirnya. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil berbagi (sharing) dengan orang lain, antar te-man, antar kelompok. Bagi yang sudah tahu, memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman, membagi pengalamannya pada orang lain. Ke-beradaan masyarakat belajar diharapkan siswa mampu berinteraksi dengan teman satu kelompok maupun lain kelompok. Siswa yang belum tahu atau belum paham tidak malu untuk bertanya kepada temannya yang sudah tahu atau paham me-ngenai materi yang diajarkan (Sanjaya, 2009:267).

e. Pemodelan (modelling)

Pemodelan bisa diartikan suatu contoh nyata yang ditunjukkan guru atau orang lain bisa asli atau tiruan dan bisa berbentuk demonstrasi, pemberian contoh ten-tang konsep-konsep. Yang dimaksud modelling adalah proses pembelajaran de-ngan memeragakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.

f. Refleksi (reflection)

Refleksi yaitu berpikir kembali apa yang telah dilakukan dan apa yang akan diper-oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Refleksi menurut Sanjaya adalah proses penerapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara meng-urutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui-nya (Sanjaya, 2009:268). Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan CTL setiap proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.


(32)

16

g. Penilaian Otentik (authentic assement)

Penilaian yaitu suatu kegiatan pengumpulan data dari berbagai sumber yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Ketujuh komponen tersebut bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran sesuai dengan materi yang dibahas. “Pe-nilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkem-bangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai” (Majid, 2007:186).

2.3.2 Teknik Diskusi

Penulis memilih teknik diskusi, yang merupakan salah satu dari teknik pembel -ajaran bahasa Indonesia dalam pembel-ajaran menemukan hal-hal menarik dalam dongeng. Penulis memilih teknik diskusi dalam penelitian tindakan kelas ini kare -na teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng. Dalam kelas, pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Penerapan pembelajaran de -ngan teknik diskusi dalam kelas juga dilakukan pengelompokkan kedalam kelom -pok kecil, yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa atau lebih. Berdiskusi dalam kelom -pok besar atau kelom-pok kecil, siswa membangun (konstruktivisme) pengetahuan sedikit demi sedikit dari pengetahuan yang dimiliki siswa, diharapkan siswa bel -ajar bukan hanya menghafal tetapi melalui mengalami sehingga akan bermakna. Teknik diskusi dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat menemukan


(33)

17 (inquiry) suatu pengetahuan dari hasil diskusi, dan siswa berusaha menemukan sendiri pengetahuan bukan hasil mengingat-ingat fakta-fakta. Bertanya (question -ing) dalam pembelajaran menggunakan teknik diskusi, antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa bahkan siswa dengan orang lain (nara sumber) sebagai upaya guru dalam membimbing siswa, menggali informasi dan menilai sejauh mana kemampuan yang telah diperoleh siswa. Membacakan do -ngeng bagi siswa dalam kelas, kemudian siswa mendengarkan dan mendiskusikan bersama kelompoknya adalah merupakan proses pembelajaran dengan meme -ragakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa yaitu pembelajaran pemodelan (modelling). Pembelajaran dengan teknik diskusi siswa diharapkan mampu untuk melakukan refleksi (reflection) yaitu berpikir kembali apa yang te -lah dilakukan dan apa yang akan diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajar -annya. Penilaian dalam proses pembelajaran menggunakan teknik diskusi, guru dapat mengumpulkan data dari berbagai sumber yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

2.3.3 Pengertian Teknik Diskusi

Diskusi merupakan kegiatan yang banyak manfaatnya, baik menambah penge-tahuan, mendapat penghargaan orang lain, maupun sebagai alat tukar-menukar in-formasi. Dengan demikian, diskusi pada hakikatnya memberikan peluang bagi sis-wa untuk menambah sis-wasis-wasan dan ilmu pengetahuan. Ketika terjadi diskusi, pe-serta diskusi berbicara dan menyampaikan pendapat sehingga ada tuntutan ke-mampuan dan keterampilan dalam menyampaikan pendapat. Cara menyampaikan pendapat secara baik berarti menyampaikan pendapat dalam konteks yang masuk akal. Hal ini akan tercermin dalam ungkapan bahasa yang digunakan. Selain itu,


(34)

18 menyampaikan pendapat dalam diskusi harus analitis, yang artinya dapat menge-mukakan pendapat secara sistematik dan teratur. Untuk itu, diperlukan pendalam-an masalah dpendalam-an pembiasapendalam-an untuk mengemukakpendalam-an pendapat secara lpendalam-angsung dpendalam-an tidak berbelit-belit. Berdasarkan hal tersebut, diskusi adalah kegiatan yang dilak-sanakan oleh beberapa orang untuk mencapai kesepakatan bersama. Semua ang-gota dalam pelaksanaan diskusi memberikan sumbangan pemikiran atas masalah yang dibahas. Sumbangan demi sumbangan ditampung yang akhimya menghasil-kan satu kesimpulan dan kesepakatan bersama.

Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah ketika mempelajari materi pelajaran dengan memperde-batkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Di dalam diskusi terjadi saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif se-bagai pendengar saja. Teknik diskusi dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya dalam me-mecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan dirinya dan lingkungan seki-tarnya. Adapun teknik diskusi dalam pembelajaran yaitu melaksanakan diskusi dalam menguasai pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang disajikan oleh gu-ru untuk mencapai kesepakatan bersama atas dasar hasil sumbang saran setiap anggota diskusi. Teknik diskusi adalah satu dari alat yang paling berharga dalam daftar strategi yang dimiliki pengajar, seringkali pengajar dari kelas besar merasa bahwa ia harus menggunakan teknik ceramah karena diskusi tidak mungkin digu-nakan. Sebenarnya diskusi bisa digunakan dalam semua kelas besar maupun kecil. Memang diskusi di kelas kecil lebih efektif dibandingkan dengan kelas besar,


(35)

te-19 tapi kelas besar bukan penghalang bagi kemampuan pengajar mendorong partisi-pasi serta berpikir siswa (Roestiyah, 2008:5).

Perlunya pengembangan teknik diskusi dalam pembelajaran mendengar bagi para siswa baik pada pendidikan dasar maupun menengah. Hal ini dikaitkan pada kele-bihan dan kekurangan teknik diskusi itu sendiri dalam pembelajaran. Dalam dis-kusi terjadi proses pemikiran yang rasional kemudian diungkapkan dalam rang-kaian kalimat yang tersusun rapi agar dapat diterima oleh peserta diskusi lainnya (Roestiyah, 2008:6).

2.3.4 Tujuan Teknik Diskusi

Adapun tujuan teknik diskusi menurut Parera dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian yang dapat dilihat pada paparan di bawah ini.

1. Tujuan dan kebutuhan logis

Diskusi menjadi tempat konsultasi untuk menambah pengetahuan, mendapat informasi, meluaskan pengalaman, dan membuka pandangan. Di samping itu, ia menjadi koordinasi karena adanya kontak komunikasi.

2. Tujuan dan kebutuhan manusiawi

Ia menjadi tempat untuk mendapatkan pengakuan atau penghargaan, menam-pilkan kelompok atau individu, menyatakan partisipasi, memberikan dan men-dapat informasi serta menunjukkan interaksi.

3. Tujuan dan kebutuhan diskusi itu sendiri

Ia menjadi tempat tukar-menukar informasi, tempat mempertajam pengertian pendapat, ia menjadi tempat konsultasi dan penggugahan pendapat, ia menjadi tempat menyiasati, menganalisis, dan menyelesaikan masalah, memberikan


(36)

20 motivasi dan keyakinan atau penyesuaian, mengembangkan kerja sama dan meramalkan partisipasi (Parera, 1991:184).

2.3.5 Penerapan Teknik Diskusi

Secara lebih terperinci langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam mem-persiapkan penerapan teknik diskusi tersebut ada 4 langkah antara lain

a. para siswa dengan bimbingan guru mempersiapkan alat atau sarana untuk me-laksanakan diskusi;

b. salah satu teknik penerapan diskusi adalah dengan cara “panel”. ditunjuk bebe-rapa anak untuk menjadi panelis, memperagakan proses tukar pendapat di de-pan sehingga anak-anak lain menyaksikan dan terde-pancing untuk mengemuka-kan pendapat mereka. dan seterusnya;

c. untuk lebih meningkatkan semangat para siswa, topik yang didiskusikan sebe-lum tampil ditentukan dengan cara diundi terlebih dahulu, para siswa diminta berdiskusi sesama temannya, walaupun demikian saat tampil di depan menjadi tanggung jawab masing-masing secara individual;

d. pada akhir pertemuan guru dibantu para siswa memberi kesimpulan atas ja-waban berbagai pertanyaan yang ada pada intinya kesimpulan juga mengako-modasi jawaban-jawaban dari siswa yang dianggap benar.

Faktor kecerdasan anak dalam proses diskusi bukan hanya yang dapat meme -ngaruhi anak dalam berbicara. Tidak kalah pentingnya adalah faktor mental anak (keberanian) anak dalam mengemukakan pendapatnya. Tepatnya adalah faktor kejiwaan si anak. Kejiwaan ini banyak mempengaruhi anak untuk berani bergaul,


(37)

21 berani mengemukakan pendapat, berani menyanggah pendapat orang lain, dan ju -ga berani men-gakui kebenaran pendapat orang lain jika memang benar.

2.3.6 Kelebihan Teknik Diskusi

Kelebihan teknik diskusi menurut Roestiyah (2008:5) antara lain

1. memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembel-ajaran, misalnya: dalam pertukaran pendapat siswa berperan sebagai peserta diskusi, berperan sebagai pemimpin diskusi, dan sebagai perumus hasil dis-kusi (lebih-lebih jika kelompok disdis-kusi tersebut kecil jumlahnya);

2. melatih siswa untuk mengutarakan pendapatnya secara runtut dengan meng-gunakan bahasa baku, sekaligus melatih siswa menghargai pendapat teman dengan kesadaran bahwa diskusi adalah pengkajian kebenaran dan adanya perbedaan sudut pandang adalah suatu kewajaran;

3. diskusi memberi kemungkinan perluasaan informasi, bahkan penambahan informasi baru bagi pesertanya (siswa);

4. diskusi memberi kesempatan kerjasama, siswa yang cenderung cerdas dapat membantu siswa yang cenderung lambat belajar;

5. diskusi melatih siswa untuk berpikir mandiri dan sekaligus meningkatkan taraf kepercayaan dirinya;

6. situasi pembelajaran dengan berdiskusi melatih siswa untuk hidup secara demokratis di masyarakatnya;

7. situasi diskusi memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal diri sendiri, mencari kemungkinan-kemungkinan yang terbaik dalam pemecahan masalahnya, mengembangkan pendapat-pendapatnya, meyakini nilai-nilai


(38)

22 hidup tertentu, dan sekaligus meningkatkan keterampilan siswa dalam mem-buat keputusan-keputusan dalam hidupnya;

8. situasi diskusi memberi keleluasaan guru untuk membimbing belajar siswa (secara bervariasi), misalnya: memandu perumusan masalah yang didiskusi-kan, menyiapkan sumber belajar, pengelompokan anggota diskusi, pembina-an teknis berdiskusi, dpembina-an guru dapat mengambil jarak dengpembina-an kegiatpembina-an siswa dalam rangka mengamati diskusi siswa secara evaluatif atau membuat peni-laian proses.

2.3.7 Kekurangan Teknik Diskusi

Kekurangan teknik diskusi menurut Roestiyah (2008:6) antara lain

1. dalam situasi diskusi sulit menjamin tercapainya tujuan yang telah ditentu-kan dalam waktu yang telah direncanaditentu-kan pula; situasi dapat berkembang bertele-tele, penuh perbedaan pendapat, bahkan jika koordinasi serta kepe-mimpinan diskusi tersebut lemah atau jelek situasinya dapat berkembang menjadi penuh konflik yang menyesatkan pencapaian tujuan pembelajaran; 2. kegiatan diskusi ini akan membawa hasil sebagaimana diharapkan jika para

peserta diskusi menguasai kemampuan yang memadai untuk diskusi dan se-kaligus bersedia bersiap diri secara pantas sebelum masuk ke situasi diskusi; 3. selain penguasaan bahan diskusi, peserta diskusi juga perlu menguasai ke-terampilan teknis dalam berdiskusi; hal ini perlu dipalajarinya oleh peserta diskusi pada waktu sebelum dan didalam siatuasi diskusi;

4. proses serta hasil diskusi akan kurang memadai (semu) jika pemimpin dis-kusi kurang hasil dalam menciptakan situasi disdis-kusi yang mendorong setiap peserta bebas berpendapat serta terbuka untuk menerima kebenaran yang


(39)

23 diajukan peserta lain dan kurang berhasil memandu kelompok untuk aktif dalam analisis sintesis (selama berdiskusi) agar semakin dapat menggali ke-benaran yang luas, mendalam, dan sistematis, perlu diakui bahwa sulit untuk menemukan seorang pemimpin diskusi yang berbobot (lebih-lebih diantara para siswa);

5. dalam situasi diskusi dapat terjadi gejala tingkah laku peserta yang domi-natif, di pihak lain dapat terjadi ada peserta yang berperan sebagai penonton, dan ada pula peserta yang perhatiannya pindah objek-objek lain diluar tema diskusi;

6. kegiatan diskusi membutuhkan fasilitas tertentu, misalnya: banyak ruangan untuk masing-masing kelompok diskusi, mebeler yang memadai serta dapat diatur secara luwes (mudah dipindah-pindah = bersifat mobil), dukungan sumber relevan serta jumlahnya mencukupi kebutuhan dan kondisi yang nyaman untuk berdiskusi.


(40)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tin

-dakan kelas (PTK). Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran yang dila

-kukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan langkah-langkah (1) perencanaan, (2) pelaksanaan atau tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi tindakan secara kola

-boratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru se-hingga hasil belajar siswa meningkat (Kusumah, 2011: 9).

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu, perencanaan, tin-dakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan ke empat komponen tersebut dipan-dang sebagai sebuah siklus. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam PTK ini a-da 2 siklus, a-dapat digambarkan sebagai berikut.


(41)

25 Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang akan berlangsung secara terus-menerus. Apabila pembelajaran menemukan hal-hal menarik dari do-ngeng yang diperdengarkan dengan menggunakan teknik diskusi belum mening-kat pada siklus pertama, penulis akan merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai tercapai hasil KKM 70 yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus tertentu.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu rom-bongan belajar yang terdiri atas 10 ruang kelas VII, 10 ruang kelas VIII, dan 10 ruang kelas IX.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 terhitung dari bulan September sampai dengan November 2012 (tiga bulan). Penelitian tin-dakan kelas dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai indikator yang telah ditentukan tercapai, yaitu 75% siswa me-meroleh nilai sesuai atau melebihi KKM mata pelajaran bahasa Indonesia pada SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013 yaitu 70 (tujuh puluh).

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini dilaksanakan pada kelas VII 9 (sembilan) semester 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu


(42)

26 tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 32 siswa, yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan daur ulang atau siklus. Tiap siklus terdiri atas empat kegiatan inti, yaitu: perencanaan, pelak-sanaan atau tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pertama penelitian didahu-lukan dengan menemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa perenca-naan perbaikan (perenungan). Lalu dilanjutkan dengan tindakan yang telah diren-canakan sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan pada siklus-siklus se-lanjutnya.

3.4.1 Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang ter-diri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), menyusun tes hasil belajar ulangan harian (UH), pekerjaan rumah (PR), dan membuat lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.

3.4.2 Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan tindakan dilakukan pada proses pembelajaran secara terstruktur se-suai dengan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), memberikan lem-bar kerja siswa (LKS) dengan menerapkan teknik diskusi.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam uraian penyampaian materi pembelajaran pada prasiklus, siklus I dan siklus II.


(43)

27

3.4.2.1 Prasiklus

Penyampaian materi pembelajaran pada prasiklus adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang hendak di

-capai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2. Guru menjelaskan sekilas tentang dongeng.

3. Guru membacakan dongeng “Janda dan Ketela Pohon” yang ditampilkan dan siswa mendengarkan.

4. Siswa secara sendiri-sendiri mengidentifikasi hal-hal menarik dari dongeng. 5. Siswa merangkai ide-ide menarik dari dongeng menjadi hal menarik. 6. Siswa saling mengoreksi hasil kerjanya.

7. Guru melakukan refleksi.

Berdasarkan hasil kajian dan hasil tes tertulis pada prasiklus, guru merumuskan keunggulan dan kelemahan yang ada pada prasiklus yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran pada siklus I.

3.4.2.2 Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 16 Oktober 2012 pada siswa kelas VII 9 (Sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/ 2013.

Penyampaian materi pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut.

1. Guru menentukan teknik pembelajaran dalam kelas yaitu menggunakan teknik diskusi. Guru membentuk 5 kelompok berdasarkan jenis kelamin yang terdiri dari 2 kelompok siswa putra dan 3 kelompok siswi putri.


(44)

28 a. memberikan informasi tentang pengertian dongeng, macam dongeng

ber-dasarkan isinya serta hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng

b. membagikan lembar kerja siswa berisi tugas yang harus dikerjakan siswa c. menginformasikan kepada siswa cara mengerjakan lembar kerja siswa d. menginformasikan kepada siswa bahwa guru akan membacakan dongeng

sebanyak dua kali

e. menginformasikan kepada siswa bahwa lembar kerja siswa diserahkan ke-pada guru bila selesai mengerjakannya sesuai waktu yang disepakati

f. menginformasikan kepada siswa bahwa lembar kerja siswa akan dikoreksi oleh guru dan hasilnya diumumkan pada pertemuan berikutnya

g. membacakan dongeng “Janda dan Ketela Pohon” bagi siswa dalam kelas, kemudian siswa mendengarkan dan mendiskusikan bersama kelompoknya. h. dalam diskusi mereka menuliskan hasil diskusinya berupa menuliskan

pokok-pokok isi dongeng yang disajikan secara lisan, menemukan sekurang-kurangnya 3 ide menarik yang terdapat dalam dongeng, membe-rikan alasan yang tepat dari apa yang siswa temukan dalam dongeng yang diperdengarkan dan menemukan relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari

i. hasil diskusi kelompok ditulis pada masing-masing lembar kerja siswa yang telah dibagikan

j. siswa menyerahkan lembar kerja siswa setelah selesai mengerjakannya se-suai waktu yang disepakati.


(45)

29 a. indikator hasil belajar kemampuan siswa menemukan hal-hal yang mena-rik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi tercapai yaitu 75% atau lebih dari 75 % siswa memeroleh nilai sesuai KKM yaitu 70 (tujuh puluh) atau melebihi 70 (tujuh puluh)

b. indikator hasil perhitungan nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran oleh guru, dan aktivitas siswa dalam belajar ter-capai yaitu 75% atau melebihi 75%.

4. Apabila teknik diskusi yang ditentukan oleh guru terutama dalam pembagian kelompok berdasarkan jenis kelamin memberikan hasil belajar kurang maksi-mal maka guru harus memperbaiki kondisi kelompok berdasarkan rangking prestasi kelas.

5. Guru melakukan refleksi. Apabila hasil belajar siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi belum mencapai 75% siswa memeroleh nilai sesuai KKM yaitu 70 (tujuh puluh) dan hasil perhitungan nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran oleh guru, dan aktivitas siswa dalam belajar belum mencapai 75% maka direkomendasikan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Hasil kajian dan hasil belajar pada siklus I, guru merumuskan keunggulan dan kelemahan yang ada pada siklus I yang akan direkomendasikan dalam pelaksana-an strategi pembelajarpelaksana-an pada siklus II.

3.4.2.3 Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 18 Oktober 2012 pada siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013. Penyampaian materi pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut.


(46)

30 1. Guru tetap menggunakan teknik diskusi dalam pembelajaran di kelas. Guru

memperbaiki kondisi kelompok menjadi 8 kelompok berdasarkan rangking prestasi kelas.

2. Pada pelaksanaannya, guru

a. membagikan hasil belajar siswa pada siklus I

b. siswa ditugaskan untuk memperbaiki hasil belajarnya pada siklus I

c. memberikan informasi tentang pengertian dongeng, macam dongeng berdasarkan isinya serta hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng

d. membagikan lembar kerja siswa berisi tugas yang harus dikerjakan siswa e. menginformasikan kepada siswa cara mengerjakan lembar kerja siswa

secara mendetail

f. menginformasikan kepada siswa bahwa guru akan membacakan dongeng sebanyak dua kali dan dongeng yang akan dibacakan adalah dongeng “Sidang Belawan”

g. menginformasikan kepada siswa bahwa lembar kerja siswa diserahkan kepada guru bila selesai mengerjakannya sesuai waktu yang disepakati h. menginformasikan kepada siswa bahwa lembar kerja siswa akan dikoreksi

oleh guru dan hasilnya diumumkan pada pertemuan berikutnya

i. membacakan dongeng “Sidang Belawan” bagi siswa dalam kelas, kemu-dian siswa mendengarkan dan mendiskusikan bersama kelompoknya. j. dalam diskusi mereka menuliskan hasil diskusinya berupa menuliskan

pokok-pokok isi dongeng yang disajikan secara lisan, menemukan se-kurang-kurangnya 3 ide menarik yang terdapat dalam dongeng, membe-rikan alasan yang tepat dari apa yang siswa temukan dalam dongeng yang


(47)

31 diperdengarkan dan menemukan relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari

k. hasil diskusi kelompok ditulis pada masing-masing lembar kerja siswa yang telah dibagikan

l. siswa menyerahkan lembar kerja siswa setelah selesai mengerjakannya se-suai waktu yang disepakati.

3. Indikator kinerja pelaksanaan penelitian tindakan kelas berhenti sampai a. indikator hasil belajar kemampuan siswa menemukan hal-hal yang

mena-rik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi tercapai yaitu 75% atau lebih dari 75% siswa memeroleh nilai sesuai KKM yaitu 70 (tujuh puluh) atau melebihi 70 (tujuh puluh)

b. indikator hasil perhitungan nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran oleh guru, dan aktivitas siswa dalam belajar tercapai yaitu 75% atau melebihi 75%.

4. Guru melakukan refleksi. Apabila hasil belajar kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik dis-kusi tercapai yaitu 75% atau lebih dari 75% siswa memeroleh nilai sesuai KKM yaitu 70 (tujuh puluh) atau melebihi 70 (tujuh puluh) dan hasil per-hitungan nilai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembel-ajaran oleh guru, dan aktivitas siswa dalam belajar tercapai yaitu 75% atau melebihi 75% maka siklus dihentikan.

Setelah terlaksananya siklus II ternyata hasilnya sesuai dengan target yang diha-rapkan sehingga pelaksanaan siklus dihentikan.


(48)

32

3.4.3 Observasi (Observating)

Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas, interaksi dan kemajuan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pe-laksanaan tindakan. Pengamatan bertujuan untuk mengamati apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan.

3.4.4 Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi yaitu mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan, kelemahan, dan kekurangan dari proses pembelajaran yang dilakukan diperbaiki dengan rencana selanjutnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan dilakukan selama kegiatan penelitian ini berlangsung de-ngan tes tertulis. Tes tertulis ini digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi pada siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabu-paten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013. Penilaian dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diper-dengarkan melalui teknik diskusi.

Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.

1. Menugaskan siswa menulis hal-hal yang menarik dalam dongeng yang di-perdengarkan melalui teknik diskusi


(49)

33 3. Guru mengevaliasi pekerjaan siswa secara keseluruhan dengan

menggu-nakan indicator penilaian yang sudah ditentukan.

Indikator penilaian kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi yang disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Indikator uji kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi sebagai berikut.

Tabel 3.1 Indikator dan Deskriptor Penilaian Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang diperdengarkan Melalui Teknik

Diskusi

No. Indikator Deskriptor Skor Skor

Maks

1. Kelengkapan isi/ungkapan

Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, watak, alur dan latar dalam sebuah cerita.

6 6

Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, watak dan alur dalam sebuah cerita.

5

Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, dan watak dalam sebuah cerita.

4

Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, dan tokoh dalam sebuah cerita.

3

Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema dan amanat dalam sebuah cerita.

2

Peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema saja dalam sebuah cerita.

1

2. Menemukan hal-hal menarik dalam dongeng

Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya tiga hal yang menarik dalam dongeng

3 3


(50)

34

No. Indikator Deskriptor Skor Skor

Maks

hanya dua hal yang menarik dalam dongeng

Peserta didik dapat menemukan hanya satu hal yang menarik dalam dongeng

1

Peserta didik tidak dapat menemukan ide yang menarik dalam dongeng

0

3. Ketepatan mengemukakan alasan

Peserta didik dapat mengemukakan alasannya dengan tepat

3 3

Peserta didik dapat mengemukakan alasannya dengan kurang tepat

2 Peserta didik tidak dapat

mengemukakan alasannya dengan tepat 0 4. Menemukan relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari

Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya tiga relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari

3 3

Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya dua relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari

2

Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya satu relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari

1

Peserta didik tidak dapat

menemukan relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari

0

Jumlah skor 15

3.5.1 Penjelasan Indikator Penilaian Kemampuan Menemukan Hal-hal yang Menarik dalam Dongeng yang diperdengarkan Melalui Teknik Diskusi

1. Indikator Kelengkapan Isi/Ungkapan Dongeng

Kelengkapan isi/ungkapan dongeng adalah yang meliputi tema, amanat, tokoh, watak dan latar dalam sebuah cerita. Apabila peserta didik dapat menemukan isi


(51)

35 dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, watak dan latar dalam sebuah cerita, maka peserta didik memeroleh skor 5. Apabila peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, tokoh, dan watak dalam sebuah cerita, maka peserta didik memeroleh skor 4. Apabila peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang meliputi tema, amanat, dan tokoh dalam sebuah cerita, maka peserta didik memeroleh skor 3. Apabila peserta didik dapat menemukan isi do-ngeng yang meliputi tema dan amanat dalam sebuah cerita, maka peserta didik memeroleh skor 2. Apabila peserta didik dapat menemukan isi dongeng yang me-liputi tema saja dalam sebuah cerita, maka peserta didik memeroleh skor 1.

2. Indikator Menemukan Hal-hal Menarik dalam Dongeng

Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya tiga hal yang menarik dalam dongeng. Apabila peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya tiga hal yang menarik dalam dongeng maka peserta didik memeroleh skor 3. Apabila pe-serta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya dua hal yang menarik dalam dongeng maka peserta didik memeroleh skor 2. Apabila peserta didik dapat mene-mukan sekurang-kurangnya satu hal yang menarik dalam dongeng maka peserta didik memeroleh skor 1. Apabila peserta didik tidak dapat menemukan ide yang menarik dalam dongeng maka peserta didik memeroleh skor 0.

3. Indikator Ketepatan Mengemukakan Alasan

Peserta didik dapat mengemukakan alasannya dengan tepat. Apabila peserta didik dapat mengemukakan alasannya dengan tepat maka peserta didik memeroleh skor 3. Apabila peserta didik dapat mengemukakan alasannya dengan kurang tepat


(52)

36 maka peserta didik memeroleh skor 2. Apabila peserta didik tidak dapat menge-mukakan alasannya dengan tepat maka peserta didik memeroleh skor 0.

4. Menemukan Relevansi Isi Dongeng dengan Kehidupan Sehari-hari

Peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya tiga relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari. Apabila peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya tiga relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari maka peserta didik memeroleh skor 3. Apabila peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya dua relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari maka peserta didik memeroleh skor 2. Apabila peserta didik dapat menemukan sekurang-kurangnya satu relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari maka peserta didik memeroleh skor 1. Apabila peserta didik tidak dapat menemukan relevansi isi dongeng dengan kehidupan sehari-hari maka peserta didik memeroleh skor 0.

Instrumen penilaian dalam PTK adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru.

NO. ASPEK YANG DIAMATI SKOR

I PRA PEMBELAJARAN

1. Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 5 2. Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 5

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A. Penguasaan Materi Pelajaran

3. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 5 4. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan 1 2 3 4 5

5. Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan

hierarki belajar dan karakteristik siswa 1 2 3 4 5 6. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 5

B. Pendekatan/Strategi Pembelajaran

7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan


(53)

37

NO. ASPEK YANG DIAMATI SKOR

karakteristik siswa

8. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5

9. Menguasai kelas 1 2 3 4 5

10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 5 11. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif 1 2 3 4 5 12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi

waktu 1 2 3 4 5

C. Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

13. Menggunakan media secara efektif dan efisien 1 2 3 4 5 14. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 5 15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 2 3 4 5

D. Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

16. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran 1 2 3 4 5

17. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 1 2 3 4 5 18. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam

belajar 1 2 3 4 5

E. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

19. Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4 5 20. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

(tujuan) 1 2 3 4 5

F. Penggunaan Bahasa

21. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik,

dan benar 1 2 3 4 5

22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 5

III PENUTUP

23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan siswa 1 2 3 4 5

24. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan

1 2 3 4 5

Jumlah

Kategori: 85% - 100% = Baik Sekali 40% - 59% = Kurang 75% – 84% = Baik 0% - 39% = Gagal 60% - 74% = Cukup

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut:

Nilai Akhir (NA)= Skor Perolehan ( ) X 100 = Skor Maksimal ( )


(54)

38

Tabel 3.3 Instrumen Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

No. Aspek Yang Dinilai Skor

1. Penjelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar)

1 2 3 4 5 2. Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan

berkarakteristik peserta didik) 1 2 3 4 5 3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika

materi, dan kesesuaian dengan alokasi waktu) 1 2 3 4 5 4. Pemilihan sumber/ media pembelajaran (sesuai dengan

tujuan materi dan karakteristik peserta didik) 1 2 3 4 5 5. Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah

kegiatan pembelajaran: awal, inti dan penutup) 1 2 3 4 5 6. Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah

tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap)

1 2 3 4 5 7. Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 5 8. Kelengkapan instrument (soal, kunci, pedoman

penskoran) 1 2 3 4 5

Skor Total

Kategori: 85% - 100% = Baik Sekali 40% - 59% = Kurang 75% – 84% = Baik 0% - 39% = Gagal 60% - 74% = Cukup

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut:

Nilai Akhir (NA)= Skor Perolehan ( ) X 100 = Skor Maksimal ( )

Tabel 3.4 Instrumen Penilaian Observasi Siswa

No. Unsur yang

Dinilai Kriteria Penilaian Skor

Skor Maks

1 Aktivitas Visual

Semua siswa terlihat membaca serta

memperhatikan 5

5 Ada 3-5 siswa yang tidak membaca

serta memperhatikan 4

Ada 6-8 siswa yang tidak membaca

serta memperhatikan 3

Ada 9-11 siswa siswa yang tidak

membaca serta memperhatikan 2 Ada > 11 siswa siswa yang tidak 1


(55)

39

No. Unsur yang

Dinilai Kriteria Penilaian Skor

Skor Maks

membaca serta memperhatikan

2 Aktivitas Lisan

Semua siswa terlibat bertanya dan

mengeluarkan pendapat 5

5 Ada 3-5 siswa tidak bertanya dan

mengeluarkan pendapat 4 Ada 6-8 siswa tidak bertanya dan

mengeluarkan pendapat 3 Ada 9-11 siswa tidak bertanya dan

mengeluarkan pendapat 2 Ada > 11 siswa tidak bertanya dan

mengeluarkan pendapat 1

3 Aktivitas Mendengarkan

Semua siswa terlibat fokus

mendengarkan penjelasan guru 5

5 Ada 3-5 siswa yang tidak fokus

mendengarkan penjelasan guru 4 Ada 6-8 siswa yang tidak fokus

mendengarkan penjelasan guru 3 Ada 9-11 siswa yang tidak fokus

mendengarkan penjelasan guru 2 Ada > 11 siswa yang tidak fokus

mendengarkan penjelasan guru 1

4 Aktivitas Menulis

Semua siswa terlibat mandiri dalam menulis jawaban dalam mendengarkan dongeng

5

5 Ada 3-5 siswa yang tidak mandiri

dalam menulis jawaban dalam mendengarkan dongeng

4 Ada 6-8 siswa yang tidak mandiri

dalam menulis jawaban dalam mendengarkan dongeng

3 Ada 9-11 siswa yang tidak mandiri

dalam menulis jawaban dalam mendengarkan dongeng

2 Ada > 11 siswa yang tidak mandiri

dalam menulis jawaban dalam mendengarkan dongeng

1

5 Aktivits Mental

Semua siswa terlihat menanggapi setiap pertanyaan dari guru maupun teman

5

5 Ada 3-5 siswa yang tidak menanggapi


(56)

40

No. Unsur yang

Dinilai Kriteria Penilaian Skor

Skor Maks

teman

Ada 6-8 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan dari guru maupun teman

3 Ada 9-11 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan dari guru maupun teman

2 Ada > 11 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan dari guru maupun teman

1

6 Aktivitas Emosi

Semua siswa terlihat berminat/antusias 5

5 Ada 3-5 siswa yang tidak

berminat/antusias 4

Ada 6-8 siswa yang tidak

berminat/antusias 3

Ada 9-11 siswa yang tidak

berminat/antusias 2

Ada > 11 siswa yang tidak

berminat/antusias 1

Kategori: 85% - 100% = Baik Sekali 40% - 59% = Kurang 75% – 84% = Baik 0% - 39% = Gagal 60% - 74% = Cukup

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut:

Nilai Akhir (NA)= Skor Perolehan ( ) X 100 = Skor Maksimal ( )

3.5.2 Langkah-langkah Analisis Data

Cara yang penulis gunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah se-bagai berikut.

1. Penulis melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik dis-kusi oleh siswa


(57)

41 2. Menjumlahkan skor kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal yang me-narik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi berdasarkan tolok ukur penilaian dalam tabel 3.5

3. Menghitung skor rata-rata kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi pada in-dikator kemampuan siswa

Nilai Akhir (NA) = Skor Perolehan ( ) X 100 = Skor Maksimal ( )

4. Menemukan tingkat kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal yang me-narik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi dengan to-lok ukur di bawah ini.

Tabel 3.5

Tolok ukur penilaian kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi

Nilai Tingkat Kemampuan

85 – 100 Sangar Baik

70 – 84 Baik

55 – 69 Cukup

40 – 54 Kurang

≤ 40 Sangat Kurang


(58)

58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan, pada prasiklus dari 32 siswa, siswa yang tuntas 5 orang dengan persentase 15.63%. Siswa yang belum tuntas 27 orang dengan persentase 84.37%. Pada siklus I hasil belajar siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan, siswa yang tuntas meningkat menjadi 12 orang dengan persentase 37.50 %, dan siswa yang belum tuntas menurun menjadi 20 orang dengan persentase 62.50%. Selanjutnya pada siklus II hasil belajar siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi yang dilaksanakan dengan lebih maksimal, tingkat ketuntasan siswa mencapai 29 orang dengan persentase 90.62% dan siswa yang belum tuntas menurun menjadi 3 orang dengan persentase 9.38%. Hasil yang diperoleh menga-lami peningkatan dari prasiklus ke siklus I meningkat 21.87% dan dari prasiklus ke siklus II meningkat 74.99 %. Setelah terlaksananya siklus II melalui teknik diskusi ternyata dapat menjawab indikator kinerja pelaksa-naan penelitian tindakan kelas yang dirumuskan pada bab III dan hasilnya


(59)

59 sesuai dengan target yang diharapkan sehingga pelaksanaan siklus dihenti-kan.

2. Teknik diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memotivasi sis-wa lebih percaya diri, aktif dan berani dalam menuangkan inspirasinya menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan yang telah di laksanakan, peneliti menyarankan kepada guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pring -sewu, apabila dalam proses kegiatan pembelajaran menemukan kesulitan, hendaknya menerapkan teknik diskusi. Dengan penerapan teknik diskusi me -nimbulkan kebiasaan baik pada siswa dan dapat meningkatkan kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengar-kan.


(1)

No. Unsur yang

Dinilai Kriteria Penilaian Skor

Skor Maks teman

Ada 6-8 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan dari guru maupun teman

3 Ada 9-11 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan dari guru maupun teman

2 Ada > 11 siswa yang tidak menanggapi setiap pertanyaan dari guru maupun teman

1

6 Aktivitas Emosi

Semua siswa terlihat berminat/antusias 5

5 Ada 3-5 siswa yang tidak

berminat/antusias 4

Ada 6-8 siswa yang tidak

berminat/antusias 3

Ada 9-11 siswa yang tidak

berminat/antusias 2

Ada > 11 siswa yang tidak

berminat/antusias 1

Kategori: 85% - 100% = Baik Sekali 40% - 59% = Kurang

75% – 84% = Baik 0% - 39% = Gagal

60% - 74% = Cukup

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut:

Nilai Akhir (NA)= Skor Perolehan ( ) X 100 = Skor Maksimal ( )

3.5.2 Langkah-langkah Analisis Data

Cara yang penulis gunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah se-bagai berikut.

1. Penulis melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik dis-kusi oleh siswa


(2)

narik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi berdasarkan tolok ukur penilaian dalam tabel 3.5

3. Menghitung skor rata-rata kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi pada in-dikator kemampuan siswa

Nilai Akhir (NA) = Skor Perolehan ( ) X 100 = Skor Maksimal ( )

4. Menemukan tingkat kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal yang me-narik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi dengan to-lok ukur di bawah ini.

Tabel 3.5

Tolok ukur penilaian kemampuan siswa dalam menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi

Nilai Tingkat Kemampuan

85 – 100 Sangar Baik

70 – 84 Baik

55 – 69 Cukup

40 – 54 Kurang

≤ 40 Sangat Kurang


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII 9 (sembilan) semester 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan, pada prasiklus dari 32 siswa, siswa yang tuntas 5 orang dengan persentase 15.63%. Siswa yang belum tuntas 27 orang dengan persentase 84.37%. Pada siklus I hasil belajar siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan, siswa yang tuntas meningkat menjadi 12 orang dengan persentase 37.50 %, dan siswa yang belum tuntas menurun menjadi 20 orang dengan persentase 62.50%. Selanjutnya pada siklus II hasil belajar siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan melalui teknik diskusi yang dilaksanakan dengan lebih maksimal, tingkat ketuntasan siswa mencapai 29 orang dengan persentase 90.62% dan siswa yang belum tuntas menurun menjadi 3 orang dengan persentase 9.38%. Hasil yang diperoleh menga-lami peningkatan dari prasiklus ke siklus I meningkat 21.87% dan dari prasiklus ke siklus II meningkat 74.99 %. Setelah terlaksananya siklus II melalui teknik diskusi ternyata dapat menjawab indikator kinerja pelaksa-naan penelitian tindakan kelas yang dirumuskan pada bab III dan hasilnya


(4)

kan.

2. Teknik diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memotivasi sis-wa lebih percaya diri, aktif dan berani dalam menuangkan inspirasinya menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengarkan yang telah di laksanakan, peneliti menyarankan kepada guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pring-sewu, apabila dalam proses kegiatan pembelajaran menemukan kesulitan, hendaknya menerapkan teknik diskusi. Dengan penerapan teknik diskusi me -nimbulkan kebiasaan baik pada siswa dan dapat meningkatkan kemampuan siswa menemukan hal-hal yang menarik dalam dongeng yang diperdengar-kan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2006. Petunjuk Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen P dan K. Armai Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:

Ciputat Pers.

James Danandjaja. 1986. Dongeng. Bandung: Angkasa.

Lustantini Septiningsih. 1998. Komponen-komponen Dongeng. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta

Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Nursisto. 2000. Ikhtisar Kesusatraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita.

Parera, Jos Daniel. 1991. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga. Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ramelan. 1982. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. Jakarta:

Departemen P dan K.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Sanjaya. 2005. Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Group.

Sanjaya. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Group

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Balajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudirman, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan, Bandung: Rosdakarya

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.


(6)

Kelas VII A SMP Negeri 1 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2005/ 2006. Skripsi. UNNES.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (

http://www.lintasberita.com/lifestyle/pendidikan/definisidanpengertian-strategi-pembelajaran) diunduh 05 Oktober 2010.

(http://definisi-pengertian.blogspot.com/definisi-metode-pembelajaran.html) diunduh 21 April 2012.

(http:// definisi-metode-pembelajaran.blogspot.com) diunduh 21 April 2012.

(http://www.um-pwr.ac.id/web/artikel/353-cara-mendongeng.html) diunduh 21 April 2012.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR LATAR DALAM CERPEN MELALUI TEKNIK MASYARAKAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011

3 42 54

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 13 60

PENINGKATAN KEMAMPUAN PARAFRASA MELALUI TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VI-A SD NEGERI 4 TALANGPADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 69

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 80

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 53 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BACAAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII-8 SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 GADINGREJO PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 130

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DONGENG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 2 WAY LIMA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 63

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN MELALUI METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 31 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

5 21 143

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN HAL-HAL YANG MENARIK DALAM DONGENG YANG DIPERDENGARKAN MELALUI TEKNIK DISKUSI SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 20 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN SISWA KELAS VII. 3 SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 329